Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Individu Stase Keperawatan
Maternitas Program Studi Profesi Ners
Disusun Oleh :
META PUSPITA DEWI ANTU ZEES
Penulis,
LAPORAN PENDAHULUAN
6. Pathway
7. Komplikasi
a. Komplikasi yang terjadi karena radiasi
Waktu fase akut terapi radiasi pelvik, jaringan-jaringan sekitarnya juga
terlibat seperti intestines, kandung kemih, perineum dan kulit. Efek
samping gastrointestinal secara akut termasuk diare, kejang abdominal,
rasa tidak enak pada rektal dan perdarahan pada GI. Diare biasanya
dikontrol oleh loperamide atau atropin sulfate. Sistouretritis bisa terjadi
dan menyebabkan disuria, nokturia dan frekuensi. Antispasmodik bisa
mengurangi gejala ini. Pemeriksaan urin harus dilakukan untuk
mencegah infeksi saluran kemih. Bila infeksi saluran kemih didiagnosa,
terapi harus dilakukan segera. Kebersihan kulit harus dijaga dan kulit
harus diberi salep dengan pelembap bila terjadi eritema dan
desquamasi. Squele jangka panjang (1 – 4 tahun setelah terapi) seperti :
stenosis pada rektal dan vaginal, obstruksi usus kecil, malabsorpsi dan
sistitis kronis.
b. Komplikasi akibat tindakan bedah
Komplikasi yang paling sering akibat bedah histerektomi secara radikal
adalah disfungsi urin akibat denervasi partial otot detrusor. Komplikasi
yang lain seperti vagina dipendekkan, fistula ureterovaginal,
pendarahan, infeksi, obstruksi usus, struktur dan fibrosis intestinal atau
kolon rektosigmoid, serta fistula kandung kemih dan rectovaginal
c. Komplikasi akibat Tindakan kemoterapi
Komplikasi berkaitan dengan kemoterapi tergantung pada kombinasi
obat yang digunakan. Dapat terjadi supresi sumsum tulang, dan mual
muntah akibat penggunaan kemoterapi yang mengandung sisplatin.
(Tasari, 2018)
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pap smear
Dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yg tidak
memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada secret yg diambil
dari posio serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita
usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu.
Setelah 3x hasil pemeriksaan Pap smear setiap 3 tahun sekali sampai
usia 65 tahun. (Herlambang, Erny Kusdiya, 2016)
b. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap
smear untuk wanita diatas 30 tahun. Deteksi DNA HPV yang positif
yang ditemukan kemudian dianggap sebagai HPV yg persisten. Apabila
hal ini dialami pada wanita dengan usia yg lebih tua maka akan terjadi
peningkatan resiko kanker serviks.(Daniko & Sugiharto, 2019)
c. Biopsi
Teknik yang biasa dilakukan adalah punch biopsi yang tidak
memerlukan anastesi & teknik cone biopsy yang menggunakan anastesi.
biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks.
Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi
akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasive (ganas) atau
hanya tumor saja.
d. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap
smear karena kolposkopi memerlukan ketrampilan & kemampuan
kolpokospi dalam mengetes darah yang abnormal.
e. Tes schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan iodium. Pada
serviks yang normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel
epitel serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks
yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah
karena tidak ada glikogen.
f. Radiologi
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung
kemih & rectum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP),
enema barium, & sigmoidoskopi. Magnetic resonance imaging (MRI)
atau CT scan abdomen/pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local
tumor &/atau terkenanya nodus limpa regional.
g. Pelvic limphangiografi
Dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvic atau peroartik
limfe.
9. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau
bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa
memiliki anak. Histerektomi adalah suatu Tindakan pembedahan yang
bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah
satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai
IIA. (Purbadi et al., 2019)
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Efek samping dari
radiasi bermacam-macam seperti kebas dan kesemutan pada tangan dan
kaki, nafsu makan yang menurun, kulit kering, dan sebagainya (Yenny,
Safitri, Erlinawati, Fitri, 2018)
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tabelt, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan menggunakan kemoterapi
tergantung jenis kanker dan fase saat diagnosis. Kemoterapi disebut
sebagai pengobatan adjuvant ketika kemoterapi digunakan untuk
mencegah kanker kambuh. Kemoterapi sebagai pengobatan paliatif
ketika kanker sudah menyebar luas dan dalam fase akhir, sehingga dapat
memberikan kualitas hidup yang baik. Kemoterapi bekerja saat sel aktif
membelah, namun kerugian dari kemoterapi adalah tidak dapat
membedakan sel kanker dan sel sehat yang aktif membelah seperti
folikel rambut, sel di saluran pencernaan dan sel batang sumsum tulang.
Pengaruh yang terjadi dari kerja kemoterapi pada sel yang sehat dan
aktif membelah menyebabkan efek samping yang umum terlihat adalah
kerontokan rambut. kerusakan mukosa gastrointestinal dan mielosupresi.
Sel normal dapat pulih Kembali dari trauma yang disebabkan oleh
kemoterapi, jadi efek samping ini biasanya terjadi dalam waktu singkat.
(Berliana et al., 2019)
Macam-Macam kemoterapi :
1) Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik
Anthrasiklin obat golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat
DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan
replikasi.
2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa
inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan
Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga
terjadi hambatan mitosis sel
4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan
menghambat sintesis protein, sehingga tim sehingga timbul
hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.
C. Dampak Terhadap Kebutuhan Dasar
1. Kebutuhan Oksigenasi
2. Kebutuhan Nutrisi
3. Kebutuhan Aktivitas
4. Konsep Diri
5. Kebutuhan Rasa Aman
6. Pertumbuhan dan Perkembangan
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Alasan kenapa klien mencari pertolongan
kepada petugas/ institusi kesehatan
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Provocative, yaitu penyebab/ hal-hal yang mendahului
sebelum terjadi keluhan utama
b) Quality/ Quantity, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan
bagaimana rasanya seberapa sering terjadi
c) Region/ Radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut
dirasakan/ ditemukan, daerah/ area penyebaran sampai
kemana
d) Severity scale, yaitu skala keperawatan/ tingkat kegawatan
sampai seberapa jauh
e) Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/
dirasakan
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Riwayat Ante Natal Care
b) Riwayat Intra Natal Care
c) Riwayat Post Natal Care
d) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
e) Riwayat pemakaian obat-obatan
4) Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)
5) Pemeriksaan Fisik
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a) Nyeri
b) Deficit Pengetahuan
c) Resiko Infeksi
3. Intervensi Keperawatan
a) Tujuan (SMART)
b) Rasional
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA
NY. RA DENGAN DIAGNOSA KANKER SERVIKS DIRUANGAN G2
RSUD. PROF. DR. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO
A. IDENTITAS
1. Klien / Pasien
Nama : Ny. RA
Umur : 56 Tahun
Suku / Bangsa :-
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Kel. Bulotadaa Timur, Kec. Sipatana
Status Perkawinan : Menikah
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. Z.N
Umur : 58 Tahun
Suku / Bangsa :-
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Kel. Bulotadaa Timur, Kec. Sipatana Status
Perkawinan : Menikah
Hubungan dengan Pasien : Suami
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama masuk rumah sakit
Ny.RA mengatakan pada tanggal 10 oktober 2023 datang ke RS Aloei
Saboe ruangan G2 untuk dilakukan kemoterapi ke 9, dan nyeri di bagian
abdomen menjalar ke pinggang sejak kemarin sore.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Ny.RA mengatakan sejak 5 bulan yang lalu sering merasa lemas,
perdarahan sejak 6 bulan yang lalu hilang timbul, perdarahan bercak-
bercak namun darah segar, nyeri abdomen menjalar hingga ke
pinggang. Ny.R mengatakan terdiagnosa kanker serviks stadium IIb
pada September 2023. Pada tanggal 10 oktober 2023 pasien kontrol ke
ruang G2 untuk melakukan rencana kemoterapi, dan pasien
mengatakan mengeluh nyeri perut bagian bawah menjalar sampai ke
pinggang, bercak darah segar, dan mengeluh sangat lemas, pada saat
dilakukan pemeriksaan laboratorium hasil hemoglobin 7,1 g/dL lalu
pasien diinstruksikan dokter untuk rawat inap di ruang mawar untuk
dilakukan transfusi darah sebanyak 5 kolf dan instruksi di ruang
mawar, terapi yang didapat yaitu, infus RL 20x/tmp, tramsamin IV,
nucral sirup 500mg/5mL, B comp sirup 15mL, curcuma sirup 5mL,
transfusi 1 kolf (PRC) 1 x 250cc.
2) Keluhan saat dikaji
Pada tanggal 10 oktober 2023 pukul 12.00 wita saat dikaji pasien
mengatakan sangat nyeri perut menjalar sampai ke pinggang,
perdarahan bercak dari jalan lahir berupa darah segar, pasien merasa
sangat lemas sejak kemarin sore.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ny.R mengatakan ada keluarganya kakaknya yang memiliki riwayat
penyakit kanker payudara sejak 2 tahun yang lalu.
c. Riwayat obsetri
1) Riwayat menstruasi
Ny.RA mengatakan pertama kali haid pada usia 12 tahun, haid teratur
dengan siklus 28 hari dengan lamanya 4-7 hari, nyeri haid yang
dirasakan nyeri sedang, pasien mengatakan tidak perlu mengkonsumsi
apapun untuk meredakan nyeri haid. Pasien terakhir menstruasi 12
tahun yang lalu.
2) Riwayat pernikahan
Ny.RA mengatakan menikah 1 kali dengan suami yang sekarang
pada usia 19 tahun.
3) Riwayat persalinan
Ny.RA mengatakan mempunyai anak tiga, anak pertama laki-laki
lahir tahun 1986, anak kedua perempuan lahir tahun 1990, dan
anak terakhir perempuan lahir tahun 1998. Semua kelahiran anak
Ny RA adalah persalinan normal.
4) Riwayat kontrasepsi
Ny.RA mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan. Ny.RA
mengatakan bahwa klien pernah memasang spiral selama 3 bulan
pada tahun 2000, lalu klien berhenti karena klien saat haid keluar
darah segar seperti habis melahirkan. Klien terakhir KB suntik 3
bulan. Sejak tahun 2009 s.d 2023 klien tidak haid lagi.
d. Pola fungsional Kesehatan
1) Aktivitas dan mobilisasi
Ny.RA mengatakan tidak bisa lagi melakukan aktivitas sehari-hari di
rumah seperti menyapu, memasak, dan mencuci piring karena Ny.RA
merasa badannya lemas. Saat di RS : pasien hanya terbaring di tempat
tidur, saat pasien ingin ke kamar mandi pasien dibantu oleh suami.
2) Istirahat tidur
Ny.RA mengatakan saat sedang tidur kadang terbangun karena nyeri
perut sampai ke pinggang timbul, pasien sering terbangun 2-3
kali,agar dapat tidur Kembali pasien minum analgesik, tidur pada
siang hari setengah jam, lama tidur malam : 4-5 jam. Saat di RS
pasien tidur malam 3-4 jam dan masih sering terbangun karena nyeri
muncul, agar pasien tidur kembali pasien minum analgesik, lama tidur
siang hanya setengah jam.
Hematokrit 21 40 – 54
g. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan Medis
Tanggal
NO Nama Obat Rute Dosis Waktu
10/10/23 11/10/23 12/10/23
1. Infus RL IV 20 tpm 24 jam
2. Tranexamic IV 5 mL 3x24 jam
Acid drip
cairan
RL 500cc
28 tpm
3. B. Comp Oral 15 ml 1x24
drip
cairan
RL 500
cc 28 tpm
4. Curcuma sirup 5mL 3x24 jam
5. Nukral sirup 500mg/ 3x24 jam
5 mL
6. Keterolac IV 10 mg/Ml 3x24 jam
drip cairan
RL 500 acc
1. Transamin Oral 3x24 jam
Do:
1. Ny.RA tampak meringis saat
nyeri
2. Pasien tampak gelisah saat
nyeri timbul
3. TD: 138/79 mmHg
Peningkatan denyut nadi
Nadi: 105x/menit
Frekuensi napas: 20x/menit
Temperatur: 35,4 c
4. Pasien tampak menunjukkan
skala nyeri 7
5. Proteksi diri klien tampak
terbaring saja, posisi pasien
tampak miring kanan miring
kiri
Do :
1. Diagnosis medis kanker
serviks stadium 2B
2. Darah yang keluar dari
pervaginaan berupa bercak
darah segar
3. Wajah tampak pucat
4. Konjungtiva anemis
5. Hb klien 7.1
6. Pasien tampak lemas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Nama pasien Diagnosa
Ny.RA
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses keganasan pada
serviks
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri kronis Setelah diberikan intervensi keperawatan Manajemen
berhubungan selama 3 x 24 jam, tingkat nyeri menurun nyeri :
dengan yang ditandai dengan: Observasi
infiltrasi tumor 1. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui lokasi,
(D.0078). 2. Meringis menurun karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
3. Sikap protektif cukup menurun frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas,
4. Gelisah menurun intensitas nyeri intensitas nyeri
5. Perasaan depresi cukup menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahu skala nyeri yang
6. Pola napas membaik dirasakan pasien.
7. Nafsu makan membaik 3. Identifikasi respon nyeri 3. Mengetahui respon pasien
8. Pola tidur membaik non verbal. terhadap nyeri
9. Tekanan darah membaik 4. Identifikasi faktor yang 4. Mengetahui factor
10. Melaporkan nyeri terkontrol cukup memperberat dan yang memperberat
meningkat memperingan nyeri dan memperingan
11. Kemampuan menggunakan teknik non nyeri
farmakologis meningkat 5. Identifikasi pengetahuan 5. Mengetahuipengetahuan
12. Dukungan orang terdekat cukup dan keyakinan tentang nyeri dan keyakinan pasien
meningkat tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh nyeri 6. Mengetahui penyebab
pada kualitas hidup nyeri pada kualitas hidup
7. Monitor keberhasilan terapi 7. Mengetahui
komplementer yang sudah keberhasilan terapi
diberikan komplementer
8. Monitor efek samping 8. Mengetahui efek samping
penggunaan analgetik 2dari penggunaan
Terapeutik analgetic
9. Berikan teknik
nonfarmakologis relaksasi 9. Untuk mengetahui respon
nafas dalam relaksasi nafas dalam pada
10.Kontrol lingkungan yang nyeri
memperberat rasa nyeri 10.Mencegah nyeri karena
(Suhu ruangan, faktor ligkungan
pencahayaan, kebisingan)
11.Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam 11.Mengetahui jenis dan
pemilihan strategi sumber nyeri dalam
meredakan nyeri pemilihan strategi
Edukasi meredakan nyeri
12.Jelaskan penyeba
periode dan pemicu 12.Pasien dapat mengetahui
nyeri kanker serviks penyebab dan pemicu nyeri
13.Jelasakan strategi
meredakan nyeri 13.Membantu pasien
kanker serviks memahami strategi dalam
14.Anjurkan memonitor mengurangi nyeri
nyeri secara mandiri 14.Pasien dapat mengontrol
15.Anjurkan nyeri yang dirasakan
menggunakan 15.Penggunaan analgetik yang
analgetik secara tepat tepat dapat membantu
meredakan nyeri yang
16.Mengajarkan teknik dirasakan
nonfarmakologis 16.Pasien dapat melakukan
untuk mengurang teknik non farmakologi
nyeri secara mandiri
Kolaborasi
17.Kolaborasi
pemberian analgetik 17. Pengunaan analgetik
yang tepat mengurangi
terjadinya efek samping
yang tidak diinginkan.
2. Risiko Setelah diberikan intervensi keperawatan Pencegahan
perdarahan selama 3 x 24 jam, yang di tandai dengan perdarahan
berhubungan tingkat perdarahan: Observasi
dengan proses 1. Kelembapan membrane mukosa 1. Monitor tanda dan gejala
1. Mengetahui tanda dan gejala
keganasan pada meningkat perdarahan
serviks 2. Perdarahan vagina menurun perdarahan
(D.0012) 3. Hematokrit membaik 2. Monitor nilai hemoglobin 2. Mengetahui hemoglobin
4. Hemoglobin membaik sebelum dan setelah pasien sebelum dan setelah
5. Tekanan darah membaik kehilangan darah kehilangan darah
6. Hematemesis menurun Teraupetik
7. Hematuria menurun 3. Pertahankan bed rest 3. Pasien melakukan bed rest
8. Denyut nadi apical membaik selama perdarahan
9. Suhu tubuh membaik Edukasi
4. Jelaskan tanda dan gejala 4. Pasien dapat mengetahui
perdarahan tanda dan gejala perdrahan
14.20
I,II 13. Mengajarkan pasien memonitor 13. Pasien mengatakan sudah mampu
nyeri secara mandiri melakukan terapi yang diberikan
a. Teknik relaksasi nafas dalam
b. Akupresur titik B23 dan B47
menggunakan tangan
Nama: Ny.RA
No RM:
Usia : 56 tahun
Diagnosa: Kanker serviks stadium 2B
08.50 I,II 5. Memberikan obat analgesik 5. Pasien mengatakan merasa nyeri saat obat
melalui intravena sesuai dosis : dimasukkan, dan nyeri berkurang setelah 15
a. Tranexamic acid 5 Ml drip menit obat dimasukkan
09.00 cairan RL 500 cc 28 tpm
II b. Katerolac 10mg/ml drip
09.30 cairan RL 500 cc 28tpm
II
6. Mengajurkan pasien untuk tetap 6. Pasien tampak bed rest
bed rest
09.55 7. Menganjurkan pasien untuk tetap 7. Pasien mengatakan banyak minum air putih
II mengkonsumsi cairan agar pasien menghindari konstipasi
10.05
II 8. mpemberian transfusi darah 8. Pasien transfusi darah IV 250cc (PRC)
10.20
I,II 9. Mengulangi terapi teknik
9. Pasien mampu mengulangi terapi yang
relaksasi nafas dalam dan
diberikan
12.00 akupresur titik B23 dan B47
I,II menggunakan tangan
Nama: Ny.R
No RM:
Usia : 56 tahun
Diagnosa: Kanker serviks stadium 2B
1. 10 Oktober I S:
2023 - Pasien mengatakan masih merasakan nyeri perut bagian
bawah menjalar sampai ke pinggang
(17.00) - Pasien mengatakan sering terbangun sedang tidur karena nyeri
muncul
- Pasien mengatakan hanya menghabiskan 1/5 porsi makan
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
- Pasien mengatakan ikhlas dengan penyakit yang diderita
- Pasien mengatakan mengkolaborasi penggunaan analgesik
pereda nyeri
- Pasien mengatakan setelah diberikan terapi relaksasi nafas
dalam dan terapi akupresur pinggang nyeri berkurang
O:
- Pasien masih tampak meringis
- Pasien masih tampak gelisah
- Pasien tampak memang perut
- Skala nyeri Pasien 6
- Frekuensi nafas 20x/menit
2 10 Oktober II S:
2023 - Pasien mengatakan masih lemas
- Pasien mengatakan keluar darah pervaginaan berupa bercak-
(17.00) bercak darah segar
- Pasien mengatakan kolaborasi analgesik perdarahan
- Pasien mengatakan kurang isitrahat saat nyeri timbul
- Pasien mengatakan belum mampu melakukan mobilasasi penuh
karena masih lemas
O:
- Pasien masih tampak lemas
- Pasien masih tampak pucat
- Konjungtiva Pasien anemis
- Hematokrit 2.1 vol%
- Hemoglbin pasien 7,1 g/dL
- Pasien transfusi darah 1 kolf (PRC) 250cc
2 11 Oktober II S:
2023 - Pasien mengatakan masih sedikit lemas
Pasien mengatakan keluar darah pervaginam sudah berkurang
(14.00) - Pasien mengatakan masih mengkonsumsi analgesik perdarahan
O:
- Pasien masih tampak sedikit lemas
- Pasien masih tampak pucat
- Hemoglobin pasien 7,1 g/dL
- Hematokrit 2.1 vol%
- Mukosa pasien lembab
- Pasien transfusi darah 2 kolf (PRC)/250cc
1 12 Oktober I S:
2023 - Pasien mengatakan masih merasakan nyeri perut bagian
bawah menjalar sampai ke pinggang namun frekuensi nyeri
(14.00) berkurang
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti pegal
- Pasien mengatakan mengkonsumsi penggunaan analgesik
- Pasien mengatakan sudah bisa tidur tetapi masih terbangun
- Pasien mengatakan saat nyeri muncul pasien meredakan nyeri
menggunakan strategi relaksasasi nafas dalam yang diajarkan
O:
- Pasien tampak rileks
- Frekuensi nafas 21x/menit
- Pasien tampak mengobrol dengan anaknya
- Tingkat skala nyeri 4
2 12 Oktober II S:
2023 - Pasien mengatakan lemas berkurang
- Pasien mengatakan keluar darah pervaginam berkurang
(14.00) - Pasien mengatakan masih mengkonsumsi analgesik
perdarahan
- Pasien mengatakan masih ada rencana transfusi darah
O:
- Pasien tampak duduk
- Hematokrit 38vol%
- Hemoglobin pasien 11,6g/dL
- Membran mukosa lembab
- Pasien transfusi darah 2 kolf (PRC)/250cc
2. Diagnosa
Diagnosa yang ditemukan pada kasus kanker serviks stadium2B +
anemia berat yang dibutuhkan Ny.RA yaitu kenyamanan (nyeri kronis). Yang
dimana nyeri kronis b.d infiltrasi tumor mengeluh sering nyeri pada perut
menjalar sampai ke pinggang, Ny.RA juga mengatakan nyeri sering muncul
kapan saja sehingga mengganggu kenyamanan pasien saat sedang istirahat,
Ny.RA mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dari perut menjalar sampai ke
pinggang, tingkat nyeri yang dirasakan skala 7, pasien tampak gelisah, meringis
menahan sakit, pasien dilakukan pemeriksaan, TD: 138/79 mmHg, N:
85x/menit, RR: 20X/menit, S: 35,4 c. Sedangkan pada diagnosa kedua penulis
menegakkan diagnosa kanker serviks stadium2B + anemia yaitu risiko
perdarahan b.d proses keganasan pada serviks, karena pada tanggal 10 oktober
2023 ditemukan data pasien keluar perdarahan dari pervaginam bercak-bercak
berupa darah segar, dan hasil pemeriksaan laboratorium Hb pasien 7,1 g/dL.
Pada saat perawat mengajak pasien mengobrol pasien tampak nyeri dan lemas.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan SIKI PPNI 2017 yaitu
managemen nyeri yang terdiri dari observasi, teraupetik, dan kolaboratif. Semua
intervensi pada diagnosis pertama nyeri kronis yaitu manajemen nyeri semua
dilakukan sesuai dengan direncanakan pada kasus Ny.RA. Penulis menyusun
rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang
muncul berdasarkan rencana keperawatan yang telah dituliskan pada teori. Pada
kasus Ny.RA penulis melakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam.
Rencana Tindakan diagnosis pertama untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien dengan memonitor tanda-tanda vital, melakukan pengkajian
nyeri secara komperhesif yang meliputi (PQ,R,S,T) dan menggunakan Numeric
Ranting Scale, mengajarkan Teknik relaksasi nafas dalam dan akupresur pada
titik B23 dan B47 menggunakan tangan selama 15-20 menit, mengontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi kenyamanan klien seperti mengatur suhu,
dan mengkolaborasi pemberian analgesic.
Sedangkan untuk diagnosis kedua intervensi yang dikembangkan kepada
Ny.RA untuk meningkatkan status keamanan pasien yaitu memonitor perdarahan
pasien, memonitor aktivitas istirahat pasien, memonitor keadaan lemas dan pucat
pasien, memonitor hemoglobin pasien, motivasi keluarga untuk memberikan
dukungan emosional, mengkolaborasi pemberian obat penghentian perdarahan,
dan mengkolaborasi pemberian transfuse darah.
4. Implementasi
Setelah Menyusun rencana keperawatan, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan Tindakan keperawatan atau implementasi. Pada kasus Ny.RA
terdapat kesenjangan intervensi dan implementasi yang dilakukan. Semua
Tindakan dilaksanakan sesuai rencana yang disusun namun pada saat proses
implementasi hari ke 1, implementasi yang dilakukan yaitu memonitor tanda-
tanda vital pasien, mengkaji skala nyeri dengan menggunakan Numeric Ranting
Scale (NRS), menjelaskan strategi meredakan nyeri, mengajarkan Teknik
nonfarmakologis seperti terapi relaksasi nafas dalam, penanganan nyeri dengan
dilakukannya tindakan relaksasi nafas dalam sangat efektif yaitu dapat
menurunkan nyeri dengan merileksasikan ketegangan otot yang menunjang
nyeri, teknik relaksasi terdiri dari atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat,
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan
dengan nyaman (Safitri & Machmudah, 2021). dan akupresur titik B23 dan B47,
akupresur adalah pengobatan komplementer yang menggunakan jari dan
memberikan tekanan untuk merangsang titik-titik akupuntur tubuh manusia, titik
Bladder 23 dan Bladder 47 ini terletak di kedua sisi di punggung, lebar 2 jari
(B23) dan lebar (B47) dari tulang belakang setinggi pinggang, di setiap sisi
sumsum tulang belakang (Ramadhana et al., n.d, 2021) memberikan
kenyamanan pada pasien dan dapat mencegah nyeri saat muncul, terapi
dilakukan selama 10-20 menit. Pada hari ke 2 dan ke 3 pada Ny.RA tidak
berbeda jauh dengan yang dilakukan di hari ke 1.
Pada kasus Ny.RA tidak terdapat kesenjangan intervensi dan implementasi
yang dilakukan. Semua Tindakan yang dilakukan sesuai rencana yang disusun.
Penulis melakukan implementasi keperawatan selama 3 hari dimulai pada
tanggal 10 Oktober 2023 sampai dengan 12 Oktober 2023 dengan target tingkat
nyeri menurun dan tingkat perdarahan menurun untuk kedua diagnosa
keperawatan. Selama melakukan implementasi, penulis menemukan faktor
pendukung keberhasilan tindakan pada Ny.RA yaitu pasien dan keluarga sangat
koorperatif selama tindakan, kerjasama terjalin baik dengan perawat ruangan,
data medis dari dokter dan catatan keperawatan didapatkan dengan baik
sehingga pelaksanaan keperawatan dapat berjalan lancar.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan keperawatan yang mengukur sejauh mana
keberhasilan tindakan keperawatan berdasarkan respon yang ditunjukkan oleh
pasien. Pada kasus ini, penulis menggunakan dua jenis evaluasi yaitu evaluasi
formatif atau respon hasil yang dilakukan segera setelah melakukan tindakan
dan evaluasi sumatif atau perkembangan yang dilakukan dalam 3-4 jam setelah
tindakan dengan membandingkan respon klien dan tujuan yang telah ditentukan
menggunakan metode SOAP, yaitu S (subektif), O (obejektif), A (analisis), P
(planning).
Pada Ny.RA setelah dilakukan implementasi dan evaluasi selama 3 hari.
Semua indikator keberhasilan pada diagnosis nyeri kronis b.d infiltrasi tumor,
antara lain: keluhan nyeri menurun, meringis menurun, sikap protektif cukup
menurun, gelisah menurun, nafsu makan membaik, frekuensi nafas membaik,
kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis meningkat, dukungan
orang terdekat cukup meningkat, tekanan darah membaik dapat tercapai
dengan melaksanakan implementasi sesuai intervensi yang disusun.
Indikator keberhasilan diagnosis risiko perdarahan b.d proses keganasan
pada serviks antara lain, kelembapan membran mukosa meningkat,
hemoglobin membaik, hematokrit membaik, perdarahan vagina menurun,
tekanan darah membaik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M., As’ad, S., & Arifuddin, S. (2021). Peningkatan Kesehatan dan Akses
Screening Awal Kanker Serviks. Jurnal Abdidas, 2(2), 297–302.
https://doi.org/10.31004/abdidas.v2i2.258
Atifah, N., Kusumaningtyas, D., Hikmah, H., & Ratnawati, A. (2021). Studi
Dokumentasi: Gambaran Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri Pada Pasien
Kanker Serviks. Jurnal Keperawatan Akper Yky Yogyakarta, 13(1), 33–42.
Basoeki, R. A., Noor, M. M., Nursucahyo, E., Cholishotul, S., Himmah, Rahmaputra,
Y. D., Nisa, S. A., Anas, M., & Haniifah, U. (2022). Wanita 7 Orang Anak dengan
Kanker Serviks. Surabaya Biomedical Journal, 2(1), 25–35.
Erlina Widiyaningrum. (2023). Analisis Keikutsertaan Wanita Usia Subur Dalam
Upaya Deteksi Kanker Serviks Di Puskesmas Binong. 02(09), 878–892.
Fatmawati, L. (2018). Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi. Diktat
Universitas Gresik, 1–18.
Halim, A. R., & Khayati, N. (2020). Pengaruh Hipnoterapi Lima Jari Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Kanker Serviks. Ners Muda, 1(3), 159.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i3.6211
Irmayani, Budyanita, & Asrun. (2017). Klasifikasi Stadium Kanker Serviks
Menggunakan Sistem Pengambilan Keputusan Decision Tree. Prosiding Seminar
Nasional, 04, 455–464.
Khairunnisa, P., Ronoatmodjo, S., & Prasetyo, S. (2023). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perempuan Melakukan Pemeriksaan Dini Kanker Serviks : A
Scoping Review. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 6(2), 75–80.
https://doi.org/10.7454/epidkes.v6i2.6256
Natosba, J., Rahmania, E. N., & Lestari, S. A. (2019). Studi Deskriptif : Pengaruh
Progressive Muscle Relaxation Dan Hypnotherapy Terhadap Nyeri Dan
Kecemasan Pasien Kanker Serviks Descriptive Study : the Effect of Progressive
Muscle Relaxation and Hypnotherapy on Pain and Anxiety of Cervical Cancer
Patients. Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia, Vol 8 No 1(P-
ISSN : 2338-4700 E-ISSN : 2722-127X), 153–161.
Rachmawati, F. E., Satiadarma, M. P., & Chris, A. (2021). Penggunaan Terapi Musik
Untuk Menurunkan Kelelahan Akibat Pengobatan Pada Pasien Kanker Serviks:
Studi Kasus. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni, 5(2), 311.
https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.9857.2021
Ramadhana, A., Dewi, S. U., Susilowati, I., & Nuraini, T. (n.d.). AKUPRESUR
SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI NYERI PASIEN KANKER
SERVIKS : STUDI KASUS. 2020.
Rangkuti, S., Finaliya, E., Sarjana, S., Kebidanan, T., & Medan, U. H. (2021).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan WUS Tentang Flour
Albus Di BPM Dewi Suyanti Tahun 2020 Kesehatan reproduksi menurut World
Health Organization ( WHO ) adalah kesejahteraan fisik , mental , dan dalam
segala hal yang berhubungan Kesehatan . 4.
Safitri, A. W., & Machmudah, M. (2021). Penurunan Nyeri dengan Intervensi
Kombinasi Terapi Relaksasi Pernafasan dan Terapi SEFT pada Pasien dengan
Kanker Servik Stadium IIIB. Holistic Nursing Care Approach, 1(1), 1.
https://doi.org/10.26714/hnca.v1i1.8252
Setianingsih, E., Astuti, Y., & Aisyaroh, N. (2022). Literature Review : Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Terjadinya Kanker Serviks. Jurnal Ilmiah PANNMED
(Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 17(1),
47–54. https://doi.org/10.36911/pannmed.v17i1.1231
Suhaid, D. N., Wardani, D. W. K. K., Aningsih, B. S. D., Manungkalit, E. M., &
Kusmiyanti, M. (2022). Deteksi Dini Kanker Serviks Dan Payudara Dengan
Pemeriksaan IVA Serta Sadanis di Perumahan Kartika Sejahtera Kelurahan Sasak
Panjang Kecamatan Tajur Halang Kabupaten Bogor Jawa Barat. Jurnal Kreativitas
Pengabdian Kepada Masyarakat (Pkm), 5(2), 406–413.
https://doi.org/10.33024/jkpm.v5i2.4630
Sunarti, N., Keperawatan pada Ibu INC Kala Fase Laten dengan Gangguan Nyaman
Kesehatan, A. I., & Keperawatan Harum, A. (2022). Asuhan Keperawatan pada
Ibu INC Kala I Fase Laten dengan Gangguan Nyaman Nyeri Diruang VK Rumah
Sakit Umum Daerah Koja Provinsi DKI Jakarta. Mei-Juli, 14(2), 34–39.
http://ejournal.akperharumjakarta.ac.id
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. IDENTIFIKASI MASALAH
II. PENGANTAR
V. MATERI (TERLAMPIR)
IX. EVALUSASI
Evaluasi Proses
Peserta diharapkan mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari
penyuluh serta dapat memberikan respon yang baik.
Evaluasi Hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali pengertian kanker serviks, kasus kanker
serviks, penyebab kanker serviks, faktor risiko kanker serviks, Gejala kanker
serviks, pencegahan kanker serviks, dan pengobataan kanker serviks.
X. DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo, J. 2010. Awas!!! Bahaya Kanker Rahim dan Kanker
Payudara.Yogyakarta : Wahana Totalita Publisher
PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai
organ reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu infeksi menular
seksual, mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks
Kanker leher rahim ( kanker servik ) adalah kanker yang terjadi pada servik
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yg merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara uterus ( rahim ) dengan liang vagina.
PENYEBAB
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetic
yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan
berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak
tanpa control dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk
suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan
tersebar di tempat lain di dalam tubuh (metastasis).
Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik
yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah infeksi virus Huma
Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi
HPV ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir
tak berisiko menjadi Ca Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko
tinggi (tipe 16 & 18) mengarah pada Ca Serviks (Hartono, 2000).
Faktor risiko kanker leher rahim :
1. Kontak seksual terlalu dini kurang dari umur 15 tahun.
2. Berhubungan seks dengan banyak pasangan atau mempunyai pasangan yg
suka berganti2 pasangan
3. Merokok
Dari berbagai penelitian di negara - negara maju telah di temukan bahan
konstituen rokok di dalam sel - sel epitel leher rahim.
4. Faktor Genetik ( Faktor Keturunan)
Faktor ini sangat memegang peranan seorang bisa mengalami kanker jenis
ini atau tidak. Jika ibu Anda atau saudara perempuan dari pihak ibu atau
ayah menderita kanker leher rahim, maka Anda mempunyai resiko 2x lebih
banyak menderita penyakit yang sama
5. Sistem imun yang menurun juga dapat meningkatkan terjadinya kanker
karena kebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker serviks.
Namun, jika seseorang tekena infeksi HPV dan sistem imunnya menurun
akibat keadaan medis lainnya, maka kecenderungan untuk berkembangnya
kanker serviks semakin besar.
6. pencucian vagina dengan antiseptik atau deodoran yang terlalu sering
7. diet tinggi lemak
8. kekurangan vitamin C, asam folat, dan beta karoten
9. personal hygine yang kurang
10. grande multi para
DIAGNOSIS
Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks atau jika hasil
pemeriksaan Pap Smear memperlihatkan sel kanker, pasien dapat menjalani
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis. Untuk menegakkan
diagnosis, dokter dapat melakukan :
1. Memeriksa serviks. Selama pemeriksaan yang disebut kolposkopi, dokter dapat
menggunakan mikroskop khusus (colposcope) untuk memeriksa serviks dari sel
abnormal. Jika terlihat area yang tidak biasanya, dapat diambil sample sel untuk analisis
(biopsy). Gambar 1. Colposcopy untuk mengambil jaringan yang abnormal
2. Mengambil sample sel serviks. Selama prosedur biopsy dokter mengambil
sample dari sel abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out
biopsy, dokter menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil dari
serviks. Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran dari
area yang abnormal.
STADIUM
Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani pemeriksaan lebih
jauh lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan sampai dimana
penyebarannya suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan
faktor kunci yang menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk menentukan stadium
dapat berupa :
· Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT)
Scan atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker telah menyebar
disekitar serviks.
· Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapt menggunakan
alat khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung (cystoscopy) dan rektum
(proctoskopi).
Pembagian stadium kanker adalah
Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive,
kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks
Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun
belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina..
Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan
uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat,
seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain
didalam tubuh, seperti paru-paru, hati, atau tulang.
PENATALAKSANAAN
Kanker noninvasive, terbatas
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari
serviks memerlukan penangan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan
wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan tambahan. Prosedur untuk
membuang kanker noninvasif termasuk :
Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk
mengambil selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas
ditemukan.
Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya
laser untuk membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini
menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang memotong
seperti pisau bedah , dan mengambil sel dari mulut serviks.
Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker
dan prekanker..
Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area
kanker dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya dilakukan
pada kasus yang dipilih dari kasus kanker servikal noninvasif.
Kanker invasif
Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada serviks disebut
sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyk penanganan. Penanganan untuk
kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker,
permasalahan medis lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri. Opsi
penatalakasanaan terdiri dari
1) Operasi.
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi
stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang
jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika
kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam
serviks. Hysterectomy radikal – Membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan
nodus limfe pada area tersebut – merupakan operasi standar dimana terdapat invasi
lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada
dinding pelvis.Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan
mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien tidak
mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri
pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi
2) Radiasi.
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy)
dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di
serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium
dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan
penatalaksaanaan terbaik. Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi
radiasi dapat digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk
mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang
masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelvis termasuk nyeri
lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana
akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal
dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
3) Kemoterapi.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan
metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang
sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon
exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah
memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa
penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan
respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini
memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan
cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker
serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen
lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks
termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine
sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine. Kombinasi
paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung
cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil,
mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian
National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk
membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara
umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat
kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita
premenopause.
4) Kemoradiasi.
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup
lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks.
Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel
sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar
dibandingkan jika 2 modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila
dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko
progresi selama 2 tahun sebesar 43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium
II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai
radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih
mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh.
PENCEGAHAN
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari infeksi HPV.
HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang terinfeksi, tidak hanya
dengan hubungan seks. Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat
mengurangi resiko terkena infeksi HPV.
Sebagai tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker
serviks yaitu :
Menghindari hubungan sex pada umur muda.
Memiliki partner seks tunggal
Menghindari merokok
Vaksniasi HPV
Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe HPV
yang paling berbahaya. The national Advisory Committee on Immunization Practices
merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimanapula pada
wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka belum menerima vaksin. Vaksin ini paling
efektif diberikan sebelum wanita aktif secara seksual. Vaksin ini diberikan selama tiga
kali. Penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin pertama diberikan dan vaksin
ketiga disuntikkan pada bulan keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular
pada lengan atas.
Walaupun vaksin dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker serviks, vaksin ini
tidak dapat mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan kanker
serviks selain itu membutuhkan biaya yang mahal Rp 4 juta untuk tiga dosis tersebut.
Pap Smear secara rutin untuk skrining kanker serviks lah yang paling penting.
Pemeriksaan Pap Rutin. Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling
efektif untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih dini. Panduan jadwal
Pap rutin adalah sebagai berikut :
· Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan sex pertama atau
pada umur 21 tahun (lakukan yang mana terjadi duluan)
· Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu atau 2 tahun
sekali.
· Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien
memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal.
· Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear sudah dapat
dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Poedjo (2012). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus pada
Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2
Mansyur, A., (2015). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius
Neville, Hacker (2011). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta: Hipokrates
Rasjidi, Imam (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC
Sarwono (2012). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka