Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEBIDANAN PADA GANGGUAN SALURAN REPRODUKSI

PADA NY. M UMUR 46 TAHUN DENGAN KANKER SERVIKS

DI PAV. MATAHARI RSUD UNTADA PALU

TANGGAL 27-7-2021

DI SUSUN OLEH :

FARCE

201902011

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

2021
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Kanker Serviks


Kanker serviks adalah kanker dengan angka kejadian nomor empat
terbanyak yang terjadi pada wanita diseluruh dunia dan kanker yang
paling sering pada negara berpenghasilan rendah (Mustafa dkk, 2016).
Kanker serviks merupakan suatu keganasan yang disebabkan oleh
adanya pertumbuhan sel-sel epitel serviks yang tidak terkontrol
(Mirayashi, 2013).
Menurut Setiawati (2014)kanker serviks 99,7% disebabkan oleh
Human Papiloma Virus (HPV) onkogenik yang menyerang rahim. Kanker
serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim
(serviks), yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina (Hartati dkk., 2014).
Berdasarkan pemaparan tersebut kanker serviks
atau yang dikenal juga dengan sebutan kanker leher rahim merupakan
kanker ganas yang tumbuh dileher rahim yang disebabkan oleh Human
Papiloma Virus.

2. Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah Human Papilloma Virus
(HPV). Lebih dari 90% kanker leher rahim adalah jenis skuamosa yang
mengandung DNA virus Human Papilloma Virus (HPV) dan 50% kanker
servik berhubungan dengan Human Papilloma Virus tipe 16. Virus HPV
dapat menyebar melalui hubungan seksual terutama pada hubungan
seksual yang tidak aman. Virus HPV menyerang selaput pada mulut dan
kerongkongan serta anus dan akan menyebabkan terbentunya sel-sel pra-
kanker dalam jangka waktu yang panjang (Ridayani, 2016).

3. Manifestasi klinis
Pada tahap awal dan pra kanker biasanya tidak akan mengalami gejala.
Gejala akan muncul setelah kanker menjadi kanker invasif. Secara umum
gejala kanker serviks yang sering timbul (Malehere, 2019) adalah :
a. Perdarahan pervagina abnormal
Perdarahan dapat terjadi setelah berhubungan seks, perdarahan
setelah menopause, perdarahan dan bercak diantara periode
menstruasi, dan periode menstruasi yang lebih lama atau lebih
banyak dari biasanya serta perdarahan setelah douching atau
setelah pemeriksaan panggul.
b. Keputihan
Cairan yang keluar mungkin mengandung darah, berbau busuk dan
mungkin terjadi antara periode menstruasi atau setelah menopause.
c. Nyeri panggul
Nyeri panggul saat berhubungan seks atau saat pemeriksaan
panggul.
d. Trias
Berupa back pain, oedema tungkai dan gagal ginjal merupakan
tanda kanker serviks tahap lanjut dengan keterlibatan dinding
panggul yang luas.

4. Faktor risiko
Predisposisi adalah kondisi yang memicu munculnya kanker. Faktor-
faktor yang bisa memicu terjadinya kanker serviks antara lain:
a. Perilaku seksual
Risiko terkena kanker serviks akan meningkat apabila seorang
perempuan memiliki mitra seksual multipel atau sama saja ketika
pasangannya memiliki mitra seksual multipel. Selain itu akan
sangat berisiko apabila pasangan mengidap kondiloma akuminata
(Kurniawati, 2018) .
b. Aktivitas seksual dini
Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu
faktor yang cukup penting. Perempuan yang melakukan hubungan
seksual sebelum usia 16 tahun mempunyai risiko lebih tinggi
karena pada usia itu epitel atau lapisan dinding vagina dan serviks
belum terbentuk sempurna jika melakukan hubungan seksual pada
usia tersebut maka akan sangat mudah terjadi lesi atau luka mikro
yang akan menyebabkan terjadi infeksi salah satunya oleh virus
HPV yang merupakan penyebab kanker serviks (Meihartati, 2017).
c. Smegma
Smegma adalah substansi berlemak. Smegma biasanya terdapat
pada lekukan kepala kemaluan laki-laki yang tidak disunat.
Sebenarnya smegma adalah secret alami yang dihasilkan kelenjar
sabeceous pada kulit penis. Namun ternyata hal ini berkaitan
dengan meningkatnya resiko seorang laki-laki sebagai pembawa
dan penular virus HPV (Kurniawati, 2018).
d. Perempuan yang merokok
Rokok terbuat dari tembakau dan seperti yang kita ketahui
bahwa didalam tembakau terdapat zat-zat yang bersifat sebagai
pemicu kanker baik yang dihisap maupun dikunyah. Asap rokok
menghasilkan Polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic
amine yang mutagen dan sangat karsinogen, sedangkan jika
dikunyah menghasilkan netrosamine. Bahan karsinogenik spesifik
dari tembakau dijumpai dalam lendir serviks wanita perokok.
Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama
dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi maligna
(Meihartati, 2017).
e. Paritas
Perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terkena
kanker serviks lebih tinggi. Hal ini terjadi karena ibu dengan
paritas tinggi akan mengalami lebih banyak resiko morbiditas dan
mortalita. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya fungsi organ-
organ reproduksi yang memudahkan timbulnya komplikasi
(Handayani dan Mayrita, 2018).
f. Tingkat sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan dengan
asupan gizi serta status imunitas (Kurniawati, 2018).
g. Pengguna obat imunosupresan atau penekan kekebalan tubuh
HIV (Human Immunodeficiensy Virus) merupakan virus
penyebab Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang
menyebabkan sistem imun tubuh menurun dan membuat
perempuan berisiko tinggi terinfeksi HPV. Pada wanita dengan
HIV, pra-kanker serviks mungkin akan berkembang menginvasi
dengan cepat untuk menjadi kanker dari pada normalnya.
Pengguna obat imunosupresan atau penekan kekebalan tubuh atau
pasca transplantasi organ merupakan faktor risiko juga (Yanti,
2013).
h. Riwayat terpapar infeksi menular seksual (IMS)
Human Papilloma Virus (HPV) bisa ikut tertularkan bersamaan
dengan penyebab penyakit kelamin lainnya saat terjadi hubungan
kelamin (Kurniawati,2018).
i. Pengunaan kontrasepsi hormonal
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu yang panjang
(5 tahun atau lebih) akan meningkatkan risiko terjadinya kanker
serviks pada perempuan yang terinfeksi HPV, jika penggunaan
obat oral kontrasepsi dihentikan maka risiko akan turun pula
(Yanti, 2013).
j. Kontrasepsi barier
Penggunaan metode barier (kondom) akan menurunkan risiko
kanker serviks. Hal ini disebabkan karena adanya perlindungan
serviks dari kontak langsung bahan karsinogen dari cairan semen
(Yanti, 2013).

5. Patofisiologi

Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga


menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat
mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau
hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran
infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi
keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil
masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks
stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan
kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa


efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran
pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan,
penurunan nafsu makan (biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ).
Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan
berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau
kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun
akan muncul.

Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim
ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut
bisa dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak
dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian.

6. Manifestasi klinik /Tanda -tanda terkena kanker Serviks


1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan
nekrosis jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan diantara haid.
6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia akibat pendarahan berulang.
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.

7. Stadium Kanker Serviks


Tabel : Pembagian Stadium Kanker Serviks Menurut Internasional
Federation Of Gynecology And Obstetrics ( FIGO)

Stadium Keterangan
Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intra epitelial
Stadium I Karsinoma masih terbatas diserviks ( penyebaran
korpus
uteri diabaikan)
Stadium IA Invalasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali
secara mockroskopik, lesi yang dapat dilihat secara
langsung walau dengan invasi yang sangat superficial
dikelompokan sebagai stadium 1b. Kedalam invasike
stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya lesi tidak
lebih dari 7 mm.
Stadium IA Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm
1 tetapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7
mm
Stadium IA Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm
2 tetapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7
mm.
Stadium IB Lesi terbatas diserviks atau secara mikroskopik lebih
dari IA
Stadium IB Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 mm.
1

Stadium IB Besar lesi secara klinis lebih dari 4 mm


2
Stadium II Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3
bawah vagina atau infiltrasi keparametrium, tetapi
belum mencapai dinding panggul.
Stadium II Telah melibatkan vagina tetapi belum melibatkan
A parametrium

Stadium II Infiltrasi ke parametrium tetapi belum mencapai


B dinding panggul

Stadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya


perluasan sampai dinding panggul. Kasus
dengan hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal,
dimasukan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal
dapat dibuktikan oleh sebab lain.
Stadium III Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi
A parametrium belum mencapai dinding panggul.

Stadium III Perluasan sampai dinding panggul atau adanya


B hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal.

Stadium IV Perluasan ke luar organ reproduktif


Stadium IV Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa
A rektum

Stadium IV Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul.


B

8. Diagnosis Kanker Serviks


Diagnosis ditegakan berdasarakan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai
berikut (Kartikawati, 2013).
1. Pemeriksaan pap smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal
pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat
diketahui pada sekret yang diambil dari porsi serviks. Setiap
wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap
smear secara teratur. Apabila selama 3 kali berturutturut
menunjukan hasil pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan
pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali.
2. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukan pada skrining bersama- sama dengan
pap smear untuk wanita dengan usia diatas 30 tahun. Penelitian
dalam skala besar mendapatkan bahwa pap smear negatif disertai
DNA HPV yang negative mengindasikan tidak akan ada CIN 3
hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita
dengan ujmur diatas 30 tahun.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan
pap smear menunjukan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi
dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks.
Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil
biopsi akan memperjelas apakah terjadi itu kanker invasif atau
hanya tumor saja.
4. Kolposkopi ( pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan
pap smear, karena polkoskopi memerlukan ketrampilan dan
kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal.
5. Tes Schiler
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada
serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel-
sel epitel servik karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel
serviks yang mengandung kanker akan menunjukan warna yang
tidak berubah karena tidak ada glikogen.
6. Radiologi
1) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukan adanya
gangguan pada saluran pelvik atau peroartik limfe.
2) Pemeriksaan intrvena urografi, yang dilakukan pada kanker
serviks tahap lanjut, yang dapat menunjukan adanya
obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi
direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan
rectum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena
( IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi.
3) Magnetic Resonance Imaging ( RMI) atau Computed
Tomographi Scan ( CT Scan) abdomen atau pelvis
digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan
atau terkenanya nodus limpa regional ( Nurwijaya, 2010).

9. Pencegahan Kanker Serviks


Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mecegahnya,
banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya
menderit kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
1. Miiki pola makan sehat, yang kaya akan sayuran, buah dan
sereal untuk merangsang system kekebalan tubuh. Misalnya
mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan
asam folat dapat mengurangi resiko terkena kanker serviks.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan
tembakau dapat meningkatkan resiko terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau diusia sangat muda atau
belasan tahun.
4. Hindari berhubungan seks dalam masa haid terbukti efektif

10. Penatalaksanaan Kanker Serviks


Menurut Nurwijaya (2010), pengobatan kanker serviks tergantung
pada stadium penyakit, pada stadium IB-IIA dapat diobati dengan
pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Sedangkan pada stadium IIB keatas
diobati dengan radiasi saja atau kombinasi radiasi dan kemoterapi.
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah sebuah teknik terapi dalam pengobatan
kanker yang diberikan dengan tujuan untuk menghambat
petumbuhan dan menghancukan sel kanker sampai ke lokasi
yang tidak terjangkau pisau bedah. Syarat seorang pasien untuk
melakukan kemoterapi adalah keadaan umunya harus baik dan
tidak mengalami gangguan fungsi darah, hati dan ginjal.
Kemoterapi biasanya diberikan sebelum atau sesudah
pembedahan. Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi
disebut sebagai teknik neo adjuvant. Tujuan kemoterapi ini
adalah untuk membuat kanker yang sangat besar dan
berbahaya bila dioperasi menjadi lebih kecil serta
memungkinkan untuk dilakukan operasi. Kemoterapi terdiri
dari berbagai macam diantaranya:
1) Kemoterapi dengan pemberian tablet atau kapsul obat
kimia tertentu yang harus diminum.
2) Kemoterapi dalam bentuk suntikan atau injeksi
3) Kemoterapi dalam bentuk infus

Efek samping kemoterapi muncul pada bagian- bagian tubuh


yang sel- selnya membela dengan cepat diantaranya:

1) Sel- sel rambut, sel rambut penderita kanker yang


dikemoterapi banyak yang mengalami kerontokan.
2) Sel- sel sumsum tulang, hal ini bisa dilihat dari
berkurangnya hemoglobin, trombosit, dan sel darah putih
yang membuat penderita selalu lemah, lelah, sesak nafas,
mudah mengalami perdarahan dan infeksi.
3) Sel- sel kulit, sel- sel kulit penderita kanker yang
dikemoterapi akan menghitam/membiru, kering serta gatl-
gatal.
4) Sel- sel organ pencernaan, efek yang terasa penderita
kanker biasanya mual, muntah dan nyeri perut.
5) Sel- sel produksen hormon, efek yang bisa terlihat adalah
penurunan nafsu seks dan kesuburan karena adanya
penurunan produks hormon- hormon seksual.

2. Radioterapi

Radioterapi adalah suatu teknik perlakuan terhadap kenker


dengan menggunakan radiasi sinar tertentu. Radioterapi ini
juga bisa dilakukan sendiri ataupun kombinasi denga terapi
lain, misalnya operasi ataupun kemoterapi (Haryanto,
2009).
3. Operasi
Pembedahan pada kanker serviks organ yang diambil
antara lain rahim, vagina sebagian dan jaringan sekitar
rahim dan kelenjar getah bening panggul. Efek samping
pembedahan antara lain perdarahan, infeksi dan gangguan
buang air kecil. ( Nurwijaya, 2010).

Anda mungkin juga menyukai