Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L RUANGAN TULIP RSUD ARIFIN


AHMAD DENGAN DIAGNOSA CA. SERVIKS

OLEH :
KELOMPOK 2

MUHAMMAD IBNU ABDI BRATA 210101212


RAHMAT JUNAIDI 210101208
FIRDATUN JANNAH 210101206
MELDA YANTI 210101209
SYAHADA 210101207
TANIA OKTAVIANY 210101211
PRAKTIK PREKLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI AL INSYIRAH PEKANBARU
2023
BAB I
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang arca serviks atau leher
rahim, yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina
(Rozi, 2013). Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical cancer)
merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak
antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Purwoastuti, 2015).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma,
2015).

B. Klasifikasi
Stadium klinis menurut FIGO membutuhkan pemeriksaan pelvic, jaringan
serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA dan biopsi jaringan serviks untuk
stadium kliniknya), foto paru-paru, pielografi, intravena, (dapat digantikan
dengan foto CT- scan). Untuk kasus stadium lanjut diperlukan pemeriksaan
sistoskopi, protoskopi dan barium enema (Prawirohardjo, 2011). Klasifikasi
stadium kanker serviks menurut FIGO (International Federation of Gynecologi)
dalam (Andrijono, Gatot Purwoto, Sri Mutya Sekarutami, 2015)
Tabel Stadium kanker serviks menurut FIGO
STADIUM TANDA-TANDA
Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel
Karsinoma masih terbatas pada daerah serviks (penyebaran
Stadium I
ke korpus uteri diabaikan)
Stadium IA Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik.
Lesi yang dapat dilihat secara makroskopik walau dengan
invasi yang superficial dikelompokkan pada stadium IB
Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3 mm dan
Stadium IA1
lebar horizontal tidak lebih 7 mm.
Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan
Stadium IA2
perluasan horizontal tidak lebih 7 mm.
Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara
Stadium IB
mikroskopik lesi lebih dari stadium I A2
Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi
Stadium IB1
terbesar.
Stadium 1B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar
Tumor telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum
Stadium II mengenai dinding panggul atau sepertiga distal/ bawah
vagina
Stadium II A Tanpa invasi ke parametrium
Stadium II B Sudah menginvasi ke parametrium
Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau mengenai
Stadium III sepertiga bawah vagina dan/ atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
Tumor telah meluas ke sepertiga bagian bawah vagina dan
Stadium IIIA tidak menginvasi ke parametrium tidak sampai dinding
panggul
Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau
Stadium III B
menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
Stadium IV Tumor telah meluas ke luar organ reproduksi
Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rectum
Stadium IV A
dan/atau keluar rongga panggul minor
Stadium IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif. invasi stroma
dengan kedalaman 3 mm atau kurang dari membrane
basalis epitel tanpa invasi ke rongga pembuluh darah/ limfe
atau melekat dengan lesi kanker serviks.

C. Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya
kanker serviks yaitu:

1. HPV (Human papilloma virus): HPV adalah virus penyebab kutil


genetalis (Kandiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45,
dan 56.
2. Merokok: Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama
pada usia di bawah 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah
menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk
mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian Pil KB.
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear
secara rutin).
D. Faktor resiko
Predisposisi adalah kondisi yang memicu munculnya kanker. Faktor-faktor
yang bisa memicu terjadinya kanker serviks antara lain:
a. Perilaku seksual
Risiko terkena kanker serviks akan meningkat apabila seorang perempuan
memiliki mitra seksual multipel atau sama saja ketika pasangannya memiliki
mitra seksual multipel. Selain itu akan sangat berisiko apabila pasangan
mengidap kondiloma akuminata (Kurniawati, 2018).

b. Aktivitas seksual dini


Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang
cukup penting. Perempuan yang melakukan hubungan seksual sebelum usia
16 tahun mempunyai risiko lebih tinggi karena pada usia itu epitel atau
lapisan dinding vagina dan serviks belum terbentuk sempurna jika
melakukan hubungan seksual pada usia tersebut maka akan sangat mudah
terjadi lesi atau luka mikro yang akan menyebabkan terjadi infeksi salah
satunya oleh virus HPV yang merupakan penyebab kanker serviks
(Meihartati, 2017).

c. Smegma
Smegma adalah substansi berlemak. Smegma biasanya terdapat pada
lekukan kepala kemaluan laki-laki yang tidak disunat. Sebenarnya smegma
adalah secret alami yang dihasilkan kelenjar sabeceous pada kulit penis.
Namun ternyata hal ini berkaitan dengan meningkatnya resiko seorang laki-
laki sebagai pembawa dan penular virus HPV (Kurniawati, 2018).

d. Perempuan yang merokok


Rokok terbuat dari tembakau dan seperti yang kita ketahui bahwa didalam
tembakau terdapat zat-zat yang bersifat sebagai pemicu kanker baik yang
dihisap maupun dikunyah. Asap rokok menghasilkan Polycyclic aromatic
hydrocarbons heterocyclic amine yang mutagen dan sangat karsinogen,
sedangkan jika dikunyah menghasilkan netrosamine. Bahan karsinogenik
spesifik dari tembakau dijumpai dalam lendir serviks wanita perokok. Bahan
ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama dengan infeksi
HPV mencetuskan transformasi maligna (Meihartati, 2017).

e. Paritas
Perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terkena kanker
serviks lebih tinggi. Hal ini terjadi karena ibu dengan paritas tinggi akan
mengalami lebih banyak resiko morbiditas dan mortalita. Hal ini dipengaruhi
oleh menurunnya fungsi organ-organ reproduksi yang memudahkan
timbulnya komplikasi (Handayani dan Mayrita, 2018).

f. Tingkat sosial ekonomi


Tingkat sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan dengan asupan gizi
serta status imunitas (Kurniawati, 2018).

g. Pengguna obat imunosupresan atau penekan kekebalan tubuh


HIV (Human Immunodeficiensy Virus) merupakan virus penyebab Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyebabkan sistem imun
tubuh menurun dan membuat perempuan berisiko tinggi terinfeksi HPV.
Pada wanita dengan HIV. pra-kanker serviks mungkin akan berkembang
menginvasi dengan cepat untuk menjadi kanker dari pada normalnya.
Pengguna obat imunosupresan atau penekan kekebalan tubuh atau pasca
transplantasi organ merupakan faktor risiko juga (Yanti, 2013).

h. Riwayat terpapar infeksi menular seksual (IMS)


Human Papilloma Virus (HPV) bisa ikut tertularkan bersamaan dengan
penyebab penyakit kelamin lainnya saat terjadi hubungan kelamin
(Kurniawati, 2018).
i. Pengunaan kontrasepsi hormonal
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu yang panjang (5 tahun atau
lebih) akan meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada perempuan
yang terinfeksi HPV, jika penggunaan obat oral kontrasepsi dihentikan maka
risiko akan turun pula (Yanti, 2013).

j. Kontrasepsi barier
Penggunaan metode barier (kondom) akan menurunkan risiko kanker
serviks. Hal ini disebabkan karena adanya perlindungan serviks dari kontak
langsung bahan karsinogen dari cairan semen (Yanti, 2013).

E. Patofisiologi
Kanker serviks muncul akibat Infeksi human papillomavirus (HPV) dan
terjadi pada sebagian besar wanita yang aktif secara seksual. Rata-rata, sekitar
5% infeksi HPV yang akan menyebabkan perkembangan lesi CIN (cervical
intraepithelial neoplasia) grade 2 atau 3 dalam waktu 3 tahun setelah infeksi.
Sekitar 20% dari lesi CIN 3 berkembang menjadi kanker serviks invasif dalam
waktu 5 tahun, dan sekitar 40% dari lesi CIN 3 berkembang menjadi kanker
serviks invasif dalam waktu 30 tahun.

Dalam proses karsinogenesis, banyak faktor lain yang terlibat mempengaruhi


perkembangan lesi menjadi kanker servik invasif. Faktor faktor tersebut antara
lain:

 Jenis dan durasi infeksi virus, mencakup tipe HPV risiko tinggi dan infeksi
persisten dengan risiko perkembangan yang lebih tinggi

 Adanya kondisi yang mengganggu sistem imunitas tubuh, misalnya status gizi
buruk, gangguan kekebalan, dan infeksi HIV
 Faktor lingkungan, misalnya kebiasaan merokok dan kekurangan vitamin

 Kurangnya akses ke fasilitas kesehatan terutama pemeriksaan sitologi rutin.

Selain itu, berbagai faktor ginekologi secara signifikan meningkatkan risiko


infeksi HPV, termasuk usia awal hubungan seksual dan jumlah pasangan.
Meskipun penggunaan kontrasepsi oral selama 5 tahun atau lebih telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko kanker serviks, belum ada bukti interaksi langsung
antara kontrasepsi oral dan infeksi HPV.

Kerentanan genetik terhadap kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi


HPV telah diidentifikasi melalui penelitian dengan sampel saudara kembar dan
kerabat tingkat pertama. Wanita yang memiliki kerabat biologis tingkat pertama
yang terkena kanker serviks memiliki risiko relatif 2 kali lipat dibandingkan
dengan wanita yang tidak memiliki kerabat tingkat pertama dengan tumor
serviks.

Perubahan genetik pada beberapa kelas gen telah dikaitkan dengan kanker
serviks. Tumor nekrosis faktor (TNF) terlibat dalam memulai apoptosis sel,
dimana gen TNFa-8, TNFa-572, TNFa-857, TNFa-863, dan TNF G-308A telah
dikaitkan dengan insiden kanker serviks yang lebih tinggi. Polimorfisme pada
gen lain yang terlibat dalam apoptosis dan Tp53, telah dikaitkan dengan
peningkatan tingkat infeksi HPV yang berkembang menjadi kanker serviks.

Gen human leukocyte antigen (HLA) terlibat dalam berbagai cara. Beberapa
anomali gen HLA dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi HPV yang
berkembang menjadi kanker. Gen chemokine receptor-2 (CCR2) pada kromosom
3p21 dan gen Fas pada kromosom 10q24.1 juga dapat mempengaruhi kerentanan
genetik terhadap kanker serviks, kemungkinan dengan mengganggu sistem imun
yang merespon terhadap HPV. Gen CASP8 yang juga dikenal sebagai FLICE
atau MCH5 memiliki polimorfisme di wilayah promotor yang telah dikaitkan
dengan penurunan risiko kanker serviks.

Modifikasi epigenetik mungkin juga terlibat dalam kanker serviks. Metilasi


adalah yang paling dipahami dan mungkin mekanisme paling umum dari
pemodelan DNA epigenetik pada kanker. Pola metilasi DNA yang menyimpang
telah dikaitkan dengan perkembangan kanker serviks dan mungkin menyimpan
petunjuk penting untuk mengembangkan pengobatan

F. Pathway (WOC)
G. Manifestasi klinis
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya
kanker serviks yaitu:
1. HPV (Human papilloma virus): HPV adalah virus penyebab kutil genetalis
(Kandiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian
yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
2. Merokok: Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia
di bawah 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan
wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian Pil KB.
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara
rutin).
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat kanker serviks bisa terjadi karena kanker
yang makin berkembang atau akibat efek samping pengobatan kanker serviks itu
sendiri. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat kanker serviks adalah:
1. Limfedema, yaitu pembengkakan tungkai akibat penyumbatan pembuluh
getah bening oleh kanker
2. Penggumpalan darah akibat kanker yang menekan pembuluh darah di
panggul
3. Perdarahan akibat kanker yang menyebar ke vagina, usus, dan kandung
kemih
4. Fistula (saluran yang terhubung secara tidak normal) antara vagina dan
kandung kemih atau vagina dan rektum
5. Nyeri hebat akibat kanker yang menyebar ke tulang, otot, dan ujung saraf
6. Kejang akibat kanker yang menyebar ke otak
7. Penumpukan urine di ginjal (hidronefrosis) yang bisa memicu gagal ginjal

Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi akibat pengobatan kanker serviks antara
lain:
1. Penyempitan vagina, mandul (infertilitas), dan menopause dini akibat
radioterapi
2. Diare, rambut rontok, dan kerusakan ginjal akibat kemoterapi
3. Vagina kering, inkontinensia urine, dan tidak bisa memiliki anak, akibat
histerektomi

I. Pemeriksaan klinis
 Pemeriksaan sitologis (uji Papanicolaou tPap]) bisa digunakan untuk
mendeteksi kanker serviks sebelum gejala tampak.
 Kolposkopi bisa mendeteksi kemunculan dan perluasan lesi preklinis yang
membutuhkan biopsi dan pemeriksaan histologis.
 Pewarnaan dengan larutan Lugol (yodium kuat) atau larutan Schiller (yodium,
kalium iodida, dan air yang dimurnikan) bisa mengidentifikasi area untuk
biopsi jika pulasan menunjukkan sel abnormal namun tidak tampak adanya
lesi. Jaringan normal mengabsorpsi yodium dan berubah warna menjadi
cokelat; jaringan abnormal tidak memiliki glikogen dan tidak berubah
warna.
 Sistografi, magnetic resonance imaging, computed tomography, dan scan
tulang bisa digunakan untuk mendeteksi metastasis.
 Biopsi konus bisa dilakukan jika kuretase endoservikal positif
 Uji Vira-Pap memungkinkan pemeriksaan struktur DNA spesimen untuk
mendeteksi HPV

J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker serviks bervariasi menurut stadium penyakit. Untuk
kanker invasif dini, pembedahan adalah pengobatan pilihan. Dalam kasus yang
lebih lanjut, radiasi yang dikombinasikan dengan kemoterapi adalah standar
perawatan  yang dilakukan saat ini. Pada pasien dengan penyakit diseminata,
dilakukan kemoterapi atau radiasi.

Pengobatan kanker serviks seringkali membutuhkan pendekatan


multidisiplin. Diperlukan keterlibatan ahli onkologi ginekologi, ahli onkologi
radiasi, dan ahli onkologi medis.

K. Asuhan Keperawatan Secara Teoritis


I. Pengkajian
1. Identitas
Identitas pasien yang perlu dikaji antara lain: seorang wanita yang
berusia 30 - 60 tahun, perkawinan muda, jumlah anak, usia pemikahan.
Wanita dengan aktivitas seksual dini, misalnya sebelum usia 16 tahun
mempunyai risiko lebih tinggi karena lapisan dinding vagina dan serviks
belum terbentuk sempurna yang menyebabkan gampangnya timbul lesi dan
terjadi infeksi termasuk infeksi oleh virus HPV.

2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien dengan kanker serviks
adalah pertama, perdarahan per vagina (melalui vagina), perdarahan yang
terjadi setelah melakukan hubungan seksual atau perdarahan spontan yang
keluar di luar masa haid. Kedua, keputihan berulang tidak kunjung sembuh
dan biasanya berbau, gatal, dan panas karena sudah ditumpangi oleh infeksi
dari kuman, bakteri, atau jamur. (Ria & Re!, 2016). Keluhan pada stadium
lanjut nyeri (panggul, pinggang, dan tungkai), gangguan berkemih, nyeri di
kandung kemih dan rectum atau anus.

3. Riwayat Obstetri yang lalu


a. Keluhan Haid Perdarahan diantara periode regular menstruasi,
periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya.
b. Riwayat Kehamilan Dahulu Kehamilan yang terlalu sering. Pada
wanita yang memiliki banyak anak, apalagi dengan jarak kelahiran
yang terlalu dekat, berisiko tinggi terkena kanker serviks
c. Riwayat Persalinan Dahulu : Wanita yang sering melahirkan
memiliki risiko lebih besar menderita kanker serviks, selain itu
wanita yang melahirkan di usia muda juga memiliki risiko yang sama
besar dengan wanita yang sering melahirkan

4. Riwayat Keluarga Berencana


Adanya penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu yang lama.
(Dedeh, 2015). Menurut Guven et al (2009), menyimpulkan hipotesis
bahwa kekentalan lendir pada serviks akibat penggunakan pil KB berperan
dalam terjadinya kanker serviks. Hal ini dikarenakan kekentalan lendir bisa
memperlama keberadaan agen karsinogenik penyebab kanker berada di
serviks. Fakta juga menunjukkan bahwa penggunaan pil KB dalam jangka
waktu yang lama, setidaknya 5 tahun dengan peningkatan kejadian kanker
serviks. (Ria & Re!, 2016)

5. Riwayat Keluarga
Menurut American Cancer Society (2008), kanker dapat dicetuskan
oleh faktor eksternal dan internal yang memicu terjadinya karsinogenesis
(proses pembentukan kanker). Faktor eksternal dapat juga berupa infeksi,
radiasi, zat kimia, dan konsumsi tembakau. Faktor internal yang bisa
menyebabkan kaker adalah mutasi gen (baik karena diturunkan atau akibat
metabolism), hormone dan kondisi sistem imun seseorang

6. Aktivitas sehari-hari
a. Pola makan: anoreksia, vomiting.
b. Pola eliminasi: inkontinensia urine, alvi.
c. Pola aktivitas dan tidur terganggu, terasa nyeri. (Dedeh, 2015)

7. Riwayat Psikososial
Konsep diri, emosi, pola interaksi, mekanisme koping, mengingkari
masalah, marah, perasaan putus asa, tidak berdaya, depresi atau bahkan
memusuhi.

8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : biasanya pasien tampak pucat, lemah.
a. Kepala dan leher: rambut rontok, rambut kering, tidak ada pembesaran
b. kelenjar tiroid
c. Mata: konjungtiva anemis
d. Thoraks : biasanya pada pasien kanker serviks tidak ada kelainan.
e. Abdomen: teraba massa bila sudah metastasis (Dedeh, 2015)
f. Genetalia: perdarahan pervagina, keputihan berbau tidak sedap,
gangguan berkemih, nyeri di kandung kemih dan rectum/anus. (Heru,
2011)
g. Ekstremitas pembengkakan di beberapa anggota tubuh, seperti dipaha,
betis, tangan, dan sebagainya. (Eni, 2009). Bengkak atau edema tungkai
satu sisi. (Heru, 2011).
II. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Kronis (SDKI D.0078, Kategori: Psikologis, Subkategori: Nyeri dan


Kenyamanan)
2. Defisit Nutrisi (SDKI D0019, Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nutrisi
dan Cairan, Hal 56)
3. Resiko Perdarahan (SDKI D.0012, Kategori: Fisiologis, Subkategori:
Sirkulasi Hal 42)
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif (SDKI D0019, Kategori: Fisiologis,
Subkategori: Sirkulasi, Hal 37)
5. Intoleransi Aktivitas (SDKI D0056, Kategori: Fisiologis, Subkategori:
Aktivitas/Istirahat, Hal 128)
6. Gangguan Integritas Kulit Jaringan (SDKI D0129,Kategori : Lingkungan,
Subkategori: Keamanan dan Proteksi, Hal 282)

N
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o

1 Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri:


keperawatan selama 3x8 jam
Identifikasi factor
maka tautan nyeri
pencetus dan pereda
meningkat. Dengan Kriteria
nyeri
Hasil :
Monitor kualitas
Melaporkan nyeri
nyeri
terkontrol meningkat
Monitor lokasi dan
Kemampuan
penyebaran nyeri
mengenali onset
nyeri meningkat Monitor intensitas
nyeri dengan
Kemampuan menggunakan skala
menggunakan
Monitor durasi dan
tekniknonfarmakolog
frekuensi nyeri
is meningkat
Ajarkan Teknik
Keluhan nyeri
nonfarmakologis
penggunaan analgesic
untuk mengurangi
menurun
rasa nyeri
Meringis menurun
Fasilitasi istirahat dan
Frekuensi nadi tidur
membaik
Anjurkan memonitor
Pola nafas membaik nyeri secara mandiri

8. Tekanan darah membaik Anjurkan


menggunakan
analgetik secara tepat

10. Kolaborasi pemberian


obat analgetik

2 Defisit Setelah dilakukan yaitu Identifikasi status


Nutrisi tindakan keperawatanwaktu nutrisi
3x24 jam maka diharapkan
Identifikasi
keadekuatan asupan nutrisi
kebutuhan kalori dan
membaik Kriteria Hasil :
jenis nutrient
Intake nutrisi
Berikan makanan
tercukupi
tinggi serat untuk
Frekuensi makan mencegah konstipasi
membaik
Nafsu makan 4. Kolaborasi dengan ahli
membaik gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
4. Bising usus membaik
nutrient yang dibutuhkan

3 Resiko Setelah dilakukan asuhan Monitor tanda dan


Perdarahan keperawatan selama 3 x 24 gejala perdarahan
jam diharapkan tingkat
Monitor nilai
perdarahan menurun Kriteria
hematokrit/hemoglobi
Hasil :
n sebelum dan
Tekanan darah sesudah kehilangan
membaik darah

Hemoglobin Pertahankan bedrest


membaik selama perdarahan

3. Hematocrit membaik Anjurkan


meningkatkan asupan
makanan dan Vitamin

5. Kolaborasi pemberian
pengontrol obat pendarahan

4 Perfusi Setelah dilakukan Periksa sirkulasi


Perifer Tidak perifer
Efektif
Identifikasi faktor
asuhan keperawatan selama
resiko gangguan pada
3x24 jam diharapkan perfusi
sirkulasi
perifer efektif dengan
Kriteria hasil : Monitor adanya panas,
kemerahan nyeri atau
Tekanan systole dan
diastole dalam
rentang normal bengkak ekstermitas

2. Tidak ada ortostatik Catat hasil lab Hb dan Ht


hipertensi
Lakukan hidrasi

Jelaskan kepada pasien dan


keluarga tentang tindakan
pemberian tranfusi darah

7. Kolaborasi pemberian
tranfusi Darah

5 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Monitor kelelahan


Aktivitas keperawatan selama 3x24 fisik
jam diharapkan intoleransi
Monitor pola dan jam
aktivitas meningkat. Kriteria
tidur
Hasil :
Lakukan latihan
Keluhan lelah
rentang gerak
menurun
pasif/aktif
Saturasi oksigen
Libatkan keluarga
dalam rentang normal
dalam melakukan
Frekuensi nadi dalam aktifitas, jika perlu
rentang normal (60-
Anjurkan melakukan
100 kali/menit)
aktifitas secara
4. Dispnea saat beraktifitas bertahap
dan setelah beraktifitas
Anjurkan keluarga
menurun (16-20 kali/menit)
untuk memberikan
penguatan positif
7. Kolaborasi dengan ahlo
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

6 Gangguan Setelah dilakukanyaitu Monitor wama dan


Integritas tindakan keperawatan selama suhu kulit
Kulit/Jaringa 3x24 jam maka diharapkan
Monitor kulit untuk
n gangguan integritas kulit/
adanya ruam dan
jaringan meningkat. Kriteria
lecet
hasil :
3. Periksa kulit dan selaput
Perfusi jaringan
lendir terkait dengan adanya
membaik
kemerahan, kehangatan
Kemerahan menurun ekstrim, edema dan drainase

3. Jaringan nekrosis menurun

DAFTAR PISTAKA

Nurlaila, Shoufiah, R., & Hazanah, S. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Prilaku Melakukan Vaksin Kanker Serviks. Mahakam Midwifery Journal
(Vol. 1).
Morita, D. (2016), Kajian Pengobatan Pasien Kanker Serviks di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. In Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals
Conferences (Vol. 4, pp. 330-334).

Amin Huda Nurarif, and H. K. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Edisi revisi jilid 1. Yogyakarta:
MediAction.

Endang Purwoastuti, and E. S. M. (2015). Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial


Bagi Kebidanan. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.

Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM.

L. Daftar pustaka (minimal 5)

BAB 2
PENGKAJIAN TEORI

PENGKAJIAN KASUS GINEKOLOGI

Asuhan Keperawatan pada Ny. L

dengan Status Obstetri G P A H


IDENTITAS KLIEN
Nama klien (inisial) : Ny. L
Umur : 61 Tahun
Status perkawinan : Cerai Mati (Janda)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Batam
Diagnosa medis : Ca. Serviks
Tanggal masuk RS : 23 Desember 2022

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama (inisial) : Tn. P


Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Wirausaha
Pendidikan : SMK
Alamat : Batam
Hubungan dengan klien: Anak kandung

STATUS KESEHATAN
Umur perkawinan pertama : 18 Tahun
Lama kawin : 40 Tahun (1979-2019)
Dengan suami sekarang : Pasien mengatakan suami telah meninggal sejak 4
tahun yang lalu.

KELUHAN UTAMA SAAT PENGKAJIAN


Pasien mengatakan memiliki keluhan pada bagian genetalia yang menjalar kebagian
abdomen, keputihan yang mengeluarkan bau, pendarahan aktif pervagina dan badan
lemas.
RIWAYAT PERSALINAN & KELAHIRAN YANG LALU

Tahu Tipe Jenis BB Keadaan Masalah


No Penolong
n Persalinan Kelamin Lahir Bayi Kehamilan
Dukun
1 1980 Normal Laki-laki 3.4 kg Hidup Tidak ada
Beranak

Dukun Perempua
2 1991 Normal 2.8 kg Hidup Tidak ada
Beranak n

Dukun
3 1992 Normal Laki-laki 3.5 kg Hidup Tidak ada
Beranak

Dukun
4 1995 Normal Laki-laki 3 kg Hidup Tidak ada
Beranak

Dukun Perempua
5 1996 Normal 2.9 kg Hidup Tidak ada
Beranak n

Dukun
6 1997 Normal Laki-laki 3.2 kg Hidup Tidak ada
Beranak

PENGALAMAN MENYUSUI :
Pasien mengatakan pernah menyusui Atau selalu menyusui anak-anaknya yaitu 6
orang anak hingga 1 tahun 7 bulan dan ada juga yang hingga 2 tahun.

RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI :


Saat ini pasien tidak sedang mengalami kehamilan.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (GENOGRAM)

KETERANGAN:
= Laki-laki = Hidup
= Perempuan = Meninggal

RIWAYAT GINEKOLOGI
1. Masalah ginekologi
Berdasarkan data riwayat medis dan keterangan dari pasien bahwa pasien
mengalami diagnosis dan keputihan
2. Riwayat KB
Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti program atau pemasangan KB

RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


I. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
S : 36,6 ºC , N : 63 x/menit , RR : 22 x/menit , TD : 110/80 mmHg

2. Kepala & leher


 Kepala : Bentuk simetris, kulit rambut bersih, rambut rontok dan
beruban
 Mata : Konjungtiva animis, penglihatan luas dan normal
 Hidung : Simetris dan tidak ada sputum
 Mulut : Bibir tidak kering, mukosa bibir lembab dan tidak terdapat
lesi
 Telinga : Simetris, bersih dan tidak ada serumen
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening

3. Dada
 Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Tidak ada bising

 Paru-paru :
Inspeksi : simetris
Palpasi : vokal fremitus simetri kanan kiri
Perkusi : sonar seluruh lap paru
Auskultasi : vesikuler

 Payudara :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada benjolan

 ASI :
Pasien sedang tidak menyusui sehingga tidak menghasilkan ASI
4. Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian abdomen bawah
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus normal yaitu 13 X /menit

Masalah Keperawatan: Pasien mengatakan nyeri pada bagian pervagina


yang menjalar ke bagian perut

5. Genetalia
 Vagina : Pasien mengatakan terdapat Lesi pada bagian
vagina, ada perdarahan aktif pervagina, keputihan
yang mengeluarkan bau dan pasien mengatakan
nyeri pada bagian vagina
 Kebersihan : Baik
 Varises : Tiidak ada
 Keputihan : Ada
Jenis / warna : Tidak ada
Konsitensi : Coklat dan ada sedikit bercak darah
Bau : Amis

Masalah khusus : Nyeri pada bagian panggul dan pendarahan abnormal


pada vagina

6. Ekstremitas
Tidak ada edema pada ekstremitas bawah maupun atas refleks patella (+)
telah dilakukan pengetukan terjadi reaksi refleks atau gerakan menendang
(normal)

7. Eliminasi
 BAK : Pasien terlihat terpasang kateter dengan volume cairan 1000 ml
 BAB : Pasien mengatakan selama dirawat hanya BAB 3X dan ketika
pengkajian pasien mengatakan telah BAB di hari sebelumnya.

8. Istirahat & kenyamanan


Pasien mengatakan tidak ada keluhan selama tidur namun apabila rasa
nyeri muncul maka tidur pasien akan terganggu

9. Mobilisasi & latihan


Pasien mengatakan untuk ke toilet sendiri masih bisa tanpa bantuan alat
atau orang lain

10. Hasil Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

HEMATOLOGI

Darah Lengkap

Hemoglobin 9,9 g/dl 12,0-16,0

Leukosit 5,90 10^3µL 4,80-10,80

Trombosit 166 10^3µL 150 - 450

Eritrosit 3,59 10^6µL 4,20 -5,40

Hemstokrit 30,3 % 37,0 -47,0


MCV 84,4 fL 79,0 – 99,0

MCH 27,6 % 27,0 – 31,0

MCHC 32,7 pg 33,0 – 37,0

RDW-CV 20,3 g/dL 11,5 – 14,5

RDW-SD 60,4 % 35,0 – 47,0

PDW 10,6 fL 9,0 -13,0

MPV 10,2 fL 7,2 – 11,1

P-LCR 26,2 % 15,0 – 25,0

Hitung Jenis

Basofil 0,3 % 1–0

Eosonofil 0,0 % 1,0 – 3,0

Neutrofil 79,7 % 40,0 – 70,0

Limfosit 14,9 % 20,0 – 40,0

Monosit 5,1 % 2,0 – 8,0


ANALISA DATA

Nama klien : Ny. L No. RM : 01114595


Umur : 61 Tahun Dx. Medis : Ca. Serviks
Ruang rawat : Tulip Alamat : Batam

No. Data Fokus Problem Etiologi


1 DS : Nyeri Kronis Agen pencedera
Pasien mengatakan nyeri pada fisiologis
bagian perut bawah dan pinggang (Neoplasma)
P : Nyeri bagian perut bawah dan
pinggang karena pendarahan
pervagina
Q : Berdenyut
R : Perut bagian bawah
S : Skala nyeri 6-7 (1-10)
T : Hilang timbul

DO :
i. Pasien nampak meringis
ii. Pasien tampak gelisah
iii. Nadi 110/80 mmHg
iv. Sulit tidur

2. DS: Perfusi Perifer Tidak Penurunan


Pasien mengatakan lemas Efektif konsentrasi
hemoglobin
DO:
v. Terdapat pendarahan
vi. Anemis
vii. Hemoglobin 9,9 g/dl
viii. Hematokrit 30.3 %

3 DS: Risiko Infeksi Ketidak adekuatan


Pasien mengatakan lemah, nyeri pertahanan tubuh
perut bagin bawah dan pinggang, sekunder
pendarahan pervagina.

DO:
ix. Pasien tampak lemah
x. Tampak pendarahan pada kateter
xi. Hemoglobin 9,9 g/dl
xii. Leukosit 5.90 10^3/µl

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA)

1. Nyeri kronis b.d agen pencedera fisiologis (neoplasma)

2. Perfusi perifer tidan efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin

3. Resiko infeksi b.d ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder.


RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. L Tanggal : 02 Maret 2023

Umur : 61 Tahun Diagnosa Medis : Ca. Serviks

Ruang rawat : Tulip No. RM : 01114595

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri kronis b.d agen Setelah dilakkukan asuhan Manajemen nyeri:
pencedera fisiologis keperawatan selama 3X24 1. Identifikasi faktor
(neoplasma) jam diharapkan mampu pencetus dan pereda
memenuhi kriteria hasil: nyeri
1. Melaporkan nteri 2. Monitor kualitas nyeri
terkontrol meningkat 3. Monitor lokasi dan
2. Kemampuan penyebaran nyeri
mengenali nyeri 4. Monitor intensitas
meningkat nyeri dengan
3. Kemampuan menggunakan skala
menguraikan teknik 5. Monitor durasi dan
nonfarmakologi frekuensi nyeri
meningkat 6. Ajarkan teknik
4. Keluhan nyeri nonfarmakologi untuk
penggunaan analgesik mengurangi rasa nyeri
menurun 7. Fasilitasi istirahat dan
5. Meringis menurun tidur
6. Frekuensi nadi 8. Anjurkan memonitor
membaik nyeri secara mandiri
9. Anjurkan
penggunaan
analgesik secara
mandiri
10. Kolaborasi
pemberian analgesik
jika diperlukan

2 Perfusi perifer tidan Setelah dilakukan asuhan Periksa sirkulasi perifer:


efektif b.d penurunan keperawatan selama 3X24 1. Identifikasi faktor
konsentrasi hemoglobin jam diharapkan perdarahan resiko gangguan pada
pasien membaik dengan sirkulasi
kriteria hasil: 2. Monitor adanya
1. Pendarahan pervagina panas, kemerahan,
2. HB batas normal nyeri, atau bengkak
3. Hematokrit dalam 3. Ctatat hasil lab HB
batas normal dan HT
4. Lakukan hidrasi
5. Jelaskan kepada
pasien dan keluarga
tentang tindakan
pemberian transfusi
darah
6. Kolaborasi pemberian
transfusi darah

3 Risiko infeksi b.d ketidak Setelah dilakukann asuhan Pencegahaan infeksi:


adekuatan pertahanan keperawatan selama 3X24 1. Monitor tekanan
tubuh sekunder. jam diharapkaan tingkat darah dan nadi
infeksi pasien membaik 2. Monitor pernafasan
dengan kriteria hasil: 3. Monitor tanda infeksi
1. Nafsu makan meningkat lokal dan sistemik
2. Nyeri menurun 4. Identifikasi penyebab
3. Kaadar sel darah putih perubahan vital
dalam kadar normal 5. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
6. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan,
informasikan hasil
pemantauan, jika
diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai