“PRENATAL CARE”
DOSEN PEMBIMBING: Surtikanti, M.Kep
DISUSUN OLEH:
VIKTORIA EPRIYANTI P.
SRP 20317095
REGULER B
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI STIK MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN Ca. SERVIKS
A. Definisi
Kanker serviks adalah sel-sel serviks yang tumbuh abnormal pada leher rahim (Arum, 2015).
Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks area bagian bawah rahim yang
tumbuh secara abnormal dan membelah secara tidak terkendali (Rozi, 2013).
Kanker serviks merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher Rahim
(Dinengsih,dkk 2018)
Saat usia dini sel-sel mukosa belum matur dan masih akan mengalami banyak perubahan secara
fisiologis dan anatomi. Hubungan sexual yang dilakukan dapat berpengaruh pada kerusakan
jaringan epitel serviks atau dinding rongga vagina. Kondisi tersebut dapat bertambah buruk
mengarah pada kelainan sel dan pertumbuhan sel abnormal. Usia melahirkan yang terlalu dini
mendatangkan berbagai risiko bagi kaum perempuan. Kerusakan sel pada saluran reproduksi
yang masih berkembang atau belum matang sehingga meningkatkan kemungkinan terjadi mutasi
sel. Mutasi sel yang berlangsung bertahun-tahun akan menghasilkan dysplasia sel pada organ
reproduksi yang dapat menyebabkan kanker serviks. Displasia adalah kerusakan pertumbuhan
sel yang menyebabkan sel memiliki ukuran, bentuk, atau penampakan berbeda dengan sel induk
asalnya. Kejadian ini bertahun-tahun sebelum akhirnya menjadi kanker serviks. (Afiyanti &
Pratiwi, 2016).
2. Usia
Risiko terjadinya Ca Serviks meningkat hingga 2 kali lipat setelah usia 35 – 60 tahun. Meningkatya
risiko kanker pada usia lanjut dikarenakan meningkatnya waktu pemaparan terhadap karsinogen
dan melemahnya system kekebalan tubuh pada usia lanjut.
3. Berganti-ganti pasangan
Individu yang memiliki lebih dari satu pasangan atau pasangan tersebut berhubungan seks lebih dari
satu pasangan, maka meningkatkan risiko terkena infeksi HPV, iritasi dan peradangan pada sel-
sel serviks.
4. Merokok
Terdapat data yang mendukung terjadinya kanker serviks salah satunya disebabkan oleh rokok dan
adanya hubungan antara merokok dengan kanker sel skuamosa pada serviks. Rokok mengandung
unsur-unsur utama antara lain nikotin, aseton, ammonia, karbon monoksida, sebatang rokok
mengandung 4.000 jenis senyawa kimia beracun untuk tubuh yang bersifat karsinogenik.
Komponen utama adalah nikotin yang dapat menimbulkan penyakit kanker. Bahan Karsinogenik
dari tembakau dapat dijumpai dalam lendir serviks wanita perokok. Bahan ini dapat merusak
DNA sel epitel skuamosa dan bersamaan dengan infeksi HPV dapat menjadi keganasan.
Pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi serviks
yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus.
6. Infeksi
Kebersihan diri yang buruk meningkatkan risiko terjadinya infeksi bakteri dan jamur pada area
genital perempuan. Infeksi ini dapat menyebabkan iritasi pada serviks dan menyebabkan keluhan
keputihan yang berkelanjutan yang pada akhirnya meningkatkan risiko kejadian kanker serviks.
Infeksi virus HPV menyebabkan kerusakan pada sel-sel serviks dan membelah diri secara tidak
terkendali yang meningkatkan kemungkinan munculnya keganasan (Damayanti, 2013).
7. Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral dapat berbentuk pil kombinasi, sekuensial, mini atau pasca senggama dan
bersifat reversible. Kontrasepsi oral kombinasi mengandung dosis estrogen dan progesterone
yang tetap. Pemakaian kontrasepsi dengan kandungan estrogen dapat berisiko karena merangsang
penebalan dinding pada endometrium dan merangsang sel-sel endometrium sehingga dapat
merubah sifat menjadi sel kanker.
8. Genetik
Genetik atau keturunan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang terkena kanker.
Kecenderungan genetik ini terjadi karena kerapuhan sel untuk mengalami mutasi diturunkan
bersama dengan penurunan sifat lainnya dari orangtua. Menurut (Rio & Tyas 2017) wanita yang
memiliki riwayat keluarga dengan kanker lebih berisiko terkena kanker.
9. Paritas
Perempuan dengan paritas tinggi memiliki hubungan dengan terjadinya eversi pada epitel kolumner
serviks selama kehamilan yang dapat menyebabkan dinamika baru epitel metaplasia imatur yang
dapat meningkatkan risko transformasi pada sel sehingga memudahkan untuk terinfeksi HPV.
C. Tanda Gejala
Adapun beberapa tanda dan gejala yang bisa ditemukan bagi penderita kanker serviks
menurut (Arum, 2015) yaitu:
1. Keputihan yang tidak normal
Keputihan yang berulang-ulang, tidak sembuh walaupun sudah diobati. Keputihan berbau, gatal dan
panas.
2. Perdarahan pervagina
Dengan makin bertambahnya penyakit tanda menjadi semakin jelas. Perdarahan menjadi semakin
banyak, lebih sering dan berlangsung lebih lama. Perdarahan ini diluar masa haid. Perdarahan ini
bisa terjadi setelah melakukan hubungan badan, perdarahan setelah menopause.
3. Cairan vagina yang berbau
Terjadi massa nekrosis yang berlanjut, karena pertumbuhan tumor yang sangat cepat tidak diimbangi
dengan pertumbuhan pembuluh darah (angiogenesis) agar menperoleh aliran darah yang cukup.
Keadaan ini menyebabkan bau yang tidak sedap dan reaksi peradangan non spesifik.
4. Sering merasa sakit pada organ reproduksi
Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar keluar dari serviks ke dinding panggul, ureter
sering mengalami rasa sakit yang menjalar ke pinggul atau kaki, nyeri saat berkemih dan buang
air besar. Penyebaran ke bagian tungkai bawah dapat menyebabkan edema tungkai bawah, atau
terjadi uremia bila telah terjadi penyumbatan kedua ureter.
D. Stadium Kanker
Stadium kanker serviks menurut International of Gynecology and Obstetrics (FIGO) dalam
(Stead, L. G, 2007) :
1. Stadium 0. Karsinoma in-situ, pemeriksaan yang dilakukan berupa konisasi. Konisasi
merupakan prosedur pengangkatan jaringan yang terdapat selaput lendir serviks dan epitel
serta kelenjarnya. Kelangsungan hidup 5 tahun 100%
2. Stadium I. Karsinoma masih terbatas di serviks, pemeriksaan dilakukan operasi histerektomi.
Kelangsungan hidup 5 tahun 85%
3. Stadium II. Tumor keluar dari uterus namun tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai
1/3 bagian bawah vagina, pemeriksaan dilakukan yaitu kemoradiasi. Kelangsungan hidup 5
tahun 65%
4. Stadium III. Tumor meluas ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina dan
menimbulkan hidronefrosis atau gagal ginjal, dan akan dilakukan hemodialisa, kemoterapi
serta radiasi. Kelangsungan hidup 5 tahun 35%
5. Stadium IV. Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rectum meluas keluar panggul.
Pemeriksaan dilakukan kolostomi, kemoterapi paliatif, radiasi paliatif. Kelangsungan hidup 5
tahun 7%
E. Pencegahan Ca Serviks
Pendidikan kesehatan dalam pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan tiga macam
cara yaitu:
1. Pencegahan primer meliputi:
a. Menurut (Rozi, M F, 2013) dapat dilakukan dengan edukasi pola hidup sehat dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Merawat organ intim dengan benar
Memperhatikan kondisi vagina dalam keadaan bersih, kering dan bebas penyakit. Bila
vagina terkena infeksi segera di obati. Melakukan seks yang aman artinya seks yang
dilakukan dengan suami bukan dengan pacar atau selingkuhan bisa menularkan
penyakit seperti virus HPV (Human papilo virus). Memilih pakaian dalam yang
nyaman, bersih dan kering. Vagina merupakan jalan keluarnya air seni dan berdekatan
dengan anus, oleh karena itu vagina rentan terkontaminasi dengan bakteri- bakteri
2) Perhatian ekstra saat haid
Saat menstruasi mengganti pembalut minimal empat jam. Tidak perlu memilih pembalut
yang seperti apa, yang penting rutin mengganti pembalut. Disaat dalam keadaan tidak
menstruasi, hindari menggunakan pantyliner karena dapat meningkatkan kelembaban.
Penggunaan tampon saat menstruasi sama halnya dengan pembalut hanya
penggunaannya dimasukkin ke dalam liang vagina. Tampon risiko lebih besar karna
tampon lebih dekat ke mulut rahim, maka selain memastikan ukuran tampon tangan
harus benar- benar bersih.
3) Hindari toilet kotor
Toilet yang kotor dapat berpengaruh terhadap kesehatan organ intim wanita, air di toilet
yang telah terkontaminasi oleh jamur, parasit penyebab keputihan dari orang lain dapat
tertular. Kebiasaan yang salah saat membilas vagina, yakni dari arah belakang ke
depan dapat memicu keputihan. Sebaiknya di toilet umum cukup menggunakan tissue
bila airnya kotor. Dan di sarankan mencuci tangan terlebih dahulu
4) Hindari seks saat haid
Saat wanita mengalami menstruasi leher rahim akan terbuka, dapat mempermudah
masuknya kuman dan bakteri. Dan kedua saat menstruasi dinding vagina akan
mengalami inflamasi atau pembengkakan sebagai proses alami. Darah tersebut sebagai
media yang berpotensi mengembangkan kuman dan bakteri yang mengakibatkan
infeksi saluran kencing. Ketiga seks dikala haid dapat menumbuhkan sel-sel
endometriosis, dengan pertumbuhan sel dapat memicu rasa nyeri saat haid. Penyebab
endometriosis adalah aliran balik darah haid dari dalam rahim ke saluran indung telur
dan masuk kembali ke dinding perut. Keempat, gerakan penis pada saat berhubungan
seks di masa haid menjadi pemicu terjadinya gelembung udara ke pembuluh darah
yang terbuka yang mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah dan menyebabkan
kematian mendadak.
5) Hindari berhubungan seks saat usia dini
Berhubungan seks dibawah umur 20 tahun, bisa menyebabkan rusaknya alat reproduksi
wanita
6) Makan makanan bergizi
Yang termasuk dalam golongan anti karsinogen seperti sayuran (brokoli, bayam, wortel)
dan buah-buahan (tomat, sirsak, manggis) yang banyak mengandung betakaroten,
vitamin A, vitamin C dan E. Dan zat gizi lainnya yang dapat mencegah kanker asam
folat, vitamin D, kalsium, Magnesium, niasin dan selenium.
7) Vaksin HPV
Pencegahan kanker serviks dibarengin dengan proteksi spesifik dengan memberikan
vaksin HPV (Kemenkes RI, 2019). Vaksin HPV untuk melindungi dari 4 tipe HPV tipe
6, 11, 16 dan 18. Vaksin diberikan intramuskuler 0,5 cc diulang tiga kali dalam 3 dosis
dalam periode pemberian awal, 2, dan 6 bulan berikutnya, tidak melebihi waktu 1
tahun. Sebaiknya vaksin diberikan sebelum kontak seksual pertama atau sebelum
wanita terpapar dengan HPV. Vaksin dapat mulai diberikan pada wanita usia 10 tahun
sampai usia 55 tahun. Reaksi akibat vaksinasi berupa nyeri, kemerahan,
pembengkakan (Setiawati, 2014).
2. Pendidikan kesehatan dalam pencegahan sekunder Menurut (Afiyanti, 2016) meliputi deteksi
dini kanker serviks :
a. IVA ( Inspeksi Visual Asam asetat)
Pemeriksaan IVA tehniknya mudah dan sederhana, tingkat sensitifitasnya tinggi,
cepat dan cukup akurat untuk menemukan kelainan pada tahap kelainan sel (dysplasia)
dengan cara mengoleskan cairan asam asetat 3-5% pada mulut rahim. Hasil positif apabila
ditemukan plak putih yang tebal atau epitelaseto white pada mulut rahim, hasil negative
apabila permukaan polos, kaku warna merah jambu. Pemeriksaan IVA dilakukan pada
wanita yang sudah melakukan hubungan seksual, tidak melakukan hubungan seksual lebih
dari 24 jam dan tidak sedang haid. IVA dilakukan tiap 3-5 tahun sekali atau sesuai anjuran
dokter, sangat di sarankan bagi wanita yang berisiko terkena kanker serviks.
b. Pap smear
Pap smear merupakan prosedur pengambilan sampel sel dari serviks. Pap smear dilakukan
bila IVA hasil positif dan Pap smear bisa dilakukan tanpa pemeriksaan IVA. Jika hasil pap
smear tiga kali berturut-turut negatif dianjurkan pemeriksaan tes pap smear tiap tahun.
Pemeriksaan dianjurkan lebih sering bagi yang berisiko kanker serviks dan memiliki riwayat
pemeriksaan sel pra kanker pada pemeriksaan sebelumnya. Pencegahan sekunder pada risiko
tinggi dilakukan pada wanita usia < 16 tahun, wanita yang mempunyai banyak partner
seharusnya melakukan tes pap smear tiap tahun.
3. Pencegahan tersier
Dilakukan di rumah sakit, untuk menentukan diagnosa, pengobatan dan perawatan paliatif. Bagi
yang sudah terkena kanker serviks tujuannya adalah untuk mencegah peningkatan stadium atau
penyebaran dari stadium.
F. Penatalaksanaan
1. Konisasi dingin
Konisiasi dingin adalah prosedur saat didapatkannya biopsy berbentuk kerucut dari serviks.
Prosedur ini dapat dilakukan saat pemeriksaan kolposkopi dianggap tidak adekuat. Konisasi
memungkinkan klien untuk mempertahankan kemampuan reproduksi. Konisasi dingin juga
membantu khusunya jika kelenjar endoserviks terlibat dan tidak Nampak.
2. Loop Electrocautery Excision Procedure (LEEP)
LEEP adalah prosedur yang dilakukan untuk mengeksisi area serviks yang menyebaban
kekhawatiran. Dibawah anesthesia local, lesi diangkat secara total dengan lengkung diatermi
bergangan rendah. Manfaat LEEP yaitu penyembuhan yang cepat dan sedikit mengalami
kerusakan jaringan.
4. Histerektomi
Histerektomi abdominal total digunakan untuk terapi karsinoma in situ pada klien yang telah
memiliki anak atau untuk mengatasi kanker invasif.
G. Komplikasi
fistula uretra, disfungsi kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit, infeksi pelvis, obstruksi usus
Komplikasi yang dialami segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis radiasi dan
enteritis. Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung pada kombinasi obat yang digunakan.
Masalah efek samping yang sering terjadi adalah supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena
HYD: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka tingkat nyeri
berkurang dengan kriteria hasil: keluhan yeri menurun dengan skala nyeri 1-0, pasien
tampak rileks, gelisah menurun, kesulitan tidur menurun, frekuensi nadimembaik (60-
100x/mn), pola napas membaik (12-20x/mnt), tekanan darah mebaik 110/70mm Hg)
Intervensi dan rasional:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuesi, kualitas, intensitas nyeri dan skala
nyeri
Rasional: strategi untuk meredakan nyeri dapat dilakukan agar nyeri berkurang
9) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
membaik dengan kriteria hasil: Porsi makanan yang dihabiskan meningkat (½-1 porsi),
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y., & Pratiwi, A. (2016). Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan Promosi,
Permasalahan dan Penangannnya dalam Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Arum, S. P. (2015). Stop Kanker serviks. Yogyakarta: Notebook.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia: CV Pentasada Media
Edukasi
Dinengsih, S., & Sitanggang, E. (2018). Analisis faktor perilaku deteksi dini kanker serviks dengan
metode IVA.
Nanda International, Inc. (2018). Nursing Diagnoses defenitions adn Ckassiication (11 ed.). (T. H.
Herdman, & S. Kamitsuri, Eds.) Ney York, USA: Thieme.
Persatuan Perawat Nasional Indonesi;. (2017). Standar Diagnosos Keperawatan Indonesia. Jakarta,
Jakarta, Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta, Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesi;. (2017). Standar Diagnosos Keperawatan Indonesia. Jakarta,
Jakarta, Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Rozi, M F. (2013). Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks. Yogyakarta: Aulia Publising.
Stead, L. G. (2007). First aid for the obstetric & gynecology clerkshi. 2nd Edition. Mc Graw- Hill.
Toronto: Medical Publishing Division.