Anda di halaman 1dari 64

STASE MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA


NY. RA DENGAN DIAGNOSA KANKER SERVIKS DIRUANGAN G2
RSUD. PROF. DR. ALOEI SABOE

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Individu Stase Keperawatan
Maternitas Program Studi Profesi Ners

Dosen Pengampu : Nuniek Tri Wahyuni, S.Kep.,Ns,M.Kep

Disusun Oleh :
META PUSPITA DEWI ANTU ZEES

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat


rahmat dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. Ra Dengan
Diagnosa Kanker Serviks Diruangan G2 RSUD. Prof. Dr. Aloei Saboe Kota
Gorontalo” Dalam menyelesaikan askep ini, penulis banyak mendapat bantuan
baik materil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen pembimbing khususnya penanggung jawab
keperawatan meternitas. Penulis berharap askep ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, terutama bagi peneliti.

Gorontalo , Oktober 2023

Penulis,
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita


Organ reproduksi perempuan terdiri dari organ genetalia dalam yang
berada di dalam rongga panggul, dan organ genetalia luar. Organ-organ
perempuan ini berkembang dan matang karena rangsangan hormon estrogen
dan progesteron.(Fatmawati, 2018)
1. Organ reproduksi bagian dalam
a. Ovarium
Perempuan dilahirkan dengan 2 ovarium yang terletak secara bilateral di
rongga abdomen dasar di samping uretra. Ovarium merupakan gonad
untuk perempuan serta mengandung sel- sel seks perempuan ialah ovum.
Saat lahir, bayi perempuan mempunyai 2 juta ovum, turun dari jumlah
maksimum 7 juta yang terdapat pada umur kehamilan 7 minggu.
b. Folikel
Di ovarium, tiap ovum dikelilingi oleh sel penunjang yaitu granulosa.
Suatu ovum ditambah sel granulosa yang mengelilingi disebut folikel.
Pada masa anak- anak, folikel imatur yang terdiri dari ovum serta
dikelilingi oleh selapis sel granulosa disebut folikel primordial. Apabila
folikel primordial membengkak disebut folikel primer.
c. Tuba fallopi
Nama lain Tuba fallopi yaitu tuga uterina ataupun oviduct, merupakan
jalan yang dibangun oleh otot polos yang terbuka di salah satu sisi ke
korpus uterus serta di sisi lain ke rongga peritonium. Lubang yang
menuju ke rongga peritonium mempunyai tonjolan disebut fimbrie yang
mengelilingi ovarium. Fimbrie diseliputi oleh silia. Fungsi silia sendiri
untuk menarik ovum ke arah tuba fallopi. Sesudah di tuba fallopi, ovum
berjalan pendek untuk masuk menuju ampula. Proses pembuahan
umumnya terjalin di ampula tuba fallopi. Berikutnya dari ampula ovum
mengarah uterus dalam waktu 3- 4 hari. Apabila terdapat proses
pembuahan oleh mani, hingga sel telur yang dibuahi dinamakan zigot.
d. Uterus
Uterus merupakan sesuatu organ berongga yang terdiri dari tiga susunan
antara lain endometrium di bagian dalam, suatu susunan otot polos
(miometrium) di bagian tengah serta perimetrium di bagian luar.
Terdapat dua bagian utama pada uterus antara lain serviks dan korpus.
Hubungan antara cavum uteri serta canalis servikalis disebut ostium
uteri internum, sementara itu muara canalis sevikalis dalam vagina
disebut ostium uteri eksternum. Bagian serviks diantara ostium uteri
internum anatomikum serta ostium uteri hystoligicum disebut ithmus
uteri.
e. Vagina
Vagina merupakan saluran berotot yang dilapisi oleh sel penghasil
mukus. Susunan otot mempunyai vaskularisasi besar. Kemampuan
vaskularisasi ini sangat berarti berkaitan dengan mekanisme seksual
pada perempuan. Otot vagina dipersarafi oleh saraf motorik pudendus.
Panjang dinding vagina depan berukuran sekitar 6-7 cm sementara pada
dinding belakang sendiri berukuran 7-10 cm. Fungsi vagina sendiri
sebagai saluran keluar uterus, alat senggama, dan jalan lahir. Dua
pertiga sebelah atas pada vagina merupakan bagian yang berasal dari
duktus mulleri, sedang sepertiga bawah vagina berasal dari sinus
urogenitalis.

B. Konsep kanker serviks


1. Definisi kanker serviks
Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada organ reproduksi
wanita, yaitu leher Rahim, yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). (Khairunnisa
et al., 2023)
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah suatu penyakit yang
menyerang system reproduksi pada wanita. Kanker ini adalah kanker yang
terjadi pada area leher rahim yaitu bagian rahim yang menghubungkan
rahim bagian atas dengan vagina. (Irmayani et al., 2017)
Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim
(serviks) dan disebabkan oleh infeksi human papilloma virus
(HPV).Berdasarkan International Agency for Research on Cancer (IARC),
kanker serviks menempati urutan ke dari seluruh kanker pada perempuan di
dunia dengan insidensi 6,5% dan jumlah kematian 7,7%.(Suhaid et al.,
2022).
2. Faktor Risiko Kanker Serviks
Menurut firmana (2017) penyebab terjadinya kanker serviks sampai
saat ini belum diketahui pasti, namun terdapat beberapa faktor risiko
yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
a. Infeksi Human Papiloma virus HPV
Infeksi Human Papiloma virus (HPV) adalah sebuah famili yang
memiliki 150 lebih virus, beberapa diantaranya menyebabkan jenis
pertumbuhan yang disebut papilomas, yang lebih dikenal sebagai
kutil.
b. Hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun
Berhubungan seksual pertama kali pada umur ≤20 tahun
mempunyai risiko 4,788 kali lebih besar untuk mengalami lesi
prakanker serviks, kematangan sistem imun terutama mukosa
serviks sendiri sangat rentan.
c. Pemakaian pil KB
Terdapat bukti bahwa menggunakan kontrasepsi oral dalam jangka
waktu yang lama meningkatkan risiko kanker serviks tapi risiko
kembali turun lagi setelah kontrasepsi oral dihentikan.
d. Faktor genetik
Sekitar 5-10% kasus dengan kanker merupakan penyakit yang
diturunkan. Jenis kanker yang diwariskan dalam keluarga yaiu
kanker payudara, ovarium, kolon (usus besar).
e. Kebersihan genital yang tidak terjaga
Kebersihan memiliki pengaruh terhadap pH vagina sehingga dapat
memberikan peluang untuk pertumbuhan flora, dapat
meningkatkan risiko 29 kali dibanding hygiene baik.
f. Imunosupresif (Penurunan Kekebalan Tubuh)
Peningkatan terjadinya kanker serviks bahwa Human
immunodeficiency virus (HIV) yang menyebabkan AIDS merusak
sistem kekebalan tubuh dan menempatkan perempuan pada risiko
tinggi untuk infeksi HPV.

3. Manifestasi Klinis kanker serviks


a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.
b. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak melakukan
hubungan seksual.
c. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun.
d. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.
e. Nyeri di sekitar vagina
f. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
g. Nyeri pada anggota gerak (kaki).
h. Terjadi pembengkakan pada area kaki.
i. Sakit waktu hubungan seks.
j. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.
k. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara
siklus haid.
l. Sering pusing dan sinkope.
m. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian
bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rectovaginal,
atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh. (Rangkuti et al., 2021).
4. Klasifikasi Kanker Serviks
a. Karsinoma Pra Invasive
1)Stadium 0 : karsinoma in situ atau epitel
b. Karsinoma invasive
1) Stadium I : proses terbatas pada serviks (perluasan ke korpu uteri
tidak dinilai).
a) Stadium I a : Karsinoma serviks preklinis hanya dapat
didiagnostik secara mikroskopis, lesi tidak lebih dari 3 mm atau
secara mikroskopik kedalamannya > 3-5 mm dari epitel basal dan
memanjang tidak lebih dari 7 mm.
b) Stadium I b : Lesi invasif > 5, dibagi atas le12qwsi < 4 Cm dan
>Cm
2) Stadium II : Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar
ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak
sampai dinding panggul.
a) Stadium II a : Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih
bebas dari infiltrat tumor.
b) Stadium II b : Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral
tetapi belum sampai dinding panggul
3) Stadium III : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke
parametrium sampai dinding panggul.
a) Stadium III a : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina namun tidak
sampai ke dinding panggul.
b) Stadium III b : Penyebaran sampai dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding
panggul atau proses pada tingkat I atau II tetapi sudah ada
gangguan faal ginjal/hidronefrosis.
4) Stadium IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara
histologi) atau telah bermetastasis keluar panggul atau ketempat yang
jauh.
a) Stadium IV a : Telah bermetastasis ke organ sekitar.
b) Stadium IV b : Telah bermetastasis jauh.(Irmayani et al., 2017)

5. Patofisiologi kanker serviks


Karsinoma serviks terjadi bila kanker menginvasi epitelium masuk ke
dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke
dalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung
mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada
jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas
ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium. Invasi
ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke
bagian tubuh yang jauh.
Pada tahapan lanjut kanker serviks, terjadi vaskularisai jaringan yang
mengakibatkan peradangan endoserviks dan eksoserviks, sehingga
mengakibatkan gangguan konsep diri. Selain itu penembusan sel epitel
menu struma serviks yang meluas ke jaringan pembuluh limfe dan vena
yang mengakibatkan dinding pembuluh terdesak sehingga menimbulkan
peradangan spontan. Dapat juga terjadi kerusakan struktur jaringan serviks
yaitu pada rectum dan vagina yang dapat mengakibatkan gangguan rasa
nyaman akibat visual rektum mengalami infiltrasi ke saraf. Sementara pada
vagina dapat mengalami infiltrasi ke uretra.
Pada tahap terapi dapat dilaksanakan berupa pembedahan, dan non
pembedahan. Pada terapi non pembedahan dapat dilakukan radiasi, dan
kemoterapi. Pada tahap pembedahan dapat mengakibatkan aktivitas fisik
yang terbatas, sehingga penderita kanker serviks tidak bisa melakukan
aktivitas secara bebas. Pada tahap radiasi dapat menimbulkan Lelah serta
kaku dan pada sendi, dapat juga menyebabkan hilangnya nafsu makan. Dan
pada kemoterapi terdapat efek samping seperti rambut rontok. (Aspiani,
2017)

6. Pathway
7. Komplikasi
a. Komplikasi yang terjadi karena radiasi
Waktu fase akut terapi radiasi pelvik, jaringan-jaringan sekitarnya juga
terlibat seperti intestines, kandung kemih, perineum dan kulit. Efek
samping gastrointestinal secara akut termasuk diare, kejang abdominal,
rasa tidak enak pada rektal dan perdarahan pada GI. Diare biasanya
dikontrol oleh loperamide atau atropin sulfate. Sistouretritis bisa terjadi
dan menyebabkan disuria, nokturia dan frekuensi. Antispasmodik bisa
mengurangi gejala ini. Pemeriksaan urin harus dilakukan untuk
mencegah infeksi saluran kemih. Bila infeksi saluran kemih didiagnosa,
terapi harus dilakukan segera. Kebersihan kulit harus dijaga dan kulit
harus diberi salep dengan pelembap bila terjadi eritema dan
desquamasi. Squele jangka panjang (1 – 4 tahun setelah terapi) seperti :
stenosis pada rektal dan vaginal, obstruksi usus kecil, malabsorpsi dan
sistitis kronis.
b. Komplikasi akibat tindakan bedah
Komplikasi yang paling sering akibat bedah histerektomi secara radikal
adalah disfungsi urin akibat denervasi partial otot detrusor. Komplikasi
yang lain seperti vagina dipendekkan, fistula ureterovaginal,
pendarahan, infeksi, obstruksi usus, struktur dan fibrosis intestinal atau
kolon rektosigmoid, serta fistula kandung kemih dan rectovaginal
c. Komplikasi akibat Tindakan kemoterapi
Komplikasi berkaitan dengan kemoterapi tergantung pada kombinasi
obat yang digunakan. Dapat terjadi supresi sumsum tulang, dan mual
muntah akibat penggunaan kemoterapi yang mengandung sisplatin.
(Tasari, 2018)

8. Pemeriksaan penunjang
a. Pap smear
Dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yg tidak
memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada secret yg diambil
dari posio serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita
usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu.
Setelah 3x hasil pemeriksaan Pap smear setiap 3 tahun sekali sampai
usia 65 tahun. (Herlambang, Erny Kusdiya, 2016)
b. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap
smear untuk wanita diatas 30 tahun. Deteksi DNA HPV yang positif
yang ditemukan kemudian dianggap sebagai HPV yg persisten. Apabila
hal ini dialami pada wanita dengan usia yg lebih tua maka akan terjadi
peningkatan resiko kanker serviks.(Daniko & Sugiharto, 2019)
c. Biopsi
Teknik yang biasa dilakukan adalah punch biopsi yang tidak
memerlukan anastesi & teknik cone biopsy yang menggunakan anastesi.
biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks.
Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi
akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasive (ganas) atau
hanya tumor saja.
d. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap
smear karena kolposkopi memerlukan ketrampilan & kemampuan
kolpokospi dalam mengetes darah yang abnormal.
e. Tes schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan iodium. Pada
serviks yang normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel
epitel serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks
yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah
karena tidak ada glikogen.
f. Radiologi
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung
kemih & rectum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP),
enema barium, & sigmoidoskopi. Magnetic resonance imaging (MRI)
atau CT scan abdomen/pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local
tumor &/atau terkenanya nodus limpa regional.
g. Pelvic limphangiografi
Dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvic atau peroartik
limfe.

9. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau
bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa
memiliki anak. Histerektomi adalah suatu Tindakan pembedahan yang
bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah
satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai
IIA. (Purbadi et al., 2019)
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Efek samping dari
radiasi bermacam-macam seperti kebas dan kesemutan pada tangan dan
kaki, nafsu makan yang menurun, kulit kering, dan sebagainya (Yenny,
Safitri, Erlinawati, Fitri, 2018)
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tabelt, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan menggunakan kemoterapi
tergantung jenis kanker dan fase saat diagnosis. Kemoterapi disebut
sebagai pengobatan adjuvant ketika kemoterapi digunakan untuk
mencegah kanker kambuh. Kemoterapi sebagai pengobatan paliatif
ketika kanker sudah menyebar luas dan dalam fase akhir, sehingga dapat
memberikan kualitas hidup yang baik. Kemoterapi bekerja saat sel aktif
membelah, namun kerugian dari kemoterapi adalah tidak dapat
membedakan sel kanker dan sel sehat yang aktif membelah seperti
folikel rambut, sel di saluran pencernaan dan sel batang sumsum tulang.
Pengaruh yang terjadi dari kerja kemoterapi pada sel yang sehat dan
aktif membelah menyebabkan efek samping yang umum terlihat adalah
kerontokan rambut. kerusakan mukosa gastrointestinal dan mielosupresi.
Sel normal dapat pulih Kembali dari trauma yang disebabkan oleh
kemoterapi, jadi efek samping ini biasanya terjadi dalam waktu singkat.
(Berliana et al., 2019)
Macam-Macam kemoterapi :
1) Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik
Anthrasiklin obat golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat
DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan
replikasi.
2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa
inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan
Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga
terjadi hambatan mitosis sel
4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan
menghambat sintesis protein, sehingga tim sehingga timbul
hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.
C. Dampak Terhadap Kebutuhan Dasar
1. Kebutuhan Oksigenasi
2. Kebutuhan Nutrisi
3. Kebutuhan Aktivitas
4. Konsep Diri
5. Kebutuhan Rasa Aman
6. Pertumbuhan dan Perkembangan

D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Alasan kenapa klien mencari pertolongan
kepada petugas/ institusi kesehatan
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Provocative, yaitu penyebab/ hal-hal yang mendahului
sebelum terjadi keluhan utama
b) Quality/ Quantity, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan
bagaimana rasanya seberapa sering terjadi
c) Region/ Radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut
dirasakan/ ditemukan, daerah/ area penyebaran sampai
kemana
d) Severity scale, yaitu skala keperawatan/ tingkat kegawatan
sampai seberapa jauh
e) Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/
dirasakan
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Riwayat Ante Natal Care
b) Riwayat Intra Natal Care
c) Riwayat Post Natal Care
d) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
e) Riwayat pemakaian obat-obatan
4) Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)
5) Pemeriksaan Fisik
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a) Nyeri
b) Deficit Pengetahuan
c) Resiko Infeksi
3. Intervensi Keperawatan
a) Tujuan (SMART)
b) Rasional
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA
NY. RA DENGAN DIAGNOSA KANKER SERVIKS DIRUANGAN G2
RSUD. PROF. DR. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO

Ruang/Kelas : G2/I Kamar No : 201


Pengkajian Tanggal : 10/10/2023 Jam : 12.00
Tanggal Masuk : 10/10/2023 Jam Masuk : 07.00

A. IDENTITAS
1. Klien / Pasien
Nama : Ny. RA
Umur : 56 Tahun
Suku / Bangsa :-
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Kel. Bulotadaa Timur, Kec. Sipatana
Status Perkawinan : Menikah
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. Z.N
Umur : 58 Tahun
Suku / Bangsa :-
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Kel. Bulotadaa Timur, Kec. Sipatana Status
Perkawinan : Menikah
Hubungan dengan Pasien : Suami
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama masuk rumah sakit
Ny.RA mengatakan pada tanggal 10 oktober 2023 datang ke RS Aloei
Saboe ruangan G2 untuk dilakukan kemoterapi ke 9, dan nyeri di bagian
abdomen menjalar ke pinggang sejak kemarin sore.

b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Ny.RA mengatakan sejak 5 bulan yang lalu sering merasa lemas,
perdarahan sejak 6 bulan yang lalu hilang timbul, perdarahan bercak-
bercak namun darah segar, nyeri abdomen menjalar hingga ke
pinggang. Ny.R mengatakan terdiagnosa kanker serviks stadium IIb
pada September 2023. Pada tanggal 10 oktober 2023 pasien kontrol ke
ruang G2 untuk melakukan rencana kemoterapi, dan pasien
mengatakan mengeluh nyeri perut bagian bawah menjalar sampai ke
pinggang, bercak darah segar, dan mengeluh sangat lemas, pada saat
dilakukan pemeriksaan laboratorium hasil hemoglobin 7,1 g/dL lalu
pasien diinstruksikan dokter untuk rawat inap di ruang mawar untuk
dilakukan transfusi darah sebanyak 5 kolf dan instruksi di ruang
mawar, terapi yang didapat yaitu, infus RL 20x/tmp, tramsamin IV,
nucral sirup 500mg/5mL, B comp sirup 15mL, curcuma sirup 5mL,
transfusi 1 kolf (PRC) 1 x 250cc.
2) Keluhan saat dikaji
Pada tanggal 10 oktober 2023 pukul 12.00 wita saat dikaji pasien
mengatakan sangat nyeri perut menjalar sampai ke pinggang,
perdarahan bercak dari jalan lahir berupa darah segar, pasien merasa
sangat lemas sejak kemarin sore.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ny.R mengatakan ada keluarganya kakaknya yang memiliki riwayat
penyakit kanker payudara sejak 2 tahun yang lalu.
c. Riwayat obsetri
1) Riwayat menstruasi
Ny.RA mengatakan pertama kali haid pada usia 12 tahun, haid teratur
dengan siklus 28 hari dengan lamanya 4-7 hari, nyeri haid yang
dirasakan nyeri sedang, pasien mengatakan tidak perlu mengkonsumsi
apapun untuk meredakan nyeri haid. Pasien terakhir menstruasi 12
tahun yang lalu.
2) Riwayat pernikahan
Ny.RA mengatakan menikah 1 kali dengan suami yang sekarang
pada usia 19 tahun.
3) Riwayat persalinan
Ny.RA mengatakan mempunyai anak tiga, anak pertama laki-laki
lahir tahun 1986, anak kedua perempuan lahir tahun 1990, dan
anak terakhir perempuan lahir tahun 1998. Semua kelahiran anak
Ny RA adalah persalinan normal.
4) Riwayat kontrasepsi
Ny.RA mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan. Ny.RA
mengatakan bahwa klien pernah memasang spiral selama 3 bulan
pada tahun 2000, lalu klien berhenti karena klien saat haid keluar
darah segar seperti habis melahirkan. Klien terakhir KB suntik 3
bulan. Sejak tahun 2009 s.d 2023 klien tidak haid lagi.
d. Pola fungsional Kesehatan
1) Aktivitas dan mobilisasi
Ny.RA mengatakan tidak bisa lagi melakukan aktivitas sehari-hari di
rumah seperti menyapu, memasak, dan mencuci piring karena Ny.RA
merasa badannya lemas. Saat di RS : pasien hanya terbaring di tempat
tidur, saat pasien ingin ke kamar mandi pasien dibantu oleh suami.
2) Istirahat tidur
Ny.RA mengatakan saat sedang tidur kadang terbangun karena nyeri
perut sampai ke pinggang timbul, pasien sering terbangun 2-3
kali,agar dapat tidur Kembali pasien minum analgesik, tidur pada
siang hari setengah jam, lama tidur malam : 4-5 jam. Saat di RS
pasien tidur malam 3-4 jam dan masih sering terbangun karena nyeri
muncul, agar pasien tidur kembali pasien minum analgesik, lama tidur
siang hanya setengah jam.

3) Pola Persepsi Kesehatan


Ny.RA mengatakan bahwa penyakitnya sangat membuat pasien
menderita karena nyerinya, Ny.RA mengatakan bahwa penyakitnya
merupakan pengangkat dosa-dosanya. Klien mengatakan penyakit
yang dideritanya sudah tidak bisa sembuh lagi.
4) Eliminasi
Ny.RA mengatakan frekuensi BAK klien 5-7 kali per hari, warna urine
kuning, bau urine khas, dan tidak ada nyeri saat BAK. Ny.RA juga
mengatakan sulit BAB, frekuensi BAB hanya 1-2 kali seminggu,
warna feces hitam, bau feces khas, konsistensi feces keras, keluhan
saat BAB yaitu sulit untuk BAB. Pada saat di RS frekuensi BAK
pasien 4-6 kali per hari, warna urine kuning, bau urine khas, dan tidak
ada nyeri saat BAK. Pasien mengatakan selama di Rumah Sakit pasien
belum BAB.
5) Makan dan minum
Ny.RA mengatakan frekuensi makan 3 kali sehari, jenis makanan nasi,
porsi makan yang dihabiskan ½ porsi, klien tidak ada pantangan
makanan,. Ny.RA mengatakan frekuensi minum 6-8 gelas per hari,
jenis minum air putih. Pada saat di RS pasien hanya menghabiskan 1/5
porsi
6) Neurosensory dan nyeri kenyamanan
Ny.RA mengatakan nyeri di bagian abdomen menjalar sampai ke
pinggang, klien tidak ada merasakan demam atau menggigil. Pencetus
nyeri ialah penyakit kanker serviks yang diderita, Kualitas nyeri yang
dirasakan klien seperti ditusuk-tusuk, lokasi nyeri di perut menjalar
sampe ke pinggang, klien mengatakan skala nyeri berada pada angka
7, waktu nyeri yang dirasakan kurang lebih 1 jam
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: pucat, lemas,
Tingkat kesadaran : composmentis
Tekanan darah: 138/79 mmHg
Frekuensi nadi: 85x/menit
Frekuensi nafas: 20x/menit
Temperatur : 35,4
2) Kepala
Rambut botak, karena klien menjalani kemoterapi. Wajah Pucat, mata
sklera putih, konjungtiva anemis, palpebra tidak ada edema, refleks
cahaya+/+, pupil isokor +/+. Leher tidak teraba pembesaran kelenjar
tiroid dan limfe
3) Payudara
Tidak ada pembengkakan payudara
4) Thorax
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit. Ekspansi paru
simetris, pengembangan sama di paru kanan dan kiri, suara nafas
vesikuler di semua area lapangan paru. Jantung : denyut nadi
105x/menit, suara jantung lup dup
5) Abdomen
Bentuk abdoen datar, terdapat luka jahitan bekas operasi, dan klien
mengatakan ada nyeri perut
6) Ekstremitas
a) Ektremitas atas klien kuku berwarna merah muda, tidak ada
edema, capillary refill >2 detik.
b) Ekstremitas bawah klien warna kuku merah muda, tidak terdapat
edema, tidak terdapat varises, tetapi klien mengatakan sekali-kali
kaki klien kesemutan.
7) Genetalia
Terdapat perdarahan pervaginam, tidak ada keputihan, bau khas
f. Pemeriksaan penunjang
Tanggal 10 Oktober 2023

Hematologi Hasil Nilai normal

Hematokrit 21 40 – 54

Hemoglobin 7.1 12.0 – 15.0

Leukosit 5300 4000 – 45000

g. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan Medis
Tanggal
NO Nama Obat Rute Dosis Waktu
10/10/23 11/10/23 12/10/23
1. Infus RL IV 20 tpm 24 jam   
2. Tranexamic IV 5 mL 3x24 jam   
Acid drip
cairan
RL 500cc
28 tpm
3. B. Comp Oral 15 ml 1x24   
drip
cairan
RL 500
cc 28 tpm
4. Curcuma sirup 5mL 3x24 jam   
5. Nukral sirup 500mg/ 3x24 jam   
5 mL
6. Keterolac IV 10 mg/Ml 3x24 jam   
drip cairan
RL 500 acc
1. Transamin Oral 3x24 jam   

2. Transfusi IV 250cc 1x24 jam   


PRC 5 kolf
ANALISA DATA

Nama: Ny.RA No RM: 849062

Usia: 56 tahun Diagnosa: kanker serviks


stadium 2B
N Data Faktor risiko Masalah
o
1. Ds :
1. Ny.RA mengatakan nyeri Infiltrasi tumor Nyeri
abdomen manjalar sampai ke kronis
pinggang .
Pencetus nyeri ialah penyakit
kanker serviks yang diderita nyeri
yang dirasakan klien seperti
ditusuk-tusuk, lokasi nyeri yang
dirasakan klien perut menjalar
sampe kepinggang ,tingat nyeri
yang dirasakan sangat nyeri, nyeri
muncul selama kurang lebih 1 jam.

Do:
1. Ny.RA tampak meringis saat
nyeri
2. Pasien tampak gelisah saat
nyeri timbul
3. TD: 138/79 mmHg
Peningkatan denyut nadi
Nadi: 105x/menit
Frekuensi napas: 20x/menit
Temperatur: 35,4 c
4. Pasien tampak menunjukkan
skala nyeri 7
5. Proteksi diri klien tampak
terbaring saja, posisi pasien
tampak miring kanan miring
kiri

2. Ds : Proses keganasan Risiko


1. Ny.RA mengatakan perdarahan pada serviks perdarahan
sejak 6 bulan yang lalu
2. Ny.RA mengatakan keluar
darah bercak-bercak namun
sering, berupa darah segar, bauk
has
3. Ny.RA mengatakan terdiagnosa
kanker serviks tahun 2021

4. Ny.RA mengatakan sudah


menjalani kemoterapi 2 siklus
5. Ny.RA mengtakan lemas

Do :
1. Diagnosis medis kanker
serviks stadium 2B
2. Darah yang keluar dari
pervaginaan berupa bercak
darah segar
3. Wajah tampak pucat
4. Konjungtiva anemis
5. Hb klien 7.1
6. Pasien tampak lemas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Nama pasien Diagnosa

1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor

Ny.RA
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses keganasan pada
serviks
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri kronis Setelah diberikan intervensi keperawatan Manajemen
berhubungan selama 3 x 24 jam, tingkat nyeri menurun nyeri :
dengan yang ditandai dengan: Observasi
infiltrasi tumor 1. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui lokasi,
(D.0078). 2. Meringis menurun karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
3. Sikap protektif cukup menurun frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas,
4. Gelisah menurun intensitas nyeri intensitas nyeri
5. Perasaan depresi cukup menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahu skala nyeri yang
6. Pola napas membaik dirasakan pasien.
7. Nafsu makan membaik 3. Identifikasi respon nyeri 3. Mengetahui respon pasien
8. Pola tidur membaik non verbal. terhadap nyeri
9. Tekanan darah membaik 4. Identifikasi faktor yang 4. Mengetahui factor
10. Melaporkan nyeri terkontrol cukup memperberat dan yang memperberat
meningkat memperingan nyeri dan memperingan
11. Kemampuan menggunakan teknik non nyeri
farmakologis meningkat 5. Identifikasi pengetahuan 5. Mengetahuipengetahuan
12. Dukungan orang terdekat cukup dan keyakinan tentang nyeri dan keyakinan pasien
meningkat tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh nyeri 6. Mengetahui penyebab
pada kualitas hidup nyeri pada kualitas hidup
7. Monitor keberhasilan terapi 7. Mengetahui
komplementer yang sudah keberhasilan terapi
diberikan komplementer
8. Monitor efek samping 8. Mengetahui efek samping
penggunaan analgetik 2dari penggunaan
Terapeutik analgetic
9. Berikan teknik
nonfarmakologis relaksasi 9. Untuk mengetahui respon
nafas dalam relaksasi nafas dalam pada
10.Kontrol lingkungan yang nyeri
memperberat rasa nyeri 10.Mencegah nyeri karena
(Suhu ruangan, faktor ligkungan
pencahayaan, kebisingan)
11.Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam 11.Mengetahui jenis dan
pemilihan strategi sumber nyeri dalam
meredakan nyeri pemilihan strategi
Edukasi meredakan nyeri
12.Jelaskan penyeba
periode dan pemicu 12.Pasien dapat mengetahui
nyeri kanker serviks penyebab dan pemicu nyeri
13.Jelasakan strategi
meredakan nyeri 13.Membantu pasien
kanker serviks memahami strategi dalam
14.Anjurkan memonitor mengurangi nyeri
nyeri secara mandiri 14.Pasien dapat mengontrol
15.Anjurkan nyeri yang dirasakan
menggunakan 15.Penggunaan analgetik yang
analgetik secara tepat tepat dapat membantu
meredakan nyeri yang
16.Mengajarkan teknik dirasakan
nonfarmakologis 16.Pasien dapat melakukan
untuk mengurang teknik non farmakologi
nyeri secara mandiri
Kolaborasi
17.Kolaborasi
pemberian analgetik 17. Pengunaan analgetik
yang tepat mengurangi
terjadinya efek samping
yang tidak diinginkan.
2. Risiko Setelah diberikan intervensi keperawatan Pencegahan
perdarahan selama 3 x 24 jam, yang di tandai dengan perdarahan
berhubungan tingkat perdarahan: Observasi
dengan proses 1. Kelembapan membrane mukosa 1. Monitor tanda dan gejala
1. Mengetahui tanda dan gejala
keganasan pada meningkat perdarahan
serviks 2. Perdarahan vagina menurun perdarahan
(D.0012) 3. Hematokrit membaik 2. Monitor nilai hemoglobin 2. Mengetahui hemoglobin
4. Hemoglobin membaik sebelum dan setelah pasien sebelum dan setelah
5. Tekanan darah membaik kehilangan darah kehilangan darah
6. Hematemesis menurun Teraupetik
7. Hematuria menurun 3. Pertahankan bed rest 3. Pasien melakukan bed rest
8. Denyut nadi apical membaik selama perdarahan
9. Suhu tubuh membaik Edukasi
4. Jelaskan tanda dan gejala 4. Pasien dapat mengetahui
perdarahan tanda dan gejala perdrahan

5. Anjurkan meningkatkan 5. Pasien dapat meningkatkan


asupan cairan umtuk asupan cairan
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian obat 6. Penggunaan obat dapat
pengontrol perdarahan mengurangi perdarahan
7. Kolaborasi pemberian produk
darah 7. Transfusi darah dapat
meningkatkan hemoglobin
pasien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama: Ny.RA
No RM: 849062
Usia : 56 tahun
Diagnosa: Kanker serviks stadium 2B

Tanggal 10 Oktober Hari perawatan 1


Pukul No. Implementasi Respon hasil Paraf
Diagnos
a

12.00 I 1. Memeriksa tekanan darah, nadi, 1. TD: 138/79 mmHg


pernafasan, dan suhu. Nadi: 107x/menit
Frekuensi nafas: 20x/menit
Suhu: 35,4 c
12.15
I 2. Menanyakan pada Ny.RA lokasi, 2. Pasien mengatakan pencetus nyeri
karakteristik, durasi, frekuensi, kanker serviks, kualitas nyeri yang
kualitas,intesitas nyeri yang dirasakan seperti ditusuk tusuk,
dirasakan klien lokasi nyeri yang dirasakan di
perut menjalar sampai ke
pinggang, tingkat nyeri yang
dirasakan 7, waktu nyeri yang
dirasakan klien selama kurang
lebih 1 jam
12.25
I 3. Mengobservasi respon nyeri non 3. Pasien tampak meringis dan
verbal gelisah
12.35
I 4. Jelaskan penyebab, periode dan 4. Pasien mengatakan sudah mengetahui
pemicu nyeri kanker serviks penyebab kanker serviks dan pemicu
12.45 nyeri pada kanker serviks
I 5. Mengobservasi skala nyeri 5. Pasien menunukkan nyeri pada skala 7
menggunakan Numerical Rating
Scale (NRS)
13.05 6. Mengajaran pasien strategi 6. Pasien mengatakan iya akan
I meredakan nyeri dengan melakukannya
memposisikan diri rileks dan
dukunungan keluarga dan anak
13.15 7. Memberikan obat analgesik 7. Pasien mengatakan saat dimasukkan
I melalui intravena sesuai dosis : obat merasakan sedikit nyeri, dan
13.30 a. Tranexamic acid 5 Ml drip setelah masukkan obat 15 menit nyeri
II cairan RL 500 cc 28 tpm berkurang
b. Katerolac 10mg/ml drip cairan
RL 500 cc 28tpm
13.40 8. Memonitor tanda dan gejala 8. Perdarahan yang keluar kurang lebih 7
II perdarahan cc
9. Memonitor nilai hemoglobin 9. Pasien mengatakan hemoglobin pasien
sebelum dan setelah kehilangan sebelumnya 9 , setelah dilakukan
13.50 darah pemeriksaan hemoglobin pasien 7,1
II
10. Menganjurkan pasien untuk tetap 10.Pasien bed rest
bed rest selama masih perdarahan
14.05 keluar
II 11. Menganjurkan pasien untuk 11.Pasien mengatakan iya akan banyak
banyak mengkonsumsi cairann minum air putih
14.15
II 12.Mengkolaborasi pemberian 12. Pasien transfusi darah IV 250cc (PRC)
transfusi darah PRC 20 tetes menit

14.20
I,II 13. Mengajarkan pasien memonitor 13. Pasien mengatakan sudah mampu
nyeri secara mandiri melakukan terapi yang diberikan
a. Teknik relaksasi nafas dalam
b. Akupresur titik B23 dan B47
menggunakan tangan

Nama: Ny.RA
No RM:
Usia : 56 tahun
Diagnosa: Kanker serviks stadium 2B

Tanggal 11 Oktober 2023 Hari perawatan 2


Pukul No. Implementasi Respon hasil Paraf
Diagnosa

08.10 1. Memeriksa tekanan darah, nadi, 1. TD: 123/75 mmHg


I,II pernafaa, dan suhu. Nadi: 85x/menit
Frekuensi nafas: 20x/menit
Suhu: 36,5 c
08.20
I 2. Menanyakan pada Ny.RA nyeri 2. Pasien mengatakan pencetus nyeri kanker
yang dirasakan seperti apa, serviks, nyeri yang dirasakan seperti pegal-
lamanya timbul nyeri berapa pegal, tingkat nyeri yang dirasakan nyeri
lama, berapa kali nyeri itu sedang nyeri yang dirasakan selama 45
muncul menit, nyeri muncul secara tiba-tiba

08.30 3. Mengobservasi skala nyeri 3. Pasien menunujukkan nyeri pada skala 5


I menggunakan Numerical Rating
Scale (NRS)

08.40 4. Mengulangi pasien strategi 4. Pasien mengatakan sudah menggunakan


I,II meredakan nyeri yang telah strategi yang diajarkan
diajarkan

08.50 I,II 5. Memberikan obat analgesik 5. Pasien mengatakan merasa nyeri saat obat
melalui intravena sesuai dosis : dimasukkan, dan nyeri berkurang setelah 15
a. Tranexamic acid 5 Ml drip menit obat dimasukkan
09.00 cairan RL 500 cc 28 tpm
II b. Katerolac 10mg/ml drip
09.30 cairan RL 500 cc 28tpm
II
6. Mengajurkan pasien untuk tetap 6. Pasien tampak bed rest
bed rest
09.55 7. Menganjurkan pasien untuk tetap 7. Pasien mengatakan banyak minum air putih
II mengkonsumsi cairan agar pasien menghindari konstipasi
10.05
II 8. mpemberian transfusi darah 8. Pasien transfusi darah IV 250cc (PRC)

10.20
I,II 9. Mengulangi terapi teknik
9. Pasien mampu mengulangi terapi yang
relaksasi nafas dalam dan
diberikan
12.00 akupresur titik B23 dan B47
I,II menggunakan tangan
Nama: Ny.R
No RM:
Usia : 56 tahun
Diagnosa: Kanker serviks stadium 2B

Tanggal 12 Oktober Hari perawatan 3


Puku No. Implementasi Respon hasil Paraf
l Diagnosa

08.15 1. Memeriksa tekanan darah, nadi, 1. TD: 144/82 mmHg


I,II pernafaa, dan suhu. Nadi: 77x/menit
Frekuensi nafas: 20x/menit
Suhu: 35,7 c
08.25
I 2. Menanyakan pada Ny.RA nyeri 2. Pasien mengatakan nyeri yang
seperti apa yang dirasakan,lama nyeri dirasakan klien seperti pegal pegal,
munculberapa lama tingkat nyeri yang dirasakan 4, waktu
nyeri yang dirasakan selama kurang
lebih 30 menit
3. Pasien menunjukkan nyeri pada skala
3. Mengobservasi skala nyeri 4
08.40 menggunakan Numerical Rating
I Scale (NRS)

4. Mengulangi pasien strategi 4. Pasien mengatakan merasa rileks,


08.50 meredakan nyeri dengan teknik nyeri berkurang sementara saat
I,II nonfarmakologis relaksasi nafas dilakukan terapi relaksasi nafas dalam
dalam dan teknik akupresur titik B23 dan akupresur
dan B47 menggunakan tangan
5. Memonitor nilai hemoglobin sebelum 5.Hasil pemeriksaan Hb pasien 9,4
09.05 II dan sesudah kehilangan darah
6. Pasien tampak bed rest
6. Mengajurkan pasien agar tetap bed
09.20 II rest 7. Pasien mengatakan sudah banyak
7. Menganjurkan pasien untuk tetap mengkonsumsi cairan seperti air putih
09.50 I,II banyak mengkonsumsi cairan
8. Pasien transfusi darah IV 250cc
8. Mengkolaborasi pemberian transfusi (PRC)
10.05 II
9. Mengulangi terapi teknik relaksasi 9. Pasien mampu mengulangi terapi
12.00 II nafas dalam dan akupresur titik B23 yang diberikan
dan B47 menggunakan tangan
EVALUASI KEPERAWATAN

No Tanggal No. Evaluasi Paraf


Diagnosa

1. 10 Oktober I S:
2023 - Pasien mengatakan masih merasakan nyeri perut bagian
bawah menjalar sampai ke pinggang
(17.00) - Pasien mengatakan sering terbangun sedang tidur karena nyeri
muncul
- Pasien mengatakan hanya menghabiskan 1/5 porsi makan
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
- Pasien mengatakan ikhlas dengan penyakit yang diderita
- Pasien mengatakan mengkolaborasi penggunaan analgesik
pereda nyeri
- Pasien mengatakan setelah diberikan terapi relaksasi nafas
dalam dan terapi akupresur pinggang nyeri berkurang

O:
- Pasien masih tampak meringis
- Pasien masih tampak gelisah
- Pasien tampak memang perut
- Skala nyeri Pasien 6
- Frekuensi nafas 20x/menit

A: Tingkat Nyeri kronis berada padal level 6


P: Intervensi dilanjutkan

No Tanggal No. Evaluasi Paraf


Diagnosa

2 10 Oktober II S:
2023 - Pasien mengatakan masih lemas
- Pasien mengatakan keluar darah pervaginaan berupa bercak-
(17.00) bercak darah segar
- Pasien mengatakan kolaborasi analgesik perdarahan
- Pasien mengatakan kurang isitrahat saat nyeri timbul
- Pasien mengatakan belum mampu melakukan mobilasasi penuh
karena masih lemas
O:
- Pasien masih tampak lemas
- Pasien masih tampak pucat
- Konjungtiva Pasien anemis
- Hematokrit 2.1 vol%
- Hemoglbin pasien 7,1 g/dL
- Pasien transfusi darah 1 kolf (PRC) 250cc

A: Tingkat perdarahan menurun


P: Intervensi dilanjutkan
No Tanggal No. Evaluasi Paraf
Diagnosa
1 11 Oktober I S:
2023 - Pasien mengatakan masih merasakan nyeri perut bagian
bawah menjalar sampai ke pinggang
(14.00) - Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti pegal-pegal
- Pasien mengatakan mengkonsumsi penggunaan obat
analgesik
- Pasien mengatakan menghabiskan makan 1/5 porsi
- Pasien mengatakan terbangun saat tidur saat nyeri muncul
- Pasien mengatakan saat nyeri muncul pasien mengatasi nyeri
menggunakan strategi relaksasasi nafas dalam dan teknik
akupresur pinggang yang diajarkan
O:
- Pasien tampak lemas
- Frekuensi nafas 20x/menit
- Tingkat skala nyeri Pasien 5

A: Tingkat nyeri kronis berada pada level 5


P: Intervensi dilanjutkan

No Tanggal No. Evaluasi Paraf


Diagnosa

2 11 Oktober II S:
2023 - Pasien mengatakan masih sedikit lemas
Pasien mengatakan keluar darah pervaginam sudah berkurang
(14.00) - Pasien mengatakan masih mengkonsumsi analgesik perdarahan
O:
- Pasien masih tampak sedikit lemas
- Pasien masih tampak pucat
- Hemoglobin pasien 7,1 g/dL
- Hematokrit 2.1 vol%
- Mukosa pasien lembab
- Pasien transfusi darah 2 kolf (PRC)/250cc

A: Tingkat perdarahan menurun


P: Intervensi dilanjutkan
No Tanggal No. Evaluasi Paraf
Diagnosa

1 12 Oktober I S:
2023 - Pasien mengatakan masih merasakan nyeri perut bagian
bawah menjalar sampai ke pinggang namun frekuensi nyeri
(14.00) berkurang
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti pegal
- Pasien mengatakan mengkonsumsi penggunaan analgesik
- Pasien mengatakan sudah bisa tidur tetapi masih terbangun
- Pasien mengatakan saat nyeri muncul pasien meredakan nyeri
menggunakan strategi relaksasasi nafas dalam yang diajarkan
O:
- Pasien tampak rileks
- Frekuensi nafas 21x/menit
- Pasien tampak mengobrol dengan anaknya
- Tingkat skala nyeri 4

A: Tingkat nyeri kronis menurun, tingkat nyeri berada pada level


4
P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat
No Tanggal No. Evaluasi Paraf
Diagnos
a

2 12 Oktober II S:
2023 - Pasien mengatakan lemas berkurang
- Pasien mengatakan keluar darah pervaginam berkurang
(14.00) - Pasien mengatakan masih mengkonsumsi analgesik
perdarahan
- Pasien mengatakan masih ada rencana transfusi darah
O:
- Pasien tampak duduk
- Hematokrit 38vol%
- Hemoglobin pasien 11,6g/dL
- Membran mukosa lembab
- Pasien transfusi darah 2 kolf (PRC)/250cc

A: Tingkat perdarahan menurun


P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan.
A. Pembahasan
Pada bagian bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan data
yang ditemukan dalam proses keperawatan pada kasus Ny.RA dengan diagnose
kanker serviks stadium 2B + Anemia berat yang di rawat di ruangan G2 RS Aloei
Saboe Kota Gorontalo. Kesenjangan antara teori dengan kasus akan dibahas mulai
dari pengkajian sampai evaluasi keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada Ny.RA di dapatkan hasil bahwa Ny.RA mengatakan nikah
di usia 19 tahun. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa salah satu
faktor kanker serviks serviks terjadi pada perempuan yang menikah di bawah
usia 20 tahun (Halim & Khayati, 2020)
Data pengkajian didapatkan nyeri yang dialami Ny.RA yaitu nyeri bagian
perut menjalar sampai ke pinggang dan sudah nyeri kronis, hal ini sejalan
dengan teori bahwa nyeri pada pasien kanker serviks masuk dalam nyeri kronis
dengan nyeri yang dirasakan terus menerus, nyeri yang dirasakan seperti nyeri
hebat di daerah abdomen, bokong, pinggang (Natosba et al., 2019). Ny.RA
mengatakan bahwa pasien sekarang tidak lagi melakukan aktivitas sehari-hari,
hal ini sama dengan teori menyatakan nyeri yang dirasakan pasien kanker
serviks akan mengganggu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan kualitas
hidup pasien dengan kanker serviks (Atifah et al., 2021)
Kejadian kanker serviks pada Ny.RA dapat dihubungkan adanya riwayat
kesehatan keluarga atau faktor genetik, hal ini dibuktikan bahwa kakak Ny.RA
ada yang mengalami kanker payudara 2 tahun yang lalu. Hal tersebut sejalan
dengan teori yang menyatakan bahwa faktor penyebab kanker serviks salah
satunya genetic (firnama 2017).
Dari hasil pemeriksaan laboratorium Ny,RA didapatkan hasil hemoglobin
pasien 7,1 dan Ny.RA mengatakan perdarahan pervaginam. hal ini sama dengan
teori yang menyatakan bahwa komplikasi yang terjadi pada kanker serviks ialah
anemia, kekurangan zat besi dan perdarahan kanker adalah penyebab umum
anemia pada kanker serviks, keadaan ini diakibatkan oleh peradangan kronis
yang dihubungkan oleh stadium kanker lanjut.(Rangkuti et al., 2021).
Data yang terdapat dari tinjauan teori sesuai data yang ditemukan penulis
saat melakukan pengkajian. Tahap-tahap dalam tinjauan teori sudah
diaplikasikan oleh penulis. Data keluhan utama yang ditemukan di tinjauan teori
yaitu nyeri kronis pada infiltrasi tumor (pasien yang mengalami kanker serviks)
sama dengan yang ditemukan dengan kasus, pengkajian pada tanggal 10 oktober
2023. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital di temukan, TD: 138/79 mmHg, Nadi:
105x/menit, frekuensi napas: 20x/menit, suhu 35,4 c. Tidak ada kesenjangan
antara teori dengan kasus.

2. Diagnosa
Diagnosa yang ditemukan pada kasus kanker serviks stadium2B +
anemia berat yang dibutuhkan Ny.RA yaitu kenyamanan (nyeri kronis). Yang
dimana nyeri kronis b.d infiltrasi tumor mengeluh sering nyeri pada perut
menjalar sampai ke pinggang, Ny.RA juga mengatakan nyeri sering muncul
kapan saja sehingga mengganggu kenyamanan pasien saat sedang istirahat,
Ny.RA mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dari perut menjalar sampai ke
pinggang, tingkat nyeri yang dirasakan skala 7, pasien tampak gelisah, meringis
menahan sakit, pasien dilakukan pemeriksaan, TD: 138/79 mmHg, N:
85x/menit, RR: 20X/menit, S: 35,4 c. Sedangkan pada diagnosa kedua penulis
menegakkan diagnosa kanker serviks stadium2B + anemia yaitu risiko
perdarahan b.d proses keganasan pada serviks, karena pada tanggal 10 oktober
2023 ditemukan data pasien keluar perdarahan dari pervaginam bercak-bercak
berupa darah segar, dan hasil pemeriksaan laboratorium Hb pasien 7,1 g/dL.
Pada saat perawat mengajak pasien mengobrol pasien tampak nyeri dan lemas.

3. Intervensi
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan SIKI PPNI 2017 yaitu
managemen nyeri yang terdiri dari observasi, teraupetik, dan kolaboratif. Semua
intervensi pada diagnosis pertama nyeri kronis yaitu manajemen nyeri semua
dilakukan sesuai dengan direncanakan pada kasus Ny.RA. Penulis menyusun
rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang
muncul berdasarkan rencana keperawatan yang telah dituliskan pada teori. Pada
kasus Ny.RA penulis melakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam.
Rencana Tindakan diagnosis pertama untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien dengan memonitor tanda-tanda vital, melakukan pengkajian
nyeri secara komperhesif yang meliputi (PQ,R,S,T) dan menggunakan Numeric
Ranting Scale, mengajarkan Teknik relaksasi nafas dalam dan akupresur pada
titik B23 dan B47 menggunakan tangan selama 15-20 menit, mengontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi kenyamanan klien seperti mengatur suhu,
dan mengkolaborasi pemberian analgesic.
Sedangkan untuk diagnosis kedua intervensi yang dikembangkan kepada
Ny.RA untuk meningkatkan status keamanan pasien yaitu memonitor perdarahan
pasien, memonitor aktivitas istirahat pasien, memonitor keadaan lemas dan pucat
pasien, memonitor hemoglobin pasien, motivasi keluarga untuk memberikan
dukungan emosional, mengkolaborasi pemberian obat penghentian perdarahan,
dan mengkolaborasi pemberian transfuse darah.

4. Implementasi
Setelah Menyusun rencana keperawatan, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan Tindakan keperawatan atau implementasi. Pada kasus Ny.RA
terdapat kesenjangan intervensi dan implementasi yang dilakukan. Semua
Tindakan dilaksanakan sesuai rencana yang disusun namun pada saat proses
implementasi hari ke 1, implementasi yang dilakukan yaitu memonitor tanda-
tanda vital pasien, mengkaji skala nyeri dengan menggunakan Numeric Ranting
Scale (NRS), menjelaskan strategi meredakan nyeri, mengajarkan Teknik
nonfarmakologis seperti terapi relaksasi nafas dalam, penanganan nyeri dengan
dilakukannya tindakan relaksasi nafas dalam sangat efektif yaitu dapat
menurunkan nyeri dengan merileksasikan ketegangan otot yang menunjang
nyeri, teknik relaksasi terdiri dari atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat,
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan
dengan nyaman (Safitri & Machmudah, 2021). dan akupresur titik B23 dan B47,
akupresur adalah pengobatan komplementer yang menggunakan jari dan
memberikan tekanan untuk merangsang titik-titik akupuntur tubuh manusia, titik
Bladder 23 dan Bladder 47 ini terletak di kedua sisi di punggung, lebar 2 jari
(B23) dan lebar (B47) dari tulang belakang setinggi pinggang, di setiap sisi
sumsum tulang belakang (Ramadhana et al., n.d, 2021) memberikan
kenyamanan pada pasien dan dapat mencegah nyeri saat muncul, terapi
dilakukan selama 10-20 menit. Pada hari ke 2 dan ke 3 pada Ny.RA tidak
berbeda jauh dengan yang dilakukan di hari ke 1.
Pada kasus Ny.RA tidak terdapat kesenjangan intervensi dan implementasi
yang dilakukan. Semua Tindakan yang dilakukan sesuai rencana yang disusun.
Penulis melakukan implementasi keperawatan selama 3 hari dimulai pada
tanggal 10 Oktober 2023 sampai dengan 12 Oktober 2023 dengan target tingkat
nyeri menurun dan tingkat perdarahan menurun untuk kedua diagnosa
keperawatan. Selama melakukan implementasi, penulis menemukan faktor
pendukung keberhasilan tindakan pada Ny.RA yaitu pasien dan keluarga sangat
koorperatif selama tindakan, kerjasama terjalin baik dengan perawat ruangan,
data medis dari dokter dan catatan keperawatan didapatkan dengan baik
sehingga pelaksanaan keperawatan dapat berjalan lancar.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan keperawatan yang mengukur sejauh mana
keberhasilan tindakan keperawatan berdasarkan respon yang ditunjukkan oleh
pasien. Pada kasus ini, penulis menggunakan dua jenis evaluasi yaitu evaluasi
formatif atau respon hasil yang dilakukan segera setelah melakukan tindakan
dan evaluasi sumatif atau perkembangan yang dilakukan dalam 3-4 jam setelah
tindakan dengan membandingkan respon klien dan tujuan yang telah ditentukan
menggunakan metode SOAP, yaitu S (subektif), O (obejektif), A (analisis), P
(planning).
Pada Ny.RA setelah dilakukan implementasi dan evaluasi selama 3 hari.
Semua indikator keberhasilan pada diagnosis nyeri kronis b.d infiltrasi tumor,
antara lain: keluhan nyeri menurun, meringis menurun, sikap protektif cukup
menurun, gelisah menurun, nafsu makan membaik, frekuensi nafas membaik,
kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis meningkat, dukungan
orang terdekat cukup meningkat, tekanan darah membaik dapat tercapai
dengan melaksanakan implementasi sesuai intervensi yang disusun.
Indikator keberhasilan diagnosis risiko perdarahan b.d proses keganasan
pada serviks antara lain, kelembapan membran mukosa meningkat,
hemoglobin membaik, hematokrit membaik, perdarahan vagina menurun,
tekanan darah membaik.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M., As’ad, S., & Arifuddin, S. (2021). Peningkatan Kesehatan dan Akses
Screening Awal Kanker Serviks. Jurnal Abdidas, 2(2), 297–302.
https://doi.org/10.31004/abdidas.v2i2.258
Atifah, N., Kusumaningtyas, D., Hikmah, H., & Ratnawati, A. (2021). Studi
Dokumentasi: Gambaran Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri Pada Pasien
Kanker Serviks. Jurnal Keperawatan Akper Yky Yogyakarta, 13(1), 33–42.
Basoeki, R. A., Noor, M. M., Nursucahyo, E., Cholishotul, S., Himmah, Rahmaputra,
Y. D., Nisa, S. A., Anas, M., & Haniifah, U. (2022). Wanita 7 Orang Anak dengan
Kanker Serviks. Surabaya Biomedical Journal, 2(1), 25–35.
Erlina Widiyaningrum. (2023). Analisis Keikutsertaan Wanita Usia Subur Dalam
Upaya Deteksi Kanker Serviks Di Puskesmas Binong. 02(09), 878–892.
Fatmawati, L. (2018). Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi. Diktat
Universitas Gresik, 1–18.
Halim, A. R., & Khayati, N. (2020). Pengaruh Hipnoterapi Lima Jari Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Kanker Serviks. Ners Muda, 1(3), 159.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i3.6211
Irmayani, Budyanita, & Asrun. (2017). Klasifikasi Stadium Kanker Serviks
Menggunakan Sistem Pengambilan Keputusan Decision Tree. Prosiding Seminar
Nasional, 04, 455–464.
Khairunnisa, P., Ronoatmodjo, S., & Prasetyo, S. (2023). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perempuan Melakukan Pemeriksaan Dini Kanker Serviks : A
Scoping Review. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 6(2), 75–80.
https://doi.org/10.7454/epidkes.v6i2.6256
Natosba, J., Rahmania, E. N., & Lestari, S. A. (2019). Studi Deskriptif : Pengaruh
Progressive Muscle Relaxation Dan Hypnotherapy Terhadap Nyeri Dan
Kecemasan Pasien Kanker Serviks Descriptive Study : the Effect of Progressive
Muscle Relaxation and Hypnotherapy on Pain and Anxiety of Cervical Cancer
Patients. Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia, Vol 8 No 1(P-
ISSN : 2338-4700 E-ISSN : 2722-127X), 153–161.
Rachmawati, F. E., Satiadarma, M. P., & Chris, A. (2021). Penggunaan Terapi Musik
Untuk Menurunkan Kelelahan Akibat Pengobatan Pada Pasien Kanker Serviks:
Studi Kasus. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni, 5(2), 311.
https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.9857.2021
Ramadhana, A., Dewi, S. U., Susilowati, I., & Nuraini, T. (n.d.). AKUPRESUR
SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI NYERI PASIEN KANKER
SERVIKS : STUDI KASUS. 2020.
Rangkuti, S., Finaliya, E., Sarjana, S., Kebidanan, T., & Medan, U. H. (2021).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan WUS Tentang Flour
Albus Di BPM Dewi Suyanti Tahun 2020 Kesehatan reproduksi menurut World
Health Organization ( WHO ) adalah kesejahteraan fisik , mental , dan dalam
segala hal yang berhubungan Kesehatan . 4.
Safitri, A. W., & Machmudah, M. (2021). Penurunan Nyeri dengan Intervensi
Kombinasi Terapi Relaksasi Pernafasan dan Terapi SEFT pada Pasien dengan
Kanker Servik Stadium IIIB. Holistic Nursing Care Approach, 1(1), 1.
https://doi.org/10.26714/hnca.v1i1.8252
Setianingsih, E., Astuti, Y., & Aisyaroh, N. (2022). Literature Review : Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Terjadinya Kanker Serviks. Jurnal Ilmiah PANNMED
(Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 17(1),
47–54. https://doi.org/10.36911/pannmed.v17i1.1231
Suhaid, D. N., Wardani, D. W. K. K., Aningsih, B. S. D., Manungkalit, E. M., &
Kusmiyanti, M. (2022). Deteksi Dini Kanker Serviks Dan Payudara Dengan
Pemeriksaan IVA Serta Sadanis di Perumahan Kartika Sejahtera Kelurahan Sasak
Panjang Kecamatan Tajur Halang Kabupaten Bogor Jawa Barat. Jurnal Kreativitas
Pengabdian Kepada Masyarakat (Pkm), 5(2), 406–413.
https://doi.org/10.33024/jkpm.v5i2.4630
Sunarti, N., Keperawatan pada Ibu INC Kala Fase Laten dengan Gangguan Nyaman
Kesehatan, A. I., & Keperawatan Harum, A. (2022). Asuhan Keperawatan pada
Ibu INC Kala I Fase Laten dengan Gangguan Nyaman Nyeri Diruang VK Rumah
Sakit Umum Daerah Koja Provinsi DKI Jakarta. Mei-Juli, 14(2), 34–39.
http://ejournal.akperharumjakarta.ac.id
SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. IDENTIFIKASI MASALAH

Pengetahuan tentang kanker serviks masih sangat rendah di masyarakat,


sehingga sebagian besar masyarakat terutama para wanita tidak tahu apa itu kanker
serviks, penyebab, pencegahan, factor resiko, deteksi dini serta pengobatannya.
Kondisi ini mengakibatkan angka kejadian kanker serviks masih cukup tinggi di
Indonesia karena cakupan deteksi dini yang masih sangat rendah sehingga perlu
dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan wanita tentang kanker
serviks, dan memberikan motivasi untuk melakukan deteksi dini secara rutin.

II. PENGANTAR

Pokok Bahasan : Kanker Serviks

Sub Pokok Bahasan : Pengertian kanker serviks, kasus kanker


serviks, penyebab kanker serviks, faktor
risiko kanker serviks, Gejala kanker
serviks, pencegahan kanker serviks, dan
pengobataan kanker serviks.

Sasaran : Pasien CA Serviks

Hari / Tanggal : Kamis, 12 Oktober 2023

Waktu pelaksanaan : 13.00

Tempat : Ruangan G2 RSUD.Prof.Dr.Aloei Saboe


III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan para masyarakat terutama


perempuan-perempuan dapat lebih memahami mengenai bahaya kanker serviks. Selain
itu, diharapkan masyarakat agar mampu menyampaikan informasi yang didapat tentang
kanker serviks kepada keluarganya dan oranglain terutama perempuan.

IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti penyuluhan tentang kanker serviks selama 40 menit


masyarakat diharapkan dapat :

1. Menjelaskan pengertian kanker serviks


2. Mengetahui kasus kanker serviks
3. Menjelaskan penyebab kanker serviks
4. Menjelaskan faktor risiko kanker serviks
5. Menyebutkan gejala kanker serviks
6. Menjelaskan pencegahan kanker serviks
7. Menjelaskan pengobataan kanker serviks

V. MATERI (TERLAMPIR)

VI. MEDIA PENYULUHAN


Power point/presentasi

VII. METODE PENYULUHAN


1. Ceramah
2. Diskusi/tanya jawab
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN

No Tahapan Kegiatan Waktu


. Penyuluh Sasaran
1. Pembukaan 1. Memberi salam 1. Membalas 2 Menit
2. Memperkenalkan salam
diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan dan
cakupan materi Memperhatikan
4. Melakukan kontrak 3. Mendengarkan
waktu dan
memperhatikan
4. Mendengarkan
dan
memperhatikan

2. Penyajian 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan 15 Menit


Materi pengertian kanker dan
serviks Memperhatikan
2. Menjelaskan kasus 2. Mendengarkan
kanker serviks dan
3. Menjelaskan memperhatikan
penyebab kanker 3. Mendengarkan
serviks dan
4. Menjelaskan faktor memperhatikan
risiko kanker 4. Mendengarkan
serviks dan
5. Menyebutkan Memperhatikan
gejala kanker 5. Mendengarkan
serviks dan
6. Menjelaskan memperhatikan
pencegahan kanker 6. Mendengarkan
serviks dan
7. Menjelaskan memperhatikan
pengobataan 7. Mendengarkan
kanker serviks dan
memperhatikan

3. Diskusi Penyuluh menjawab Mengajukan pertanyaan 20 Menit


pertanyaan yang diajukan kepada penyuluh
4. Penutup 1. Mengajukan 1. Peserta 5 Menit
pertanyaan untuk menjawab
mengevaluasi pertanyaan yang
keluarga. diajukan
2. Menyimpulkan materi penyuluh
3. Mengucapkan salam 2. Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. Menjawab Salam

IX. EVALUSASI
 Evaluasi Proses
Peserta diharapkan mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari
penyuluh serta dapat memberikan respon yang baik.
 Evaluasi Hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali pengertian kanker serviks, kasus kanker
serviks, penyebab kanker serviks, faktor risiko kanker serviks, Gejala kanker
serviks, pencegahan kanker serviks, dan pengobataan kanker serviks.

X. DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo, J. 2010. Awas!!! Bahaya Kanker Rahim dan Kanker
Payudara.Yogyakarta : Wahana Totalita Publisher

Rasjidi, I.,2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto

Kumalasari, I., Iwan, A.,2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa


Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

MATERI PENYULUHAN KESEHATAN


KANKER SERVIK

PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai
organ reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu infeksi menular
seksual, mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks
Kanker leher rahim ( kanker servik ) adalah kanker yang terjadi pada servik
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yg merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara uterus ( rahim ) dengan liang vagina.

PENYEBAB
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetic
yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan
berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak
tanpa control dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk
suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan
tersebar di tempat lain di dalam tubuh (metastasis).
Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik
yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah infeksi virus Huma
Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi
HPV ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir
tak berisiko menjadi Ca Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko
tinggi (tipe 16 & 18) mengarah pada Ca Serviks (Hartono, 2000).
Faktor risiko kanker leher rahim :
1. Kontak seksual terlalu dini kurang dari umur 15 tahun.
2. Berhubungan seks dengan banyak pasangan atau mempunyai pasangan yg
suka berganti2 pasangan
3. Merokok
Dari berbagai penelitian di negara - negara maju telah di temukan bahan
konstituen rokok di dalam sel - sel epitel leher rahim.
4. Faktor Genetik ( Faktor Keturunan)
Faktor ini sangat memegang peranan seorang bisa mengalami kanker jenis
ini atau tidak. Jika ibu Anda atau saudara perempuan dari pihak ibu atau
ayah menderita kanker leher rahim, maka Anda mempunyai resiko 2x lebih
banyak menderita penyakit yang sama
5. Sistem imun yang menurun juga dapat meningkatkan terjadinya kanker
karena kebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker serviks.
Namun, jika seseorang tekena infeksi HPV dan sistem imunnya menurun
akibat keadaan medis lainnya, maka kecenderungan untuk berkembangnya
kanker serviks semakin besar.
6. pencucian vagina dengan antiseptik atau deodoran yang terlalu sering
7. diet tinggi lemak
8. kekurangan vitamin C, asam folat, dan beta karoten
9. personal hygine yang kurang
10. grande multi para

GEJALA DAN TANDA


Pasien mungkin saja tidak mengalami gejala kanker serviks apapun. Kanker serviks
dini biasanya tidak memberikan gejala dan tanda. Semakin kanker berkembang,
semakin terlihatlah tanda dan gejala dari kanker serviks. Gejala tersebut dapat berupa
1. Perdarahan vagina setelah berhubungan sex, atau diantara dua periode
menstruasi, atau setelah menopause.
2. Sekret encer disertai darah dapat berat dan keputihan yang memiliki bau yang
busuk.
3. Nyeri pinggang atau nyeri pada saat hubungan sex

SKRINING DAN DIAGNOSIS


Skrining (Deteksi dini)
Jika kanker serviks terdeteksi pada stadium yang lebih awal, penatalaksanaan sepertinya
lebih berhasil. Skrining kanker serviks regular dan perubahan prekanker pada serviks
direkomendasikan untuk semua wanita. Kebanyakan panduan menganjurkan skrining
pertama dalam waktu 3 tahun pertama setelah aktif secara seksual, atau tidak lebih dari
umur 21. Skrining dapat berupa.
1) Pap test. Selama Pap test, dokter mengambil sel dari serviks – leher sempit dari
uterus- dan mengirim sample tersebut ke lab. Sel ini kemudian diperiksa ada
tidaknya abnormalitas. Pemeriksaan Pap Test dapat mendeteksi sel abnormal pada
serviks. Stadium prekanker terjadi pada saat sel abnormal terdapat hanya pada
lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian lebih dalam. Jika tidak
ditangani, sel abnormal ini dapat berubah menjadi sel kanker, dimana dapat
menyebar pada beberapa tempat sekitar serviks, vagina bagian atas, area pelvis, dan
bagian lain dari tubuh. Kanker atau prekanker yang ditemukan pada stadium
preinvasif jarang membahayakan nyawa dan biasanya hanya membutuhkan
pengobatan rawat jalan.
2) Tes HPV DNA. Terdapat juga pemeriksaan HPV DNA untuk menentukan apakah
seseorang terinfeksi salah satu dari 13 jenis HPV yang sepertinya paling mungkin
menyebabkan kanker serviks. Seperti pada Pap tes, tes HPV DNA mengambil
jaringan dari serviks untuk diperiksa di lab. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi strain
resiko tinggi HPV pada DNA sel sebelum perubahan pada sel serviks dapat terlihat.
Pemeriksaan HPV DNA bukan merupakan pengganti skrining Pap dan tidak
digunakan untuk wanita lebih muda dari 20 tahun dengan hasil Pap yang normal,
kebanyakan infeksi HPV pada wanita pada kelompok ini sembuh sendiri dan tidak
dikaitkan dengan kanker serviks.

DIAGNOSIS
Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks atau jika hasil
pemeriksaan Pap Smear memperlihatkan sel kanker, pasien dapat menjalani
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis. Untuk menegakkan
diagnosis, dokter dapat melakukan :
1. Memeriksa serviks. Selama pemeriksaan yang disebut kolposkopi, dokter dapat
menggunakan mikroskop khusus (colposcope) untuk memeriksa serviks dari sel
abnormal. Jika terlihat area yang tidak biasanya, dapat diambil sample sel untuk analisis
(biopsy). Gambar 1. Colposcopy untuk mengambil jaringan yang abnormal
2. Mengambil sample sel serviks. Selama prosedur biopsy dokter mengambil
sample dari sel abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out
biopsy, dokter menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil dari
serviks. Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran dari
area yang abnormal.

STADIUM
Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani pemeriksaan lebih
jauh lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan sampai dimana
penyebarannya suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan
faktor kunci yang menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk menentukan stadium
dapat berupa :
· Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT)
Scan atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker telah menyebar
disekitar serviks.
· Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapt menggunakan
alat khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung (cystoscopy) dan rektum
(proctoskopi).
Pembagian stadium kanker adalah
 Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive,
kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
 Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks
 Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun
belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina..
 Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan
uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
 Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat,
seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain
didalam tubuh, seperti paru-paru, hati, atau tulang.

PENATALAKSANAAN
Kanker noninvasive, terbatas
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari
serviks memerlukan penangan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan
wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan tambahan. Prosedur untuk
membuang kanker noninvasif termasuk :
 Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk
mengambil selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas
ditemukan.
 Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya
laser untuk membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
 Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini
menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang memotong
seperti pisau bedah , dan mengambil sel dari mulut serviks.
 Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker
dan prekanker..
 Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area
kanker dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya dilakukan
pada kasus yang dipilih dari kasus kanker servikal noninvasif.

Kanker invasif
Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada serviks disebut
sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyk penanganan. Penanganan untuk
kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker,
permasalahan medis lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri. Opsi
penatalakasanaan terdiri dari
1) Operasi.
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi
stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang
jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika
kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam
serviks. Hysterectomy radikal – Membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan
nodus limfe pada area tersebut – merupakan operasi standar dimana terdapat invasi
lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada
dinding pelvis.Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan
mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien tidak
mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri
pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi
2) Radiasi.
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy)
dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di
serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium
dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan
penatalaksaanaan terbaik. Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi
radiasi dapat digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk
mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang
masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelvis termasuk nyeri
lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana
akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal
dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
3) Kemoterapi.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan
metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang
sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon
exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah
memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa
penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan
respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini
memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan
cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker
serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen
lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks
termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine
sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine. Kombinasi
paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung
cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil,
mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian
National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk
membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara
umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat
kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita
premenopause.

4) Kemoradiasi.
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup
lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks.
Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel
sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar
dibandingkan jika 2 modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila
dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko
progresi selama 2 tahun sebesar 43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium
II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai
radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih
mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh.

PENCEGAHAN
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari infeksi HPV.
HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang terinfeksi, tidak hanya
dengan hubungan seks. Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat
mengurangi resiko terkena infeksi HPV.
Sebagai tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker
serviks yaitu :
 Menghindari hubungan sex pada umur muda.
 Memiliki partner seks tunggal
 Menghindari merokok
Vaksniasi HPV
Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe HPV
yang paling berbahaya. The national Advisory Committee on Immunization Practices
merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimanapula pada
wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka belum menerima vaksin. Vaksin ini paling
efektif diberikan sebelum wanita aktif secara seksual. Vaksin ini diberikan selama tiga
kali. Penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin pertama diberikan dan vaksin
ketiga disuntikkan pada bulan keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular
pada lengan atas.
Walaupun vaksin dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker serviks, vaksin ini
tidak dapat mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan kanker
serviks selain itu membutuhkan biaya yang mahal Rp 4 juta untuk tiga dosis tersebut.
Pap Smear secara rutin untuk skrining kanker serviks lah yang paling penting.
Pemeriksaan Pap Rutin. Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling
efektif untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih dini. Panduan jadwal
Pap rutin adalah sebagai berikut :
· Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan sex pertama atau
pada umur 21 tahun (lakukan yang mana terjadi duluan)
· Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu atau 2 tahun
sekali.
· Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien
memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal.
· Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear sudah dapat
dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Poedjo (2012). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus pada
Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2
Mansyur, A., (2015). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius
Neville, Hacker (2011). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta: Hipokrates
Rasjidi, Imam (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC
Sarwono (2012). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai