Oleh :
C. Klasifikasi Hemiparase
1. Kanan (dextra)
Terjadi akibat kerusakan otak sisi kiri yaitu bagian yang mengontrol perihal berbicara
dan bahasa.
2. Kiri (sinistra)
Terjadi akibat kerusakan otak sisi kanan yaitu bagian yang mengontrol proses belajar,
beberapa jenis perilaku juga komunikasi non verbal.
3. Ataxia
Hemiparesis yang disebabkan oleh cidera otak belakang. Cedera ini dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengkoordinir gerakan, hal ini dapat
menyebabkan kesulitan berjalan dan mengalami gangguan keseimbangan tubuh.
4. Hemiparesis murni
Orang yang mengalami hemiparesis ini akan mengalami kelemahan pada kaki, lengan
juga otot wajah
5. Hemiparesis bersifat menetap
Artinya tidak bisa disembuhkan secara total. Adapun upaya-upaya untuk membantu si
penderita adalah dengan cara fisioterapi. Dengan demikian si penderita dapat dilatih
untuk memaksimalkan kemampuan otot anggota geraknya yang terkena hemiparesis
(Harsono, 2011).
D. Etiologi
Hemiparase disebabkan oleh cerebral palsy atau kerusakan otak. Cerebral Palsy
disebabkan oleh :
1. Stroke non hemoragik
2. Infark otak
3. Pendarahan Intraserebral
4. Pendarahan Subaraknoid
5. Kecelakaan
6. Kelahiran bayi prematur (Swart, 2002).
E. Manifestasi Klinis
Pada hemiparesis, gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara
mendadak/subakut, di dahului gejala prodromal, terjadinya pada waktu istirahat/bangun
pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya
terjadi pada usia >50 tahun. Menurut WHO dalam international Statistical Dessification Of
Disease And Related Health Problem 10th revitoan, stroke hemoragik di bagi atas :
1. Pendarahan Intraserebral (PIS)
2. Pendarahan Subaraknoid (PSA)
Hemiparesis akibat PIS mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala
karena hipertensi, serangan sering kali siang hari, saat aktivitas atau emosi/ marah, sifat
nyeri kepalanya hebat sekali, mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan.
Hemiparesis biasa terjadi pada permulaan serangan, kesadaran biasanya menurun dan cepat
masuk koma (60% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara setengah jam sampai 2
jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam sampai 19 hari).
Pada pasien PSA gejala prodomal berupa nyeri kepala hebat dari akut, kesadaran
sering terganggu dan sangat bervariasi, ada gejala/tanda rangsangan maningeal, oedema
pupil dapat terjadi bila ada subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komuinikans
anterior atau arteri karotis interna. Gejala neurologis tergantung pada berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasinya (Swart, 2002).
F. Patofisiologi
Paresis (kelemahan otot pada lengan dan tungkai) adalah kerusakan yang
menyeluruh, tetapi belum meruntuhkan semua neuron korteks piramidalis. Hemiparase
yang terjadi memberikan gambaran bahwa adanya kelainan atau lesi sepanjang traktus
piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai darah, kerusakan jaringan
oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan langsung dan tidak langsung oleh massa
hematoma, abses, dan tumor. Hal tersebut selanjutnya akan mengakibatkan adanya
gangguan pada tractus kortikospinalis yang bertanggung jawab pada otot-otot anggota
gerak atas dan bawah (Swart, 2002).
Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau makin cepat) pada
gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan
umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Apabila otak mengalami iskemik atau
terjadi perdarahan dan terjadi peningkatan TIK, maka fungsi otak akan terganggu dan salah
satunya adalah hemiparese (W.A Newman, 2002).
G. Pathways
Strees
Adrenalin meningkat
Takikardi
Stroke iskemik
Hemiparese
parifer badan
Gangguan citra
tubuh
H. Pemerikasaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi sistem saraf
a. Miografi
b. CT scan
c. Angiografi
d. MRT
e. EEG
f. EMG
2. Laboratorium
a. Darah
b. Urine
3. Cairan serebrospinal
I. Penatalaksanaan
1. Demam
Dapat mengeksaserbasi cedera otak iskemik dan harus diobati secara agresif dengan
antipiretik (asetaminofen) atau kompres dingin, jika diperlukan. Penyebab demam
sering adalah pneumonia aspirasi, lakukan kultur darah dan urine kemudian berikan
antibiotik intravena secara empiris (sulbenisilin, sepalosporin) dan terapi akhir sesuai
hasil kultur.
2. Nutrisi
Bila pasien sadar penuh tes kemampuan menelan dapat dilakukan dengan
memberikan satu sendok air putih kepada pasien dengan posisi setengah dudukdan
kepala fleksi ke depan sampai dagu menyentuh dada, perhatikan pasien tersedak atau
batuk dan apakah suaranya berubah. Bila tes menelan negative dan pasien dengan
kesadaran menurun, berikan makanan enteral melalui pipa nasoduodenal ukuran kecil
dalam 24 jam pertama setelah onset stroke.
3. Hidrasi intravena
Hipovolemik sering ditemukan dan harus dikoreksi dengan kristaloid isotonik. Cairan
hipotonis (misalnya dektrosa 5% dalam air, larutan NaCl 0,45%) dapat memperhebat
edema serebri dan harus dihindari.
4. Glukosa
Hiperglikemia dan hipoglikemia dapat menimbulkan eksaserbasi iskemia. Walaupun
relevansi klinis dari efek ini pada manusia belum jelas, tetapi para ahli sepakat bahwa
hiperglikemia (kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl) harus dicegah. Skala luncur
(Sliding scale) setiap 5 jam selama 3-5 hari sejak onset stroke.
5. Perawatan paru
Fisioterapi dada setiap 4 jam harus dilakukan untuk mencegah atelaksis paru pada
pasien yang tidak bergerak.
6. Aktivitas
Pasien harus dimobilisasi dan harus dilakukan fisioterapi sedini mungkin bial kondisi
klinis neurlogis dan hemodinamik stabil. Untuk fisoterapi pasif pada pasien yang
belum bergerak, perubahan posisi badan dan ekstremitas setiap 2 jam untuk
mencegah dekubitus, latihan gerak sendi anggota badan secara pasif 4 kali sehari
untuk mencegah kontraktur. Splin tumit untuk mempertahankan kaki dalam posisi
dorsofleksi dan dapat juga mencegah pemendekan tendon achilles. Posisi kepala 30 0
dari bidang horisontal untuk menjamin aliran darah yang dekuat ke otak dan aliran
balik vena ke jantung, kecuali pada pasien hipotensi, pasien dengan muntah-muntah,
pasien dengan gangguan jalan nafas. Bila kondisi memungkinkan, maka pasien harus
diimobilisasi aktif ke posisi tegak, duduk dan pindah ke kursi sesuai toleransi
hemodinamik dan neurologis.
7. Neurorestorasi dini
Stimulasi sensorik, kognitifm memori, bahasa, emosi serta otak yang terganggu.
Depresi dan amnesia juga harus dikenali dan diobati sedini mungkin.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat,
status perkawinan, suku bangsa.
b. Riwayat Keperawatan
1) Keadaan umum
Keadaan klain yang mengalami gangguan persarafan biasanya lemah
2) Kesadaran
3) Kesadaran klien biasanya Apatis sampai Somnolen
4) Tanda – tanda vital
a) Suhu meningkat (>37 derajat)
b) Nadi meningkat (N:70-82X/Menit)
c) Tekanan darah meningkat
a) Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat
5) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a) Sistem pernafasan (B1 : Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas, kadang disertai
penumpukan sekret,suara nafas stridor
b) Sistem sirkulasi (B2: Bleeding)
Didapatkan adanya peningkatan pada nadi ,sirkulasi perifer menurun,kaji
adanya riwayat tekanan darah ,riwayat penyakit jantung
c) Sistem persarafan (B3: Brain)
Adanya penurunan kesadaran,gangguan persepsi sensori penglihatan,
kehilangan sensori, gangguan kognitif, disartia.
d) Sistem perkemihan (B4: Bleder)
Kaji adanya perubahan pola perkemihan, seperti inkontenensia urin,
disuria, sistem kandung kemih, warna dan bau urin dan kebersihannya
e) Sistem pencernaan (B5: Bowel)
Kaji adanya konstipasi, konsisten fases, frekuensi eliminasi, auskultasi
bising usus, anoreksia, adanya disertai distensi abdomen, nyeri tekan
abdomen.
f) Sistem muskuloskeletal (B6: Bone)
Didapat adanya hemiflegia, hemiparase atau kelemahan pada salah satu
sisi ,kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/ mungkin terlokalisasi pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi otot, laserasi
kulit dan perubahan warna (Aspiani, 2014).
2. Masalah keperawatan dan intervensi keperawatan
N Dignosa Keperawatan (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi
o
1 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Dukungan ambulasi
Kategori : Fisiologis intervensi keperawatan Tindakan
Subkategori : Aktivitas/istirahat selama 24 jam Observasi :
diharapkan mobilitas 1. Identifikasi adanya
Definisi : fisik meningkat nyeri atau keluhan
Keterbatasan dalam gerakan fisik L.05042 fisik lainnya
dri satu atau lebih ekstermitas Kriteria Hasil : 2. Identifikasi toleransi
secara mandiri. 1. Pergerakkan fisik melakukan
ekstremitas ambulasi
Penyebab : meningkat 3. Monitor frekuensi
1. Penurunan kendali otot 2. Kekuatan otot jantung dan tekanan
2. Penurunan massa otot meningkat darah sebelum
3. Penurunan kekuatan otot 3. Rentang gerak melakukan ambulasi
4. Kekakuan sendi (ROM) meningkat 4. Monitor kondisi
5. Gangguan muskuloskeletal 4. Nyeri menurun umum selama
6. Gangguan neuromuscular 5. Kecemasan menurun melakukan ambulasi
7. Dispnea setelah berakrivitas 6. Kaku sendi menurun Terapeutik :
7. Gerakkan tidak 1. Fasilitas aktivitas
Gejala dan tanda mayor terkoordinasi ambulasi dengan alat
Subjektif menurun bantu (mis. Tongkat,
1. Mengeluh sulit menggerakkan 8. Gerakkan terbatas kruk)
ekstremitas menurun 2. Fasilitas melakukan
Objektif 9. Kelemahan fisik mobilisasi fisik,jika
1. Kekakuan otot menurun menurun perlu
2. Renang gerak (ROM) 3. Libatkan keluarga
menurun untuk membantu
Gejala dan tanda minor pasien dalam
Subjektif meningkatkan
1. Nyeri saat bergerak ambulasi
2. Enggan melakukan Edukasi :
pergerakkan 1. Jelaskan tujuan dan
3. Merasa cemas saat bergerak prosedur ambulasi
Objektif 2. Anjurkan melakukan
1. Sendi kaku ambu;asi dini
2. Gerakkan tidak terkoordinasi 3. Ajarkan ambulasi
3. Gerakkan terbatas sederhana yang harus
4. Fisik lemah dilakukan
Kondisi klinis terkait (mis.berjalan dari
1. Stroke tempat tidur ke kursi
2. Cedera medula spinalis roda, berjalan dari
3. Trauma tempat tidur ke kamar
4. Fraktur mandi, berjalan sesuai
5. Osteoatritis toleransi)
6. Ostemalasia
7. Keganasan
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Inisial : Ny. M No RM : 62.86.40
Usia : 59 Tahun Tgl Masuk : 28 September 2022
Jenis : Perempuan Tgl Pengkajian : 30 September 2022
Kelamin Sumber Informasi : Anak
Alamat : Karang anyar RT 02 RW 01 Keluarga Terdekat : Ny. Tina
No Telepon :08892904806 status : Menikah
Status : Menikah Alamat : Karang anyar RT 02 RW 01
Agama : Islam No Telepon : 08892904806
Suku : Komering Pendidikan : Sma Sederajat
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Lama :- Bekerja :-
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama (saat masuk RS)
: Sesak Nafas
b. Keluhan utama (saat pengkajian)
: Pasien mengatakan lemah anggota gerak bawah sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit.
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Lemah anggota gerak gerak sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan di
rasakan saat bangun tidur, keluhan di sertai dengan nyeri kepala (+), kesadaran (-), ku
HT (+).
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami:
a. Kecelakaan :-
b. Operasi (jenis dan waktu) :-
c. Penyakit (kronis dan akut) : -
d. Terakhir masuk RS :1 Tahun yang lalu
3. Riwayat Keluarga
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal
: klien
4. Catatan Penanganan Kasus (Dimulai saat pasien di rawat di ruang rawat sampai
pengambilan kasus kelolaan)
: pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 24 September 2022 dengan keluhan lemah
anggota gerak sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Setelah dikaji TD: 155/90 mmHg
N: 99x/m RR: 22x/m S: 36,70C BB: 70Kg dengan GCS 15: E4 V5 M6. Pasien dengan
dignosa Hemiparesis dan gangguan mobilitas fisik langsung dilakukan rontagen thorax CT
scan kepala dan elevasi kepala, diberikan IVFD RL dengan gtt 20, diberika nasa canul 3
lpm, injeksi citicolin 500 gram, ranitidin 1 amp dan diberikan obat oral aspile 80 gram,
neorode 1 tablet dan amlodipine 5 gram.
5. Pengkajian Keperawatan (12 Domain NANDA)
Intruksi: Beri tanda cek () pada istilah yang tepat/ sesuai dengan data-data di bawah ini.
Gambarkan semua temuan abnormal secara objektif, gunakan kolom data tambahan bila
perlu.
1. Peningkatan Kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan: pasien mengatakan tahu terhadap penyakitnya
Masalah keperawatan: tidak ada
.
2. Nutrisi
a. Mulut
Trismus ( ), Halitosis ( )
Bibir: lembab( √ ), pucat( ),sianosis( ),labio/palatoskizis( ), stomatitis( )
Gusi: ( √ ), plak putih( ), lesi( )
Gigi: Normal( √ ), Ompong( ), Caries( ), Jumlah gigi 30.
Lidah: bersih ( √ ), kotor/ putih ( ), jamur ( )
b. Leher
Kaku Kuduk ( ) Simetris( √ ), Benjolan ( ) Tonsil ( )
Kelenjar Tiroid : normal ( √ ), pembesaran ( )
Tenggorok : kesulitan menelan ( )
Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
BB sebelum sakit: 70 kg BB sakit: 65 kg
Program Diit RS :
Makanan yang disukai : pempek, model
Selera makan : tidak ada
Alat makan yang digunakan : sendok
Pola makan( 3 x/ hari) : pagi, siang, malam
Porsi makan yang dihabiskan : hanya 3-4 sendok makan
Pola Minum 20 gelas/hari) jenis air minum : air mineral
Intake Makanan : 3-4 sendok makan
Intake Cairan : 4liter/hari
Abdomen
Inspeksi : Bentuk: simetris( √ ), tidak simetris( ), kembung( ), asites( ),
Palpasi : massa ( √ ), nyeri ( )
Kuadran I : tidak ada
Kuadran II : tidak ada
Kuadran III : tidak ada
Kuadran IV : tidak ada
Auskultasi : bising usus 25 x/mnt
Perkusi : Timpani ( ), redup ( √ )
BAB : warna : kecokelatan Frekuens: 1x/hari
Konsisitensi: lembek lendir ( ), darah ( ), ampas ( )
Konstipasi ( )
Data Tambahan : tidak ada nafsu makan, dan BAB hanya 1x/hari
Masalah keperawatan:
4. Aktivitas/Istirahat
Kebiasaan sebelum tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa saat tidur,dll):
Kebiasaan Tidur siang: 2 jam/hari
Skala Aktivitas:
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total
Persendian:
Nyeri Sendi ( √ ), pergerakan sendi: normal
ROM ( Range Of Motion): normal
Kekuatan Otot : lemah
Kelainan Otot: lemah
Tonus/aktifitas
Aktif ( ) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang ( )
Menangis keras ( ) lemah (√ ) melengking ( ), Sulit menangis ( )
Ekstremitas
Amelia ( ), Sindaktili ( ), Polidaktili( )
Reflek Pat0logis :
Babinsky : + ( ), - ( √ )
Kernig : + (√ ), - ( )
Brudzinsky : + ( √), - ( )
Reflek Fisiologis
Biceps : + (√ ), - ( )
Triceps : + ( √ ), - ( )
Patella : + ( √ ), - ( )
Jantung
Inspeksi: ictus cordis/denyut apeks( ), normal( √ ) melebar( )
Palpasi: kardiomegali( )
Perkusi: redup( √ ), pekak( )
Auskultasi: HR : 22.x/mnt. Aritmia( ),Disritmia( ) , Murmur ( )
Mandi : 2 x/hari
Sikat gigi : 2x/hari
Ganti Pakaian : 2x/hari
Memotong kuku : 1x/minggu
Data Tambahan : tidak ada
5. Persepsi/Kognitif
Kesan Umum
Tampak Sakit: ringan ( ),sedang( √ ),berat ( ), pucat ( ), sesak ( ),
kejang( )
1. Kepala
a. Rambut: warna: hitam mudah dicabut ( ), ketombe( ), kutu( )
b. Kelainan bentuk kepala: tidak ada
2. Mata
Mata: jernih( √ ), mengalir, kemerahan( ), sekret( )
Visus: 6/6( √ ), 6/300( ), 6/ tak terhingga( ),
Pupil: Isokor( √ ), anisokor( ), miosis( ), midriasis( ),
reaksi terhadap cahaya: kanan Positif( √ ), negatif( ),kiri negatif( ) positif( √ ),
alat bantu: kacamata( ), Softlens( )
Conjungtiva: merah jambu( √ ), anemis( )
Sklera: Putih( √ ), Ikterik( )
3. Bibir, Lidah
a. Bibir : normal ( √ ) sumbing ( )
b. Sumbing langit-langit/palatum ( )
c. Lidah: bersih ( √ ), kotor/ putih ( ), jamur ( )
4. Telinga, Hidung, Tenggorok
a. Telinga: Normal ( √ )Abnormal ( ) Sekret( )
b. Hidung: Simetris ( √ )Asimetris ( ) Sekret ( )
Nafas cuping hidung ( )
c. Tenggorok: Tonsil( √ ), radang( )
6. Persepsi Diri
Perasaaan klien terhadap penyakit yang dideritanya: pasien mengatakan sulit untuk begerak
normal
Persepsi klien terhadap dirinya: pasien mengatakan mudah capek saat beraktvitas sedang
Konsep diri: pasien mengatakan mudah menyesuaikan diri di lingkungan
Tingkat kecemasan: pasien mengatakan tetap tenang dan tidak mudah marah
Citra Diri/Bodi image: pasien mengatakan melakukan hal yang positif, menghargai
kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri
Data tambahan: tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada
7. Peran Hubungan
Budaya: pasien mengatakan tahu bagaimana bersosialisasi dilingkungan tempat tinggal
Suku: pasien mengatakan mengikuti kebudayaan adat istiadat diwilayah tempat tinggal
Agama yang di anut: islam
Bahasa yang digunakan : bahasa daerah
Masalah sosial yang penting: tidak ada
Hubungan dengan orang tua: baik
Hubungan dengan saudara kandung: baik
Hubungan dengan lingkungan sekitar: baik
Data Tambahan: tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada
12. Kenyamanan
Provaiking : pasien mengatakan nyeri saat beraktivitas sedang
Quality : pasien mengatakan nyeri pada ulu hati
Regio : pasien mengatakan thorac abdomen
Scala :2
Time : pasien mengatakan pada saat makan
Data Tambahan: tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada
Terapi
Tanggal Terapi :
Cara
P
e
m Golonga Kontra
N Nama
Dosis b n Indikasi Indika
Terapi
e Obat si
ri
a
n
1 Sering gtt 5x/m IVFD
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium ( Tanggal Pemeriksaan ):
1. Urine (30 September 2022)
2. Glukosa (02 Oktober 2022)
B. Diagnosa Keperawatan
DO:
- Pasien lemah
- Tanda tanda vital
TD: 150/95 mmhg
RR: 22x/m
T: 36,70C
N:99x/m
C. Intervensi Keperawatan
Nama pasien : Ny. N
Diagnosa Medis :
Jenis kelamin : perempuan
Hari/Tanggal : 10/4/2022
Ruang/Kamar : PDL Non Infeksi/4D
Shift : Pagi
No Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Bersihan jalan nafas tidak Bersihan Jalan Nafas Manajemen Jalan Nafas
efektif b.d sekresi yang Setelah diberikan asuhan Observasi :
tertahan
keperawatan 2x24 jam, 1. Monitor pola nafas
DS:
diharapkan bersihan jalan (frekuensi, kedalaman,
pasien mengeluh sesak
nafas meningkat dengan usaha nafas)
sejak 3hari yang lalu,
kriteria hasil : 2. Monitor sputum
pasien mengalami batuk
1. Batuk efektif ( jumlah, warna, aroma)
berdahak dan sulit
(meningkat) Terapeutik :
mengeluarkan dahak
2. Produksi sputum 1. Pertahahankan
DO:
(menurun) kepatenan jalan nafas
- Pasien tampak batuk 3. Dyspnea cukup dengan head-tilt chin lift
dan sulit mngeluarkan (membaik) (jaw thrust jika curiga
dahak 4. Gelisah (menurun) trauma servikal)
- Pasien tampak sesak 5. Frekuensi nafas 2. Posisikan semi fowler
pada pernfasan (membaik) atau fowler
TD: 140/100mmhg 6. Pola nafas (membaik) 3. Berikan minum hangat
RR: 32x/m 4. Lakukan penghisapan
T: 36,7 C
0
lendir kurang dari 15
N:78x/m detik
- Sputum (+) 5. Berikan oksigen, jika
- Ronchi (+) perlu
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
terkontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, moukolitik,
jika perlu.
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
terkontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
moukolitik, jika perlu.
jam
Aspiani, Yuli Reny. (2014). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta : CV TRANS INFO
MEDIA
Batticaca, Fransisca, B. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Harsono. (2011). Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : GAJAH MADA UNIVERSITY
PRESS
Newman W A. (2002) . Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Nurarif, A., H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Dan NANDA NIC-NOC. Jakarta : Media Action
Swart. (2002). Buku Ajar Diagnostic Fisik. Jakarta : EGC