OLEH :
KELOMPOK 2
A. Definisi
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang arca serviks atau leher
rahim, yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina
(Rozi, 2013). Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical cancer)
merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak
antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Purwoastuti, 2015).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma,
2015).
B. Klasifikasi
Stadium klinis menurut FIGO membutuhkan pemeriksaan pelvic, jaringan
serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA dan biopsi jaringan serviks untuk
stadium kliniknya), foto paru-paru, pielografi, intravena, (dapat digantikan
dengan foto CT- scan). Untuk kasus stadium lanjut diperlukan pemeriksaan
sistoskopi, protoskopi dan barium enema (Prawirohardjo, 2011). Klasifikasi
stadium kanker serviks menurut FIGO (International Federation of Gynecologi)
dalam (Andrijono, Gatot Purwoto, Sri Mutya Sekarutami, 2015)
Tabel Stadium kanker serviks menurut FIGO
STADIUM TANDA-TANDA
Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel
Karsinoma masih terbatas pada daerah serviks (penyebaran
Stadium I
ke korpus uteri diabaikan)
Stadium IA Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik.
Lesi yang dapat dilihat secara makroskopik walau dengan
invasi yang superficial dikelompokkan pada stadium IB
Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3 mm dan
Stadium IA1
lebar horizontal tidak lebih 7 mm.
Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan
Stadium IA2
perluasan horizontal tidak lebih 7 mm.
Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara
Stadium IB
mikroskopik lesi lebih dari stadium I A2
Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi
Stadium IB1
terbesar.
Stadium 1B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar
Tumor telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum
Stadium II mengenai dinding panggul atau sepertiga distal/ bawah
vagina
Stadium II A Tanpa invasi ke parametrium
Stadium II B Sudah menginvasi ke parametrium
Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau mengenai
Stadium III sepertiga bawah vagina dan/ atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
Tumor telah meluas ke sepertiga bagian bawah vagina dan
Stadium IIIA tidak menginvasi ke parametrium tidak sampai dinding
panggul
Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau
Stadium III B
menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
Stadium IV Tumor telah meluas ke luar organ reproduksi
Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rectum
Stadium IV A
dan/atau keluar rongga panggul minor
Stadium IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif. invasi stroma
dengan kedalaman 3 mm atau kurang dari membrane
basalis epitel tanpa invasi ke rongga pembuluh darah/ limfe
atau melekat dengan lesi kanker serviks.
C. Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya
kanker serviks yaitu:
c. Smegma
Smegma adalah substansi berlemak. Smegma biasanya terdapat pada
lekukan kepala kemaluan laki-laki yang tidak disunat. Sebenarnya smegma
adalah secret alami yang dihasilkan kelenjar sabeceous pada kulit penis.
Namun ternyata hal ini berkaitan dengan meningkatnya resiko seorang laki-
laki sebagai pembawa dan penular virus HPV (Kurniawati, 2018).
e. Paritas
Perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terkena kanker
serviks lebih tinggi. Hal ini terjadi karena ibu dengan paritas tinggi akan
mengalami lebih banyak resiko morbiditas dan mortalita. Hal ini dipengaruhi
oleh menurunnya fungsi organ-organ reproduksi yang memudahkan
timbulnya komplikasi (Handayani dan Mayrita, 2018).
j. Kontrasepsi barier
Penggunaan metode barier (kondom) akan menurunkan risiko kanker
serviks. Hal ini disebabkan karena adanya perlindungan serviks dari kontak
langsung bahan karsinogen dari cairan semen (Yanti, 2013).
E. Patofisiologi
Kanker serviks muncul akibat Infeksi human papillomavirus (HPV) dan
terjadi pada sebagian besar wanita yang aktif secara seksual. Rata-rata, sekitar
5% infeksi HPV yang akan menyebabkan perkembangan lesi CIN (cervical
intraepithelial neoplasia) grade 2 atau 3 dalam waktu 3 tahun setelah infeksi.
Sekitar 20% dari lesi CIN 3 berkembang menjadi kanker serviks invasif dalam
waktu 5 tahun, dan sekitar 40% dari lesi CIN 3 berkembang menjadi kanker
serviks invasif dalam waktu 30 tahun.
Jenis dan durasi infeksi virus, mencakup tipe HPV risiko tinggi dan infeksi
persisten dengan risiko perkembangan yang lebih tinggi
Adanya kondisi yang mengganggu sistem imunitas tubuh, misalnya status gizi
buruk, gangguan kekebalan, dan infeksi HIV
Faktor lingkungan, misalnya kebiasaan merokok dan kekurangan vitamin
Perubahan genetik pada beberapa kelas gen telah dikaitkan dengan kanker
serviks. Tumor nekrosis faktor (TNF) terlibat dalam memulai apoptosis sel,
dimana gen TNFa-8, TNFa-572, TNFa-857, TNFa-863, dan TNF G-308A telah
dikaitkan dengan insiden kanker serviks yang lebih tinggi. Polimorfisme pada
gen lain yang terlibat dalam apoptosis dan Tp53, telah dikaitkan dengan
peningkatan tingkat infeksi HPV yang berkembang menjadi kanker serviks.
Gen human leukocyte antigen (HLA) terlibat dalam berbagai cara. Beberapa
anomali gen HLA dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi HPV yang
berkembang menjadi kanker. Gen chemokine receptor-2 (CCR2) pada kromosom
3p21 dan gen Fas pada kromosom 10q24.1 juga dapat mempengaruhi kerentanan
genetik terhadap kanker serviks, kemungkinan dengan mengganggu sistem imun
yang merespon terhadap HPV. Gen CASP8 yang juga dikenal sebagai FLICE
atau MCH5 memiliki polimorfisme di wilayah promotor yang telah dikaitkan
dengan penurunan risiko kanker serviks.
F. Pathway (WOC)
G. Manifestasi klinis
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya
kanker serviks yaitu:
1. HPV (Human papilloma virus): HPV adalah virus penyebab kutil genetalis
(Kandiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian
yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
2. Merokok: Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia
di bawah 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan
wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian Pil KB.
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara
rutin).
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat kanker serviks bisa terjadi karena kanker
yang makin berkembang atau akibat efek samping pengobatan kanker serviks itu
sendiri. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat kanker serviks adalah:
1. Limfedema, yaitu pembengkakan tungkai akibat penyumbatan pembuluh
getah bening oleh kanker
2. Penggumpalan darah akibat kanker yang menekan pembuluh darah di
panggul
3. Perdarahan akibat kanker yang menyebar ke vagina, usus, dan kandung
kemih
4. Fistula (saluran yang terhubung secara tidak normal) antara vagina dan
kandung kemih atau vagina dan rektum
5. Nyeri hebat akibat kanker yang menyebar ke tulang, otot, dan ujung saraf
6. Kejang akibat kanker yang menyebar ke otak
7. Penumpukan urine di ginjal (hidronefrosis) yang bisa memicu gagal ginjal
Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi akibat pengobatan kanker serviks antara
lain:
1. Penyempitan vagina, mandul (infertilitas), dan menopause dini akibat
radioterapi
2. Diare, rambut rontok, dan kerusakan ginjal akibat kemoterapi
3. Vagina kering, inkontinensia urine, dan tidak bisa memiliki anak, akibat
histerektomi
I. Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan sitologis (uji Papanicolaou tPap]) bisa digunakan untuk
mendeteksi kanker serviks sebelum gejala tampak.
Kolposkopi bisa mendeteksi kemunculan dan perluasan lesi preklinis yang
membutuhkan biopsi dan pemeriksaan histologis.
Pewarnaan dengan larutan Lugol (yodium kuat) atau larutan Schiller (yodium,
kalium iodida, dan air yang dimurnikan) bisa mengidentifikasi area untuk
biopsi jika pulasan menunjukkan sel abnormal namun tidak tampak adanya
lesi. Jaringan normal mengabsorpsi yodium dan berubah warna menjadi
cokelat; jaringan abnormal tidak memiliki glikogen dan tidak berubah
warna.
Sistografi, magnetic resonance imaging, computed tomography, dan scan
tulang bisa digunakan untuk mendeteksi metastasis.
Biopsi konus bisa dilakukan jika kuretase endoservikal positif
Uji Vira-Pap memungkinkan pemeriksaan struktur DNA spesimen untuk
mendeteksi HPV
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker serviks bervariasi menurut stadium penyakit. Untuk
kanker invasif dini, pembedahan adalah pengobatan pilihan. Dalam kasus yang
lebih lanjut, radiasi yang dikombinasikan dengan kemoterapi adalah standar
perawatan yang dilakukan saat ini. Pada pasien dengan penyakit diseminata,
dilakukan kemoterapi atau radiasi.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien dengan kanker serviks
adalah pertama, perdarahan per vagina (melalui vagina), perdarahan yang
terjadi setelah melakukan hubungan seksual atau perdarahan spontan yang
keluar di luar masa haid. Kedua, keputihan berulang tidak kunjung sembuh
dan biasanya berbau, gatal, dan panas karena sudah ditumpangi oleh infeksi
dari kuman, bakteri, atau jamur. (Ria & Re!, 2016). Keluhan pada stadium
lanjut nyeri (panggul, pinggang, dan tungkai), gangguan berkemih, nyeri di
kandung kemih dan rectum atau anus.
5. Riwayat Keluarga
Menurut American Cancer Society (2008), kanker dapat dicetuskan
oleh faktor eksternal dan internal yang memicu terjadinya karsinogenesis
(proses pembentukan kanker). Faktor eksternal dapat juga berupa infeksi,
radiasi, zat kimia, dan konsumsi tembakau. Faktor internal yang bisa
menyebabkan kaker adalah mutasi gen (baik karena diturunkan atau akibat
metabolism), hormone dan kondisi sistem imun seseorang
6. Aktivitas sehari-hari
a. Pola makan: anoreksia, vomiting.
b. Pola eliminasi: inkontinensia urine, alvi.
c. Pola aktivitas dan tidur terganggu, terasa nyeri. (Dedeh, 2015)
7. Riwayat Psikososial
Konsep diri, emosi, pola interaksi, mekanisme koping, mengingkari
masalah, marah, perasaan putus asa, tidak berdaya, depresi atau bahkan
memusuhi.
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : biasanya pasien tampak pucat, lemah.
a. Kepala dan leher: rambut rontok, rambut kering, tidak ada pembesaran
b. kelenjar tiroid
c. Mata: konjungtiva anemis
d. Thoraks : biasanya pada pasien kanker serviks tidak ada kelainan.
e. Abdomen: teraba massa bila sudah metastasis (Dedeh, 2015)
f. Genetalia: perdarahan pervagina, keputihan berbau tidak sedap,
gangguan berkemih, nyeri di kandung kemih dan rectum/anus. (Heru,
2011)
g. Ekstremitas pembengkakan di beberapa anggota tubuh, seperti dipaha,
betis, tangan, dan sebagainya. (Eni, 2009). Bengkak atau edema tungkai
satu sisi. (Heru, 2011).
II. Diagnosa Keperawatan
N
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o
5. Kolaborasi pemberian
pengontrol obat pendarahan
7. Kolaborasi pemberian
tranfusi Darah
DAFTAR PISTAKA
BAB 2
PENGKAJIAN TEORI
STATUS KESEHATAN
Umur perkawinan pertama : 18 Tahun
Lama kawin : 40 Tahun (1979-2019)
Dengan suami sekarang : Pasien mengatakan suami telah meninggal sejak 4
tahun yang lalu.
Dukun Perempua
2 1991 Normal 2.8 kg Hidup Tidak ada
Beranak n
Dukun
3 1992 Normal Laki-laki 3.5 kg Hidup Tidak ada
Beranak
Dukun
4 1995 Normal Laki-laki 3 kg Hidup Tidak ada
Beranak
Dukun Perempua
5 1996 Normal 2.9 kg Hidup Tidak ada
Beranak n
Dukun
6 1997 Normal Laki-laki 3.2 kg Hidup Tidak ada
Beranak
PENGALAMAN MENYUSUI :
Pasien mengatakan pernah menyusui Atau selalu menyusui anak-anaknya yaitu 6
orang anak hingga 1 tahun 7 bulan dan ada juga yang hingga 2 tahun.
KETERANGAN:
= Laki-laki = Hidup
= Perempuan = Meninggal
RIWAYAT GINEKOLOGI
1. Masalah ginekologi
Berdasarkan data riwayat medis dan keterangan dari pasien bahwa pasien
mengalami diagnosis dan keputihan
2. Riwayat KB
Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti program atau pemasangan KB
3. Dada
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Tidak ada bising
Paru-paru :
Inspeksi : simetris
Palpasi : vokal fremitus simetri kanan kiri
Perkusi : sonar seluruh lap paru
Auskultasi : vesikuler
Payudara :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada benjolan
ASI :
Pasien sedang tidak menyusui sehingga tidak menghasilkan ASI
4. Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian abdomen bawah
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus normal yaitu 13 X /menit
5. Genetalia
Vagina : Pasien mengatakan terdapat Lesi pada bagian
vagina, ada perdarahan aktif pervagina, keputihan
yang mengeluarkan bau dan pasien mengatakan
nyeri pada bagian vagina
Kebersihan : Baik
Varises : Tiidak ada
Keputihan : Ada
Jenis / warna : Tidak ada
Konsitensi : Coklat dan ada sedikit bercak darah
Bau : Amis
6. Ekstremitas
Tidak ada edema pada ekstremitas bawah maupun atas refleks patella (+)
telah dilakukan pengetukan terjadi reaksi refleks atau gerakan menendang
(normal)
7. Eliminasi
BAK : Pasien terlihat terpasang kateter dengan volume cairan 1000 ml
BAB : Pasien mengatakan selama dirawat hanya BAB 3X dan ketika
pengkajian pasien mengatakan telah BAB di hari sebelumnya.
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hitung Jenis
DO :
i. Pasien nampak meringis
ii. Pasien tampak gelisah
iii. Nadi 110/80 mmHg
iv. Sulit tidur
DO:
ix. Pasien tampak lemah
x. Tampak pendarahan pada kateter
xi. Hemoglobin 9,9 g/dl
xii. Leukosit 5.90 10^3/µl