Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KOMPLEMENTER LANSIA

TERAPI KOMPLEMENTER HERBAL ANTI GANGGUAN TIDUR

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Komplementer Lansia
yang dibina oleh Ibu Nurul Hidayah, SKep, Ns MKep.

Kelompok 10

Siti Nurdiana (P17220194073)

Haris Widya Ningrum (P17221094076)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN LAWANG
Agustus 2021

i
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “ Anti
Gangguan Tidur ” untuk memenuhi tugas mata kuliah Komplementer Lansia dengan tepat
pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang dihadapi dalam penyusunan makalah
ini. Namun, berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman sehingga bisa menyelesaikan
makalah ini.

Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan doa. Tidak
lupa pula mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini di karenakan banyak
kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Malang, Agustus 2021

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Gangguan Tidur ...................................................................................3
2.2 Apa Saja Jenis Gangguan Tidur ............................................................................3
2.3 Etiologi/ Penyebab Gangguan Tidur .....................................................................5
2.4 Terapi Herbal Gangguan Tidur .............................................................................6
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................15
3.2 Saran ....................................................................................................................15
Bab IV Daftar Rujukan......................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, ratarata
hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur merupakan
kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan
proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru,
perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu
organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme
dan biokimiawi tubuh. Disamping itu tidur bagi manusia dapat mengendalikan irama
kehidupan sehari-hari. Salah satu fungsi tidur yang paling utama adalah untuk
memungkinkan sistem syaraf pulih setelah digunakan selama satu hari. dalam The
World Book Encyclopedia, dikatakan tidur memulihkan energi kepada tubuh,
khususnya kepada otak dan sistem syaraf.

Tidur adalah suatu fenomena biologis yang terkait dengan irama alam
semesta, irama sirkadian yang bersiklus 24 jam, terbit dan terbenamnya matahari,
waktu malam dan siang hari, tidur merupakan kebutuhan manusia yang teratur dan
berulang untuk menghilangkan kelelahan jasmani dan kelelahan mental (Panteri,
1993).

Manusia memakai sepertiga waktunya untuk tidur. Tidur merupakan perilaku


normal ketika individu kehilangan kontak dengan lingkungannya untuk sementara.
Pada waktu tidur individu menutup matanya, pupil mengecil, otot melemas, denyut
jantung melemah, tekanan darah menurun dan metabolisme tubuh melambat (Kedja,
1990).

Menurut Panteri (1993) Neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai


tahapan tahapan tidur dengan poligrafi tidur yaitu EEG, ECG, EMG. Pada saat
berbaring dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak beta yang
becirikan frekuensi yang cepat yaitu lima belas hingga dua puluh putaran perdetik dan
bertegangan rendah yaitu kurang dari lima puluh mikrovolt. Selanjutnya dalam
keadaan yang lelah dan siap tidur mulai untuk memejamkan mata, pada saat ini

1
gelombang otak yang muncul mulai melambat frekwensinya, meninggi tegangannya
dan menjadi lebih teratur. Gelombang ini dinamakan gelombang alpha yang memiliki
8 hingga 12 putaran per detik yang menggambarkan keadaan santai, tidak tegang tapi
terjaga.

2.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian gangguan tidur ?


2. Apa saja jenis gangguan tidur?
3. Bagaimana penyebab gangguan tidur ?
4. Bagaimana Terapi untuk mengurangi gangguan tidur ?

3.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian gangguan tidur


2. Untuk mengetahui jenis gangguan tidur
3. Untuk mengetahui penyebab gangguan tidur
4. Untuk mengetahui terapi mengurangi gangguan tidur

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian gangguan tidur

Gangguan tidur merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan dengan adanya
gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada seorang individu. Kualitas tidur
inadekuat adalah durasi tidur yang inadekuat berdasarkan kebutuhan tidur sesuai dengan
usia akibat kesulitan memulai (awalan tidur yang terlambat) dan atau mempertahankan
tidur (periode panjang terjaga di malam hari). Kualitas tidur inadekuat adalah fragmentasi
dan terputusnya tidur akibat periode singkat terjaga dimalam hari yang sering dan
berulang.

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak di obati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga masalah berikut: insomnia; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketidak
terjagaan ditengah malam; atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor &
Aldrich, 1994; Potter & Perry, 2006).

2.2 Jenis Ganguan Tidur

Menurut Tarwoto & Wartonah (2010) Gangguan pada tidur seseorang


diklasifikasikan sebagai berikut:

1 Insomnia
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Selanjutnya dijelaskan bahwa
insomnia ada tiga macam, yaitu pertama, Initial Insomnia artinya gangguan tidur saat
memasuki tidur. Kedua, Middle Insomnia yaitu terbangun di tengah malam dan sulit
untuk tidur lagi. Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat
bangun pagi (Hawari, 1990).
Menurut Hoeve (1992), insomnia merupakan keadaan tidak dapat tidur atau
terganggunya pola tidur. Orang yang bersangkutan mungkin tidak dapat tidur, sukar
untuk jatuh tidur, atau mudah terbangun dan kemudian tidak dapat tidur lagi. Hal ini
terjadi bukan karena penderita terlalu sibuk sehingga tidak mempunyai kesempatan

3
untuk tidur, tetapi akibat dari gangguan jiwa terutama gangguan depresi, kelelahan,
dan badan dengan gejala kecemasan yang memuncak.
Insomnia adalah ketidakmampuan atau kesulitan untuk tidur. Kesulitan tidur
ini bisa menyangkut kurun waktu (kuantitas) atau kelelapan (kualitas) tidur. Penderita
insomnia sering mengeluh tidak bisa tidur, kurang lama tidur, tidur dengan mimpi
yang menakutkan, dan merasa kesehatannya terganggu. Penderita insomnia tidak
dapat tidur pulas walaupun diberi kesempatan tidur sebanyakbanyaknya.
2 Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti
kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan
metabolisme (misalnya: hipertiroidisme). Hipersomnia pada kondisi tertentu dapat
digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang
hari.
3 Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak anak. Beberapa turunan
parasomnia antaralain sering terjaga (misalnya: tidur berjalan, night terror), gangguan
transisi bangun tidur (misalnya: mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur
REM (misalnya: mimpi buruk), dan lainnya (misalnya: bruksisme).
4 Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur”
atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan
genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur REM.
5 Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya nafas secara
periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan
keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari,
sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti
hipertensi atau aritmia jantung. Periode apnoe berlangsung selama 10 detik sampai 3
menit
6 Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

4
2.3 Penyebab Gangguan Tidur
Menurut Asmadi (2008), kualitas tidur yang diperoleh senantiasa dipengaruhi oleh
banyak faktor dan kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda. Berikut faktor-faktor yang
bisa mempengaruhi tidur antaralain:

1. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan
tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Misalnya, pada pasien yang menderita gangguan pada sistim pernapasan.
Dalam kondisinya yang sesak nafas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat
dan tidur.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.
Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang bising dan gaduh akan menyebabkan seseorang sulit
untuk tidur.
3. Stress psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekwensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui
sistim saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
4. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging,
dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur. Penurunan berat badan
dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga di malam hari.
Penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya
periode terjaga di malam hari.
5. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa
tidur pada waktu yang tepat
6. Obat - obatan

5
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur,
ada pula yang sebaliknya menggangu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan
menurunkan kualitas tidur REM, betablocker dapat menyebabkan insomnia dan
mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya: meperidin hidroklorida dan morfin)
diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam
hari
7. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. Perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat
mendatangkan kantuk.
8. Masalah tidur ini juga bisa disebabkan berbagai faktor lain di antaranya karena
hormonal, obat-obatan, dan kejiwaan. Bisa juga karena faktor luar misalnya tekanan
batin, suasana kamar tidur yang tidak nyaman, ribut atau perubahan waktu karena
harus kerja malam. Selain itu kopi dan teh yang mengandung zat perangsang susunan
syaraf pusat, tembakau yang mengandung nikotin, obat pengurus badan yang
mengandung amfetamin, adalah contoh bahan yang dapat menimbulkan kesulitan
tidur. Banyak ahli menyatakan, gangguan tidur tidak langsung berhubungan dengan
menurunnya hormon. Namun, kondisi psikologis dan meningkatnya kecemasan,
gelisah, dan emosi yang sering tak terkontrol akibat menurunnya hormon estrogen,
bisa menjadi salah satu sebab meningkatnya risiko gangguan tidur.

2.4 Terapi Gangguan Tidur

1. Terapi relaksasi otot progresif


Relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation), yaitu suatu teknik
relaksasi yang menggunakan serangkaian gerakan tubuh yang bertujuan untuk
melemaskan dan memberi efek nyaman pada seluruh tubuh (Corey, 2005). Rasa
nyaman inilah yang nantinya akan meningkatkan kualitas tidur. Selain untuk
memfasilitasi tidur, relaksasi otot progresif juga bermanfaat untuk meredakan
ansietas, mengurangi kelelahan, kram otot serta nyeri leher dan punggung (Berstein,
Borkovec, Dan Steven, 2011). Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi
dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot pada satu bagian tubuh pada
satu waktu untuk memberikan perasaaan relaksasi secara fisik. Gerakan
mengencangkan dan melemaskan secara progresif kelompok otot ini dilakukan secara
berturut -turut (Synder & Lindquist, 2002. Sesuatu yang diharapkan dari relaksasi

6
otot progresif ini adalah klien mampu untuk belajar merelaksasikan ototnya sesuai
dengan keinginan melalui suatu cara yang sistematis dan berusaha untuk mengurangi
atau menghilangkan ketegangan otot tersebut (Alim, 2009).

SOP TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan teknik ini yaitu:

A. Persiapan

Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan sunyi.

1. Pahami tujuan, manfaat, prosedur.


2. Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutu menggunakan
bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan kepala ditopang,
hindari posisi berdiri.
3. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.
4. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat
B. Prosedur
1. Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
c. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
e. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
2. Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
a. Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan sehingga otot di
tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang.
b. Jari-jari menghadap ke langit-langit.
3. Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar padabagian
atas pangkal lengan).
a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
b. Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang.
4. Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

7
a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh kedua
telinga.
b. Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di bahu
punggung atas, dan leher.
5. Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti
dahi, mata, rahang dan mulut).
a. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa
kulitnya keriput.
b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata
dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
6. Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga
terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.
7. Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.
8. Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang.
a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher
bagian depan.
b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
9. Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
a. Gerakan membawa kepala ke muka.
b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah
leher bagian muka.
10. Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
a. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b. Punggung dilengkungkan
c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi
lurus.
11. Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.

8
a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyakbanyaknya.
b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada
sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. Ulangi sekali lagi
sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks
12. Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut
a. Tarik dengan kuat perut ke dalam.
b. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan
bebas.
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
13. Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).
a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan
pindah ke otot betis.
c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
2. Terapi aromaterapi
Aromaterapi merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan
untuk mengatasi gangguan tidur. Aromaterapi memiliki efek menenangkan atau rileks
untuk beberapa gangguan misalnya mengurangi kecemasan, ketegangan dan
gangguan tidur.
SOP AROMATERAPI
1. Pengertian : Aromaterapi merukapan terapi inhalasi untuk menciptakan rasa
nyaman
2. Tujuan :
- Pasien mampu menceritakan perasaan setelah pemberian aromaterapi
- Pasien mampu menikmati aromaterapi
- Pasien mampu mengenali aromaterapi
3. Indikasi : Pasien merasakan kecemasan, nyeri
4. Kontraindikasi : Pasien dengan gangguan pernafasan
5. Persiapan Pasien :
- Pastikan identitas pasien yang akan dilakukan tindakan.

9
- Kaji kondisi
- Jelaskan Kepada pasien dan keluarga pasien mengenai Tindakan yang akan
dilakukan
6. Persiapan Alat
- Minyak lavender
- Korek api
- Air
- Lilin
- Tungku Aromaterapi
7. Tahap Kerja
- Mengucap salam Terapuetik
- Menanyakan perasaan pasien hari ini
- Menjelaskan tujuan kegiatan
- Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai.
- Pertahankan privasi pasien selama tindakan dilakukan
- Bawa peralatan ke dekat pasien
- Tuangkan air ke dalam mangkok secukupnya
- Hidupkan lilin dengan korek api
- Taruh lilin yang menyala di bawah mangkok, usahakan jarak antara lilin dan
mangkok sekitar 2 inchi
- Tuangkan minyak lavender ke dalam air hangat di dalam mangkok sebanyak 5-
10 tetes
- Anjurkan pasien untuk menghirup uap minyak lavender pada mangkok selama
5-10 menit
- Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur posisi nyaman untuk klien
8. Hasil
- Evaluasi respon pasien
- Simpulkan hasil kegiatan
- Berikan reinforcement positif.
- menganjurkan pasien untuk menggunakan aromaterapi saat mengalami
kecemasan
- Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik.
- Mencuci Tangan
9. Dokumentasi

10
- Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan pelaksanaan.
- Catat respon pasien terhadap tindakan.
- Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP.
- Nama dan paraf perawat
2.5 Obat Herban Mengatasi Gangguan Tidur
1. Akar Valerian
Valerian (Valeriana officinalis) merupakan herbal yang berasal dari Asia, Eropa,
dan Amerika Serikat. Bagian dari akar valerian telah memiliki popularitas sebagai
obat herbal insomnia karena beberapa studi melaporkan efeknya untuk
memperbaiki tidur. Valerian disebutkan mengandung beragam senyawa yang
merangsang diri untuk tertidur sekaligus menenangkan pikiran.
Valerian dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, seperti tablet, kapsul, serta
larutan dalam etanol. Akar valerian juga banyak disajikan sebagai teh untuk
diminum airnya.

2. Chamomile
Tanaman lain yang juga berkhasiat sebagai obat herbal insomnia adalah
chamomile. Tanaman ini biasanya dikonsumsi dalam bentuk teh walau juga
tersedia dalam bentuk minyak esensial dan suplemen.
Chamomile mengandung zat antioksidan yang disebut apigenin. Apigenin dapat
berikatan dengan reseptor di otak yang nantinya dapat memperbaiki kualitas tidur
dan mengurangi insomnia. Beberapa riset pun sudah membuktikan bahwa
chamomile dapat meningkatkan kualitas tidur.

11
3. Lavender
Lavender juga menjadi obat herbal insomnia yang bisa di coba, terutama minyak
atsirinya. Biasanya, orang dengan insomnia memanfaatkan minyak lavender
dengan cara disemprotkan ke bantal atau dicampurkan ke diffuseraromaterapi.
Lavender sebagai obat herbal insomnia juga tersedia dalam bentuk suplemen dan
teh. Suplemen lavender umumnya aman dikonsumsi walau berisiko memicu efek
samping dan interaksi obat. berdiskusi dengan dokter sebelum mencoba suplemen
minyak lavender, terlebih jika tengah mengonsumsi obat tidur atau obat untuk
tekanan darah tinggi.

4. Passiflora
Tanaman bunga yang turut menjadi obat herbal insomnia adalah passiflora atau
passionflower. Passiflora yang bisa ditemukan di daratan Eropa, Asia, Afrika, dan
Australia ini dilaporkan bermanfaat untuk meningkatkan kualitas beberapa
parameter tidur, seperti yang dilaporkan dalam sebuah studibaru-baru ini.
Walau riset lanjutan masih diperlukan, mengonsumsi teh passiflora tetap layak
dicoba untuk memperbaiki kualitas tidur .

12
5. Ashwagandha
Nama ashwagandha makin sering disebut akhir-akhir ini.Tanaman obat ini semakin
populer karena khasiat kesehatannya dan banyak dikonsumsi dalam bentuk
suplemen. Ashwagandha dikategorikan sebagai adaptogen, yakni herbal yang dapat
membantu tubuh mengendalikan stres.
Menurut sebuah studiyang dipublikasikan tahun 2019, ekstrak akar ashwagandha
mengandung senyawa yang berpotensi untuk merangsang tidur dan meningkatkan
kualitas tidur pada pasien insomnia. Studi tersebut dilakukan dengan memberikan
300 miligram ekstrak akar ashwagandha dua kali sehari.

6. Melatonin
Selain obat herbal, beberapa suplemen juga berpotensi untuk mengatasi insomnia.
Salah satu suplemen yang sudah banyak dikonsumsi yaitu suplemen melatonin.
Melatonin sejatinya merupakan hormon yang diproduksi otak untuk mengatur
siklus bangun dan tidur.
Suplemen melatonin dipercaya dapat membantu meningkatkan kualitas tidur,
terutama bagi pekerja shift, orang yang mengalami jet lag, maupun gangguan tidur
lainnya. Diskusikan dengan dokter sebelum ingin mencoba melatonin – agar dosis
yang dikonsumsi bisa tepat dan tidak berlebihan.

13
7. Magnesium
Suplemen lain yang juga berpotensi menjadi “obat” untuk insomnia adalah
magnesium. Magnesium sebenarnya merupakan mineral yang diperlukan oleh
tubuh. Magnesium juga membantu relaksasi otot dan meredakan stres – sehingga
berpotensi untuk memperbaiki pola tidur.
Diskusikan dengan dokter sebelum mencoba suplemen magnesium sebagai “obat”
insomnia. Pasalnya, suplemen magnesium berisiko memicu efek samping dan
interaksi obat.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan tidur merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan dengan


adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada seorang individu.
Jenis jenis gangguan tidur ada empat yaitu insomnia, Hipersomnia, Parasomnia,
Narkolepsi, Apnea saat tidur, Mengigau. Adapun penyebab gangguan tidur yaitu
status Kesehatan, lingkungan, stress psikologis, diet, gaya hidup, obat obatan,
motivasi, hormonal . Adapun terapi gangguan tidur yaitu Akar valerin, Chamomile,
Lavender, Passiflora, Ashwagandha, Melatonin, Magnesium

3.2 Saran

Untuk menjaga Kesehatan yang baik, penderita gangguan tidur harus


memperhatikan beberapa hal untuk kesembuhan penderita, jika penderita tidak
memperhatikan akan sulit untuk sembuh.

15
DAFTAR PUSTAKA

(Maulana et al., 2020)Adiyati, S. (2010). Pengaruh Aromaterapi Terhadap Insomnia pada


Lansia Di Pstw Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. Jurnal Kebidanan,
II(02), 21–28.

Manurung, R., & Adriani, T. U. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Kualitas Tidur pada Lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan Tahun
2017. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA, 3(2), 294–306.
rostinahmanurung@gmail.com

Maulana, S., Komariah, M., & Nurjanah, S. (2020). The Effectiveness of Herbal Medicine for
Sleep Quality in People with Sleep Disorder:An Update Literature Review with Single
Database (PubMed). Nucleus, 85–94.

Purwanto, S. (2008). Mengatasi insomnia dengan terapi relaksasi. Jurnal Kesehatan, 1, 141–
148.

16

Anda mungkin juga menyukai