Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMIPARESIS


DI RUANG PRINGGONDANI RSU RAJAWALI CITRA BANTUL

Pembimbing Akademik :
Dwi Kartika Rukmi, M. Kep., Sp. Kep MB

Disusun Oleh:
Andi Setiawan , S.Kep : 213203002
Anisa Choiru Rohmah, S.Kep : 213203003
Kevin Arova, S.Kep : 213203020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMIPARESIS
DI RUANG PRINGGONDANI RSU RAJAWALI CITRA BANTUL

Disusun Oleh:
Andi Setiawan, S.Kep : 213203002
Anisa Choiru Rohmah, S.Kep : 213203003
Kevin Arova, S.Kep : 213203020

Disetujui pada:
Hari :
Tanggal :

Mengetahui:

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(_______________) (_______________)
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI HEMIPARISES
Hemiparase merupakan kelemahan separuh badan yang disebabkan oleh stroke
ischemic yang menimbulkan deficit neurologis mendadak pada otak, karena adanya
kerusakan pada sistem saraf pusat yang menyebabkan gangguan motorik pada
anggota bagian bawah (Batticaca & Fransisca, 2016) . Hemiparase yang terjadi
memberikan gambaran bahwa adanya kelainan atau lesi sepanjang traktus
piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai darah, kerusakan
jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan langsung dan tidak langsung
oleh massa hematoma, abses, dan tumor. Hal tersebut selanjutnya akan
mengakibatkan adanya gangguan pada tractus kortikospinalis yang bertanggung
jawab pada otot-otot anggota gerak atas dan bawah (Swart, 2018)

B. KLASIFIKASI HEMIPARASE
1. Kanan (dextra)
Terjadi akibat kerusakan otak sisi kiri yaitu bagian yang mengontrol perihal
berbicara dan bahasa.
2. Kiri (sinistra)
Terjadi akibat kerusakan otak sisi kanan yaitu bagian yang mengontrol proses
belajar, beberapa jenis perilaku juga komunikasi non verbal.
3. Ataxia
Hemiparesis yang disebabkan oleh cidera otak belakang. Cedera ini dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengkoordinir gerakan, hal ini dapat
menyebabkan kesulitan berjalan dan mengalami gangguan keseimbangan tubuh.
4. Hemiparesis murni
Orang yang mengalami hemiparesis ini akan mengalami kelemahan pada kaki,
lengan juga otot wajah
5. Hemiparesis bersifat menetap
Artinya tidak bisa disembuhkan secara total. Adapun upaya-upaya untuk
membantu si penderita adalah dengan cara fisioterapi. Dengan demikian si
penderita dapat dilatih untuk memaksimalkan kemampuan otot anggota geraknya
yang terkena hemiparesis (Harsono, 2015)

1
C. ETIOLOGI
Menurut Perdana (2017) hemiparase disebabkan beberapa hal, antara lain yaitu:
1. Trombosis
Penggumpalan mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis endotelial dari
pembuluh darah. Aterosklerosis merupakan penyebab utama yang menyebabkan zat
lemat tertumpuk dan membentuk plak pada dinding pembuluh darah. Plak ini terus
membesar dan menyebabkan penyempitan stenosis pada arteri dan dapat menyebabkan
pengumpalan pada plak.
2. Embolisme
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari trombus di jantung yang terlepas
dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala
timbul kurang dari 10 – 30 detik
3. Perdarahan (hemoragic)
Perdarahan intraserebral paling banyak di sebabkan karena adanya ruptur aterosklerosis
dan hipertensi pembuluh darah yang bisa menyebabkan perdarahan di dalam jaringan
otak. Perdarahan intraserebral paling sering terjadi akibat dari penyakit hipertensi dan
umumnya terjadi setelah usia 50 tahun. Akibat lain dari perdarahan adalah aneurisma.
Menurut Swart (2018) Hemiparase disebabkan oleh cerebral palsy atau kerusakan
otak. Cerebral Palsy disebabkan oleh:
1. Stroke non hemoragik
2. Infark otak
3. Pendarahan Intraserebral
4. Pendarahan Subaraknoid
5. Kecelakaan
6. Kelahiran bayi prematur

D. MANIFESTASI KLINIS
Pada hemiparesis, gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara
mendadak/subakut, di dahului gejala prodromal, terjadinya pada waktu
istirahat/bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus
cukup besar, biasanya terjadi pada usia >50 tahun. Menurut WHO dalam international
Statistical Dessification Of Disease And Related Health Problem 10th revitoan, stroke
hemoragik di bagi atas:

2
1. Pendarahan Intraserebral (PIS)
2. Pendarahan Subaraknoid (PSA)
Hemiparesis akibat PIS mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali nyeri
kepala karena hipertensi, serangan sering kali siang hari, saat aktivitas atau emosi/
marah, sifat nyeri kepalanya hebat sekali, mual dan muntah sering terdapat pada
permulaan serangan. Hemiparesis biasa terjadi pada permulaan serangan, kesadaran
biasanya menurun dan cepat masuk koma (60% terjadi kurang dari setengah jam, 23%
antara setengah jam sampai 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam sampai 19 hari).
Pada pasien PSA gejala prodomal berupa nyeri kepala hebat dari akut,
kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi, ada gejala/tanda rangsangan
maningeal, oedema pupil dapat terjadi bila ada subhialoid karena pecahnya aneurisma
pada arteri komuinikans anterior atau arteri karotis interna. Gejala neurologis
tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya (Swart,
2018).

E. PATOFISIOLOGI
Paresis (kelemahan otot pada lengan dan tungkai) adalah kerusakan yang
menyeluruh, tetapi belum meruntuhkan semua neuron korteks piramidalis.
Hemiparase yang terjadi memberikan gambaran bahwa adanya kelainan atau lesi
sepanjang traktus piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai
darah, kerusakan jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan langsung dan
tidak langsung oleh massa hematoma, abses, dan tumor. Hal tersebut selanjutnya akan
mengakibatkan adanya gangguan pada tractus kortikospinalis yang bertanggung
jawab pada otot-otot anggota gerak atas dan bawah (Swart, 2018)
Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau makin cepat) pada
gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Apabila otak
mengalami iskemik atau terjadi perdarahan dan terjadi peningkatan TIK, maka fungsi
otak akan terganggu dan salah satunya adalah hemiparese (Newman, 2018)

3
F. PATHWAYS

Faktor risiko

Adrenalin meningkat

Takikardi

Curah jantung naik Hipertensi

Suplay O2 ke otak naik

Stroke iskemik

Hemiparese

Kelemahan tendon vasodilatasi pembuluh mual , muntah


perifer
Gangguan anoreksia
immobilitas
fisik
kerusakan jaringan penurunan berat
parifer badan

Nekrosis
Nutrisi < kebutuhan

Gangguan citra tubuh

4
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi sistem saraf
a. Miografi
b. CT scan
c. Angiografi
d. MRT
e. EEG
f. EMG
2. Laboratorium
a. Darah
b. Urine
c. Cairan serebrospinal

H. PENATALAKSANAAN
1. Pasien harus dimobilisasi dan harus dilakukan fisioterapi sedini mungkin bial
kondisi klinis neurlogis dan hemodinamik stabil. Untuk fisoterapi pasif pada pasien
yang belum bergerak, perubahan posisi badan dan ekstremitas setiap 2 jam untuk
mencegah dekubitus, latihan gerak sendi anggota badan secara pasif 4 kali sehari
untuk mencegah kontraktur. Splin tumit untuk mempertahankan kaki dalam posisi
dorsofleksi dan dapat juga mencegah pemendekan tendon achilles. Posisi kepala
300 dari bidang horisontal untuk menjamin aliran darah yang dekuat ke otak dan
aliran balik vena ke jantung, kecuali pada pasien hipotensi, pasien dengan muntah-
muntah, pasien dengan gangguan jalan nafas. Bila kondisi memungkinkan, maka
pasien harus diimobilisasi aktif ke posisi tegak, duduk dan pindah ke kursi sesuai
toleransi hemodinamik dan neurologis.
2. Stimulasi sensorik, kognitifm memori, bahasa, emosi serta otak yang terganggu.
Depresi dan amnesia juga harus dikenali dan diobati sedini mungkin (Nurarif &
Kusuma, 2015)
3. Range Of Motion (ROM) yaitu, latihan gerakan yang mungkin dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki kemampuan menggerakkan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan masssa dan tonus otot sehingga dapat
mencegah kelainan bentuk, kekakuan, dan kontraktur.

5
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
alamat, status perkawinan, suku bangsa.
b. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang meliputi apa yang dirasakan klien saat
pengkajian.
2) Riwayat kesehatan masa lalu meliputi penyakit yang diderita, apakah
sebelumnya pernah sakit sama.
3) Riwayat kesehatan keluarga meliputi apakah dari keluarga ada yang
menderita penyakit yang sama.
4) Riwayat psikososial dan spiritual meliputi pola interaksi, pola pertahanan
diri, pola kognitif, pola emosi dan nilai kepercayaan klien.
5) Kondisi lingkungan meliputi bagaimana kondisi lingkungan yang
mendukung kesehatan klien.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan klain yang mengalami gangguan persarafan biasanya lemah
2) Kesadaran
3) Kesadaran klien biasanya Apatis sampai Somnolen
4) Tanda – tanda vital
a) Suhu meningkat (>37 derajat)
b) Nadi meningkat (N:70-82X/Menit)
c) Tekanan darah meningkat
d) Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat
5) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a) Sistem pernafasan (B1 : Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas, kadang disertai
penumpukan sekret,suara nafas stridor
b) Sistem sirkulasi (B2: Bleeding)
Didapatkan adanya peningkatan pada nadi, sirkulasi perifer
menurun,kaji adanya riwayat tekanan darah ,riwayat penyakit jantung

6
c) Sistem persarafan (B3: Brain)
Adanya penurunan kesadaran,gangguan persepsi sensori penglihatan,
kehilangan sensori, gangguan kognitif, disartia.
d) Sistem perkemihan (B4: Bleder)
Kaji adanya perubahan pola perkemihan, seperti inkontenensia urin,
disuria, sistem kandung kemih, warna dan bau urin dan kebersihannya
e) Sistem pencernaan (B5: Bowel)
Kaji adanya konstipasi, konsisten fases, frekuensi eliminasi, auskultasi
bising usus, anoreksia, adanya disertai distensi abdomen, nyeri tekan
abdomen.
f) Sistem muskuloskeletal (B6: Bone)
Didapat adanya hemiflegia, hemiparase atau kelemahan pada salah
satu sisi ,kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/ mungkin terlokalisasi pada
area jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi otot,
laserasi kulit dan perubahan warna (Aspiani & Yuli, 2014)
6) Pemeriksaan kekuatan otot

d. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1) Perubahan perfusi jaringan serebral b/d terputusnya aliran darah: penyakit
oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.
2) Hambatan mobilitas fisik yang b/d hemiparesis, kehilangan keseimbangan
dan koordinasi, spastisitas, dan cedera otak.
3) kurang perawatan diri (hygiene, toileting, berpindah, makan), yang
berhubungan dengan gejala hemipasresis.

7
RENCANA KEPERAWAN
SDKI
NO SLKI SIKI
DX
1. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi (I.05173)
fisik b/d strok keperawatan 3 x 24 gangguan - Identifikasi toleransi fisik
mobilitas fisik pada pasien dapat melakukan pergerakan
teratasi dengan kriteria hasil:
- Monitor kondisi umum selama
Mobilitas fisik (L.05042)
melakukan mobilisasi
- Pergerakan ekstremitas dari
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi
cukup menurun 2 ke cukup
dengan alat bantu
meningkat 4
- Libatkan keluarga untuk
- Rentang gerak (ROM) dari
cukup menurun 2 ke cukup
membantu pasien dalam

meningkat 4 meningkatkan pergerakan


- Kecemasan dari cukup menurun - Jelaskan tujuan dan prosedur
2 ke cukup meningkat 4 mobilisasi
- Gerak terbatas dari cukup - Anjurkan melakukan mobilisasi
menurun 2 ke cukup meningkat dini
4 - Ajarkan mobilisasi sederhana
- Kelemahan fisik dari cukup
yang harus dilakukan
menurun 2 ke cukup meningkat
- Anjurkan membatasi gerak pada
4
area cedera

2. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan Tindakan - Perawatan diri


keperawatan selama 3x24 Observasi:
diharakan masalah klien dapat - Identifikasi kebiasaan aktivitas
teratasi dengan kriteria hasil : perawatan diri sesuai usia
- Identifikasi kebutuhan alat bantu
1. Perawatan diri Terapeutik:
- Kemampuan mengenakan - Sediakan lingkungan yang
pakaian terapeutik
- Mempertahankan - Siapkan keperluan pribadi
kebersihan diri - Jadwalka rutinitas perawatan diri
Edukasi:

8
- Anjurkan melakukan perawatan
diri dengan konsisten sesuai
kemampuan
3. Resiko perfusi serebal Setelah dilakukan Tindakan Pemantauan tanda vital (I.02060)
tidak efektif b/d Hipertensi keperawatan selama 3x24 - Monitor tekanan darah
diharakan masalah klien dapat - Monitor nadi
teratasi dengan kriteria hasil : - Monitor pernafasan
- Monitor tekanan nadi
Perfusi serebral (L.02014) - Identifikasi penyebab perubahan
- Nilai rata-rata tekanan darah tanda vital
dari memburuk 1 ke sedang 3 - Jelaskan tujuan dan prosedur
- Tekanan darah sistolik dari pemantauan
memburuk 1 ke sedang 3 - Informasikan hasil pemantauan
- Tekanan darah diastolik dari jika perlu
memburuk 1 ke sedang 3

9
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, & Yuli, R. (2014). Asuhan keperawatan gerontik . CV Trans Media.


Batticaca, & Fransisca. (2016). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
persarafan. salemba medika.
Harsono. (2015). Bukuajar Neurologi Klinis. Gajah Mada University Press.
Newman, W. A. (2018). Kamus Kedokteran Dorland. EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan NANDA NOC NIC. Media Action.
Perdana, Widya Hani (2017) Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Stroke Hemoragik Di
Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Diploma Thesis, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Swart. (n.d.). Buku Ajar Diagnostik Fisik . EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai