Anda di halaman 1dari 70

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M.

U DENGAN DIAGNOSA KANKER


SERVIKS DI RUANG EDELWEIS RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

OLEH :

1. FINCE T. ANGGRENI
2. THERESIA P. TETO
3. ELISABETH TAHAPARY
4. CICI MANDALA
5. ALFRIDUS CEUNFIN

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG 2023/2024

BAB 1

Profesi_Ners_UCB
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim, sehingga
jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan
tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang
abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang. Kanker serviks dimulai dengan
adanya suatu perubahan dari sel leher rahim normal menjadi sel abnormal yang
kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel leher rahim yang abnormal ini dapat
berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat jinak ataupun ganas yang
akan mengarah ke kanker dan dapat menyebar. (PNPK, 2017).
HPV (Human Papilloma Virus) dan Herpes Simpleks Virus tipe 2 dikatakan dapat
menjadi faktor penyebab terjadinya karsinoma (kanker) leher rahim. Demikian juga
sperma yang mengandung komplemen histone yang dapat bereaksi dengan DNA
(Deoxyribonucleic Acid) sel leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat
menimbulkan hiperplasia dan neoplasia sel leher rahim. Kanker leher rahim ditandai
dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher Rahim yang tidak lazim (abnormal)
(Ahmad, 2020).
Menurut World Health Organization (2018), hampir semua kasus kanker serviks
(99%) terkait dengan infeksi HPV (Human Papillomaviruses), virus yang sangat umum
ditularkan melalui kontak seksual. Kanker serviks adalah kanker keempat yang paling
umum pada wanita. Pada tahun 2018, diperkirakan 570.000 wanita didiagnosis
menderita kanker serviks di seluruh dunia dan sekitar 311.000 wanita meninggal akibat
penyakit tersebut. Data dari GLOBOCAN (Global Cancer Observatory), (2020)
menyebutkan bahwa terdapat 36.633 (9,2%) kasus baru kanker serviks di Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021), disebutkan
bahwa angka kejadian kanker di Indonesia berada pada urutan ke 8 di Asia Tenggara,
sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian kanker leher rahim/serviks di Indonesia
sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000
penduduk. Berdasarkan data RISKESDAS 2018, prevealensi penyakit kanker di Nusa
Tenggara Timur pada tahun 2018 sebesar 1,49%atau setara dengan 44,782 kasus.
Apabila seorang wanita telah terinfeksi HPV (Human Papilloma Virus) dan tidak
ditangani segera, maka akan menimbulkan dampak yang cukup serius, salah satunya
dapat menyebabkan pendarahan pervaginam dan komplikasi. Pemerintah Indonesia telah
melakukan upaya pencegahan dan pengendalian kanker yaitu dengan melakukan deteksi

Profesi_Ners_UCB
dini kanker leher rahim pada wanita usia 30-50 tahun dengan menggunakan metode IVA
(Inspeksi Visual Asam Asetat). Menurut Rasjidi (dalam Pulungan et al., 2020),
menjelaskan bahwa deteksi dini adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau
kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau
prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat, untuk membedakan orang yang
terlihat sehat, atau benar-benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan. Deteksi dini
kanker serviks bertujuan untuk mengetahui adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal
pada leher rahim/serviks.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien Ny. M.U dengan diagnosa
Kanker Serviks di ruangan Edelweis RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang
1.3 Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Ny. M.U dengan
diagnosa Kanker Serviks di ruangan Edelweis RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes
Kupang
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Pengkajian dan Analisa Data pada pasien Ny. M.U dengan
diagnosa Kanker Serviks di ruangan Edelweis RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes
Kupang
b. Melakukan Diagnosa Keperawatan pada pasien Ny. M.U dengan diagnosa
Kanker Serviks di ruangan Edelweis RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang
c. Melakukan Intervensi dan Implementasi pada pasien Ny. M.U dengan
diagnosa Kanker Serviks di ruangan Edelweis RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes
Kupang
d. Melakukan Evaluasi pada pasien Ny. M.U dengan diagnosa Kanker Serviks di
ruangan Edelweis RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang
1.4 Mamfaat
a. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai gambaran dalam melakukan pelaksanaan Asuhan Keperawatan atau mutu
pelayanan keperawatan di rumah sakit pada pasien dengan diagnosa Kanker Serviks
secara komperhensif.
b. Bagi Institusi Perguruan Tinggi Universitas Citra Bangsa

Profesi_Ners_UCB
Sebagai sumber bacaan tentang Asuhan Keperawatan Kanker Serviks secara
komperhensif.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori


1. Pengertian
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim,
sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana
mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan
pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-
ulang. Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel leher rahim
normal menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel
leher rahim yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang
terjadi dapat bersifat jinak ataupun ganas yang akan mengarah ke kanker dan
dapat menyebar. (PNPK, 2017).
Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical cancer) merupakan kanker
yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan
liang senggama (vagina)(Purwoastuti, 2015).
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher
rahim, yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina
(Rozi, 2013).
2. Epidemiologi Kanker Serviks
Kanker serviks menempati urutan keempat dari penyakit kanker dan juga urutan
keempat kematian akibat kanker di dunia pada populasi wanita, terdapat 570.000
kasus dan 311.000 kematian di seluruh dunia (Bray et al., 2018). Di Indonesia,
kanker serviks menempati urutan ke-2 dari penyakit kanker dengan jumlah kasus
baru sebanyak 32.469 dan jumlah
3. Anatomi dan Fisiologi

Profesi_Ners_UCB
1) Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar
a. Vagina
Merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus dengan tubuh
bagian luar. Berfungsi sebagai organ kopulasi dan saluran persalinan
keluarnya bayi sehingga sering disebut dengan liang peranakan. Di dalam
vagina ditemukan selaput dara.
b. Vulva
Merupakan suatu celah yang terdapat di bagian luar. Vulva terbagi atas
sepertiga bagian bawah vagina,klitoris, dan labia. Hanya mons dan labia
mayora yang dapat terlihat pada genetalia eksterna wanita. Arteri pudenda
interna mengalirkan darah ke vulva. Arteri ini berasal dari arteri iliaka
interna bagian posterior, sedangkan aliran limfatik dari vulva mengalir ke
nodus inguinalis.
c. Mons veneris/pubis (Tundun)
Bagian yang menonjol berupa tonjolan lemak yang besar terletak di di atas
simfisis pubis. Area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa pubertas.
d. Labia Mayora (bibir besar)
Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas. Labia mayora
banyak mengandung urat syaraf. Labia mayora merupakan struktur
terbesar genetalia eksterna wanita dan mengelilingi organ lainnya, yang
berakhir pada mons pubis
e. Labia Minora (bibir kecil)
Berada di sebelah dalam labia mayora. Jadi untuk memeriksa labia minora,
harus membuka labia mayora terlebih dahulu
f. Klitoris (Kelentit)
Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar biji kacang hijau yang
dapat mengeras dan tegang (erectil) yang mengandung urat saraf, jadi

Profesi_Ners_UCB
homolog dengan penis dan merupakan organ perangsang seksual pada
wanita.
g. Vestibulum (serambi)
Merpakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora), muka
belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum. Dalam vestibulum terdapat
muara-muara dari : liang senggama (introitus vagina),urethra,kelenjar
bartolini, dan kelenjar skene kiri dan kanan.
h. Himen (selaput dara)
Lapisan/membran tipis yang menutupi sebagian besar dari liang senggama,
ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar,
letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang
seperti bulan sabit. Konsistensinya ada yang kaku, dan ada yang lunak,
lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Himen
mungkin tetap ada selama pubertas atau saat hubungan seksual pertama
kali.
i. Perineum (kerampang)
Merupakan bagian terendah dari badan berupa sebuah garis yang
menyambung kedua tuberositas iski, daerah depan segitiga kongenital dan
bagian belakang segitiga anal, titik tengahnya disebut badan perineum
terdiri dari otot fibrus yang kuat di sebelah depan anus
2) Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam

Profesi_Ners_UCB
a. Ovarium
Merupakan organ utama pada wanita. Ovarium (indung telur)
berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 – 4 cm.
Ovarium berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang.
Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari.
Berjumlah sepasang dan terletak di dalam rongga perut pada daera
pinggang sebelah kiri dan kanan. Berfungsi untuk menghasilkan sel
ovum dan hormon wanita seperti: Estrogen yang berfungsi untuk
mempertahankan sifat sekunder pada wanita, serta juga membantu
dalam prosers pematangan sel ovum. Progesterone yang berfungsi
dalam memelihara masa kehamilan..
b. Tuba fallopi
Merupakan saluran memanjang setelah infundibulum yang bertugas
sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus
dengan bantuan silia pada dindingnya.
c. Uterus
Merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk seperti buah
pir dengan bagian bawah yang mengecil. Berfungsi sebagai tempat
pertumbuhan embrio. Tipe uterus pada manusia adalah simpleks yaitu
dengan satu ruangan yang hanya untuk satu janin. Uterus mempunyai 3
macam lapisan dinding yaitu : Perimetrium (lapisan yang terluar yang
berfungsi sebagai pelindung uterus), Miometrium (lapisan yang kaya
akan sel otot dan berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan
melebar dan kembalike bentuk semula setiap bulannya), Endometrium
(lapisan terdalam yang kaya akan seldarah merah. Bila tidak terjadi
pembuahan maka Dinding endometrium inilah yang akan meluruh
bersamaan dengan selovum matang).
d. Fimbriae
Merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian pangkal
ovarium berdekatan dengan ujung saluran oviduct. Berfungsi untuk
menangkap sel ovum yang telah matang yang dikeluarkan oleh
ovarium.

Profesi_Ners_UCB
Merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba fallopi.Berfungsi
sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus
dengan bantuan silia pada dindingnya.
e. Cervix
Merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit
sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Menghubungkan uterus
dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus
menuju saluran vagina.
f. Saluran vagina
Merupakan saluran lanjutan dari cervic dan sampai pada vagina.
4. Etiologi
Menurut (CCI, 2017),penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak
diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh
terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:
1) HPV (Human Papilloma Virus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (kandiloma akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. varian yang sangat berbahaya adalah
hpv tipe 16, 18, 45, dan 56.
2) Merokok
Mekanisme kerja rokok terhadap kejadian kanker serviks bisa langsung atau
melalui efek imunosupresif dari merokok. Suatu studi menyatakan bahwa ada
hubungan antara merokok dengan kanker serviks sel skuamosa (bukan
adenoskuamosa atau adenokarsinoma). Bahan karsinogenik dari rokok dapa
merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama infeksi HPV dapat
mencetuskan transformasi keganasan. Bahan karsinogenik spesifik dari
tembakau dapat dijumpai dalam lendir dari mulut rahim pada wanita perokok.
(Rasjidi, 2019). Hal ini sejalan dengan penelitian Roura et al (2014)
menyatakan bahwa mekanisme kejadian kanker serviks akibat merokok yaitu
induksi lokal supresi imun oleh metabolit tembakau. Selain itu, zat kimiawi
yang terdapat pada rokok seperti nikotin menyebabkan kerusakan DNA sel
skuamosa. Risiko kanker menurun sebesar 50% pada individu yang telah
berhenti merokok selama 10 tahun dibandingkan dengan individu yang
perokok. Sedangkan perokok pasif tidak ada hubungan dengan peningkatan

Profesi_Ners_UCB
risiko kejadian kanker serviks (Roura et al., 2014).Hubungan seksual pertama
dilakukan pada usia dini.
3) Berganti-ganti pasangan seksual.
4) Pemakaian DES (diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk Mencegah
keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).
5) Gangguan sistem kekebalan
6) Pemakaian pil KB.
7) Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
8) Golongan ekonomi lemah
Risiko tinggi juga terjadi pada wanita yang berasal dari golongan dengan
tingkat sosial ekonomi yang rendah. Hal ini dikaitkan dengan kemampuan
untuk mendapatkan asupan makanan yang bergizi dan penting untuk menjaga
serta meningkatkan daya tahan tubuh, terutama dalam menahan serangan
infeksi virus dari luar. Selain itu, sosial ekonomi yang rendah juga
menyebabkan Wanita memiliki akses yang terbatas terhadap perkembangan
dunia kesehatan, termasuk pentingnya melakukan skrining atau pendetksian
dini kanker serviks, salah satunya melalui pemeriksaan pap smear (Riksani
dan RelMediaService, 2016).
5. Manifestasi Klinis
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun,
kadang biasa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluyar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2) Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal.
3) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4) Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
5) Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di dareah pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadihidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat
lainnya.

Profesi_Ners_UCB
6. Klasifikasi
Stadium adalah istilah yang dipergunakan oleh ahli medis untuk menggabarkan
tahapan kanker serta sejauh mana kanker tersebut telah menyebar dan menyerang
jaringan di sekitarnya. Stadium kanker serviks menunjukan tahapan atau periode
kanker serviks menunjukkan tahapan atau periode kanker serviks. Penetapan
stadium ini merupakan upaya hati-hati guna mengetahui dan memilih perawatan
yang terbaik untuk mengobati penyakit (Rahayu, 2015). Untuk mengetahui
sejauh mana kanker serviks telah menyerang seorang pasien, dokter akan
melakukan beberapa rangkaian pemeriksa fisik padanya. Pemeriksaan tersebut
antara lain kolposkopi, yaitu teropong leher Rahim, biopsy kerucut (pengambilan
sedikit jaringan serviks untuk diteliti oleh ahli patologi) dan tes penanda tumor
melalui pengambilan contoh darah. Pada sistem ini, angka romawi 0 sampai IV
menggambarkan stadium kanker. Semakin besar angkanya, maka kanker semakin
serius dan dalam tahapan lanjut. (Rahayu, 2015). International Federation of
Gynecologists and Obstetricians Staging System for Cervical Cancer (FIGO)
pada tahun 2012 menetapkan stadium kanker sebagai berikut:
1) Stadium In-Situ atau Stadium 0
Stadium ini disebut juga “Carsinoma-in-situ” yang berarti “kanker yang
berada di tempatnya”, belum menyerang bagian lain. Stadium in-situ
merupakan sel kanker sel kanker yang belum tampak seperti sel abnormal
karena masih terlihat seperti sel normal dan pertumbuhannya juga masih
normal. Oleh karena itu, penting untuk melakukan papsmear atau biopsi
sebagai langkah deteksi dini kanker serviks.
2) Stadium Awal
Stadium awal merupakan sel kanker yang mulai menampakkan tanda-tanda
yang berbeda dengan pertumbuhan sel kanker tampak lebih cepat
dibandingkan dengan sel normal. Kanker Serviks stadium awal diobati
dengan membuang uters atau terapi radiasi menggunakan sinar X berenergi
tinggi , seringkali bersama dengan kemoterapi, pada stadium ini dibagi
menajdi 2 stadium yaitu stadium 1A dan stadium 1B.
3) Stadium II
Sudah mulai menyebar keluar dari leher rahim menuju jaringan-jaringan di
sekitarnya. Tapi kanker masih belum tumbuh ke dalam otot-otot atau
ligament dinding panggul. Pada Stadium II kanker telah menyebar ke vagina

Profesi_Ners_UCB
bagian atas. Kanker serviks Stadium II dapat dilakukan dengan pembedahan
atau radioterapi atau kombinasi dari keduanya.
4) Stadium III
Kanker serviks telah menyebar jauh dari serviks menuju ke dalam struktur
disekitar daerah panggul. Kanker ini mungkin telah tumbuh ke dalam vagina
bagian bawah dan otot-otot serta ligamen yang melapisi dinding panggul.
Stadium ini biasanya diobati dengan radioterapi dan kemoterapi. Pada
Stadium III kanker
telah menyebar ke sepertiga bagian bawah dari vagina tetapi masih belum ke
dinding panggul.
5) Stadium IV
Kanker telah menyebar ke organ-organ tubuh di luar serviks dan rahim. Pada
stadium ini, kanker diobati dengan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi,
atau
kombinasi dari ketiganya. Pada Stadium IV kanker telah menyebar ke organ-
organ seperti kandung kemih. Berikut ini gambar skematik stadium kanker
serviks, dari stadium 0-IV. Gambar yang berwarna merah adalah ilustrasi
perkembangan kanker serviks.
Klasifikasi stadium kanker serviks menurut FIGO (International Federation of
Gynecologi) dalam (PNPK, 2017)

Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel


Stadium I Karsinoma masih terbatas pada daerah servks (penyebaran ke
korpus uteri diabaikan)
Stadium 1 A Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara makroskopik walau
dengan invasi yang superficial dikelompokkan pada stadium IB
Stadium 1 A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3 mm dan
lebar horizontal tidak lebih 7 mm.
Stadium 1 A2 Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan
perluasan horizontal tidak lebih 7 mm.
Stadium 1 B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara mikroskopik
lesi lebih dari stadium I A2
Stadium 1 B1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi terbesar.

Profesi_Ners_UCB
Stadium 1 B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar
Stadium II Tumor telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum mengenai
dinding panggul atau sepertiga distal/ bawah vagina
Stadium II A Tanpa invasi ke parametrium
Stadium II B Sudah menginvasi ke parametrium
Stadium III Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau mengenai
sepertiga bawah vagina dan/ atau menyebabkan hidronefrosis
atau tidak berfungsinya ginjal
Stadium III A Tumor telah meluas ke sepertiga bagian bawah vagina dan tidak
menginvasi ke parametrium tidak sampai dinding panggul
Stadium III B Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
Stadium IV Tumor telah meluas ke luar organ reproduksi
Stadium IV A Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rectum
dan/atau keluar rongga panggul minor
Stadium IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif: invasi stroma dengan
kedalaman 3 mm atau kurang dari membrane basalis epitel tanpa
invasi ke rongga pembuluh darah/ limfe atau melekat dengan lesi
kanker serviks.

7. Patofisologi
Menurut (CCI, 2017), Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20
hingga usia 30 tahun. Faktor resiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi
Human Paipilloma Virus (HPV) yang ditularkan secara seksual. Faktor resiko lain
perkembangan kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas
tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status sosial ekonomi yang
rendah dan merokok.
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan
epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona
tranformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel
progresif yang berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan
karsinoma in situ atau High-grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
mendahului karsinoma invasif. Karsinoma serviks terjadi bila tumor menginvasi

Profesi_Ners_UCB
epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara
langsung kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung
mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan
servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding
vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah
bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh
(Suddarth, 2014).
8. Faktor Yang Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Serviks
Menurut (Hasdiananh, 2017) ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
kanker serviks yaitu :
1) Aktivitas seksual terlalu dini : melakukan hubungan seksual pada umur terlalu
dini akan meningkatkan risiko terinfeksi HPV
2) Berganti-ganti pasangan seksual.
3) Merokok : pada Wanita yang merokok berisiko dua kali lipat. Ini mungkin
disebabkan oleh bahan kimia yang berbahaya yang muncul di leher Rahim
4) Sistem kekebalan tubuh yang lemah : kondisi ini mungkin dikarenakan
mengkonsumsi obat tertentu seperti imunosupresan. Obat ini digunakan agar
tubuh tidak menolak donor organ dari orang lainatau karena menderita
HIV/AIDS
5) Melahirkan anak : Wanita yang memiliki tiga anak itu berarti ituberarti tiga
kali lebih berisiko terkena kanker serviks, dikarenakan bahwa perubahan
hormone saat sedang hamil membuat leher Rahim lebih rentan terserang HPV.
6) Minum pil kontasepsi atau KB lebih dari lima tahun menyimpulkan hipotesis
bahwa kekentalan lendir pada serviks akibat penggunaan pil KB berperan
dalam terjadinya kanker serviks.
9. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi selama tindakan operasi bedah kanker serviks
(CCI, 2017)
1) Kerusakan pembuluh darah utama akibat tindakan operasi yang menyebabkan
perdarahan masif. Kondisi ini bisa mengancam keselamatan jiwa pasien.
2) Kerusakan pada kandung kemih, rektum, ureter (saluran dari ginjal ke
kandung kemih), dan saraf. Pasien mungkin harus menjalani tindakan operasi
lagi bila diperlukan.

Profesi_Ners_UCB
Potensi efek samping yang merugikan pasca operasi. (CCI, 2017)

1) Sulit untuk buang air kecil


2) Edema (retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada daerah yang
terkena dampaknya) pada tungkai bagian bawah, mati rasa ringan di bagian
paha
3) Getah bening terakumulasi di dalam rongga panggul sehingga menyebabkan
limfosel (massa kistik berukuran besar yang berisi cairan limfatik) dan infeksi
4) Perdarahan atau hematosel (pengumpulan darah) di vagina, infeksi luka
5) Tidak bisa hamil
10. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Savitri, 2015), Preinvasive kanker serviks biasanya tanpa gejala dan
sudah diderita selama ±10-15 tahun, pada tahap awal, kanker dapat terdeteksi
selama prosedur skrining, namun sebagian besar perempuan memiliki kesadaran
yang rendah untuk melakukan pemeriksaan baik melalui test paps smear maupun
inspeksi visual dengan asam asetat (IVA).
Adapun pemeriksaan penunjang kanker serviks sebagai berikut menurut (CCI,
2017) :
1) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) Sesuai dengan namanya, IVA
merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher Rahim dengan
larutan asetat 3-5%. Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna asam
asetat yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap
prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap
tidak ada infeksi pada serviks. Proses skrining dengan IVA merupakan
pemeriksaan yang paling disarankan oleh Departemen Kesehatan. Salah satu
pertimbangannya karena biayanya yang sangat murah. Namun perlu diingat,
pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang
mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus segera
dilakukan.
2) Pap Smear Metode tes Pap Smear yang umum, yaitu dokter menggunakan
pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher
rahim. Kemudian, sel-sel tersebut akan dianalisis di laboratorium.
Pemeriksaan Pap smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa

Profesi_Ners_UCB
menstruasi. Waktu yang terbaik untuk skrining adalah antara 10 dan 20 hari
setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kira- kira dua hari sebelum
pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari douching atau
penggunaan pembersih vagina, karena bahan-bahan ini dapat menghilangkan
atau menyembunyikan sel-sel abnormal.
3) Thin Prep Metode thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau
leher Rahim.
4) Kolposkopi Prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat
yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi.
Jika ada yang tidak normal, biopsy (pengambilan sejumlah kecil aringan dari
tubuh) dilakukan untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar.
5) Tes darah : untuk memeriksa kondisi hati, ginjal, dan sumsum tulang.
6) Pemeriksaan organ panggul : rahim, vagina, rectum, dan kandung kemih akan
diperiksa apakah terdapat kanker
7) CT scan: pemindaian kondisi tubuh bagian dalam dengan computer untuk
mendapatkan gambar tiga dimensi. Berguna untuk melihat kanker yang
tumbuh dan apakah kanker sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain.
8) X-ray dada: untuk melihat apakah kanker sudah menyebar ke paru-paru.
9) MRI scan: pemindaian memakai medan magnet yang kuat dan gelombang
radio menghasilkan gambar dari dalam tubuh. Berguna untuk melihat apakah
kanker sudah menyebar dan seberapa jauh penyebaranya.
10) PET scan: jika digabungkan dengan CT scan, dapat melihat penyebaran
kanker dan juga memeriksa respons seseorang terhadap pengobatan yang
dilakukan.
11. Pencegahan Kanker Serviks
Kanker serviks dapat dicegah dengan vaksin HPV, menggunakan kondom,serta
dengan cara deteksi dini dan pengobatan ra kanker. Upaya pencegahan kanker
serviks dibagi atas pencegahan primer, sekunder dan tersier, yang meliputi:
1) Pencegahan Primer
Pencegahan Primer dilakukan dengan cara vaksinasi Human Papiloma Virus
(HPV) untuk mencegah infeksi HPV dan pengendalian faktor resiko
(Kemenkes,2014). Vaksinasi HPV direkomendasikan kepada anak perempuan
usia 11- 12 tahun atau wanita usia 13-26 tahun yang belum aktif seara seksual
(Skiner,et al, 2016; Jhingran and Rodriguez, 2017). Dosis yang dianjurkan

Profesi_Ners_UCB
adalah 3 kali penyuntikan melalui injeksi intramuscular dalam waktu 6 bulan.
Dosis kedua dan ketiga diberikan selang waktu dua bulan dan enam bulan
setelah pemberian dosis pertama (Garza-salazar, Morales-Vasquez and
Meneses-Garcia, 2017).
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder melalui deteksi dini prekursor kanker serviks dengan
tujuan memperlambat atau menghentikan kanker pada stadium awal
(Kemenkes, 2104). Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan test DNA
HPV, Inveksi Visul Asam Asetat (IVA), test pap smer, pemeriksan sitologi,
biopsi, dan colposcopy (Jeronimo et al, 2018). Dengan hasil IVA positif,
Pemeriksaan IVA direkomendasikan untuk daerah dengan sumber daya
rendah. IV Lesi menyebar keluar organ genitalia IVA Lesi meluas ke rongga
panggul, dan atau menyebar ke mukosa vesika urinaria IVB Lesi meluas ke
mukosa rektum dan atau meluas ke organ jauh Pencegahan Tersier
3) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilakukan melalui dengan perawatan palidatif dan
rehabilitatif di unit pelayanan kesehatan yang menangani kanker serta
pembentukan kelompok survivor kanker di masyarakat (Kemenkes, 2014).
Secara biologis perilaku merupakan aktivitas atau kegiatan makluk hidup.
Perilaku manusia dikelompokkan menjadi dua yaitu : perilaku tertutup
merupakan respon terhadap stimulus yang belum dapat diamati oleh orang
lain secara jelas dan perilaku terbuka yakni respon terhadap stimulus berupa
tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain (Notoatmodjo, 2015).
Pencegahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses,
cara, usaha untuk mencegah agar sesuatu tidak terjadi. Perilaku pencegahan
penyakit kanker serviks adalah aktivitas atau kegiatan dalam upaya untuk
mencegah terjadinya kanker serviks. Ranah perilaku menurut Bloom dalam
Notoatmodjo, 2015 di bagi menjadi tiga tingkat yaitu :
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek
melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan sebagainya)
yang sangat di pengaruhi oleh intensitas pengetahuan dan persepsi
terhadap objek. Komponen pengetahuan dalam pencegahan kanker
serviks adalah tahu tentang pencegahan kanker serviks.

Profesi_Ners_UCB
b. Sikap (Attitude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan. Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo, 2014
menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
c. Tindakan atau praktik (Practice)
Sikap dapat terwujud dalam tindakan dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.Perilaku
pencegahan kanker serviks melalui pengendalian faktor resiko
(Mazaricoet al., 2014; Norat et al., 2015; Jhingran and Rodriguez,
2017; Kesehatan, 2017) :
 Hindari rokok dan asap rokok
 Hindari penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang >5 tahun
 Tidak berganti-ganti pasangan seks
 Membatasi jumlah kelahiran
 Diet sehat dengan asupan makanan tingi nabati (buah-buahan,
sayuran, kacang- kacangan dan gandum), asupan rendah daging
merah olahan, asupan rendah makanan manis, dan penghindaran
asupan garam yang tinggi terkait dengan rendahnya resiko kanker
dan meningkatkan prognosis kanker menjadi lebih baik pada
penderita yang sudah terdiagnosis kanker.
 Melakukan deteksi dini kanker serviks dengan metode Pap Smear
Target skrining kanker serviks adalah wanita yang sudah menikah
usia 30-50 tahun. Pemeriksaan Pap Smear dapat diulang setiap 3-5
tahun bila hasil pemeriksaan Pap Smear sebelumnya normal.
Skrining dengan pemeriksaan Pap Smear, bila hasil pemeriksaan
sebelumnya terdapat lesi prakanker derajat rendah atau lesi
prakanker derajat tinggi dengan tepi sayatan bebas tumor maka
harus dilakukan control setiap 1 tahun.
12. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Savitri, 2015), Preinvasive kanker serviks biasanya tanpa gejala dan
sudah diderita selama ±10-15 tahun, pada tahap awal, kanker dapat terdeteksi

Profesi_Ners_UCB
selama prosedur skrining, namun sebagian besar perempuan memiliki kesadaran
yang rendah untuk melakukan pemeriksaan baik melalui test pap smear maupun
inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). Adapun pemeriksaan penunjang
kanker serviks sebagai berikut menurut (CCI, 2017) :
1) Pembedahan atau operasi Pembedahan merupakan pilihan untuk
perempuan dengan kanker serviks stadium I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy) Mengambil leher rahim,
bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di panggul. Pilihan ini
dilakukan untuk perempuan dengan tumor kecil yang ingin mencoba
untuk hamil dikemudian hari.
b. Histerektomi total : Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal : Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan
disekitar leher rahim, rahim, dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium : Mengangkat kedua saluran tuba dan
ovarium. Pembedahan ini disebut salpingo-ooforektomi.
e. Kelenjar getah bening : Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor
untuk melihat apakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah
histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar getah bening,itu
berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian laindari tubuh.
2) Radioterapi
Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel
kanker apa pun yang masih di daerah tersebut, Perempuan dengan kanker
yang menyerang bagian selain kanker serviks mungkin perlu diterapi
radiasi dan kemoterapi, Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel kanker, Terapi ini mempengaruhi sel-sel di daerah
yang diobati, Ada dua jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau
jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya
diberikan di rumah sakit, Penderita mungkin menerima radiasi
eksternal hari seminggu selama beberapa minggu. Setiap pengobatan
hanya memakan waktu beberapamenit.
b. Terapi radiasi internal

Profesi_Ners_UCB
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina, Suatu zat
radioaktif di masukkan ke dalam tabung tersebut. Penderita mungkin
harus tinggal di rumah sakit sementara sumber radioaktif masih berada
di tempatnya (sampai 3 hari). Efek samping tergantung terutama pada
seberapa banyak radiasi diberikan dan tubuh bagian mana yang di
terapi radiasi pada perut dan panggul dapat menyebabkan mual,
muntah, diare, atau masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan
rambut di daerah genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang
dirawat menjadi merah, kering, dan tender.
3) Kemoterapi
Diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di
operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker,
kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak.
Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus.
Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali
sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-
obatan yang diberikan dan seberapa banyak. kemoterapi membunuh sel-sel
kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-sel
normal yang membelah dengan cepat, yaitu:
a. Sel darah :Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang
sehat, penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau
berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut : Kemoterapi dapat menyebabkan rambut
rontok. Rambut penderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi
kemungkinan mengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan : Kemoterapi menurunkan nafsu
makan, mual-mual dan muntah,diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.

Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di
tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri
sendi,atau kaki bengkak. Penatalaksanaan Keperawatan (Savitri, 2015),

a. Pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan


pasien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan pasien.

Profesi_Ners_UCB
b. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesetahan dan mencegah komlipaksi.
c. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien dan pasangannya
memandang kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal
yang berhubungan dengan kemampuan reproduksinya. Bagi sebagian
wanita, masalah harga diri dan citra tubuh yang berat dapat muncul
saat mereka tidak dapat lagi mempunyai anak. Pasangan mereka sering
sekali menunjukkan sikap yang sama, yang merendahkan wanita yang
tidak dapat memberikan keturunan.
d. Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasa
hidupnya lebih terancam dan perasan ini jauh lebih penting
dibandingkan kehilangan kemampuan reproduksi. Intervensi
keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu pasien
mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang
realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan
kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan menemukan
kekuatan diri untuk menghadapi masalah.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Identitas pasien yang perlu dikaji antara lain : seorang wanita yang berusia 30
– 60- tahun, perkawinan muda, jumlah anak, usia pernikahan. (Dedeh, 2015).
Wanita dengan aktivitas seksual dini, misalnya sebelum usia 16 tahun
mempunyai risiko lebih tinggi karena lapisan dinding vagina dan serviks
belum terbentuk sempurna yang menyebabkan gampangnya timbul lesi dan
terjadi infeksi termasuk infeksi oleh virus HPV. (Heru, 2011)
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien
c. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan
intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau
(Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya

Profesi_Ners_UCB
datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan,
anemia (Heru, 2011).
b) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Diananda (2012) biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar
vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu
makan, dan anemia.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat Kesehatan dahulu
seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani,
2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya ada riwayat
penyakit keputihan dan riwayat penyakit HIV/AIDS.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika.
Keluraga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih
berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluraga yang tidak ada riwayat
didalam keluarganya (Diananda, 2012).
e) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks
yang perlu diketahui adalah:
 Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker
serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche dan mengalami
atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau
terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah salah tanda gejala
kanker serviks.
 Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karena kanker serviks
terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus

Profesi_Ners_UCB
semakin besar kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma serviks
(Aspiani, 2017).
f) Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan
terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga
terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi
gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang
murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau
menyusahkan orang lain (Reeder, dkk, 2013). Pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami keluhan cemas dan ketakutan.
g) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas
pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur (Padila, 2015).
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan
tidak nafsu makan, kelehan, gangguan pola tidur.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : berisikan tentang pengukuran TTV (Nadi, Tekanan Darah,
Suhu, Respirasi), Kesadaran (GCS, Eye, Motorik, Verbal), Keadaan Umum
untuk mengukur nyeri (P,Q,R,S,T)
b. Kepala dan leher
Pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kebersihan kepala, apakah ada
benjolan atau lesi, dan biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi
terdapat rambut rontok
c. Mata:
Pemeriksaan mata meliputi kesimetrisan dan kelengkapan mata, kelopak mata,
konjungtiva anemis atau tidak, ketajaman penglihatan. Biasanya ada keadaan
dimana konjungtiva anemis dan skelera ikterik karena mengalami proses
perdarahan.
d. Hidung :
Pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi, kondisi
lubang hidung, apakah ada sekret, perdarahan atau tidak, serta sumbatan jalan
yang mengganggu pernafasan.
e. Telinga :

Profesi_Ners_UCB
Pemeriksaan telinga meliputi bentuk, kesimetrisan, keadaan lubang telinga,
kebersihan, serta ketajaman telinga.
f. Leher:
Pemeriksaan leher meliputi kelenjar tiroid, vena jugularis apakah ada
pembesaran atau tidak, biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut
g. Dada:
Pemeriksaan meliputi inspeksi untuk menilai bentuk thoraks, kesimetrisan,
apakah ada penggunaan otot bantu nafas, palpasi yang dilakukan dengan vokal
premitus yaitu menyebutkan angka “Tujuh puluh tujuh” apakah getaran antar
dada yang satu dengan lain sama, perkusi yang dilakukan pada semua lapang
paru mulai dari klavikula kebawah pada setiap spasium intercostalis, dan
auskultasi untuk menilai bunyi, suara nafas.
h. Abdomen:
Biasanya pada pasien kanker serviks terdapat adanya nyeri abdomen atau
nyeri pada punggung bawah akibat tumor menekan saraf lumbosakralis
(Padila, 2015).
i. Genetalia:
Pemeriksaan genetalia untuk melihat apakah terdapat hematoma, oedema,
tanda-tanda infeksi, pemeriksaan pada lokhea meliputi warna, bau, jumlah,
dan konsistensinya. Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami secret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner & suddarth,
2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.
j. Ekstermitas:
Pemeriksaan integumen meliputi warna, turgor, kelembapan, suhu tubuh,
tekstur, hiperpigmentasi. Pemeriksaan ekstremitas untuk melihat apakah ada
tidaknya oedema, varises, reflek bisep, trisep, patela, reflek babinski, nyeri
tekan, dan pemeriksaan human sign. Biasanya pada pasien kanker serviks
yang stadium lanjut mengalami udema dan nyeri. Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya mengalami kesemutan atau kebas pada tangan dan
kaki.
3. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (ca. serviks)

Profesi_Ners_UCB
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan efek tindakan medis dan
diagnostik
4. Gangguang citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
5. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
6. Risiko Gangguan intergritas kulit/jaringan dibuktikan dengan perubahan
sirkulasi
7. Risiko perfusi perifer tidak efektif dibuktikan dengan perdarahan
8. Resiko Perdarahan dibuktikan dengan gangguan koagulasi
9. Risiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan kanker
10. Risiko infeksi dibuktikan dengan kanker

4. Intervensi Keperawatan

No Diagnose Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan (SDKI) ( SLKI) (SIKI)
1 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam Observasi
infiltrasi tumor (ca. maka Tingkat nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik,
serviks) dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
 Kemampuan menuntaskan nyeri
aktivitas (5)  Identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri (5)  Identifikasi respon nyeri non verbal
 Meringis (5)  Identifikasi faktor yang memperberat
 Perasaan takut mengalami dan memperingan nyeri
cedera berulang (5)  Identifikasi pengetahuan dan
 Muntah (5) keyakinan tentang nyeri
 Mual (5)  Identifikasi pengaruh budaya terhadap
 Frekuensi nadi (5) respon nyeri
 Pola napas (5)  Identifikasi pengaruh nyeri pada

 Tekanan darah (5) kualitas hidup

 Proses berpikir (5)  Monitor keberhasilan terapi

 Fungsi berkemih (5) komplementer yang sudah diberikan


 Monitor efek samping penggunaan

Profesi_Ners_UCB
analgetic
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat atau dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab periode dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

2 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi


berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam Observasi
kelemahan maka tolensi aktivitas  Identifikasi gangguan fungsi tubuh
meningkat dengan kriteria yang mengakibatkan kelelahan

Profesi_Ners_UCB
hasil :  Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Frekuensi nadi (5)  Monitor pola dan jam tidur
 Saturasi oksigen (5)  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
 Kemudahan melakukan selama melakukan aktivitas
aktivitas sehari-hari (5) Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
3 Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Urine
urine berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
dengan efek tindakan maka eliminasi urine membaik  Identifikasi tanda dan gejala retensi
medis dan diagnostik dengan kriteria hasil : atau inkontinensia urine
 Anuria (5)  Identifikasi faktor yang menyebabkan
 Frekuensi BAK (5) retensi atau inkontinensia urin

Profesi_Ners_UCB
 Karakteristik urine (5)  Monitor eliminasi urin (mis. frekuensi,
konsistensi, aroma, volume dan warna)
Terapiutik
 Catat waktu-waktu dan haluaran
berkemih
 Batasi asupan cairan, jika perlu
 Ambil sampel urine tengah
(midstream) atau kultur
Edukasi
 Ajarkan tanda gejala infeksi saluran
kemih
 Ajarkan mengukur asupan cairan dan
haluaran urine
 Ajarkan mengambil spesimen urine
midstream
 Ajarkan mengenali tanda berkemih
dan waktu yang tepat untuk berkemih
 Ajarkan terapi modalitas, penguatan
otot-otot panggul atau berkemih
 Anjurkan minum yang cukup, jika
tidak ada kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, Jika perlu
4 Gangguang citra Setelah dilakukan tindakan Promosi Citra Tubuh
tubuh berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
dengan perubahan maka citra tubuh membaik  Identifikasi harapan citra tubuh
struktur tubuh dengan kriteria hasil : berdasarkan tahap perkembangan
 Verbalisasi perasaan  Identifikasi budaya, agama, jenis
negatif tentang perubahan kelamin, dan umur terkait citra tubuh
tubuh (5)  Identifikasi perubahan citra tubuh

Profesi_Ners_UCB
 Verbalisasi kekhawatiran yang mengakibatkan isolasi social
pada penolakan/ reaksi  Monitor frekuensi pernyataan kritik
orang lain (5) terhadap diri sendiri
 Verbalisasi perubahan gaya  Monitor apakah pasien bisa melihat
hidup (5) bagian tubuh yang berubah
Terapeutik
 Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
 Diskusikan perbedaan penampilan
fisik terhadap harga diri
 Diskusikan perubahan akibat
pubertas, kehamilan dan penuaan
 Diskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh (mis. luka
penyakit, pembedahan)
 Diskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
 Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
 Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
 Anjurkan mengungkapkan gambaran
diri terhadap citra tubuh
 Anjurkan menggunakan alat bantu
(mis. pakaian, wig, kosmetik)
 Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung (mis. kelompok sebaya)
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki
 Latih peningkatan penampilan diri
(mis. berdandan)
 Latih pengungkapan kemampuan diri

Profesi_Ners_UCB
kepada orang lain maupun kelompok
5 Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan Konseling Seksualitas
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
perubahan struktur maka fungsi seksual membaik  Identifikasi tingkat pengetahuan,
tubuh dengan kriteria hasil : masalah sistem reproduksi, masalah
 Verbalisasi aktivitas seksualitas dan penyakit menular
seksual berubah (5) seksual
 Verbalisasi eksitasi  Identifikasi waktu disfungsi seksual
seksual berubah (5) dan kemungkinan penyebab
 Verbalisasi peran seksual  Monitor stres, kecemasan, depresi
berubah (5) dan penyebab disfungsi seksual
 Verbalisasi fungsi seksual Terapeutik
berubah (5)  Fasilitasi komunikasi antara pasien
dan pasangan
 Berikan kesempatan kepada pasangan
untuk menceritakan permasalahan
seksual
 Berikan pujian terhadap perilaku
yang benar
 Berikan saran yang sesuai kebutuhan
pasangan dengan menggunakan
bahasa yang mudah diterima,
dipahami dan tidak menghakimi
Edukasi
 Jelaskan efek pengobatan, kesehatan
dan penyakit terhadap disfungsi
seksual
 Informasikan pentingnya modifikasi
pada aktivitas seksual
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan spesialis
seksologi, Jika perlu
6 Risiko Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit

Profesi_Ners_UCB
intergritas keperawatan selama 3x24 jam Observasi
kulit/jaringan maka intergritas kulit/jaringan  Identifikasi penyebab gangguan
dibuktikan dengan meningkat dengan kriteria integritas kulit (mis. perubahan
perubahan sirkulasi hasil : sirkulasi, perubahan status nutrisi,
 Kerusakan jaringan (5) penurunan kelembaban, suhu
 Kerusakan kulit (5) lingkungan ekstrem, penggunaan
 Nyeri (5) mobilitas)

 Perdarahan (5) Terapiutik

 Kemerahan (5)  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah

 Hematoma (5) baring


 Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika perlu
 Bersihkan perineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
 Gunakan produk berbahan petrolium
atau minyak pada kulit kering
 Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitive
 Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. lotion, serum)
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan buah
dan sayur
 Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
 Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada di luar

Profesi_Ners_UCB
rumah
 Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
7 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
efektif berhubungan keperawatan selama 2x24 jam Observasi
dengan penurunan maka perfusi perifer meningkat  Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi
konsentrasi dengan kriteria hasil : perifer, edema, pengisapan kapiler,
hemoglobin  Kekuatan nadi perifer (5) warna, suhu, ankle-brachial index)
 Warna kulit pucat 5)  Identifikasi faktor risiko gangguan
 Edema perifer (5) sirkulasi (mis, diabetes, perokok,
 Nyeri ekstremitas (5) orang tua, hipertensi dan kadar

 Akral (5) kolesterol tinggi)

 Turgor kulit (5)  Monitor panas, kemerahan, nyeri,


atau bengkak pada ekstrimitas
 Tekanan darah sistolik (5)
Terapeutik
 Tekanan darah diastolik
 Hindari pemasangan infus atau
(5)
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan keterbatasan
berfungsi
 Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi
Edukasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
 Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan

Profesi_Ners_UCB
penurunan kolesterol, jika perlu
 Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
 Anjurkan menghindari penggunaan
obat penyakit beta
 Anjurkan melakukan perawatan kulit
yang tepat (mis. melembabkan kulit
kering pada kaki)
 Anjurkan program rehabilitasi
vaskuler
 Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
 Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya Rasa)
8 Resiko Perdarahan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan
dibuktikan dengan keperawatan selama 1x24 jam Observasi
gangguan koagulasi maka Tingkat perdarahan  Monitor tanda dan gejala perdarahan
menurun dengan kriteria hasil :  Monitor nilai hematokrit/ hemoglobin
 Membran mukosa sebelum dan setelah kehilangan darah
lembap (5)  Monitor tanda-tanda vital ortostatik
 Kelembapan kulit (5)  Monitor koagulasi (mis. prothrombin
 Kognitif (5) time (PT), partial thromboplastin time
 Hematuria (5) (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin
 Perdarahan vagina (5) dan atau platelet)
 Hemoglobin (5) Terapeutik
 Pertahankan bed rest selama
perdarahan
 Batasi tindakan invasif, jika perlu
 Gunakan kasur pencegahan decubitus
 Hindari pengukuran suhu rektal

Profesi_Ners_UCB
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
 Menggunakan kaus kaki saat
ambulasi
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk menghindari konstipasi
 Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
 Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
 Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
 Kolaborasi pemberian produk darah,
jika perlu
 Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu
9 Risiko Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Elektrolit
ketidakseimbangan keperawatan selama 1x24 jam Observasi
elektrolit dibuktikan maka keseimbangan elektrolit  Identifikasi kemungkinan penyebab
dengan kanker meningkat dengan kriteria ketidakseimbangan elektrolit
hasil :  Monitor kadar elektrolit serum
 Serum natrium (5)  Monitor mual, muntah dan diare
 Serum kalium (5)  Monitor kehilangan cairan, Jika perlu
 Serum klorida (5)  Monitor tanda dan gejala hipokalemia
 Serum kalsium (5) (mis. kelemahan otot, interval QT
 Serum magnesium (5) memanjang, gelombang T datar atau
terbalik, depresi segmen ST,
gelombang U, kelelahan, parestesia,
penurunan refleks, anoreksia,
konstipasi, motilitas usus menurun,

Profesi_Ners_UCB
pusing, depresi pernapasan)
 Monitor tanda dan gejala
hiperkalemia (mis. peka rangsang,
gelisah, mual, muntah, takikardia,
mengarah ke bradikardia,
fibrilasi/takikardia ventrikel,
gelombang T tinggi, gelombang P
datar, Kompleks QRS tumpul, blok
jantung mengarah asistol)
 Monitor tanda dan gejala
hiponatremia (mis. disorientasi, otot
berkedut, sakit kepala, membrane
mukosa kering, hipotensi postural,
kejang, letergi, penurunan kesadaran)
 Monitor tanda dan gejala
hipertnatremia (mis. haus, demam,
mual, muntah, gelisah, peka
rangsang, membran mukosa kering,
takikardia, hipotensi, letargi, konfusi,
kejang)
 Monitor tanda dan gejala
hipokalsemia (mis. peka rangsang,
tanda chvostek [spasme otot wajah],
tanda Trousseau [spasme karpal],
kram otot, interval QT memanjang)
 Monitor tanda dan gejala
hiperkalsemia (mis. nyeri tulang,
haus, anoreksia, letargi, kelemahan
otot, segmen QT memendek,
gelombang T lebar, kompleks QRS
lebar, interval PR memanjang)
 Monitor tanda dan gejala
hipomagnesemia (mis. depresi

Profesi_Ners_UCB
pernapasan, apatis, tanda Chvostek,
Trousseau, konfusi, disritmia)
 Monitor tanda dan gejala
hipermagnesemia (mis. kelemahan
otot, hiporefleks, bradikardia, depresi
SSP, letargi, koma, depresi)
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
10 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
dibuktikan dengan keperawatan selama 1x24 jam Observasi
kanker maka Tingkat infeksi menurun  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dengan kriteria hasil : dan sistematik
 Demam (5) Terapeutik
 Kemerahan (5)  Batasi jumlah pengunjung
 Nyeri (5)  Berikan perawatan kulit pada area
 Kadar sel darah putih edema
(5)  Cuci tangan sebelum dan sesudah
 Kultur darah (5) kontak dengan pasien dan lingkungan
 Kultur urine (5) pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada
pasien beresiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
 Ajarkan etika batuk

Profesi_Ners_UCB
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
dan luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu

5. Implementasi
Keperawatan Tindakan untuk menjalankan rencana yang telah dibuat. Dengan
demikian, implementasi hanya dapat dilakukan jika terdapat sebuah rencana
(Nursalam, 2014).
Menurut Rohmah, (2012) pelaksanaan adalah realisasi tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobervasi respon pasien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Komponen tahap
implementasi diantaranya sebagai berikut :
a. Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan
keperwatan mandiri ini di tetapkan dengan Standart Practice American
Association undang-undang praktek perawat Negara bagian dan kebijakan
insitusi perawatan kesehatan.
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat bila perawat bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat Keputusan
bersama yang bertahap untuk mengatasi masalah pada pasien dengan
kanker serviks.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-item atau
perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah hasilnya
sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah ditentukan (Doenges,
dkk : 2010).

Profesi_Ners_UCB
Evaluasi hasil asuhan keperawatan sebagai tahap akhir dari poses keperawatan
yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dan seluruh tindakan keperawatan yang
telah dilakukan. Evaluasi ini bersifat sumatif, yaitu evalusi yang dilakukan
sekaligus pada akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan
disebut juga evaluasi pencapaian jangka panjang. Ada tiga alternatif dalam
menafsirkan hasil evaluasi, yaitu:
1) Masalah teratasi
Masalah teratasi apabila klien atau keluarga menunjukkan perubahan tingkah
laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
2) Masalah teratasi sebagian
Masalah sebagian teratasi apabila klien atau keluarga menunjukkan
perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3) Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali tidak
menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan
timbul masalah yang baru

BAB 3

STUDI KASUS

Nama mahasiswa : Fince T. Anggreni NIM: -


Hari / Tanggal : Senin 19-02-2024

Profesi_Ners_UCB
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS
A. PENGKAJIAN
Tanggal MRS : 11 februari 2024
Tanggal pengkajian : 19 februari 2024 Jam : 09.00
Ruang/kelas : Edelweis/F2 Diagnosa: Ca. Serviks
Jam partus :-
No RM : 582768
Identitas
Biodata Ibu Biodata Suami
Nama : Ny. M.U Nama : Tn. F.T
Umur : 51 tahun Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan Jenis kelamin : laki-laki
Agama : katolik Agama : katolik
Suku/bangsa : Flores/Indonesia Suku/bangsa : Flores/Indonesia
Status perkawinan: kawin Status perkawinan : kawin
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Alamat : Kayu putih Alamat : Kayu putih

Keluhan Utama : P: Nyeri pada perut


Q: Nyeri seperti tertusuk dan hilang timbul
R: Nyeri pada perut bagian bawah.
S: Skala (7-10) dengan Faces Pain Rating Scale
T: Nyeri terus menerus kurang lebih 5 menit

kupang tanggal 11 februari 2 0 2 4 . P asien rujukan dari lemabata, p a s i e n m a s u k


d e n g a n ke l u h a n : Pasien mengatakan mengalami nyeri pada perut bagian bawah di
sertai ada keluar darah dari jalan lahir, skala nyeri 7-10 (nyeri berat), nyeri yang
dirasakan hilang Riwayat Penyakit Saat Ini: pasien mengatakan masuk IGD RSUD Prof
Dr.W.Z Johannes m u n c u l d e n g a n d u r a s i w a k t u ± 1 5 m e n i t . P a s i e n
m e n g a t a k a n m e r a s a m u a l , m u n t a h 3 x , n a f s u m a k a n berkurang dan tidak
menghabiskan porsi makan, hanya menghabiskan 1-2 sendok. Pasien mengatakan
merasa Pusing. Terapi yang didapatkan dari IGD adalah : NS 20 tetes/menit,

Profesi_Ners_UCB
injeksi ranitidin 50 mg, injeksi kalnex 500 mg. kemudian pasien masuk
langsung dipindakan keruangan edeweis untuk mendapatkan perawatan
lanjutan. Pada saat dikaji pada tanggal 19 februari 2024 jam 09.00 pasien
mengatakan nyeri berkurang dibagian bawah perut, dengan skala nyeri 3-4 (nyeri
sedang), nyeri yang dirasakan hilang muncul dengan durasi waktu ± 5 menit. Pasien
mengatakan mual b e r k u r a n g , n a f s u m a k a n s u d a h m e m b a i k , d a n m a s i h
a d a d a r a h ke l u a r l e w a t j a l a n l a h i r s e r t a d a r a h p a d a u r i n e y a n g
tertampung pada urine bag.
Riwayat Kesehatan Terdahulu: Ca. Serviks
Riwayat Kesehatan Keluarga: pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dalam
keluarga
Riwayat Obstetri: pasien mengatakan mempunyai 3 orang anak dan semuanya lahir
secara normal, pasien mengatakan saat hamil tidak mengalami komplikasi dan tidak
menggunakan alat kontrasepssi. Pasien hamil anak pertama di usia 26 tahun dan jarak
kehamilan dari anak pertama dan kedua sekitar 7 tahun, sedangkan dengan anak ke tiga
jarak kehamilan sekitar 2 tahun.
1. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
OBJEKTIF
1) GCS : Respon Buka Mata_4__ Respon Verbal_5__ Motorik__6_
2) Penglihatan
a. Ketajaman penglihatan : Kedua mata ___; Kanan ___; Kiri ___; Tidak
dinilai__√_
b. Ukuran Pupil : Kanan: Normal_√_ Abnormal___
Kiri : Normal_√_ Abnormal___
c. Reaksi pupil : Kanan: Normal_√_ Abnormal___
Kiri : Normal_√_Abnormal___
3) Pendengaran
Tidak dinilai: -
Telinga kanan: Normal
Telinga Kiri : Normal
Alat bantu dengar: Ya___ Tidak_√_
4) Rasa

Profesi_Ners_UCB
a. Manis: Normal_√_ Abnormal___
b. Asam: Normal_√_ Abnormal___
c. Gerakan lidah: Normal_√_ Abnormal___
d. Penampilan lidah: Bersih__ Kotor_√_
5) Sentuhan
Proprioception: Normal_√_ Abnormal__
a. Panas: Normal_√_ Abnormal__
b. Dingin: Normal_√_ Abnormal__
c. Mati rasa: Tidak_√_ iya__
d. Kesemutan: Tidak_√_ iya__

6) Penciuman
a. Lubang hidung kanan: Normal
b. Lubang hidung kiri: Normal
7) Ada kelenjar getah bening yang membesar di leher? Ya___ Tidak_√__
Bila Ya, Lokasi dan ukuran:

SUBJEKTIF
Riwayat Alergi

Apakah memepunyai riwayat alergi? Ya___ Tidak_√__

Bila Ya, Apa? ____-____________________________

(Obat-obatan, makanan, kosmetik, gigitan serangga, dll)

Riwayat Menarche
Menarche: teratur , siklus:28 hari/bulan lama: 5 hari

2. POLA NUTRISI METABOLIK


OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Kulit

Profesi_Ners_UCB
a. Hangat___ Dingin___ Lembab_√__ Kering___
b. Lesi/Kemerahan: Ya__Tidak_√_
c. Turgor Kulit : baik
d. Warna : Pucat_√_ Merah Muda__ Kehitaman__ Sianosis__ Jaundice__
2. Rambut
Rontok_√__ Tidak Rontok___ Bersih_√__ Kotor___
3. Membran mukosa
a. Mulut
1) Lembab___ Kering_√__
2) Lesi: Ya__ Tidak_√_ Jelaskan____-_________________________________
3) Warna: Pucat_√_ Pink___
4) Gigi: Normal_√__ Abnormal___ Jelaskan______-_____________________
5) Gigi palsu: Ya___ Tidak_√__ Atas___ Bawah___
6) Gusi: Normal_√__ Abnormal___ Jelaskan__-
____________________________
7) Lidah: Normal_√__ Abnormal___ Jelaskan ___-
__________________________
b. Mata
1) Simetris : Ya_√__ Tidak____
2) Konjungtiva : Pucat_√__ Pink___
3) Sklera : Ikterik_-__ Anikterik____

Nafsu makan Baik Terganggu


Mual Ya Tidak
Muntah Ya Tidak
BB sebelum sakit 62 kg BB saat sakit 58 kg
IMT: 34,13
Tinggi Badan 158 LILA - cm
Kesan:
cm
Penurunan BB 2 kg Tidak
Kesulitan menelan Ya Tidak
Kesulitan penyembuhan luka Ya Tidak

SUBJEKTIF
(a) Apakah Ibu memiliki masalah terkait pola makan?
Pasien mengatakan masih mual dan kadang muntah, makan dan minum seperti biasa
kadang makan tidak di habiskan oleh karena mual.

Profesi_Ners_UCB
(b) Berapa kali Ibu makan dalam satu hari? Porsi?
Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu yang beragam. Porsi makan kadang
di habiskan dan kadang tidak oleh karena mual.
3. POLA ELIMINASI
OBJEKTIF
1. Auskultasi perut:
Suara Usus: Normal_√__ Meningkat___ Menurun___ Tidak Ada___
Bising Usus : _20__ x/mnt
2. Palpasi abdomen:
a. Massa: Ya___ Tidak_√__
b. Distensi (termasuk kandung kemih): Ya___ Tidak_√_
3. Hemoroid: Ya___ Tidak_√__ Jelaskan: (Arah jam: )
(Grade: )
Kebiasaan BAB Frekuensi: .1 x/hari
1. Konsistensi Padat Cair
2. Warna Kuning Merah
Hitam Kuning
Coklat Abu-abu
3. Gangguan Inkontinensia Konstipasi
4. Perdarahan Ya Tidak
Kebiasaan BAK Frekuensi:
1. Konsistensi Pekat Jernih
2. Warna Kuning Merah
3. Kandung kemih Kosong Penuh
4. Penggunaan bantuan Ya, kateter Tidak
5. Gangguan Retensi Inkontinensia

SUBJEKTIF
(a) Adakah keluhan yang Ibu rasakan terkait BAB dan BAK?
Pasien mengatakan saat ini nyeri pada perut bagian bawah dan BAB masih sulit karena
keluar sedikit-sedikit sedangkan BAK tertampung kateter dan urine masih bercampur
darah.
(b) Bagaimana pola BAB dan BAK Ibu saat ini?
Pasien mengatakan pola BAB tidak teratur sedangkan BAK tertampung kateter dan saat
di buat di catat oleh perawat.

4. POLA AKTIVITAS LATIHAN

Profesi_Ners_UCB
OBJEKTIF
TANDA-TANDA VITAL:
Tekanan Darah : Lengan Kiri 120/80 Lengan Kanan_____ Berdiri________
Duduk____________ Berbaring___√_____
Nadi : 80 x/mnt; Radial___ Apikal___; Teratur_√_ Tidak Teratur___
Suhu : _36_0C; Ketiak_√_ Dahi___
Pernapasan : _20_ x/mnt; Perut___ Diafragma_√_
a. Pernapasan dan sirkulasi
Kelainan bentuk Retraksi dinding dada
Inspeksi - toraks: - Penggunaan otot bantu napas
Jelaskan:
Tampak ictus cordis,
- di.............. - sianosis
Perkusi
1. Jantung Sonor Redup
2. paru Sonor Redup
Teraba ictus cordis
Palpasi
di........................
Auskultasi
1. jantung S1 S2 murni Gallop
Murmur Bunyi Tambahan lain:

2. paru Vesikuler Ronkhi


Wheezing

b. Ekstremitas
Suhu Hangat
Dingin
Panas
Rentang Gerak Normal Terbatas
Waktu Pengisian Kapiler < 2 detik >2 detik
Kuku Normal Abnormal
Jelaskan:

Kemampuan perawatan diri Mandiri Dengan bantuan


Keseimbangan tubuh Stabil Tidak stabil
Kekuatan otot e. atas e. bwh
Edema, di Varises, di ................
tungkai bawah ...............................
Postur Tubuh Normal Tidak Normal
Kifosis
Lordosis

Profesi_Ners_UCB
Skoliosis
Alat Bantu Gerak Ya Tidak
Jelaskan:

Kelaianan Ekstremitas Ya Tidak


Jelaskan:

SUBJEKTIF
(a) Apa aktivitas ibu sehari-hari saat ini?
Pasien mengatakan aktivitas selama ini setelah sakit di bantu oleh suami,anak dan juga
saudara dengan melakukan mandi, berpakaian karena pasien masih terpasang infus dan
kateter.

(b) Adakah keluhan yang Ibu rasakan dalam aktivitas saat ini?
Pasien mengatakan mudah Lelah

5. POL A TIDUR
OBJEKTIF
Penampilan Klien Tampak Ngantuk

Sering Menguap

Lingkar Mata Hitam Ya


Tidak

Penampilan lesu Ya

Tidak

SUBJEKTIF
(a) Bagaimana pola tidur Ibu saat ini?
Pasien mengatakan tidur cukup, hanya sering terbangun jika mau mobilisasi.

(b) Adakah keluhan yang Ibu rasakan dalam pola tidur saat ini?
Pasien mengatakan sering terbangun jika ingin mobilisasi karena nyeri

6. POLA SEKSUAL REPRODUKSI


OBJEKTIF
Riwayat penggunaan KB Melaksanakan KB :
Ya Tidak
Bila ya, jenis KB yang digunakan:
Keluhan:

Kontrol KB terakhir:

Profesi_Ners_UCB
Riwayat perdarahan vagina Adanya lesi : Ya___ Tidak___
Jelaskan:

Melakukan Pap Smear/ Terakhir dilakukan:


Mammogram di
Riwayat penularan penyakit Ya___ Tidak_√__
seksual

Payudara Hiperpigmentasi Nyeri tekan


pada puting
Benjolan/massa Simetris/Asimetris
Pengeluaran ASI
Genitalia Varises Edema

SUBJEKTIF
(a) Adakah keluhan yang Ibu rasakan dalam aktivitas seksual saat ini?
Pasien mengatakan tidak ada keluhan di saat melakukan aktivitas seksual.

(b) Adakah keluhan yang Ibu rasakan pada organ reproduksi (payudara, vulva vagina)
saat ini?
Pasien mengatakan nyeri pada saluran kencing oleh karena kateter dan masih keluar
darah pada vagina.

7. POLA PERSEPSI KOGNITIF


OBJEKTIF
Status mental GCS: 15
Bicara Normal Gagap
Afasia Blocking
Kemampuan membaca Bisa Tidak bisa
Pendengaran Normal Terganggu
1. Gangguan Tuli (kanan/kiri) Tinnitus (kanan/kiri)
Nyeri telinga Pengeluaran sekret
2. Penggunaan alat Ya Tidak
bantu
Penglihatan Normal Terganggu
1. Gangguan Glaukoma Katarak
Nyeri Pengeluaran sekret
2. Penggunaan alat Ya Tidak
bantu
1. Nyeri Ya Tidak
Lokasi: perut
bagian bawah
Durasi: hilang
timbul

Profesi_Ners_UCB
Sifat: seperti
tertusuk
Waktu: ± 5
menit
Skala nyeri: 3-4
(sedang)

Subjektif
Apa yang Ibu ketahui tentang penyakit saat ini?
Pasien mengatakan saat ini mengetahui terkait penayakit yang sedang di alami
oleh karena sudah dijelaskan oleh dokter.

8. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


OBJEKTIF
1. Selama pengkajian, pasien tampak: Tenang_√__ Gelisah___
Mudah Marah___ Menarik Diri___
2. Bahasa tubuh yang diamati selama pengkajian: terdapat umpan balik yang baik saat
melakukan pengkajian.
SUBJEKTIF
(a) Bagaimana Ibu memandang diri Ibu saat ini?
Pasien mengatakan percaya bahwa dia pasti sembuh dan merasa optimis dalam menjalani
pengobatan.

(b) Bagaimana pandangan suami/anggota keluarga lain pada Ibu saat ini?
(Suami,anak-anak bahkan keluarga yang selalu mendampingi pasien dan juga Romo)
memandang bahwa perawatan yang diberikan dapat menyembuhkan pasien dari
penaykitnya.

9. POLA PERAN HUBUNGAN, TOLERANSI STRES KOPING DAN NILAI KEPERCAYAAN


OBJEKTIF
1. Pola bicara
a. Bahasa yang pasien gunakan:
Bahasa Indonesia Bahasa Lainnya:
b. Masalah dalam bicara? Ya___ Tidak_√__
2. Pola keluarga
Selama wawancara dan observasi, apakah ada disfungsional interaksi keluarga?
Ya___ Tidak_√_ Jelaskan:

Profesi_Ners_UCB
3. Tanda stres yang mencolok (menangis, meremas tangan, mengepalkan tangan,dan lain
lain): tidak ada tanda stress yang mencolok.

SUBJEKTIF
(a) Apakah Ibu mengalami masalah/stres saat ini?
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah/stress saat ini.
(b) Apa yang Ibu lakukan apabila mengalami masalah/stres saat ini?
Tidak ada.
(c) Siapa yang membantu Ibu apabila mengalami masalah/stres saat ini (dukungan spiritual)?
Pasien mengatakan yang membantu saat mengalami masalah/stress saat ini adalah
suami,anak,saudara dan juga perawat yang merawatnya, serta dukungan doa dari romo.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Radiologi
Tanggal Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
12 januari 2024 Biopsy Invasive, Non keratinizing squamous cell
carcinoma
16 februari 2024 Thoraks Efusi pleura bilateral ( dextra minimal)

B. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Rentang Nilai Normal
16 februari 2024 Hemoglobin 9,9 12.0 - 16.0
Eritrosit 3.46 4.20 – 5.40
Hematokrit 27.4 37.0 – 47.0
Leukosit 12.83 4.00 – 10.00
Trombosit 163.00 150 – 400
17 februari 2024 Kreatinin darah 1.44 0.00 – 1.10
Urea N 15.60 6.00 – 20.00

C. Terapi Obat
Tanggal Jenis terapi Rute terapi Dosis

Profesi_Ners_UCB
19/2/2024 Infus Ns 0,9% Iv 20 tetes/menit
Ranitidine Iv 2 x 50 mg
Kalnex Iv 3 x 500 mg
Vit k Iv 3 x 10 mg
Lactulose sirup Po 3x 1 cth
Livron B. complex Po 2x1
po 3x1
MST
Iv 1 bag
Transfuse PRC

D. Analisa Data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Data Subjektif: pasien mengatakan Perfusi perifer tidak efektif
pusing, masih lemas
Data Objektif: pengisian kapiler lebih
dari < 3 detik, nadi perifer menurun,
akral teraba dingin, warna kulit pucat,
turgor kulit menurun. Tekanan darah
120/80 Mmhg, Nadi 80 x/ menit, Suhu
36oc, Respirasi 20 x/ menit.

Data Penunjang: Hemaglobin : 9,9


2. Data Subjektif: pasien mengatakan Nyeri kronis
nyeri pada perut bagian bawah, rasa
seperti tertusuk dan hilang timbul,
dengan durasi ± 5 menit dengan skala
3-4 ( sedang )
Data Objektif: wajah tampak
meringis,bersikap melindungi daerah
nyeri, Tekanan darah 120/80 Mmhg,
Nadi 80 x/menit, Respirasi 20 x/menit,
suhu 36oc.

Profesi_Ners_UCB
Data Penunjang: -
3. Data Subjektif: pasien mengatakan Gangguan eliminasi urine
masih kaluar darah pada jalan lahir dan
urine masih tampat kemerah sedkit
oleh karena bercampur darah.
Data Objektif: urine yang tertampung
masih pekat oleh karena bercampur
darah.
Data Penunjang: Kreatinin darah : 1.44,
dan Urea N : 15.60

E. Diagnosa Keperawatan
1.Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemaglobin
dibuktikan dengan :
Ds : pasien mengatakan pusing, masih lemas
Do : pengisian kapiler lebih dari < 3 detik, nadi perifer menurun, akral teraba dingin, warna
kulit pucat, turgor kulit menurun. Tekanan darah 120/80 Mmhg, Nadi 80 x/ menit,
Suhu 36oc, Respirasi 20 x/ menit.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor dibuktikan dengan :
Ds : pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, rasa seperti tertusuk dan hilang
timbul, dengan durasi ± 5 menit dengan skala 3 ( ringan ).
Do : wajah tampak meringis,bersikap melindungi daerah nyeri, Tekanan darah 120/80
Mmhg, Nadi 80 x/menit, Respirasi 20 x/menit, suhu 36oc.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kanker dibuktikan dengan :
Ds : pasien mengatakan masih kaluar darah pada jalan lahir dan urine masih tampat
kemerah sedkit oleh karena bercampur darah.
Do : urine yang tertampung masih pekat oleh karena bercampur darah

Kupang, 19/2/20024

Profesi_Ners_UCB
Mentor

( HERMINA BAHY , SST )

Profesi_Ners_UCB
F. PERENCANAAN KEPERAWATAN

N HARI/TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (SLKI) INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI) NAMA&TTD
O KEPERAWATAN
(SDKI)
1 Senin Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Sirkulasi (I.14570) Fince
19/02/2024 tidak efektif selama 3 x 24 jam maka perfusi perifer  Periksa sirkulasi perifer (Mis, nadi perifer, edema, suhu,) Tasya
berhubungan meningkat dengan kriteria hasil :  Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi ( kadar Hemoglobin Elis
dengan  Warna kulit pucat menurun tinggi/rendah) Cici
penurunan  Edema perifer menurun Alfridus
konsentrasi  Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas
 Kelemahan otot menurun  Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
hemaglobin
 Turgor kulit membaik keterbatasan perfusi
 Kadar HB membaik  Lakukan pencegahan infeksi
 Anjurkan perawatan kulit yang tepat (mis, melembabkan kulit kering
pada tangan dan kaki)
 Anjarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis rendah
lemak)

2 Senin Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.08238) Fince
19/02/2024 berhubungan selama 3 x 24 jam maka Tingkat nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, Tasya
dengan menurun dengan kriteria hasil : intensitas nyeri. Elis
infiltrasi tumor  Keluhan nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri Cici
 Meringis menurun Alfridus
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Mual menurun  Berikan Teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Muntah menurun  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu
 Nafsu makan membaiK ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istrahat dan tidur
 Kolaborasi dalam pemberian analgetik. MST 3 x 1 tablet/po

3 Senin Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan retensi urine (I.4165) Fince
19/02/2024 eliminasi urine selama 3 x 24 jam maka eliminasi urine  Identifikasi penyebab retensi urine (mis. peningkatan tekanan Tasya
berhubungan membaik dengan kriteria hasil : uretra, disfungsineurologis, efek agen farmakologis) Elis
dengan kanker  Sensasi berkemih meningkat  monitor intake dan output cairan Cici
Alfridus

Profesi_Ners_UCB
 Anuria menurun  monitor Tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi
 Karakteristik urine membaik  anjurkan pasien atau keluarga mencatat output urine
 kolaborasi dalam pemberian diuretic furusemit .2 x 10 mg/po,
kalnex 3 x 500 mg/iv, vit k 3 x 10 mg/iv

G. IMPLEMENTASI KEPERAWTAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN HARI 1

NO HARI/TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWTAN TINDAKAN KEPERAWTAN EVALUASI KEPERAWATAN NAMA &


TTD
1 Senin 19/2/2024 Perfusi perifer tidak efektif Jam 08.00 S: pasien masih mengeluh pusing, Fince
berhubungan dengan penurunan 1. Melakukan Pemeriksaan sirkulasi perifer : Nadi dan masih keluar darah lewat jalan Tasya
konsentrasi hemaglobin perifer teraba, akral hangat, tampak edema pada lahir, Elis
tungkai bawah. 0 : tampat pucat, HB : 9,9 g/dL, TTV Cici
TD: 120/80 Mmhg, N:80 x/mnt, Alfridus
2. Mengidentifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi :
RR: 20 x/mnt, suhu: 36oc.
tampak pucat dan Hb dalam darah 9,9 A : masalah perfusi perifer belum
teratasi
Jam 10.00 P : Lanjutkan intervensi
3. Menganjurkan perawatan kulit yang tepat (mis, 1. Melakukan Pemeriksaan
melembabkan kulit kering pada tangan dan kaki) sirkulasi perifer : Nadi perifer
dengan menggunakan handbody lition sehabis teraba, akral hangat, pucat,
mandi tampak edema pada tungkai
4. Mengajarkan program diet untuk memperbaiki bawah.
sirkulasi dengan makan makanan yang sudah di
2. Mengidentifikasi faktor risiko
sediakan oleh ahli gizi rumah sakit
gangguan sirkulasi : tampak
pucat dan Hb dalam darah 9,9
g/dl.
3. Menganjurkan perawatan
kulit yang tepat (mis,
melembabkan kulit kering
pada tangan dan kaki)
dengan menggunakan
handbody lition sehabis

Profesi_Ners_UCB
mandi
4. Mengajarkan program diet
untuk memperbaiki sirkulasi
dengan makan makanan
yang sudah di sediakan oleh
ahli gizi rumah sakit

2 Senin 19/2/2024 Nyeri kronis berhubungan Jam 08.30 S: pasien mengatakan nyeri pada Fince
dengan infiltrasi tumor 5. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, perut bagian bawah, nyeri seperti Tasya
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri : nyeri pada perut tertusuk hilang timbul, skala 4 Elis
bagian bawah ,durasi ±5 menit, karakteristik hilang dengan durasi ±5 menit. Cici
timbul, nyeri sedang. O: wajah meringis,TTV TD: 120/80 Alfridus
6. Mengidentifikasi skala nyeri : 4 dengan Faces Pain Mmhg, N:80 x/mnt, RR: 20 x/mnt,
Rating Scale suhu: 36oc.
7. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan A: Masalah nyeri akut belum teratasi
memperingan nyeri : disaat mobilisasi dan bangun P: Lanjutkan intervensi
duduk I:
Jam 11.00 1. Mengidentifikasi lokasi lokasi,
8. Memfasilitasi istirahat dan tidur.: mengatur posisi karakteristik, durasi,
nyaman agar pasien bisa tidur dengan mengatur frekuensi, kualitas, intensitas
posisi,membatasi pengunjung. nyeri : nyeri pada perut
9. Menjelaskan strategi meredakan nyeri : dengan bagian bawah ,durasi ±5
memainkan handphone atau mendengar musik menit, karakteristik seperti
10. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk tertusuk hilang timbul, nyeri
mengurangi rasa nyeri ( ajarkan teknik nafas dalam) sedang.
: yaitu dengan menarik napas dalam melalui hidung 2. Mengidentifikasi skala nyeri :
kemudia tahansekitar 5-10 detik kemudian 4 dengan Faces Pain Rating
hembuskan napas melalui mulut secara perlahan- Scale
lahan. menganjurkan pasien untuk napas dalam bila 3. Mengidentifikasi faktor yang
nyeri memperberat dan
memperingan nyeri : disaat
Jam 12.00 berbicara atau menelan
Melayani MST 1 tablet/po 4. Memfasilitasi istirahat dan
tidur.: mengatur posisi
nyaman agar pasien bisa
tidur dengan posisi terlentang
5. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri : dengan

Profesi_Ners_UCB
memainkan handphone atau
mendengar musik
6. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
( ajarkan teknik nafas
dalam) : yaitu dengan
menarik napas dalam melalui
hidung kemudia tahan sekitar
5-10 detik kemudian
hembuskan napas melalui
mulut secara perlahan-lahan.
7. menganjurkan pasien untuk
napas dalam bila nyeri

3 Senin 19/2/2024 Gangguan eliminasi urine Jam 09.00 S : pasien mengatakan masih kaluar Fince
berhubungan dengan kanker 1. Mengidentifikasi penyebab retensi urine: adanya Tasya
darah pada jalan lahir dan urine
nyeri pada perut bagian bawah dan nyeri saat BAK, Elis
tampak urine bercampur darah. masih tampat kemerah sedkit Cici
Alfridus
2. Memonitor tingkat distensi kandung kemih dengan oleh karena bercampur darah.
palpasi : kandung kemih teraba kosong dan ada O : urine yang tertampung masih
nyeri tekan pada minspubis
pekat oleh karena bercampur
Jam 11.30 darah, masih tampak darah pada
3. Memonitor intake dan output cairan: balance cairan
= I – O – IWL : 1800 – 1300 – 900 = - 400 cc pembalut.
4. Menganjurkan pasien atau keluarga mencatat A : maslah gangguan eliminasi urine
output urine belum teratasi
Jam 12.00 P : Lanjutkan intervensi
5. Melayani furusemid 10 mg/po, kalnex 500 mg/iv, vit 1. Mengidentifikasi penyebab
k 10 mg/iv retensi urine: adanya nyeri
pada perut bagian bawah dan
nyeri saat BAK, tampak urine
bercampur darah.
2. Memonitor tingkat distensi

Profesi_Ners_UCB
kandung kemih dengan
palpasi : kandung kemih
teraba kosong dan ada nyeri
tekan pada minspubis
3. Memonitor intake dan output
cairan: balance cairan = I – O
– IWL : 1800 – 1300 – 900 = -
400 cc
4. Menganjurkan pasien atau
keluarga mencatat output
urine
5. Melayani furusemid 10 mg/po,
kalnex 500 mg/iv, vit k 10
mg/iv

H. EVALUSAI CATATAN PERKEMBANGAN HARI 2

NO TANGGAL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN NAMA &


TTD
1 20/2/2024 Perfusi perifer tidak efektif Jam 15.00 20/02/2024 Fince
berhubungan dengan  monitor keadaan umum pasien; S: pasien masih mengeluh pusing, mual, muntah dan Tasya
penurunan konsentrasi pusing berkurang, masih pucat, masih keluar darah lewat jalan lahir dan kateter. Elis
hemaglobin mual (+), muntal 1x, masih 0 : tampat pucat,konjungtiva anemis, HB : 9,9 g/dL, TTV Cici
TD: 110/70 Mmhg, N:80 x/mnt, RR: 20 x/mnt, suhu: Alfridus
keluar darah lewat jalan lahir.
36oc.
 melakukan TTV : TD 110/70 A : masalah perfusi perifer belum teratasi
Mmhg, N:80 x/mnt, RR: 20 P : Lanjutkan intervensi
x/mnt, suhu: 36oc 6. Melakukan Pemeriksaan sirkulasi perifer : Nadi
 melayani injeksi ranitidine 50 perifer teraba, akral hangat, tampak edema pada
mg/iv tungkai bawah.
 melayani injeksi kalnex 500 7. Mengidentifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi :

Profesi_Ners_UCB
mg/iv tampak pucat dan Hb dalam darah 9,9 g/dl.
 melayani injeksi vit k 10mg/iv 5. Menganjurkan perawatan kulit yang tepat (mis,
melembabkan kulit kering pada tangan dan kaki)
Jam 15.30 dengan menggunakan handbody lition sehabis
 mengganti cairan infus Ns 0,9 % mandi
20 tpm 6. Mengajarkan program diet untuk memperbaiki
 mengecek persedian darah sirkulasi dengan makan makanan yang sudah di
untuk transfusi sediakan oleh ahli gizi rumah sakit
Jam 18.00 Jam 14.00
 melayani makanan pada pasien E : pasien mengatakan masih pusing,
dan menganjurkan makan sedkit
tapi sering jika masih merasa
mual atau muntah.

2 20/2/2024 Nyeri kronis berhubungan Jam 16.00 19/02/2024 Fince


dengan infiltrasi tumor  Mengkaji karakteristik dan skala S: pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, Tasya
nyeri : pasien mengatakan nyeri nyeri seperti tertusuk hilang timbul, skala 3 dengan Elis
masih di perut bagian bawah durasi ±1 menit. Cici
O: wajah meringis,TTV TD: 120/80 Mmhg, N:80 x/mnt, RR: Alfridus
seperti tertusuk dan hilang
20 x/mnt, suhu: 36oc.
timbul, skala 3 dengan durasi ±1 A: Masalah nyeri akut belum teratasi
menit P: Lanjutkan intervensi
 Menjelaskan strategi meredakan I:
nyeri dengan bercerita dengan 8. Mengidentifikasi lokasi lokasi, karakteristik, durasi,
keluarga, mendengar music atau frekuensi, kualitas, intensitas nyeri : nyeri pada
memainkan Hp perut bagian bawah ,durasi ±5 menit, karakteristik
seperti tertusuk hilang timbul, nyeri sedang.
 Mengobservasi respon nyeri non
9. Mengidentifikasi skala nyeri : 4 dengan Faces
verbal : pasien masih Pain Rating Scale
menunjukkan sikap melindungi 10. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
daerag nyeri ( memegang perut memperingan nyeri : disaat berbicara atau
yang sakit ) menelan
 Memberikan posisi yang 11. Memfasilitasi istirahat dan tidur.: mengatur posisi
nayaman pada pasien diatas nyaman agar pasien bisa tidur dengan posisi
terlentang
tempat tidur : memberikan posisi
12. Menjelaskan strategi meredakan nyeri : dengan
semi fowler 450. memainkan handphone atau mendengar musik

Profesi_Ners_UCB
13. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri ( ajarkan teknik nafas
dalam) : yaitu dengan menarik napas dalam
melalui hidung kemudia tahansekitar 5-10 detik
kemudian hembuskan napas melalui mulut secara
perlahan-lahan.
14. menganjurkan pasien untuk napas dalam bila nyeri
Jam 14.00
E: Pasien mengatakan masih nyeri pada perut bagian
bawah
3 20/2/2024 Gangguan eliminasi urine Jam 17.00 19/02/2024 Fince
berhubungan dengan kanker  Mengidentifikasi penyebab S : pasien mengatakan masih kaluar darah pada jalan lahir Tasya
retensi urine: adanya nyeri pada dan urine masih tampat kemerah sedkit oleh karena Elis
perut bagian bawah dan nyeri bercampur darah. Cici
O : urine yang tertampung masih pekat oleh karena Alfridus
saat BAK, tampak urine
bercampur darah, masih tampak darah pada pembalut.
bercampur darah. A : maslah gangguan eliminasi urine belum teratasi
 Memonitor tingkat distensi P : Lanjutkan intervensi
kandung kemih dengan palpasi : 1. Mengidentifikasi penyebab retensi urine: adanya
kandung kemih teraba kosong nyeri pada perut bagian bawah dan nyeri saat BAK,
dan ada nyeri tekan pada tampak urine bercampur darah.
2. Memonitor tingkat distensi kandung kemih dengan
minspubis
palpasi : kandung kemih teraba kosong dan ada
 Mengganti cairan Ns spuling nyeri tekan pada minspubis
kateter 3. Memonitor intake dan output cairan
 Melakukan balance cairan 4. Menganjurkan pasien atau keluarga mencatat
balance cairan = I – O – IWL : output urine
2200 – 1600 – 900 = - 300 cc 5. Melayani furusemid 10 mg/po, kalnex 500 mg/iv, vit
k 10 mg/iv
Jam 14.00
E : pasien mengatakan urine sudah mulai jernih dan warna
merah sudah berkurang

I. EVALUSAI CATATAN PERKEMBANGAN HARI 3

NO TANGGAL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN NAMA &

Profesi_Ners_UCB
TTD
1 21/2/2024 Perfusi perifer tidak efektif Jam 15.00 20/02/2024
berhubungan dengan  monitor keadaan umum pasien; S: pasien masih mengeluh pusing, mual, muntah dan
penurunan konsentrasi pusing berkurang, masih pucat, masih keluar darah lewat jalan lahir,
hemaglobin mual (+), muntal 1x, masih 0 : tampat pucat, HB 7,1 g/dL, TTV TD: 110/70 Mmhg,
N:80 x/mnt, RR: 20 x/mnt, suhu: 36oc.
keluar darah lewat jalan lahir.
A : masalah perfusi perifer belum teratasi
 melakukan TTV : TD 110/70 P : Lanjutkan intervensi oleh bidan ruangan
Mmhg, N:80 x/mnt, RR: 20 6. Melakukan Pemeriksaan sirkulasi perifer : Nadi
x/mnt, suhu: 36oc perifer teraba, akral hangat, tampak edema pada
 melayani injeksi ranitidine 50 tungkai bawah.
mg/iv 7. Mengidentifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi :
 melayani injeksi kalnex 500 tampak pucat dan Hb dalam darah 7.1 g/dl.
mg/iv 7. Menganjurkan perawatan kulit yang tepat (mis,
 melayani injeksi vit k 10mg/iv melembabkan kulit kering pada tangan dan kaki)
dengan menggunakan handbody lition sehabis
Jam 15.30
mandi
 merawat infus dengan
8. Mengajarkan program diet untuk memperbaiki
mengganti transfuse set
sirkulasi dengan makan makanan yang sudah di
 melayni transfusi darah PRC 1
sediakan oleh ahli gizi rumah sakit
bag /iv

Jam 18.00
 melayani makanan pada pasien
dan menganjurkan makan sedkit
tapi sering jika masih merasa
mual atau muntah.
 Melayani obat MST 1 tablet/ po

2 21/2/2024 Nyeri kronis berhubungan Jam 16.00 19/02/2024


dengan infiltrasi tumor  Mengkaji karakteristik dan skala S: pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah,
nyeri : pasien mengatakan nyeri nyeri seperti tertusuk hilang timbul, skala 3 dengan
masih di perut bagian bawah durasi ±1 menit.
O: wajah meringis,TTV TD: 120/80 Mmhg, N:80 x/mnt, RR:
seperti tertusuk dan hilang
20 x/mnt, suhu: 36oc.
timbul, skala 3 dengan durasi ±1 A: Masalah nyeri akut belum teratasi
menit P: Lanjutkan intervensi oleh bidan ruangan

Profesi_Ners_UCB
 Menjelaskan strategi meredakan I:
nyeri dengan bercerita dengan 15. Mengidentifikasi lokasi lokasi, karakteristik, durasi,
keluarga, mendengar music atau frekuensi, kualitas, intensitas nyeri : nyeri pada
perut bagian bawah ,durasi ±5 menit, karakteristik
memainkan Hp
seperti tertusuk hilang timbul, nyeri sedang.
 Mengobservasi respon nyeri non 16. Mengidentifikasi skala nyeri : 4 dengan Faces
verbal : pasien masih Pain Rating Scale
menunjukkan sikap melindungi 17. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
daerag nyeri ( memegang perut memperingan nyeri : disaat berbicara atau
yang sakit ) menelan
 Memberikan posisi yang 18. Memfasilitasi istirahat dan tidur.: mengatur posisi
nyaman agar pasien bisa tidur dengan posisi
nayaman pada pasien diatas
terlentang
tempat tidur : memberikan posisi 19. Menjelaskan strategi meredakan nyeri : dengan
semi fowler 450. memainkan handphone atau mendengar musik
20. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri ( ajarkan teknik nafas
dalam) : yaitu dengan menarik napas dalam
melalui hidung kemudia tahan sekitar 5-10 detik
kemudian hembuskan napas melalui mulut secara
perlahan-lahan.
21. menganjurkan pasien untuk napas dalam bila nyeri
3 21/2/2024 Gangguan eliminasi urine Jam 17.00 19/02/2024
berhubungan dengan kanker  Mengidentifikasi penyebab S : pasien mengatakan masih kaluar darah pada jalan lahir
retensi urine: adanya nyeri pada dan urine masih tampat kemerah sedkit oleh karena
perut bagian bawah dan nyeri bercampur darah.
O : urine yang tertampung masih pekat oleh karena
saat BAK, tampak urine
bercampur darah, masih tampak darah pada pembalut.
bercampur darah. A : maslah gangguan eliminasi urine belum teratasi
 Memonitor tingkat distensi P : Lanjutkan intervensi oleh bidan ruangan
kandung kemih dengan palpasi : 1. Mengidentifikasi penyebab retensi urine: adanya
kandung kemih teraba kosong nyeri pada perut bagian bawah dan nyeri saat BAK,
dan ada nyeri tekan pada tampak urine bercampur darah.
2. Memonitor tingkat distensi kandung kemih dengan
minspubis
palpasi : kandung kemih teraba kosong dan ada
 Mengganti cairan Ns spuling nyeri tekan pada minspubis
kateter 3. Memonitor intake dan output cairan
 Melakukan balance cairan 4. Menganjurkan pasien atau keluarga mencatat

Profesi_Ners_UCB
balance cairan = I – O – IWL : output urine
2200 – 1600 – 900 = - 300 cc 5. Melayani furusemid 10 mg/po, kalnex 500 mg/iv, vit
k 10 mg/iv

Profesi_Ners_UCB
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajaian Keperawatan
Data yang kelompok peroleh saat melakukan praktik keperawatan klinik pada
tanggal 19 februari 2024 di ruang edelweiss RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Data yang di peroleh saat melakukan pengkajian adalah pasien atas nama Ny. M. U,
umur 51 tahun, jenis kelamin Perempuan, beragama katolik, bekerja sebagai ibu rumah
tangga dan beralamat di kupang di kayu putih. Pasien memiliki anak 3 orang dengan
jarak anak pertama 7 tahun dan anak ke dua ke anak ke tiga sekitar 2 tahun. Kanker
leher rahim atau kanker serviks (cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada
serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)
(Purwoastuti, 2015). Identitas pasien yang perlu dikaji antara lain : seorang wanita yang
berusia 30 – 60- tahun, perkawinan muda, jumlah anak, usia pernikahan. (Dedeh, 2015).
Wanita dengan aktivitas seksual dini, misalnya sebelum usia 16 tahun mempunyai risiko
lebih tinggi karena lapisan dinding vagina dan serviks belum terbentuk sempurna yang
menyebabkan gampangnya timbul lesi dan terjadi infeksi termasuk infeksi oleh virus
HPV. (Heru, 2011).
Data subjektif yang di dapatkan saat penkajian pada pasien adalah pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah seperti tertusuk dan hilang timbul dengan
durasi ± 5 menit, mual dan muntah. Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan
keluhan seperti pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air
dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang
dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia (Heru, 2011).
Data objektif yang di dapatkan saat pengkajian pada pasien adalah tampak lemah,
kesadaran composmentis, tampak pucat, wajah meringis, sakla nyeri 4. Terlihat darah
pada urine dan jalan lahir. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital : Tekanan darah
120/80 Mmhg, Nadi 80 x/menit, Respirasi 20 x/menit, suhu 36oc, spo2 : 98%.
Pada Riwayat penyakit pasien saat penkajian adalah pasien mengalami ca.
serviks dan itu di diagnose saat melakukan pemeruksaan di Surabaya. Menurut
Diananda (2012) biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang

Profesi_Ners_UCB
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti
keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa
nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan
anemia.
Dari hasil penkajian dan tinjauan teori yang di lakukan oleh kelomok mempunyai
kesamaan, dimana keluhan yang di rasakan pada pasien dengan kanker serviks yaitu
nyeri pada perut bagian bawah dan kelemahan otot dan juga mual muntah.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teoritis ditemukan 10 diagnosa keperawatan sedangkan pada
tinjauan kasus di dapatkan 3 diagnosa keperawatan yang di tegakkan. Diagnosa yang
timbul saat tinjauan kasus adalah
1) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemaglobin
dibuktikan dengan :
Ds : pasien mengatakan pusing, masih lemas
Do : pengisian kapiler lebih dari < 3 detik, nadi perifer menurun, akral teraba
dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun. Tekanan darah 120/80 Mmhg,
Nadi 80 x/ menit, Suhu 36oc, Respirasi 20 x/ menit.
2) Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor dibuktikan dengan :
Ds : pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, rasa seperti tertusuk dan
hilang timbul, dengan durasi ± 5 menit dengan skala 3 ( ringan ).
Do : wajah tampak meringis,bersikap melindungi daerah nyeri, Tekanan darah
120/80 Mmhg, Nadi 80 x/menit, Respirasi 20 x/menit, suhu 36oc.
3) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kanker dibuktikan dengan :
Ds : pasien mengatakan masih kaluar darah pada jalan lahir dan urine masih
tampat kemerah sedkit oleh karena bercampur darah.
Do : urine yang tertampung masih pekat oleh karena bercampur darah.
Diagnosa keperawatan selebihnya tidak ditemukan pada tinjauan kasus karena
diagnose tersebut tidak memiliki data yang sesuai untuk menegakkan diagnose tersebut.
Beberapa diagnose yang ada pada tinjauan teoritis tetapi tidak ditemukan pada tinjauan
kasus adalah : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, Gangguang citra

Profesi_Ners_UCB
tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh, Disfungsi seksual berhubungan
dengan perubahan struktur tubuh, Risiko Gangguan intergritas kulit/jaringan dibuktikan
dengan perubahan sirkulasi, Resiko Perdarahan dibuktikan dengan gangguan koagulasi,
Risiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan kanker, Risiko infeksi dibuktikan
dengan kanker.
Sehingga kelompok mengambil kesimpulan bahwa tidak semua diagnosa
keperawatan pada tinjauan pustaka muncul pada tinjauan kasus atau pada kasus nyata.
Karena, diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka adalah diagnosa keperawatan pada
pasien kanker serviks secara umum. Sedangkan, pada tinjauan kasus disesuaikan dengan
kondisi pasien secara langsung.
4.3 Intervensi Keperawatan
Pada rumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada tinjauan
pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada pencapaian tujuan.
Sedangkan pada tinjauan kasus perencanaan menggunakan sasaran, dalam intervensinya
dengan alasan penulis ingin berupaya memandirikan pasien dan keluarga dalam
pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (Kognitif),
ketrampilan mengenai masalah (Afektif), dan perubahan tingkah laku pasien
(Psikomotor).
Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada kasus
nyata keadaan pasien secara langsung. Intervensi diagnose keperawatan yang ditampilkan
antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan namun masing-masing
intervenasi tetap mengacu pada sasaran, data dan kriteria hasil yang telah di tetapkan.
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan konsentrasi
hemoglobin (D.0009) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan perfusi perifer membaik dengan kriteria hasil Warna kulit pucat menurun,
Edema perifer menurun, Kelemahan otot menurun, Turgor kulit membaik, Kadar HB
membaik. Diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer ditegakkan karena telah
memenuhi dari batasan karakteristik ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. kebtuhan
perfusi jaringan termasuk dalam kebutuhan fisiologis yang harus segera dipenuhi.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer masuk kedalam kebutuhan yang kebutuhan
pertama yaitu kebutuhan fisiologis.(Agustina et al.,2020)

Profesi_Ners_UCB
Nyeri Kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078) Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria
hasil: keluhan nyeri menurun, meringis menurun, mual menurun, muntah menurun, nafsu
makan membaik. Nyeri pada pasien kanker serviks stadium lanjut merupakan nyeri
kronis yang bersifat subjektif,dengan pengalaman nyeri dirasakan secara terus- menerus
terjadi selama enam bulan atau lebih. Pasien dengan nyeri kronik mengalami gangguan
dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari, makan dan tidur, serta merasa frustasi karena
kurangnya dukungan keluarga dengan penyakit yang dialami pasien. Nyeri kanker
servikss menyerang pada bagian bawah perut dan punggung serta diperberat oleh
aktivitas fisik yang berat. (Natosba et al., 2019)
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kanker (D.0040). setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam maka eliminasi urine membaik dengan
kriteria hasil: sensasi berkemih meningkat, anuria menurun, karakteristik urine membaik.
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversible dan progresif dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Black & Hawk dalam Dwy Retno
Sulystianingsih, 2018).
4.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang telah
disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena hanya
membahas teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada kasus nyata pelaksanaan telah
disusun dan direalisasikan pada pasien dan terdapat pendokumentasian dan intervensi
keperawatan. Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan
terintegrasi untuk pelaksanaan. Hal-hal yang menunjang dalam asuhan keperawatan yaitu
antara lain adanya kerjasama yang baik dari perawat maupun dokter ruangan dan tim
kesehatan lainnya, dan juga tersedianya sarana dan prasarana.
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan konsentrasi
hemoglobin (D.0009). Tindakan yang dilakukan adalah perawatan sirkulasi. Periksa
sirkulasi perifer dengan observasi faktor resiko gangguan pada sirkulasi, jika terdaapat
penurunan sirkulasi darah pada perifer bisa memacu pada kondisi kesehatan yang buruk,

Profesi_Ners_UCB
memonitor adanya panas, kemerahan nyeri atau bengkak ekstermitas, juga Catat hasil lab
Hemoglobin dan hemtokrit jika HB terlalu rendah bisa menyebabkan anemia dimana
pasien harus diberikan tranfusi darah, Lakukan hidrasi juga agar membantu asupan
nutrisi.
Nyeri Kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078). Tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi masalah nyeri Kronik pada manajemen nyerinya dengan
Monitor kualitas nyeri, lokasi dan penyebaran nyeri intensitas nyeri dengan
menggunakan skala durasi dan frekuensi nyeri agar pasien mandiri, mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri seperti nafas dalam, mendegarkan music,
juga fasilitasi istirahat dan tidur apabila nyeri tidak juga menghilang dapat menggunakan
analgetik secara tepat agar bisa membantu mengurangis rasa nyeri hebat yang tidak bisa
terkontrol.
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kanker (D.0040). Tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi masalah eliminasi urine dangan manajemen eliminasi urine
dengan mengidentifikasi penyebab retensi urine (mis. peningkatan tekanan uretra,
disfungsineurologis, efek agen farmakologis), memonitor intake dan output cairan,
memonitor tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi, menganjurkan pasien atau
keluarga mencatat output urine, mengkolaborasi dalam pemberian diuretik.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi, perawat
harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memahami respon terhadap
intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria
hasil. Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan tahapan dengan
sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif yaitu dengan proses
dan evaluasi akhir. Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu evaluasi berjalan (sumatif)
dan evaluasi akhir (formatif). Pada evaluasi belum dapat dilaksanakan secara maksimal
karena
kondisi yang tidak berhadapan langsung dengan pasien, adapun penulis melakukan
evaluasi keperawatan sebagai berikut:

Profesi_Ners_UCB
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d Penurunan konsentrasi hemoglobin (D.0009)
Evaluasi pada tanggal 19-02-2024 pukul 14.00 didapatkan Pasien mengatakan
pusing,lemas, terdapat pendarahan pervagina pada kateter, konjungtiva anemis, tanpat
pucat pada pemeriksaan penunjang Hemogloin (HGB) 9,9 (LL) g/dL (12-15) masalah
perfusi perifer tidak efektif pada Ny. M belum teratasi intervensi di lanjutkan.
Evaluasi pada tanggal 20-02-2024 pukul 14.00 didapatkan Pasien mengatakan
pusing,lemas, terdapat pendarahan pervagina pada kateter, konjungtiva anemis, tanpat
pucat pada pemeriksaan penunjang Hemogloin (HGB) 9,9 (LL) g/dL (12-15) masalah
perfusi perifer tidak efektif pada Ny. M belum teratasi intervensi di lanjutkan.
Evaluasi pada tanggal 21-02-2024 pukul 14.00 didapatkan Pasien mengatakan
pusing,lemas, terdapat pendarahan pervagina pada kateter, konjungtiva anemis, tanpat
pucat pada pemeriksaan penunjang Hemogloin (HGB) 7,1 (LL) g/dL (12-15) masalah
perfusi perifer tidak efektif pada Ny. M belum teratasi intervensi di lanjutkan.
2. Nyeri Kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078).
Evaluasi pada tanggal 19-02-2024 sampai dengan tanggal 21-02-2024 pukul
14.00 memiliki hasil yang sama dengan hasil yang didapatkan pasien nyeri bagian
perut bawah dan pinggang, Provokatif (P) : Nyeri bagian perut bawah dan pinggang
Qualitas (Q): rasa tertusuk, Region (R): Perut bagian bawah, Skala: Skala nyeri 3-4
(1-10), Time (T): hilang timbul, Pasien tampak meringis menahan rasa sakit, masalah
belum teratasi intrvensi di lanjutkan.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kanker (D.0040).
Evaluasi pada tanggal 19-02-2024 sampai dengan tanggal 21-02-2024 pukul
14.00 memiliki hasil yang sama dengan hasil yang didapatkan warna urine kemerahan
oleh karena bercampur darah. masalah belum teratasi intrvensi di lanjutkan.

Profesi_Ners_UCB
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian dilakukan pada tanggal 19 /02/2024 jam 09.00 WITA adalah
sebagai berikut: Dari data umum klien nama: Ny. M, umur 51 tahun, jenis kelamin
Perempuan, agama Katolik, suku/bangsa Flores/Indonesia, status perkawinan sudah
menikah, pendidikan SMA, Pekerjaan ibu rumah tangga, alamat kayu putih, Pasien
didiagnosis kanker serviks + CKD. Data yang diperoleh yang tidak jauh berbeda dengan
manifestasi klinik dari penyakit kanker serviks
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian didapatkan dua diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
untuk diberikan asuhan keperawatan yaitu Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
Penurunan konsentrasi hemoglobin (D.0009), Nyeri Kronis berhubungan dengan infiltrasi
tumor (D.0078), Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kanker (D.0040).
5.1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi dibuat sesuai dengan masalah keperawatan dengan memperlihatkan kondisi klien
serta ketersediaan di ruang termasuk kemampuan perawat dalam melaksankannya.
5.1.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan. Tindakan-tindakan
keperawatan dapat dilaksankan dengan baik berkat adanya kerjasama keperawatan dan tim
kesehatan lainnya.
5.1.5 Evaluasi Keperawatan
Tahapan evaluasi merupakan tahap akhir dalam asuhan keperawatan untuk menilai
keberhasilan tindakan berdasarkan kriteria hasil dari masing-masing diagnosa. Hasil

Profesi_Ners_UCB
evaluasi keperawatan pada pasien menunjukan bahwa masalah yang ada belum teratasi dan
intervensi keperawatan dilanjutkan. Dalam evaluasi tiga diagnosa diatas belum teratasi dan
intervensi masih dilanjutkan oleh bidan druangan.

5.2 Saran
Berdasarkan Asuhan Keperawatan pada Ny. M, dengan diagnose Kanker Serviks di Rumah
Sakit Umum Prof. Dr. W. Z Johanes Kupang dan kesimpulan yang telah dikumpulkan diatas
maka kelompok memberikan beberapa saran sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Kelompok
Diharapkan bisa saling bekerjasama dengan baik, lebih saling koordinasi dalam
menerapakan asuhan keperawatan yang direncankan dan bisa kompak dalam
menyelesaikan tugas-tugas kelompok.
5.2.2 Bagi ruang praktek Edelweis
Diharapkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan dapat menjadi pilihan referensi
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan yang
sama.
5.2.3 Bagi kelompok selanjutnya
Diharapkan agar dalam melakukan tindakan keperawatan tidak harus mengikuti pada teori
tetapi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien serta menyesuaikan dari kebijakan
rumah sakit.

Profesi_Ners_UCB
DAFTAR PUSTAKA
Ariana, Sofi. (2015). Stop! Kanker. Yogyakarta: Istana Media.
Dita. (2017). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kanker Serviks Post Kemoterapidi Ruang
Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.Program Diploma III
Poltekkes Kesehatan Kemenkes Padang: KTI tidak dipublikasikan.
Hadi, M. Saiful & Iskandar, T. Mirza. (2012). ‘Hubungan Anemia dan Transfusi
Darah Terhadap Respon Kemoradiasi pada Karsinoma Serviks Uteri Stadium IIb-IIIb’. Medica
Hospitalia. Vol. 1(1):32-36.
Kementrian Kesehatan, RI. (2015). Infodatin Kanker. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes
RI.
Naga, Sholeh S. (2014). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: DIVA Press.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakata: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Rachma D, Nessia & Isfandiari, M. Atoillah. (2016). ‘Perbandingan Risiko Ca Serviks Berdasarkan
Personal Hygiene Pada Wanita Usia Subur di Yayasan Kanker Wisnu Wardhana Surabaya’.
Jurnal Promkes. Vol. 4, No. 1:82-91.
Rahayu, Dedeh Sari. (2015). Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.
Riksani, Ria & Re! Media Service. (2016). Kenali Kanker Serviks Sejak Dini. Yogyakarta: Rapha
Publishing.

Profesi_Ners_UCB
Rohan, Hasdianah Hasan et al. (2017). Buku Kesehatan Reproduksi. Malang: Intemedia.
Samadi, Heru Priyatno. (2011). Yes, I Know Everything about Kanker Serviks. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Savitri, Astrid et al. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim, dan Rahim. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Setiani, Eni. (2009). Waspadai Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta: ANDI.
Smart, Aqila. (2013). Kanker Organ Reproduksi. Jogjakarta: Aplus books.

Profesi_Ners_UCB

Anda mungkin juga menyukai