Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER SERVIK

Oleh:
ARUM LUTVIASARI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2016
A. Definisi
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks
merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio).
Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010).
Menurut Diananda,Rama, 2009 Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh
didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi
sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun,
90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2001)
B. Anatomi fisiologi
Anatomi alat kandungan di bedakan menjadi 2 yaitu genetalia eksterna dan genetalia
interna ( Sobatta,2006)
1. Genetalia eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan
lemak,daerah ini di tutup bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan
membentuk kommisura posterior dan pereniam. Di bawah kulitnya terdapat
jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat
pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia
mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora adalah
vestibulum.
e. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama
ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar,
letaknya mulut vagina. Pada bagian ini bentuknya berbedabeda ada yang
seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada
seujung jari, ada yang dapat dim lalui satu jari.
2. Genetalia interna
a. Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris,
khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari
vestibulum sampai uterus 71/2. Merupakan penghubung antara introitus vagina
dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari
dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut
rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal,berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut
miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament. Panjang uterus 71/2 cm, lebar ±5 cm, tebal ±2 cm. Berat 59 gr, dan
berat 30-60 gr.
c. Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian
sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada
ovum.Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan
kanan. Panjang kira-kira 12cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-
ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi agar masuk
kedalam tuba.
C. ETIOLOGI
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara
tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa
jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas
maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks
tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe
16, 18.
2. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).
3. Berganti - ganti pasangan seksual.
4. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18
tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang
menderita kanker serviks.
5. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
6. Pemakaian Pil KB.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima
tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative
pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan
lamanya pemakaian.
7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
8. Golongan ekonomi lemah.
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear
secara rutin dan pendidikan yang rendah. ( Dr imam Rasjidi, 2010 )
D. Manifestasi klinis
1. Keputihan
Keputihan merupakan gejala yang Bering ditemukan. Gejala yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
Dalam hal demikian pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2. Siklus menstruasi tidak teratur
Siklus menstruasi yang tidak teratur, dimana siklus lebih pendek dan perdarahan
menstruasi yang timbul hanya bercak darah.
3. Pengeluaran dari vagina yang tidak normal
Pengeluaran dari vagina yang tidak sempurna dapat berupa keputihan yang berbau
busuk, perdarahan diluar siklus menstruasi. Rasa rabas akan dialami pada vagina.
Pada Ca serviks lanjut meningkat secara bertahap dan menjadi encer, akhirnya
berwarna lebih gelap dan sangat berbau akibat nekrosis dan infeksi tumor.
4. Perdarahan pada post senggama
Perdarahan pada post senggama biasanya terjadi akibat terbukanya pembuluh
darah, makin lama akan sering terjadi.
5. Nyeri
Rasa nyeri berawal dari lumbal, kemudian menjalar ke panggul bagian depan dan
belakang paha, lutut sampai pergelangan kaki.
6. Perdarahan saat BAK dan BAB
Adanya perdarahan spontan pervagina saat defekasi dicurigai kemungkinan
adanya Ca serviks. (Hamilton, 1995
E. Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat menurun yang
berhubungan dengan peningkatan teknik- teknik pembedaan tersebut. Komplikasi tersebur
meliputi: Fistula uretra, Disfungsi kandung kemih, Emboli pulmonal, Limfosit, Infeksi pelvis,
Obstruksi usus besar, dan Fistula rektovaginal. Komplikasi yang di alamisegera saat terapi
radiasi adalah reaksi kulit, Sistitis radiasi dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada
kemorterapi tergantung pada kombinasi obat yang di gunakan. Masalah efek samping yang
sering terjadi adalah supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena  penggunaan
kemoterapi yang mengandung sisplatin. ( Gale Danielle, 2000 )
F. Patofisiologi
Tidak ada penyebab yang pasti untuk terjadinya Ca serviks, yang ada hanyalah faktor-
faktor resiko seperti : usia dini saat melakukan hubungan seksual, melahirkan pada usia
sangat muda, berganti-ganti pasangan, pemajanan terhadap kuman Papillo Virus (14PV), dan
merokok. Pada perempuan yang melakukan hubungan seksual pada usia dini (ditandai
dengan mulai haid 1 kali) maka sel-sel epitel serviks belum siap/ matang dengan sempurna,
maka jika ada benda asing yang masuk ke dalam serviks akan menimbulkan lesi, begitu juga
pada perempuan yang mengalami persalinan pervagina pada usia dini.  
G. Pathway

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Radiasi
1. Dapat dipakai untuk semua stadium.
2. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk.
3. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
b. Operasi
1. Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II.
2. Operasi histerektomi vagina yang radikal.
3. Kombinasi (radiasi dan pembedahan).
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema.  Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat
mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah
penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten.  5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap
resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Promotif
1. Penyuluhan kesehatan masyarakat dan tingkat gizi yang baik.
2. Pemeliharaan kesehatan perseorangan dan lingkungan.
3. Olahraga secara teratur.
4. Pendidikan seksual yang baik dan benar (penjelasan tentang alat
kontrasepsi dan perilaku seksual yang sehat)
b. Preventif
1. Perubahan pola diet atau suplemen dengan makan banyak sayur dan buah
mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker
misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam,
tomat.
2. Vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks. Vaksin ini dibuat dengan
teknologi rekombinan, sehingga mempunyai ketahanan yang kuat.
Vaksinasi ini merupakan pencegahan yang paling utama. Vaksinasi ini
diberikan untuk wanita yang belum terinfeksi atau tidak terinfeksi HPV
risiko tinggi (16 dan 18).
3. Pemeriksaan kesehatan reproduksi ke rumah sakit melalui tes pap smear.
c. Kuratif
1. Imunoterapi yang merupakan teknik pengobatan baru untuk kanker, yang
mengerahkan dan lebih mendayagunakan sistem kekebalan tubuh untuk
memerangi kanker. Karena hampir selalu menggunakan bahan-bahan
alami dari makhluk hidup, terutama manusia, maka imunoterapi sering
juga disebut bioterapi atau terapi biologis.Sejauh ini ada beberapa jenis
imunoterapi yang telah dikembangkan.
2. Interferon Merupakan sitokin yang berupa glikoprotein. Interferon,
khususnya interferon alfa, adalah obat imunoterapi pertama yang
digunakan untuk mengobati kanker. Antibodi Monoklonal merupakan
antibody yang dihasilkan oleh satu klon sel. Digunakan dalam identifikasi
sel, typing darah dan penegakan diagnosa.
3. Vaksin Saat ini penggunaan vaksin kanker baru saja dimulai. Sebagian
besar masih dalam tahap penelitian dan uji klinis, sehingga belum bisa
digunakan secara umum.
4. Colony Stimulating Factor (CSFs) kadang disebut juga hematopoietic
growth factors. Obat imunoterapi jenis ini merangsang sumsum tulang
belakang untuk membelah dan membentuk sel darah putih, sel darah
merah, maupun keping darah, yang kesemuanya berperan penting dalam
sistem kekebalan tubuh.
5. Terapi gen yang masih bersifat eksperimental ini memberi harapan besar.
Dengan memasukkan material genetic tertentu ke dalam sel tubuh
penderita kanker, perilaku sel tubuh orang tersebut bisa dikendalikan
sesuai kebutuhan.
d. Rehabilitatif
1. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik.
2. Bagi stadium akhir, sebagai perawat melakukan paliatif care.
I. Asuhan Keperawatan Secara Teori
1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi : penekanan saraf
lumbosakralis
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat: anoreksia, mual dan muntah.
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi
e. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri
f. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status kesehatan ,
ancaman kematian.
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan aktual pada struktur
tubuh
h. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder:
imunosupresi.
i. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui rute normal (pendarahan)
2. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawata Rencana Intervensi Rasional
Hasil
n
Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat 1. Mengetahui tingkat nyeri
berhubunga tindakan keperawatan nyeri, lokasi, pasien dan menentukan
n dengan selama nyeri hilang frekuensi, durasi, tindakan yang akan dilakukan
penekanan atau berkurang. intensitas, dan selanjutnya.
sel kanker Kriteria : skala nyeri.
pada syaraf a. pasien mengatakan 2. Berikan tindakan 2. Mengurangi rasa nyeri.
dan nyeri hilang atau kenyamanan
3. Mengetahui tanda
kematian berkurang dengan dasar: relaksasi,
kegawatan.
sel. skala nyeri 0- 3. distraksi,
b. Ekspresi wajah imajinasi, 4. Memberikan rasa nyaman
rileks. message. dan membantu mengurangi
c. Tanda - tanda vital 3. Awasi dan nyeri.
dalam batas normal. pantau TTV.
4. Berikan posisi 5. Mengontrol nyeri
yang nyaman. maksimum.
5. Kolaborasi
pemberian
analgetik.

2 Perubahan Setelah dilakukan 1. Kaji status 1. Untuk mengetahui status


nutrisi tindakan keperawatan nutrisi pasien nutrisi
kurang dari status nutrisi 2. Ukur berat 2. Memantau peningkatan
kebutuhan dipertahankan untuk badan setiap BB.
tubuh memenuhi kebutuhan hari atau sesuai 3. Kebutuhan jaringan
berhubunga tubuh. indikasi. metabolik adequat oleh
n dengan Kriteria hasil : 3. Dorong Pasien nutrisi.
mual 1. Pasien untuk makan - 4. Identifikasi defisiensi
muntah menghabiska makanan tinggi nutrisi.
karena n makanan kalori, kaya 5. Agar nutrisi terpenuhi
proses yang telah protein dan
eksternal diberikan tetap sesuai diit
Radiologi . oleh petugas. ( Rendah Garam
2. Konjungtiva ).
tidak anemis, 4. Pantau masukan
sclera tidak makanan setiap
ikterik. hari.
3. Berat badan 5. Anjurkan pasien
klein normal. makan sedikit
4. Hasil tapi sering.
hemoglobin
dalam batas
normal.

3 Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji adanya 1. Mengurangi terjadinya


penyebaran tindakan keperawatan infeksi disekitar infeksi.
infeksi jam pasien tidak area serviks. 2. Agar tidak terjadi
berhubunga terjadi penyebaran 2. Tekankan pada penyebaran infeksi.
n dengan infeksi dan dapat pentingnya 3. Mencegah terjadinya
pengeluara menjaga diri dari personal infeksi.
n infeksi . hygiene. 4. Membantu mempercepat
pervaginam Kriteria hasil : 3. Pantau tanda - penyembuhan.
( darah, 1. Tidak ada tanda - tanda vital 5. Mencegah terjadinya
keputihan ). tanda infeksi pada terutama suhu. infeksi.
area sekitar serviks 4. Berikan
2. Tanda - tanda vital perawatan
dalam batas dengan prinsip
normal. aseptik dan
3. Tidak terjadi antisepik.
nasokomial hilang, 5. Tempatkan
baik dari perawat klien pada
ke pasien, pasien lingkungan
keluarga, pasien ke yang terhindar
pasien lain dan dari infeksi.
klien ke 6. Koloborasi
pengunjung. pemeberian
4. Tidak timbul tanda antibiotik.
- tanda infeksi
karena lingkungan
yang buruk
5. .Hasil hemoglobin
dalam batas
normal, dilihat dari
leukosit.

4 Cemas Setelah dilakukan 1. Dorong pasien 1. Memberikan kesempatan


berhub tindakan keperawatan untuk untuk mengungkapkan
ungan kecemasan mengungkapk ketakutannya.
dengan hilang atau berkurang. an pikiran dan 2. Membantu mengurangi
kurang Kriterial hasil : perasaannya. kecemasan.
penget 1. Pasien mengatakan 2. Beri 3. Meningkatkan
ahuan perasaan cemasnya lingkungan kepercayaan klien.
tentang hilang atau terbuka 4. Meningkatkan kemampuan
prosed berkurang. dimana pasien kontrol cemas.
ur 2. Terciptanya merasa aman 5. Mengurangi kecemasan.
pengob lingkungan yang untuk
atan. aman dan nyaman mendiskusikan
bagi pasien. perasaan atau
3. Pasien tampak menolak untuk
rileks, tampak bicara.
senang karena 3. Pertahankan
mendapat bentuk sering
perhatian. bicara dengan
4. Keluarga atau pasien, bicara
orang terdekat dengan
dapat mengenai menyentuh
dan klien.
mengklarifikasi 4. Bantu pasien
rasa takut. atau orang
5. Pasien mendapat terdekat dalam
informasi yang mengenali dan
akurat, serta mengklarifikas
prognosis dan i rasa takut.
pengobatan dan Beri informasi
klien mendapat akurat,
dukungan dari konsisten
terdekat. mengenai
prognosis,
pengobatan
serta
dukungan
orang terdekat.

5. Resiko Setelah dilakukan 1. Mandikan 1. Mempertahankan


tinggi tindakan keperawatan dengan air kebersihan kulit tanpa
kerusakan tidak terjadi hangat dan mengiritasi kulit.
intergritas kerusakan intergritas sabun ringan. 2. Membantu menghindari
kulit kulit. 2. Dorong pasien trauma kulit.
berhubunga Kriteria hasil : untuk 3. Efek kemerahan dapat
n dengan 1. Pasien atau menghindari terjadi pada terapi
efek dari keluarga dapat menggaruk dan radiasi.
prosedur mempertahankan menepuk kulit 4. Meningkatkan sirkulasi
pengobatan. keberhasilan yang kering dan mencegah tekanan
pengobatan tanpa dari pada pada kulit.
mengiritasi kulit. menggaruk.
2. Pasien dan 3. Tinjau protokol
keluarga dapat perawatan kulit
mencegah terjadi untuk pasien
infeksi atau trauma yang mendapat
kulit. terapi radiasi.
3. Pasien keluarga 4. Anjurkan
beserta TIM medis memakai
dapat pakaian yang
meminimalkan lembut dan
trauma pada area longgar pada,
terapi radiasi. biarkan pasien
4. Pasien, keluarga menghindari
beserta tim medis penggunaan bra
dapat menghindari bila ini
dan mencegah memberi
cedera dermal tekanan.
karena kulit sangat
sensitif selama
pengobatan dan
setelahnya.

6. 6. Resiko Setelah dilakukan 1. Intruksikan dan 1. Membantu mengurangi


injuri tindakan keperawatan bantu dalam kelelahan.
berhubunga tidak terjadi mobilitas secara 2. Membantu pasien untuk
n dengan cedera atau injuri. tepat. melakukan kegiatan.
kelemahan Kriteria hasil : 2. Anjurkan untuk 3. Membantu mempercepat
dan 1. Pasien dapat berpegangan penyembuhan.seimbanagnsu
kelelehan. meningkatkan tangan atau plai dan kebutuhan oksigen.
keamanan minta bantuan
ambulasi. pada keluarga
2. Pasien mampu dalam
menjaga melakukan suatu
keseimbangan kegiatan.
tubuh ketika akan 3. Pertahankan
melakukan posisi tubuh
aktifitas. tepat dengan
3. Pasien mampu dukungan alat
meningkatkan bantuan.
posisi fungsional
pada ektremitas.

7. Setelah dilakukan 1. Kaji masalah- 1. Faktor- faktor seperti


Gangguan tindakan keperawatan masalah menoupose dan proses
pola selama pasien perkembangan penuan remaja dan dewasa
seksual mampu daya hidup. awal yang perlu masukan
berhubunga mempertahankan 2. Catat pemikiran dalam pertimbangan
n dengan aktifitas seksual pada pasien/ orang- mengenai seksualitas dalam
metaplasia tingkat orang yang penyakit yang perawatan
penyakit yang diinginkan bila berpengaruh bagi yang lama.
mungkin. pasien mengenai 2. Untuk memberikan
Kriteria hasil : seksualitas pandangan bahwa
1. Pasien mampu 3. Evaluasi faktor- keterbatasan kondisi/
memahami tentang faktor budaya lingkungan akan
arti seksualitas, dan religius/ berpengaruh pada
seksualitas dapat nilai dan konflik- kemampuan seksual tetapi
diungkapkan konflik yang mereka takut untuk
dengan bentuk muculberikan menanyakan secara lansung.
perhatian yang suasana yang 3. untuk mempengaruhi
diberikan terbuka dalam persepsi pasien terhadap
seseorang. diskusi mengenai masalah seksual yang
masalah muncul.
seksualitas. 4. Apabila masalah- masalah
4. Tingkatkan diidentifikasikan dan di
keleluasaan diri diskusikan maka pemecahan
bagi pasien dan masalah dapat ditemukan
orang- orang
yang penting
bagi pasien

8.Resti Setelah dilakukan 1. Kaji adanya 1. Memantau kondisi pasien


terjadinya tindakan keperawatan tanda terjadi selama masa perawatan
syok syok syok terutama pada saat terjadi
hipovolemi berkurang atau tidak 2. Observasi KU pendarahan sehingga segera
k terjadi syok. 3. Observasi TTV diketahui tanda syok.
berhubunga Kriterial hasi : 4. Monitor tanda 2. TTV normal menandakan
n dengan 1. pasien tidak pendarahan keadaan umum baik.
perdarahan mengalami anemia 5. Check 3. perdarahan cepat diketahui
pervaginam 2. Tanda - tanda vital hemoglobin dan dapat diatasi sehingga
. stabil. hematokrit pasien tidak sampai syok.
3. Pasien tidak tampak 4. Untuk mengetahui tingkat
pucat. kebocoran pembuluh darah
yang dialami pasien sebagai
acuan melakukan tindakan
lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Andrijono. (2005). Sinopsis Kanker Gynekologi, Divisi Onkologi Departemen


Obstetri dan Gynecologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Cunningham G.F., Leveno K.J., Bloom S.L., Hauth J.C., Rouse D.J., Spong C.Y., et
al. (2010). Williams Obstetrics. 23rd ed. USA : McGraw-Hill Company.
Diananda, Rama. (2009). Kanker Payudara. Dalam: Mengenal Seluk-Beluk Kanker.
Edisi Baru. Jogjakarta.
Sarjadi.(2001). Patologi Ginekologi, Jakarta Hipokrates
Sastrawinata, S., (2005). Obstetri fisiologi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung
Tambunan, G.W. (1995). Diagnosa dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak
di Indonesia, cetakan 2, EGC, Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai