Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

A
DENGAN POST PARTUM : KETIDAKNYAMANAN PASCA PARTUM

LAPORAN PENDAHULUAN
Untuk memenuhi tugas praktik klinik
Maternitas
yang dibina oleh Ibu Sri Muda,

Oleh
Ismatuz Zuhriyah
Kelas 3B/P17220194070

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN LAWANG
Oktober 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan Dengan Judul “Asuhan Keperawatan Pada
Ny. A Dengan Post Partum : Ketidaknyamanan Pasca Partum” ini telah diperiksa dan
disetujui pada :

Hari : ………………………..
Tanggal : ………………….. 2021

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(_________________) (__________________)

Kepala Ruangan

(_______________________)
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM (MASA NIFAS)

A. Definisi Post Partum (Masa Nifas)


Persalinan dapat menyebabkan luka di daerah perineum sehingga akan menyebabkan
ketidaknyamanan pasca partum berupa nyeri pada luka jahitan perineum. Ketidaknyamanan
pasca partum merupakan perasaan tidak nyaman yang berhubungan dengan kondisi setelah
melahirkan (Suryandari, 2019) dalam (Nurpitri & Haryati, 2019).
Proses persalinan merupakan proses yang fisiologis dialami oleh hampir semua wanita,
begitu pula masa nifas. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai enam minggu setelah melahirkan. Masa setelah seorang ibu melahirkan bayi
yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan
waktu 6-12 minggu (Nugroho, dkk. 2014) dalam (Suryandri, 2019).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42
hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti
sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka
kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam Angka Kematian Ibu (AKI) adalah
penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita
post partum (Maritalia, 2012) dalam (Suardi, 2020).
Tahapan dalam post partum atau masa nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu :
Puerperium dini, Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-
jalan.
Puerperium internedial, Suatu masa diana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih enam minggu.
Remote puerpenium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama ibu bila selama pada waktu persalinan mengalami komplikasi (Nugroho,
dkk. 2014) dalam (Suryandri, 2019).

B. Manifestasi Klinis Post Partum (Masa Nifas)


Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari alat – alat / organ reproduksi
yaitu :
a) Sistem Reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran
(involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum
menurut masa involusi :
INVOLUSI TFU BERAT UTERUS
Bayi lahir Setinggi pusar 1000 gram
Plasenta lahir ± 2 cm di bawah umbilicus ± 1000 gram
dengan
bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis

1 minggu Pertengahan antara umbilikus 500 gram


dan simfisis pubis
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram
2) Vagina dan Perineum
Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina. Macam – macam lochia :
a) Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, terjadi selama 2
hari pasca persalinan
b) Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi hari
ke 3 – 7 pasca persalinan
c) Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi hari ke 7
-14 hari pasca persalinan
d) Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
3) Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen
(prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa
kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih
banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu
rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Semakin sering menetek, maka ASI
akan makin banyak diproduksi.
b) Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa
sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa
dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu
yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3) Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya
diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur
perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
c) Sistem Perkemihan
Uretra dan kandung kemih : trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama
proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih
dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-daerah kecil hemoragi.
d) Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir.
Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar
tetapi tidak hilang seluruhnya.

C. Etiologi Nyeri Perinium Post Partum


Nyeri perineum sebagai manifestasi dari luka bekas penjahitan yang dirasakan klien
akibat ruptur perineum pada kala pengeluaran, yaitu bagian terdepan dari anak telah berada di
dasar panggul. Ruptur perineum tidak selalu dihindarkan, tetapi dengan pertolongan yang
baik pada waktu lahirnya anak robekan itu dapat dikurangi. Kalau terjadi robekan perineum,
harus diperiksa dimana robekan itu, bagaimana panjangnya, bagaimana dalamnya dan rata
atau tidak. Ruptur perineum harus secepat mungkin dijahit, sebab jika terlalu lama, luka baru
itu akan menjadi luka lama yang mempunyai potensi untuk terkena infeksi. Dalam
menjahitan harus dijaga kerapian dan kerapatannya, sehingga perineum dapat rata kembali
sebelum terjadi robekan. Adanya cedara jaringan lunak yang direkontruksi dengan benar
dengan cara menjahit robekan perineum mempunyai resiko perdarahan dan infeksi luka.
Untuk itu dibutuhkan teknik perawatan yang benar dan hati-hati untuk mencegah terjadinya
infeksi dan luka jahitan perineum
D. Patofisiologi Post Partum (Masa Nifas)
1. Adaptasi Fisiologi
a) Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2
cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus.
Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam
fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2
minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul.
Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan
progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada
masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih
besar setelah hamil.
b) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang
sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh
darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan.
Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2
jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara
intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera
setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi Psikologis
Menurut (Hamilton, 1995) dalam (Suryandri, 2019) adaptasi psikologis ibu post
partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a) Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan.
b) Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat
sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar
tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai
bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia
dapat istirahat dengan baik.
c) Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan
rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali

E. Komplikasi Post Partum (Masa Nifas)


a. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selam a24 jam
pertama kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (radang endometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast/bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras dan
berbenjol)
5) Mastitits (mamae membesar dan nyeri di suatu tempat, kulit merah, membengkak
sedikit, dan nyeri pada perabaan. Apabila tidak dilakukan pengobatan dapat terjadi
abses)
6) Tromophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose superficial
yang menyebabkan statis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, ditandai
dengan kemerahan atau nyeri)
7) Luka perineum (ditandai dengan nyeri local, dysuria, temperatur naik 38,3 C, nadi
< 100x/menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna
kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
c. Gangguan psikologis
1) Depresi post partum
2) Post partum blues
3) Post partum psikosa
d. Gangguan involusi uterus

F. Pemeriksaan Penunjang Post Partum (Masa Nifas)


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung penegakan diagnose yaitu :
a. Laboratorium : darah lengkap (haemoglobin/hematokrit, leukosit, trombosit)
b. USG bila diperlukan

G. Penatalaksanaan Post Partum (Masa Nifas)


Menurut Masriroh (2013) dalam (Suardi, 2020) penatalaksanan yang diperlukan untuk
klien dengan post partum adalah sebagai berikut :
a. Memperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan makanan pada
bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya mingisi
peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga baru, maupun budaya
tertentu
Dalam (sugesti larasati, 2014) dalam (Suryandri, 2019) penatalaksanaan medis yang
dilakukan antara lain :
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan-kiri
c. Hari ke 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada mas nifas pemberian informasi tentang
senam nifas
d. Hari ke 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM (MASA NIFAS)

A. PENGKAJIAN
Pengkajian ibu post partum menurut (Doenges, 2012) dalam (Suryandri, 2019)
a. Data umum
1) Identitas pasien meliputi : nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, suku/bangas, status
pernikahan
2) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan ibu,
suku/bangsa.
b. Riwayat keluhan utama
1) Keluhan utama
Ibu dengan persalinan normal di temukan nyeri abdomen, nyeri vagina, nyeri
perineum.
2) Riwayat keluhan utama
Riwayat keluhan utama pada ibu dengan masa nifas adalah nyeri akut dan
ketidaknyamanan nyeri dikaji dengan menggunakan P, Q, R, S, T dengan
menggunakan skala 0-10. 0 : nyeri tidak di rasakan, 1-3 : nyeri ringan, 4-5 nyeri
sedang, 6-8, nyeri berat, 9-10 nyeri tak tertahankan.
 P (Paliatv) : Penyabab nyeri
 Q (Quality) : Nyeri seperti di tusuk, di potong
 R (Regional) : Dimana rasa nyeri di rasakan
 S (Severty) : Skala nyeri
 T (Time) : Berapa lama nyeri berlangsung
Hasil skala nyeri diantaranya agak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang dapat di
alihkan, nyeri sedang tidak dapat di alihkan, nyeri sedang tidak dapat di alihkan tanpa
menggunakan analgetik, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri berat dapat di alihkan, nyeri
berat tidak dapat di alihkan dan nyeri hebat/
3) Riwayat kesehatan sekarang
Apa yang ibu rasakan saat ini setelah melahirkan. Penampilan tidak rapih jika dari
ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak rapih. Misalnya : rambut acak-acakan,
kancing baju tidak tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-
ganti.
4) Riwayat KB
Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi misalnya KB
5) Rencana KB
Apakah setelah persalinan ibu akan menggunakan KB atau tidak
6) Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaiman hubungan ibu dengan suaminya, keluarga, lingkungan, dan perawat.
c. Pemeriksaan head to toe a)
1) Kepala : Biasanya pasien mengeluh pusing, sakit kepala
2) Wajah : Hiperpigmentasi, edema.
3) Mulut : Mukosa mulut (warna, kelembapan, lesi)
4) Mata : Konjungtiva, sklera (pupil, ukuran, kesamaan reaksi terhadap cahaya
penglihatan)
5) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, disertai vena jugularis.
6) Jantung dan paru : Suara napas normal
7) Payudara : Penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan aerola
dan integritas putting, posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, adanya ASI,
adanya pembengkakan, benjolan, nyeri dan adanya sumbatan duktus, dan tanda-tanda
mastitis potensial.
8) Abdomen : Tinggi fundus uteri (dalam cm), lokasi kontraksi uterus atau nyeri.
9) Genitalia : Pengakajian perineum terhadap memar, edema, hematoma, penyembuhan
setiap jahitan, inflamsi. Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau lochea. Pemeriksaan anus
terhadap hemoroid.
10) Eksteremitas bawah : Adanya tanda edema, nyeri tekan atau panas pada betis, varises
Pengkajian pada ibu post partum hal yang dilakukan perawat akan menerapkan
pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data tentang pasien dimulai dari
pemeriksaan dan observasi. Pengkajian menurut (Mitayani, 2013) dalam (Suryandri, 2019)
pada asuhan keperawatan pada ibu post partum antara lain :
a. Temperatur
Periksa satu kali pada satu jam pertama sesuai dengan peraturan rumah sakit, suhu tubuh
akan meningkat apabila terjadi dehidrasi atau keletihan.
b. Nadi
Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama atau sampai stabil, kemudian setiap 30
menit pada jam-jam berikutnya. Nadi kembali normal pada satu jam berikutnya, mungkin
sedikit terjadi bradikardi.
c. Pernapasan
Periksa setiap 15 menit dan biasanya akan kembali normal setelah satu jam post partum.
d. Tekanan darah
Periksa setiap 15 menit selama satu jam atau sampai stabil, kemudian setiap 30 menit
untuk setiap jam berikutnya. Tekanan darah ibu mungkin sedikit meningkat karena upaya
persalinan dan keletihan, hal ini akan normal kembali setelah satu jam.
e. Kandung kemih
Kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis post partum dan cairan intravena.
f. Fundus uteri
Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama kemudian setiap 30 menit, fundus harus
berada dalam midline, keras, dan 2 cm di bawah atau pada umbilikus. Bila uterus lunak,
lakukan masase hingga keras dan pijatan hingga berkontraksi ke pertengahan.
g. Sistem gastrointestinal
Pada minggu pertama post partum fungsi usus besar kembali normal
h. Kehilangan berat badan
Pada masa post partum ibu biasanya akan kehilangan berat badan lebih kurang 5-6 kg
yang disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat lebih kurang 750 gram, darah dan
cairan amnion lebih kurang 1000 gram, sisanya berat badan bayi.
i. Lochea
Periksa setiap 15 menit, alirannya harus sedang. Bila darah mengalir dengan cepat,
curigai terjadinya robekan serviks.
j. Perineum
Perhatikan luka episiotomi jika ada dan perineum harus bersih, tidak berwarna, tidak ada
edema, dan jahitan harus utuh.
k. Sistem muskuloskeletal
Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap melebar dan terjadi penurunan
tonus otot. Pada periode pasca partum penurunan tonus otot jelas terlihat. Abdomen
menjadi lunak, lembut dan lemah, serta muskulus rektus abdominis memisah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan
yang sesuai untuk membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal. Tujuan diagnosa
keperawatan adalah untuk mengidentifikasi respons pasien individu, keluarga, komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016) dalam (Suryandri, 2019).
Diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu :
a. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma perineum selama persalinan
dan kelahiran
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif, peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan, malnutrisi, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma perineum persalinan dan
kelahiran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…….status kenyamanan
pasca partum meningkat, status pasca partum membaik
Kriteria hasil : Keluhan tidak nyaman menurun, merintih dan meringis menurun,
gelisah menurun, pemulihan perenium meningkat, TTV membaik
Intervensi :
a) Manajemen Nyeri
1) Identifikasi nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2) Observasi respons nonverbal dari ketidaknyamanan.
3) Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
4) Ajarkan teknik nonfarmakologis yaitu teknik relaksasi napas dalam.
5) Kolaborasi pemberian analgesik
b) Perawatan Pasca Partum
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Monitor keadaan lokia (mis. warna, jumlah)
3) Periksa perineum atau robekan (kemerahan, edema, ekimosis, pengeluaran,
penyatuan jahitan)
4) Identifikasi kemampuan ibu merawat bayi
5) Identifikasi adanya masalah adaptasi psikologis ibu Post Partum
6) Dukung ibu untuk melakukan ambulasi dini
7) Berikan kenyamanan pada ibu
8) Fasilitasi tali kasih ibu dan bayi secara optimal
9) Diskusikan kebutuhan aktivitas dan istirahat selama masa Post Partum
10) Diskusikan tentang perubahan fisik dan psikologis ibu Post Partum
11) Diskusikan penggunaan alat kontrasepsi
12) Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan keluarga
13) Jelaskan pemeriksaan pada ibu dan bayi secara rutin
14) Ajarkan cara perawatan perineum yang tepat
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.........rasa nyeri teratasi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan.
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
3) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan
4) Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan
nyeri
5) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
6) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
c. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif, peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan, malnutrisi, ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....... diharapkan infeksi
tidak terjadi.
Kriteria hasil: Mendemonstrasikan tehnik-tehnik untuk menurunkan risiko/
meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase purulen dan
bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhea dan karakter normal.
Intervensi :
1) Bersihkan lingkkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien
2) Ganti perawatan per pasien sesuai protokol institusi
3) Batasi jumlah pengunjung
4) Ajarkan pasien teknik mencuci tangan dengan tepat
5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien
6) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai
7) Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
8) Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat universal
9) Pakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan pencehagan universal
10) Pakai pakaian ganti atau jubah saat menangani bahan-bahan yang infeksius
11) Pakai sarung tangan steril dengan tepat
12) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
13) Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
14) Dorong untuk beristirahat
15) Berikan terapi antibiotik yang sesuai
16) Anjurkan pasien untuk meminum antibiotik seperti yang diresepkan
17) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter and Perry, 2006).
Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan
suatu tindakan yang sudah direncanakan pada tahap perencanaan atau intervensi. Terdapat
beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat dari rasa
nyeri yang dialami oleh ibu post partum. Implementasi lebih ditujukan pada upaya
manajemen nyeri dan perawatan pasca persalinan (PPNI, 2018) dalam (Suryandri, 2019).

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan
bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien.
Format evaluasi menggunakan :
S : Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya terhadap data tersebut
O : Data objektif, yaitu data yang di dapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-tanda
klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien (meliputi data fisiologis, dan
informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).
A : Analisa adalah analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan objektif.
P : Planning adalah pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk mencapai
status kesehatab klien yang optimal (Hutaen, 2010) dalam (Suardi, 2020).
Macam-macam evaluasi :
a. Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat setelah
dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan perawat.
b. Evaluasi sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu
pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan dengan pendekatan SOAP.
S. Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya terhadap data
tersebut
O. Data objektif, yaitu data yang di dapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-
tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien (meliputi data fisiologis,
dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).
A. Analisa adalah analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan objektif.
P. Planning adalah pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk mencapai
status kesehatab klien yang optimal.
Adapun ukuran pencapaian tujuan tahap evaluasi dalam keperawatan meliputi :
1) Masalah teratasi, jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditetapkan.
2) Masalah teratasi sebagian, jika klien menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil
yang telah ditetapkan.
3) Masalah tidak teratasi, jika klienn tidak menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali
yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul
masalah/diagnosa keperawatan baru.
(Hutaen, 2010) dalam (Suardi, 2020).
DAFTAR RUJUKAN

Dedeh Sri Rahayu, W. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Ny . L Dengan P 2 A 0


Postpartum Dengan Robekan Perineum Grade IV di Rumah Sakit X , Indonesia Dosen
Program Studi Pendidikan Ners , STIKes Budi Luhur Cimahi , Indonesia Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Ners , STIKes Budi Luhur C. 13(243), 7.
Nurpitri, & Haryati. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN P2A1
POST PARTUM NORMAL HARI KE-1 DIRUANG IV (ENDANG GEULIS) RSUD
GUNUNG JATI CIREBON. Jurnal Ilmiah Akper Buntet Pesantren Cirebon, 3(2), 12–
26.
Suardi, N. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “S” YANG MENGALAMI
POST PARTUM RUPTURE PERINEUM DERAJAT II DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR. AKPER
MAPPA OUDANG MAKASSAR.
Suryandri, N. L. G. Y. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Normal
Dengan Ketidaknyamanan Pasca Partum Di Ruang Dara Rsud Wangaya Denpasar. 17.

(Nurpitri & Haryati, 2019) irma


(Dedeh Sri Rahayu, 2020) pesantren
(Suryandri, 2019)
(Suardi, 2020) makassar

Anda mungkin juga menyukai