TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR CA SERVIKS
2.1.1 DEFINISI CA SERVIKS
Kanker serviks atau yang biasa dikenal dengan kanker leher rahim
merupakan keganasan yang berasal dari sel serviks. Kanker serviks terjadi
ketika sel pada serviks mengalami pertumbuhan yang tidak normal serta
menginvasi jaringan atau organ – organ lain disekitar serviks maupun yang
jauh (Arisusilo, 2019). Serviks merupakan bagian dari organ reproduksi
internal wanita tepatnya sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris,
menonjol dan terletak diantara rahim (uterus) dengan vagina (Kemenkes RI,
2017). Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah
batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviksalis yang disebut squamo-columnar junction (SCJ)
(Wiknjosastro, 2018). Kanker serviks merupakan kanker yang disebabkan
oleh infeksi virus HPV tipe 16 dan 18. (CDC, 2018).
Jadi kesimpulannya, kanker serviks adalah pertumbuhan abnormal pada sel
serviks yang bersifat ganas, yang menyerang bagian squamosa columnar
junction (SCJ) serviks yang terletak diantara uterus dengan vagina pada
organ reproduksi wanita yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus
(HPV) tipa 16 dan 18.
2.1.2 ANATOMI FISIOLOGI
Organ-organ reproduksi wanita dibagi atas dua bagian yaitu alat kandungan
luar (genetalia eksterna) dan alat kandungan dalam (genetalia interna).
a. Genetalia eksternal
Gambar 2.1
Genetalia ekterna wanita
Sumber : Marmi,2011
Yaitu alat kandung yang dapat dilihat dari luar bila wanita dalam posisi
litotomi, fungsinya adalah untuk kopulasi. Yang termasuk eksterna :
1) Mons veneris
Daerah yang menggunng di atas simphisis,yang akan ditumbuhi
rambut kemaluan (pubis) apabila wanita berangkat dewasa. Pada
wanita, rambut ini tumbuh membentuk dudut melengkung
sedangkan pada pria membentuk sudut runcing ke atas.
2) Labia mayora
Berada pada bagian kanan dan kiri,berbentuk lonjong, yang pada
wanita menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh puber lanjutan dari
mons veneris.
3) Labia minora
Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu, disini
dijumpai frenulum klitoris, preputium, dan frenulum pudenti.
4) Klitoris
Berada di ujung anterior labia minor.terdiri dari 2 buah corpus
cavernosum yang merupakan jaringan erektil didalam selaput tipis
jaringan ikat dan sebagian diantaranya menyatu sepanjang tapi
medial untuk membentuk korpus klitoris.
5) Vulva
Bagian kandung alat luar yang berbrntul lonjong, berukuran panjang
mulai dari klitoris, kanan kiri di baasi bibir kecil, sampai ke belakang
di batasi perinlum.
6) Vestibulum
Terletak di bawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibule
kanan dan kiri.disini di jumpai kelenjar vestibule major (kelenjar
bartholini) dan kelenjar vestibulum minor.
7) Introitus Vagina
Pintu masuk ke vagina
8) Selaput dara
Selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya berlubang
membentuk semilonaris, anularis, lapisan, septata, atau fimbria, bila
tidak berlubang di sebut atresia himenalis atau hymen imperforate.
Himen akan robek pada koitus apalagi setelah bersalin, sisanya
disebut kurunkula hymen atau sisa hymen.
9) Lubang kemih(orifisium uretra eksternal)
Tempat keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris.
Disekitar lubang kemih bagian kiri dan kanan didapati kelenjar
skene.
10) Perineum
Terletak di antara vulva dan anus.
11) Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian
dalam pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki
dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput
berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam
berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membrane mukosa)
menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir
tersebut dihasilkan oleh kelenjar bartholin.
b. Genitalia internal
Gentalia internal wanita merupakan organ atau alat kelamin yang
tidak tampak dari luar, terletak di bagian dalam dan dapat di lihat dengan
alat khusus atau pembedahaan. Genitalia interna terdiri atas vagina (liang
senggama) uterus Rahim), tuba falopi (saluran telur) dan ovarium (induk
telur).
Gambar 2.2
Gambar interna wanita
Ca serviks
Hidroureter
Cemas hidronefrosis Resiko
Kulit Depresi
merah sum- hipovolemia
Kering sum
Satus urin tulang
Sel saraf
HB turun
Perdarahan pada
saat berhubungan
suami istri
Nyeri kronis Anemia
Gangguan pola
seksual Sel-sel Kelemahan
Gangguan
eliminasi urin kurang keletihan
oksigen
Daya tahan
Mual muntah tubuh
menurun
Gangguan
integritas kulit Kurang nutrisi Resiko
infeksi
Resiko defisit
nutrisi
2.1.6 Klasifikasi
Stadium kanker adalah cara bagi paramedis untuk merangkum seberapa jauh
kanker telah menyebar. Salah satu cara yang digunakan pada umumnya
untuk memetakan stadium kanker serviks yaitu sistem FIGO (Federasi
Internasional Ginekologi dan Obstetri). Berdasarkan Federation of
International Gynecology and Obsetrics (FIGO) tahun 2009 stadium klinis
karsinoma serviks terbagi atas:
Stadiu
Deskripsi
m
1 2
Stadium Karsinoma insitu, karsinoma intra-ephitelial. Tumor masih
0 dangkal, hanya tumbuh di lapisan sel serviks
Stadium Kanker telah tumbuh dalam serviks.
I
IA Kanker invasive ditemukan hanya secara mikroskopik.
Kedalamannya 5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm
IA 1 Invasi stromal sedalam <3 mm dan lebar <7 mm
IA 2 Invasi ke stroma sedalam 3-5 mm dengan lebar <7 mm
IB Lesi klinis masih pada serviks atau lesi mikroskopik lebih besar
dari lesi stadium IA
IB 1 Kanker serviks dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran tidak
lebih dari 4 cm
IB 2 Kanker serviks dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran lebih
besar dari 4 cm
Stadium Kanker telah menginvasi melewati serviks namun tidak sampai
II pada dinding pelvis atau 1/3 bawah vagina
IIA Kanker meluas sampai 2/3 atas vagina, tanpa invasi parametrial
IIA 1 Tumor yang terlihat secara klinis <4 cm. Meluas hingga 2/3
bagian atas vagina
IIA 2 Tumor yang terlihat secara klinis >4 cm namun tidak sampai
masuk dinding pelvis.
IIB Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks,
namun belum sampai ke dinding panggul
Stadium Kanker meluas sampai ke dinding pelvis dan/atau mencapai 1/3
III bawah dinding vagina dana tau menyebabkan hidronefrosis atau
penurunan fungsi ginjal
III A Tumor meluas sampai 1/3 bawah vagina namun tanpa ekstensi ke
dinding pelvis
IIIB Meluas sampai dinding pelvis atau menyebabkan obstruksi
uropati.
Stadium Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke pelvis, kandung
IV kemih, atau rectum.
IVA Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih
dan rectum
IVB Metastase ke organ yang lebih jauh.
2.1.9 Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2007)di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan
medis secara umum berdasarkan stadium kanker serviks :
Stadium Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal
2.1.10 Komplikasi
a. Langsung
Yang berhubungan dengan penyakitnya, dapat berupa:
1) Obstruksi ileus (penyumbatan usus)
2) Vesikovaginal fistel (lubang di antara saluran kencing dan vagina)
3) Obstruksi ureter (penyumbatan pada saluran kencing)
4) Hidronefrosis (pembengkakan ginjal)
5) Infertil
6) Gagal ginjal
7) Pembentukan fistula
8) Anemia
9) Infeksi sistemik
10) Trombositopenia
b. Tidak Langsung
Yang berhubungan dengan tindakan dan pengobatan:
1) Operasi: perdarahan, infeksi, luka pada saluran kencing, kandung
kemih maupun usus
2) Radiasi : berak darah, hematuria (kencing darah), cystitis radiasi
(infeksi saluran kencing karena efek radiasi)
3) Kemoterapi : mual muntah, diare, alopesia (kebotakan), BB turun,
borok pada daerah bekas suntikan.
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1Pengkajian
1.1 Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan penekanan saraf
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih
d. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan denganf faktor mekanis
e. Pola seksual tidak efektif berhubungan dengan hambatan hubungan
dengan pasangan
f. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
g. Risiko terjadinya syok hipovolemik
h. Resiko Infeksi berhubungan dengan Penyakit kronis
2. Intervensi
Objektif: Kolaborasi
1. Tampak meringis 1. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Gelisah
3. Tidak mampu menuntaskan
aktivitas
Gejela dan Tanda Minor
Subjektif:
1. Merasa takut mengalami cedera
berulang
Objektif:
1. Bersikap protektif
2. Waspada
3. Anoreksia
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi kronis
2. Infeksi
3. Cedera medulla spinalis
2 Ansietas berhubungan dengan krisis Setelah dilakukan asuhan keperawatan Redukasi Ansietas
situasional (D.0080) selama 3x24jam diharapkan pasien mampu Observasi
Penyebab untuk mengatasi kecemasan 1. Monitor tanda-tanda ansietas
1. Krisis situasional 1. Menyingkirkan tanda kecemasan
2. Kebutuhan tidak terpenuhi 2. Tidak terdapat perilaku gelisah Terapeutik
3. Krisis maturasional 3. Frekuensi nafas menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
4. Ancaman terhadap konsep diri 4. Frekuensi nadi menurun menumbuhkan kepercayaan
5. Ancaman kematian 5. Pola tidur membaik 2. Pahami situasi yang membuat
6. Konsentrasi membaik ansietas
Gejala dan Tanda Mayor 3. Diskusikan perencanaan realistis
Subjektif:
1. Merasa bingung tentang peristiwa yang akan datang
2. Merasa khawatir dengan akibat 4. Latih teknik relaksasi
dari kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi Edukasi
1. Anjurkan mengungkapkan perasaan
Objektif: dan persepsi
1. Tampak gelisah 2. Anjurkan keluarga untuk selalu
2. Tampak tegang disamping dan mendukung pasien
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
Objektif:
1. Frekuensi nafas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Tremor
5. Muka tamapk pucat
Kondisi Klinis Terkait
1. Penyakit kronis progresif
2. Penyakit akut
3 Gangguan eliminasi urine Setelah tindakan keperawatan selama 3x24 Manajemen eliminasi urine
berhubungan dengan iritasi kandung jam diharapkan gangguan eliminasi urine Observasi
kemih (D.0040) dapat terkontrol dengan Kriteria Hasil : 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi
Penyebab 1. Berkemih tidak tuntas menurun inkontinensia
1. Penurunan kapasitas kandung 2. Volume residu urine menurun 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan
kemih 3. Urine menetes menurun retensi dan inkontinensia urine
2. Iritasi kandung kemih 4. Disuria menurun 3. Monitor eliminasi urine (mis.
3. Penurnan kemampuan 5. Frekuensi BAK menurun Frekuensi, konsistensi, aroma, volume
menyadari tanda-tanda dan warna)
gangguan kandung kemih Terpeutik
4. Efek tindakan medis dan 1. Catat waktu-waktu dan keuaran
diagnostic berkemih
5. Kelemahan pelvis 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1. Desakan berkemih
2. Urin menetes
3. Sering buang air kecil
4. Nokturia
5. Mengompol
Objektif:
1. Distensi kandung kemih
2. Berkemih tidak tuntas
3. Volume residu urin
meningkat
Kondisi Klinis Terkait
1. Infeksi ginjal dan saluran
kemih
2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera
4 Gangguan integritas kulit/jaringan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit
berhubungan denganf faktor mekanis 3x24jam diharapkan gangguan integritas Observasi
(D.0129) kulit membaik, dengan kriteria hasil: 1. Monitor karakteristik luka (mis.
Penyebab 1.Penyatuan kulit meningkat Drainase,warna,ukuran,bau)
1. Faktor mekanis (mis. Post op) 2.Penyatuan tepi luka meningkat 2. Monitor tanda-tanda infeksi
2. Perubahan sirkulasi 3.Jaringan granulasi meningkat Teraupeutik
3. Kekurangan/kelebihan volume 4.Edema pada sisi luka menurun 1. Lepaskan balutan dan plaster secara
5.Peradangan menurun perlahan
cairan
6.Nyeri menurun 2. Bersikan dengan cairan NaCl
4. Penurunan mobilitas 7.Infeksi menurun
3. Pasang balutan sesuai kebutuhan
4. Ganti balutan sesaui jumlah eksudat dan
Gejala dan tanda mayor drainase
Objektif: Edukasi
1. Kerusakan jaringan dan/atau 1. Anjurkan mengkonsumsi makanan
lapisan kulit tinggi kalori dan protein
Gejala dan tanda minor 2. Anjurkan prosedur perawatan luka
Objektif: secara mandiri
1. Nyeri
2. Perdarahan
Kondisi klinis terkait
1. Imobilisasi
5 Pola seksual tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Konseling Seksualitas
berhubungan dengan hambatan 3x24jam diharapkan pola seksual Observasi
hubungan dengan pasangan (D.0071) membaik, dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi tingkat pengetahuan,
Penyebab 1. Penegenalan dan penerimaan masalah sistem reproduksi, masalah
1. Kurang privasi identitas seksual pribadi seksualitas, dan penyakit menular
2. Ketiadaan pasangan 2. Mengetahui masalah reproduksi seksual
3. Konflik orientasi seksual 3. Mampu mengontrol kecemasan 2. Identifikasi waktu pola seksual dan
4. Ketakutan terinfeksi penyakit 4. Mengungkapkan pemahaman kemungkinan penyebab pola
menular seksual tentang perubahan fungsi seksual seksual tidak efektif
5. Hambatan hubungan dengan 5. Menunjukkan keinginan untuk 3. Monitor stress, kecemasan, depresi
pasangan mendiskusikan perubahan fungsi dan penyabab pola seksual tidak
seksual efektif
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Terapeutik
1. Mengeluh sulit melakukan 1. Fasilitasi komunikasi antara pasien
aktivitas seksual dan pasangan
2. Memgungkapkan aktivitas seksual
berubah Edukasi
3. Mengungkapkan perlaku seksual 1. Berikan kesempatan kepada
berubah pasangan untuk menceritakan
4. Orientasi seksual berubah permasalahan
2. Berikan pujian terhadap perilaku
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: yang benar
1. Mengungkapkan hubungan 3. Berikan saran yang sesuai
dengan pasangan berubah kebutuhan pasangan dengan
menggunakan bahasa yang mudah
Kondisi Klinis Terkait diterima
1. Mastektomi 4. Jelaskan efek pengobatan,
2. Histerektomi kesehatan dan penyakit terhadap
3. Kanker pola seksual tidak efektif
4. Kondisi yang menyebabkan
paralisis
5. Penyakit menular
6 Resiko defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen gangguan makan
dengan ketidakmampuan menelan selama 3x24jam diharapkan resiko defisit Observasi
makanan (D.0032) nutrisi menurun, dengan kriteria hasil: 1. Monitor asupan dan keluarnya
Faktor Risiko 1. Porsi makanan yang di habiskan makanan dan cairan serta kebutuhan
1. Ketidakmampuan menelan 2. Frekuensi makan cairan
makanan 3. Nafsu makan
2. Ketidakmampuan mencerna 4. Perasaan cepat kenyang Teraupetik
makanan 1. Diskusikan perilaku makanan dan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi jumlah aktifivitas fisik (termasuk
nutrien olahraga yang selesai)
4. Peningkatan kebutuhan 2. Di dampingi ke kamar mandi untuk
metabolisme pengamatan perilaku memuntahkan
5. Faktor ekonomi (mis. Finansial kembali makanan
tidak mencukupi)
Edukasi
6. Faktor psikologis (mis. Stress) 1. Ajarkan pengaturan diet yang tepat
Kondisi Klinis Terkait Kolaborasi
1. Stroke 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
2. Parkinson target berat badan danpemilihan
3. Mobius syndrome makanan
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuskular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit crohn’s
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik
8 Resiko Infeksi berhubungan dengan Setelah tindakan keperawatan selama Pencegahan Infeksi :
Penyakit kronis (Ca serviks) 3x24jam diharapkan risiko infeksi Observasi
(D.0142) menurun dapat terpenuhi dengan kriteria 1. Monitor tanda gejala infeksi local dan
Faktor risiko: hasil: sistemik
1. Penyakit kronis (mis. Diabetes 1. Demam menurun Terapeutik
mellitus) 2. Kemerahan menurun 1.Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
2. Efek prosedur infasif 3. Nyeri menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
3.Malnutrisi 4. Bengkak menurun 2.Pertahankan teknik aseptic pada pasien
4. Peningkatan paparan organisme 5. Cairan berbau busuk menurun Edukasi
pathogen lingkungan 1. Jelaskan tanda gejala infeksi
5. Ketidakadekuatan pertahanan 2. Ajarkan cara memeriksa kondisi
tubuh primer (ketidakadekuatan luka/luka operasi
kerusakan integritas kulit) Kolaborasi
Kondisi Klinis: 1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
1.Tindakan invasif
perlu
2.Ketuban pecah sebelum waktunya
(KPSW)
3.Imunosupresi
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah akibat status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria pasien
(Potter and Perry, 2011).
4. Evaluasi Keperawatan
American Cancer Society. (2017). Cancer Facts & Figures 2017. Atlanta :
American Cancer Society.
Barry j.Beaty and William C.Marquardt. (2019). The Biology of Disease Vector.
University Press of Colorado.
Centers for Diseases Control and Prevention (CDC). (2021). Cervical Cancer
Cullati S, Charvet Berard AI, Perrieger TV. (2019). Cancer Screening in a Middle
Aged General Population: Factor Associated with Practices and Attitudes.
BMC Publik Health.
Fitri Fauziah & Julianty Widuri. (2017). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
ICO Information Centre on HPV and Cancer (HPV Information Centre). (2018).
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Pusat Data & Informasi Situasi Penyakit
Kanker di Indonesia. Jakarta : Pusat Data & Informasi Kemenkes RI
Mansjoer, A. 2017. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid Satu. Edisi Ketiga, Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.