Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

OLEH

NAMA : FANDI RAHMAD

NIM : 18112146

KELAS : II A

PRODI : D3 KEPERAWATAN

DOSEN : Ns.NOVA FRIDALNI,S.Kep,M.Biomed

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelasaikan makalah ini. Dalam proses
pembuatan makalah ini penyususn menyadari adanya kekurangan dan
keterbatasan namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak sehingga
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa penyusun memohon
maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Untuk itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah inidapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 26 Maret 2020

` Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...............................................................................................
2. Rumusan Masalah.........................................................................................
3. Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. Macam Macam Gangguan
Tidur....................................................................
2. Bagaimana Kebutuhan Istirahat Dan Tidur Pada Pasien Luka Bakar Dan
Dermatitis.......................................................................................................
3. Pengkajian Teoritis Penyakit Luka Bakar Dan
Dermatitis.............................
4. Diagnosa Keperawatan Pad Apsie Dermatitis Dan Luka
Bakar.....................

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan....................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Tidur adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif bukan
merupakan keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan merupakan suatu
urutan siklus yang berulang. Tingkat kesadaran berfluktuasi selama berbagai
tahap/fase dalam tidur. Fisiologi tidur. Tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus yang bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika di obati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah
satu dari ketiga masalah berikut : insomnea : gerakan atau sensasi abnormal
dikala tidur atau ketika terjaga di tengah malam ; atau rasa mengantuk yang
berlebihan di siang hari. Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu
mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau
kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau
mengganggu gaya hidup yang diinginkannya.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Menjelaskan macam macam gangguan tidur
b. Menjelaskan bagaimana kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien luka
bakar dan dermatitis
c. Menjelaskan pengkajian teoritis penyakit luka bakar dan dermatitis
d. Menjelaskan diagnosa keperawatan pad apsie dermatitis dan luka bakar

3. TUJUAN
a. Menjelaskan macam macam gangguan tidur?
b. Menjelaskan bagaimana kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien luka
bakar dan dermatitis?
c. Menjelaskan pengkajian teoritis penyakit luka bakar dan dermatitis?
d. Menjelaskan diagnosa keperawatan pad apsie dermatitis dan luka bakar

BAB II
PEMBAHASAN

A. MACAM MACAM GANGGUAN TIDUR (PENGERTIAN, ETIOLOGI,


GEJALA DAN PENANGANAN)

1. Pengertian Gangguan Tidur

Tidur adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif bukan
merupakan keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan merupakan suatu
urutan siklus yang berulang. Tingkat kesadaran berfluktuasi selama berbagai
tahap/fase dalam tidur. Fisiologi tidur. Tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus yang bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika di obati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah
satu dari ketiga masalah berikut : insomnea : gerakan atau sensasi abnormal
dikala tidur atau ketika terjaga di tengah malam ; atau rasa mengantuk yang
berlebihan di siang hari. Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu
mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau
kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau
mengganggu gaya hidup yang diinginkannya.

2. Etiologi
a. Penyakit fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik (mis.
Kesulitan bernapas), atau masalah suasana hati, seperti kecemasan atau
depresi, dapt menyebabkan masalah tidur.
b. Obat-obatan dan substansi
Dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584 obat resep atau obat bebas
menuliskan mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486 menulis
imsomnia, dan 281 menyebabkan kelelahan. Mengantuk dan deprsi tidur
adalah efek samping mediksi yang umum. Mediksi yang diresepkan untuk
tidur seringkali menyebankan masalah daripada keuntungan.
c. Gaya hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang
bekerja bergantian berputar (mis. 2 minggu siang diikuti 1 minggu malam)
seringkali mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur.
d. Stres emosional
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur.
Stres emosional menyebabklan seseorang menjadi tegang dan seringkali
mengarah frustasi apabila tidur. Stres juga menyebabkan seseorang
mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur,
atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan
kebiasaan tidur yang buruk.
e. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh peting pada
kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik dalah
esensial untuk tidur tenang. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat tidur
mempengaruhi kualitas tidur. Tempat tidur rumah sakit seringkali lebih
keras daripada di rumah. Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara
yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur.
f. Latihan fisik dan kelelahan
Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasanya memperoleh
tidur yang mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan adalah hasil dari
kerja atau latihan yang menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum
waktu tidur membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu
keadaan melelahkan yang meningkatkan relaksasi. Akan tetapi kelelahan
yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau penuh
stres membuat sulit tidur
g. Asupan makanan dan kalori
Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan
yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur. Makan
besar, berat, dan/atau berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan
tidak dapat dicerna yang mengganggu tidur. Kafein dan alkohol yang
dikomsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi-insomnia
sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastis adalah
strategi penting yang digunakan untuk meningkatkan tidur

3. Gejala Gangguan Pola Tidur

Pasien yang mengalami gangguan pola tidur akan biasanya


menunjukkan gejala dan tanda mayor maupun minor seperti berikut : (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

a. Gejala dan tanda mayor

1) Secara subjektif pasien mengeluh sulit tidur, mengeluh sering


terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah,
dan mengeluh istirahat tidak cukup.

2) Secara objektif tidak tersedia gejala mayor dari gangguan pola


tidur.

b. Gejala dan tanda minor

1) Secara subjektif pasien mengeluh kemampuan beraktivitas


menurun

2) Secara objektif yaitu adanya kehitaman di daerah sekitar mata,


konjungtiva pasien tampak merah, wajah pasien tampak
mengantuk (Wahit Iqbal Mubarak et al., 2015).

4. Pengobatan Gangguan Tidur


Cara mengobati gangguan tidur berbeda-beda, tergantung pada
penyebabnya. Di bawah ini adalah beberapa jenis pengobatan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur:

a. Perubahan gaya hidup


Pada dasarnya, penerapan pola hidup sehat dapat meningkatkan kualitas
tidur seseorang. Beberapa bentuk gaya hidup sehat yang dapat dilakukan
adalah:
 Mengonsumsi lebih banyak makanan berserat, seperti sayuran dan
buah-buahan.
 Membatasi asupan gula dengan mengurangi konsumsi cemilan yang
manis.
 Rutin berolahraga.
 Mengelola stres dengan baik.
 Membuat jadwal tidur harian dan menaati jadwal tersebut dengan
disiplin.
 Mengurangi konsumsi kafein, terutama pada sore dan malam hari.
 Mengurangi konsumsi alkohol.
 Tidak merokok.
 Menjauhi kebiasaan tidur sepanjang hari pada hari libur, karena dapat
mengubah pola tidur di hari kerja.
b. Psikoterapi
Salah satu contoh psikoterapi yang dapat dilakukan adalah terapi perilaku
kognitif untuk mengubah pola pikir penderita gangguan tidur.
c. Penggunaan alat khusus ketika tidur
Pada penderita hipersomnia, dokter mungkin akan menganjurkan
penggunaan alat khusus ketika tidur. Alat tersebut terdiri dari masker
oksigen yang tersambung ke alat yang dinamakan continuous positive
airway pressure (CPAP). Terapi CPAP berguna untuk membuat saluran
pernapasan tetap terbuka.
d. Obat-obatan
Obat-obatan yang biasa diberikan oleh psikiater untuk mengatasi
gangguan tidur antara lain:
 Obat penenang
 Obat antidepresan

B. MEKANISME TERJADINYA GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT


DAN TIDUR PADA PASIEN LUKA BAKAR DAN DERMATITIS
1. Mekanisme Terjadinya Gangguan Tidur Pada Luka Bakar
 Respons Pulmonal
Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah
cedera luka bakar yang luas. S e t e l a h resusitasi cairan,
peningkatan v o l u m e  pernapasan di manifestasikan sebagai
hiperventilasi dapat terjadi, terutama bila k l i e n ketakutan,
cemas,atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini adalah
h a s i l  peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul
sebagai hasil hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka
bakar. Biasanya hal tersebut m e m u n c a k p a d a m i n g g u k e d u a
pasca cedera dan kemudian secara bertahap kembali ke
normal seiring menyembuhnya luka bakar atau ditutupnya
l u k a dengan tandur kulit. Dari respon tersebut maka pernafasan akan
terganggu sehingga pola tidur yang akan dijlani klien terganggu
 Imunosupresi
fu n g s i sistem imun tertekan setelah cedera luka
b a k a r . P e n u r u n a n aktivitas limfosit, dan penurunan pembentukan
immunoglobulin, serta perubahan fungsi neutrofil dan makrofag
terjadi secara nyata setelah cedera luka bakar luas terjadi. sebagai
tambahan, cedera luka bakar mengganggu barrier primer terhadap
infeksi kulit. Secara bersama, perubahan-
perubahan ini m e n g h a s i l k a n  peningkatan risiko infeksi
dan sepsis yang mengancam nyawa. Resiko infeksi tersebut dapat
mengakibatkan nyeri pada pasien sehingga pasien mengalami gangguan
tidur.
 Respons Psikologis
Berbagai respons psikologis dan emosional terhadap cedera luka
bakar telah dikenali, berkisar mulai dari ketakutan hingga
psikosis. Respons korbandipengaruhi usia, kepribadian, latar
belakang budaya dan etnik, luas dan lokasicedera, dampak pada
citra tubuh, dan kemampuan koping pracedera. Sebagai tambahan,
pemisahan dari keluarga dan teman-teman selama perawatan di rumah
sakit dan perubahan pada peran normal dan tanggung jawab klien
memengaruhi reaksi terhadap trauma luka bakar
2. Mekanisme Terjadinya Gangguan Tidur Pada Dermatitis
Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit radang kulit bersifat kronik
dan kambuh-kambuhan dengan gejala gatal bervariasi, mulai dari ringan
hingga berat. Biasanya, DA terjadi pada anak yang mempunyai riwayat atopik,
baik pada diri sendiri atau pada keluarganya, berupa asma, rinitis alergi,
konjungtivitis, ataupun ekzema. DA disebabkan kelainan  pada proses 
inflamasi kulit yang bersifat  multifaktorial. Stres oksidatif menstimulasi
respons inflamasi yang menyebabkan penyakit alergi seperti DA, rinitis alergi,
dan asma. Derajat penyakit yang berat, disertai adanya stres yang berkaitan
dengan kronisitas penyakit dan gangguan pada respon imun mengakibatkan
adanya gangguan tidur pada pasien DA. Gangguan tidur akibat gatal pada
pasien DA dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental, perubahan mood,
serta penurunan konsentrasi.
Melatonin atau awam mengenal sebagai hormon tidur, merupakan
salah satu molekul immunomodulator yang penting pada penyakit alergi.
Melatonin sebagai  free radical scavenger endogen yang kuat, memiliki efek
sebagai agen anti-inflamasi yang terbukti pada studi in vivo dan in vitro.
Melatonin juga  berperan pada beberapa sistem tubuh termasuk untuk
mengatur ritme sirkadian karena perannya untuk menyebabkan kantuk.
Pertanyaan yang kemudian timbul adalah apakah pada pasien DA yang sedang
mengalami gejala gatal akan berefek terhadap kadar melatonin, mengingat
bahwa gejala gatal yang berat akan mempengaruhi siklus tidur penderita DA.
Kadar melatonin serum telah menjadi objek penelitian pada penderita DA
pada tahun-tahun terakhir, namun hanya sedikit penelitian yang
dipublikasikan tentang pengaruh hormon ini pada usia anak. Berbeda dengan
melatonin serum, penelitian tentang melatonin urinee pada pasien DA anak
belum banyak dilakukan dan hasil dari penelitian-penelitian tersebut juga
masih kontroversial.
Hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui
bahwa kadar melatonin urine dapat menggambarkan kadar melatonin serum
sehingga untuk penelitian dengan subyek anak-anak, menggunakan melatonin
urine sebagai penanda kadar melatonin pada tubuh akan lebih mudah. Hal
itulah yang mendorong kami melakukan penelitian untuk mengukur kadar
melatonin urinee pada pasien DA anak dibandingkan dengan kontrol untuk
mengetahui adakah perbedaan pada kedua kelompok tersebut. Penelitian
dilakukan secara analitik observasional menggunakan metode potong lintang.
Tujuannya, untuk membandingkan kadar melatonin urine pada pasien DA
anak dengan kontrol pasien anak non atopi. Informed consent tertulis disetujui
oleh komite etik rumah sakit umum Dr. Soetomo. Penelitian dilakukan pada
44 sampel yang terdiri dari 22 sampel DA dan 22 sampel kontrol. Semua
sampel telah disaring sesuai kriteria penerimaan dan penolakan sampel dan
juga telah bersedia mengikuti penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar melatonin urine rata-rata
pada kelompok DA lebih rendah daripada pada kelompok kontrol, meskipun
tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik. Selain itu juga
menunjukkan bahwa kadar melatonin urine cenderung menurun sesuai dengan
peningkatan derajat keparahan penyakit. Kadar melatonin urine berkurang
pada derajat keparahan DA yang semakin berat. Penjelasan dari hasil ini
adalah mekanisme peningkatan kompensasi melatonin untuk memperbaiki
gangguan tidur pada pasien AD, dan pada penderita yang merespons reaksi
kompensasi ini akan berdampak pada peningkatan kadar melatonin pada saat
pemeriksaan. Kadar melatonin yang lebih tinggi dikaitkan dengan efisiensi
tidur yang lebih baik, dan derajat penyakit yang lebih ringan.

C. PENGKAJIAN TEORITIS PADA PENYAKIT LUKA BAKAR DAN


DERMATITIS
1. LUKA BAKAR
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Luka bakar merupakan perlukaan pada daerah kulit dan jaringan epitel
lainnya (Donna, 1991, hal. 361). Luka bakar ialah perlukaan yang
disebabkan karena kontak atau terpapar dengan zat-zat termal,
chemical, elektrik atau radiasi yang menyebabkan luka bakar. Luka
bakar ialah trauma pada kulit yang disebabkan oleh panas tinggi .
B. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan tingkatnya luka bakar dibagi atas
4 derajat, yaitu:
a. Derajat I
luka bakar ketebalan partial superfisial (superfisial partial thickness
burn)/cedera luka bakar minor. Epidermis mengalami kerusakan
atau cedera, pada awalnya nyeri dan gatal akibat adanya stimulasi
reseptor sensoris, kering, tampak merah, biasanya akan sembuh
dengan spontan tanpa meninggalkan jaringan parut, sembuh 3-5
hari. Menurut American Burn Association (1984) cedera luka
bakar minor ini adalah ketebalan partial kurang dari 15% LPTT
(luas permukaan tubuh total) pada orang dewasa dan 10% LPTT
pada anak-anak.
b. Derajat II
luka bakar ketebalan partial dalam (deep dermal partial thickness
burn)/cedera luka bakar sedang. Mengenai epidermis dan dermis,
luka bakar ini akan terasa nyeri dan berwarna merah-pink, akan
membentuk lepuh (bullae) serta edema, luka ini akan sembuh
dalam 3-4 minggu. Menurut American Burn Association (1984)
cedera luka bakar sedang adalah cedera ketebalan partial dengan 15
sampai 25% dari LPTT pada orang dewasa atau 10 sampai 20%
LPT pada anak-anak.
Jika luka ini mengalami infeksi, atau suplai darahnya mengalami
gangguan maka luka ini akan berubah menjadi luka bakar
ketebalan penuh.
c. Derajat III.
luka bakar ketebalan penuh (full thickness burn)/cedera luka bakar
mayor. Mengenai lapisan lemak, lapisan epidermis mengalami
kerusakan. Luka berwarna coklat, putih, merah atau hitam, tidak
menimbulkan rasa nyeri karena semua reseptor sensoris telah
mengalami kerusakan total. Akan sembuh dalam 3-5 bulan.
Menurut American Burn Association cedera luka bakar mayor
merupakan cedera ketebalan partial lebih dari 25% LPTT pada
orang dewasa atau 20% LPTT pada anak-anak.
d. Derajat IV
Kerusakan melebihi subkutan dan mencapai otot dan tulang.
Terjadi pengelupasan kulit, keadaan kering dan tidak menimbulkan
nyeri.
C. Anatomi Fisiologi.
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun
masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu
untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan,
pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air
sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit
yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan
subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan
hilang melalui kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet
dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin
D. Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan
jaringan subkutan.
a) Lapisan epidermis, terdiri atas:
 Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel,
inti selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein
fibrosa tidak larut yang membentuk barier terluar kulit dan
mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen dan mencegah
kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
 Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada
telapak tangan dan telapak kaki.
 Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti
kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar
dengan permukaan kulit.
 Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan
lapisan yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya
terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut dan
mempunyai tanduk).
 Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-
selnya terletak di bagian basal/basis, stratum basal
menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel
induk.
b) Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
 Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)
Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun
dari sel-sel fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk
kolagen.
 Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga
memproduksi kolagen.
 Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut
saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.
c) Jaringan subkutan atau hypodermis. Merupakan lapisan kulit yang
terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah jaringan adipose yang
memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal
seperti otot dan tulang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit
lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
Kelenjar Pada Kulit
Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar
permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak
tangan dan kaki. Kelenjar keringat diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin ditemukan pada
semua daerah kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan
kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia mayora.
D. Etiologi
 Listrik : voltase aliran, listrik, petir, defibrilator.
 Thermal : api, air panas, kontak dengan objek panas, berjemur,
sinar ultraviolet (luka bakar karena sinar panas matahari).
 Chemical : organo phospat, acid (asam), korosi, alkalis.
 Inhalasi : saluran pernafasan yang terpapar dengan panas yang
hebat, inhalasi zat kimia yang merugikan, merokok dan CO.
E. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan karena terpapar panas, radiasi, bahan kimia dan
listrik. Sehingga terjadi pengalihan dari suatu sumber panas kepada
tubuh. Akibat adanya rangsangan tersebut maka terjadi kehilangan
barier kulit sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan, dan
berlanjut kerusakan termogulasi. Kehilangan barier kulit ini juga
menimbulkan respon inflamasi yang kemudian terjadi pelepasan
makrofag, karena makrofag ini adalah berperan untuk pertahanan yang
penting yang mencakup fagositosis serta respon imun maka terjadi
reaksi antigen-antibody, lalu dari reaksi tersebut terjadi pelepasan
tromboplastin dan fibrinogen sehingga terjadi tromus, iskemia dan
nekrosis.
Segera setelah cedera termal, terjadi kenaikan nyata pada tekanan
hidrostatik kapiler pada jaringan yang cedera, disertai peningkatan
permeabilitas kapiler, hal ini mengakibatkan perpindahan cairan
plasma intravaskular menembus kapiler yang rusak karena panas
dalam daerah interstisial (mengakibatkan edema).
Kehilangan plasma dan protein cairan mengakibatkan penurunan
tekanan osmotik koloid pada kompartemen vaskular kemudian
kebocoran cairan dan elektrolit, kemudian berlanjut pembentukan
edema tambahan pada jaringan yang terbakar dan ke seluruh tubuh.
Kebocoran ini yang terdiri atas natrium, air dan protein plasma diikuti
penurunan curah jantung, maka terjadilah penurunan perfusi pada
organ besar seperti aliran darah ke ginjal menurun yang akhirnya
menyebabkan asidosis metabolik, aliran darah gastrointestinal
menurun akibatnya resiko ileus, begitu pula aliran darah tidak lancar
yang jika tidak segera diatasi menyebabkan nekrosis.
F. Tanda dan Gejala
Derajat 1 : Memerah, menjadi putih jika ditekan, tanpa edema,
kesemutan, rasa nyeri reda jika kedinginan, hiperestesia.
Derajat 2 : Melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah, permukaan
luka basah, edema, nyeri, supersensitifitas (sensitif terhadap udara
dingin).
Derajat 3 : Kering, luka berwarna putih, edema, syok, hemature, tak
terasa nyeri.
Derajat 4 : Pengelupasan kulit, kering, tidak menimbulkan nyeri.
G. Pemeriksaan Diagnostik
 Darah lengkap : Menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan
dengan perpindahan/kehilangan cairan.
 AGD : Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan
PaO2 atau PaCO2.
 Elektrolit serum
 CoHbg : Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan
karbon monoksida.
 BUN : Mengetahui penurunan fungsi ginjal.
 Foto rontgen dada : Dapat tampak normal/tidak normal pada pasca
luka bakar dini.
 Bronkoskopi : Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi hasil
dapat meliputi edema, pendarahan/tukak pada saluran pernafasan
atas.
 Scan paru : Menentukan luasnya cedera inhalasi.
 EKG : Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka
bakar listrik.
 Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk menyembuhkan
luka bakar selanjutnya.
H. Penatalaksanaan Medik
 Penanggulangan terhadap syok
 Mengatasi gangguan keseimbangan cairan.
 Mengatasi gangguan pernapasan
 Mengatasi infeksi
 Eksisi eskhar dan skin graft
 Pemberian nutrisi
 Rehabilitasi
 Penanggulangan terhadap gangguan psikologis.
I. Komplikasi
 Gagal respirasi yang akut. Perawat harus melakukan pengkajian
lebih lanjut terhadap tanda-tanda cedera instalasi seperti
bertambahnya keparauan suara, stridor (pernafasan berbunyi).
Frekuensi dan dalam respirasi abnormal atau perubahan mental
yang disebabkan oleh hipoksia.
 Syok sirkulasi. Pasien harus dipantau untuk mendeteksi tanda-
tanda awal syok hipovolemik atau kelebihan muatan cairan yang
terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang paling sering
dijumpai adalah kekurangan cairan yang dapat berkembang
menjadi syok sirkulasi atau syok distribusi.
 Gagal ginjal. Haluaran urin yang tidak memadai dapat
menunjukkan resusitasi yang tidak adekuat atau awal terjadinya
gagal ginjal akut.
 Sindrom kompartemen. Status neurovaskuler ekstremitas harus
dinilai dengan teliti, khususnya jika luka bakar tersebut melingkar
(sekumfenensial). Pengkajian ini akan membantu kita untuk
mendeteksi gangguan sirkulasi akibat peningkatan edema karena
konstriksi yang disebabkan oleh pembentukan esker pada luka
bakar derajat tiga.
 Ileus paralitik. Dilatasi lambung dan ileus paralitik kerapkali
terjadi pada periode awal pasca luka bakar. Mual dan distensi
abdomen (kembung, meteorasmus) merupakan gejala yang
ditemukan.

PENGKAJIAN TEORITIS

 Riwayat Kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang : Biasanya keadaan klien mulai
tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan
pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi
beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan
pola bak), fase akut (48 jam pertamabeberapa hari / bulan ), fase
rehabilitatif (menjelang klien pulang).
- Riwayat penyakit masa lalu : Biasanya klien sebelum mengalami
luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau
penyalagunaan obat dan alcohol
- Riwayat penyakit keluarga : Biasanya kesehatan keluarga dan
penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi :
jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan.
 Pola ADL (Activity Daily Living)
- Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan;
keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa
otot, perubahan tonus.
- Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT):
hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas
yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi,
kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar).
- Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase
darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran
kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari
20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
- Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia;
mual/muntah.
- Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan, Tanda: perubahan
orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi
korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok
listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).
- Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar
derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan;
gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka
bakar derajat tiga tidak nyeri.
- Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii;
partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi
oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak
mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas
atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme,
oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor
(oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
 Riwayat psiko-sosial Pada klien dengan luka bakar sering muncul
masalah konsep diri body image yang disebabkan karena fungsi kulit
sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga
luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga
mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan
stress, rasa cemas, dan takut.
 Pemeriksaan kulit Merupakan pemeriksaan pada darah yang
mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka).
2. DERMATITIS
A. Defenisi
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis
sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema,
edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi Juanda,2005)
DERMATITIS lebih dikenal sebagai eksim, merupakan
penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi
karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama
kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak
berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular.
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak
nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa
jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala  Dermatitis
yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun
yang terdapat pada berbeda.
B. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya
bahan kimia (contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan
suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari
dalam(endogen), misalnya dermatitis atopik.(Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres,
dan iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim,
biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang
pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi.
Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin
mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit.
Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-
bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan
.Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak
bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.
C. Manifestasi Klinik
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus
( sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu
(kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan
fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya batas kelainan tidak
tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau
beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas
pada klit yang longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan
genetelia eksterna .Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi.Disana-
sini terdapat sumber dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel
fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar. Kelainan
tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai infeksi.Dermatitis
sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-gelumbung
mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal
ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Pada stadium
tersebut terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi
kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat hiperpigmentai tau
hipopigmentasi.

D. Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat
yang berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergik.
 Dermaitis Kontak Iritan :
Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi
cukup, umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan
menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit menebal disebut
skin hardering.
 Dermatitis Kontak Alergik :
Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi
hipersensitivitas. Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup
kemungkinan di daerah lain.
2. Dermatitis Atopik
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi
sekunder. Riwayat stigmata atopik pada penderita atau
keluarganya.
3. Dermatitis Numularis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk
numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat
membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk
krusta. bagian tubuh
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga
memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing
(varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah
edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa
kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit
dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah
menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama.
Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit
teraba kaku, warna kulit lebih hitam
5. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa
skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk
dan besar bervariasi.Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial
belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus,
lipat bokong, lipat paha dan skrotum.Pada kulit kepala terdapat
skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah
disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut. Lesi dapat
menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing
(membasah), da menjadi nkeadaan eksfoliatif generalisata. Pada
bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit
Leiner.
E. Komplikasi
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Infeksi sekunder

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit,
protein total, albumin, globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi
2. Penunjang : pemeriksaan histopatologi

G. Penatalaksanaan
1. Umum
1. Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mengatasi hipotermia
3. Perbaikan kesadaran umum
4. Emolient untuk mengurangi kulit yang kaku
2. Khusus pengobatan spesifik tergantung kausa. Umumnya
dengan kortikosteroid dengan dosis awal 40-60 mg
prednison/hari. Antibiotika diberikan terutama untuk kasus-
kasus yang eksofoliasinya dalam keadaan lembab untuk
menghindari infeksi.
3. Perawatan inap di isolasi
4. Konsultasi : Penyakit dalam, mata, ICU

H. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN.
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
d. Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
e. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
f. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu
obat

2. Pola ADL
Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
o Persepsi terhadap penyakit :
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan
penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau
menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas
pasien.
o Penggunaan :
Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya
antidepresan trisiklik, antihistamin, fenotiasin, inhibitor
monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan antispasmotik
dan obat anti-parkinson
Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk
mengetahui gaya hidup klien.
Pola Nutrisi/Metabolisme
o Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien
( pagi, siang dan malam )
o Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual
muntah, pantangan atau alergi
o Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
o Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
Pola Eliminasi
o Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna  dan
karakteristiknya
o Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
o Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
Pola Aktivitas/Olahraga
o Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan pada kulit.
o Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan
kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
o Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
Pola Istirahat/Tidur
o Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
o Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah
istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit
o Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa
segar atau tidak?
Pola Kognitif/Persepsi
o Kaji status mental klien
o Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu
o Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada
bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
o Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
o Kaji apakah klien mengalami vertigo
o Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak
merah pada kulit.
Pola Persepsi dan Konsep Diri
o Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah
gambaran dirinya
o Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa
cemas, depresi atau takut
o Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
Pola Peran Hubungan
o Tanyakan apa pekerjaan pasien
o Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien
seperti: pasangan, teman, dll.
o Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan
perawatan penyakit klien
Pola Seksualitas/Reproduksi
o Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya
o Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan
terkait dengan menopau
o Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks
Pola Koping-Toleransi Stres
o Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS
( financial atau perawatan diri )
o Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien
mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah
ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering
berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
Pola Keyakinan-Nilai
o Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan
dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran
agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran
positif.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT


TIDUR PENYAKIT LUKA BAKAR DAN DERMATITIS

A. Diagnosa Keperawatan Dermatitis

1. Ganguan integritas kulit


2. Resiko infeksi
3. Gangguan citra diri

NOC NIC
NO DIAGNOSA KEP
1 Ganguan integritas kulit  Integritas Jaringan : Kulit danPengawasan Kulit
Membran Mukosa Aktifitas :
 Penyembuhan Luka : Tahapan Memantau area merah dan rusak
Utama dari kulit
 Penyembuhan Luka : Tahapan Memantau kudis dan abrasi kulit
Kedua  Memantau kelainan kekeringan
dan kelembaban kulit
 Memantau warna kulit
 Memantau suhu kulit
 Mencatat perubahan kulit atau
membrane mukosa
 Menginstruksikan anggota
keluarga/pemberi perawatan
tentang tanda-tanda dari
kerusakan kulit, jika perlu
2 Resiko infeksi  Integritas diameter  jalan masuk. Kontrol Infeksi
 Status imun.  Batasi jumlah
 Pengetahuan : Kontrol infeksi pengunjung/pembezuk.

 Penyembuhan luka : Tujuan Gunakan sabun anti mikroba


utama untuk mencuci tangan dengan
benar.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan pada
pasien.
 Gosok kulit pasien dengan alat
anti bakteri dengan tepat.
 Lakukan terapi antibiotic yang
tepat.
 Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda-tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus
melaporkannya pada tim
kesehatan.
Penyembuhan Luka
 Catat karakteristik dari luka.
 Cuci /bersihkan dengan sabun
antibiotic, sebagai tambahan.
 Gunakan obat salap dengan tepat
pada kulit / luka jika perlu.
 Bandingkan dan catat perubahan
pada luka.
3 Gangguan citra diri  Adaptasi terhadap kemampuanPeningkatan Citra Diri
fisik.  Tentukan harapan gambaran diri
 Penghargaan diri pasien berdasarkan tahap
perkembangan
 Gunakan bimbingan antisipasi
untuk mempersiapkan pasien
terhadap perubahan tubuh yang
dapa diprediksi
 Pantau apakah pasien bisa melihat
perubahan bagian tubuh
 Monitor frekuensi stattment diri
yang kritis
 Identifikasi budaya
pasien,agama,jenis kelamin dan
umur.

B. DIAGNOSA LUKA BAKAR

1. Kerusakan Integritas Kulit


2. Nyeri akut
3. Resiko Infeksi

NO DIAGNOSA KEP NOC NIC


1 Kerusakan integritas  Tidak ada luka atau lesi  Kaji/catat ukuran, warna,
kulit berhubungan  Menunjukkan terjadinya kedalaman luka, perhatikan
dengan Trauma : penyembuhan luka jaringan nekrotik dan kondisi
kerusakan  Perfusi jaringan membaik sekitar luka.
permukaan kulit  Integrsi kulit baik
 Lakukan perawatan luka bakar
karena destruksi yang tepat dan tindakan kontrol
lapisan kulit infeksi.
(parsial/luka bakar
 Pertahankan penutupan luka sesuai
dalam).
indikasi.

 Tinggikan area graft bila


mungkin/tepat. Pertahankan posisi
yang diinginkan dan imobilisasi
area bila diindikasikan.

 Pertahankan balutan diatas area


graft baru dan/atau sisi donor
sesuai indikasi.

 Cuci sisi dengan sabun ringan,


cuci, dan minyaki dengan krim,
beberapa waktu dalam sehari,
setelah balutan dilepas dan
penyembuhan selesai.

 Lakukan program kolaborasi :


Siapkan / bantu prosedur
bedah/balutan biologis.

2 Nyeri berhubungan kontrol nyeri Manajemen nyeri


dengan Kerusakan  Secara konsisten menunjukkan  Lakukan pengkajian nyeri
kulit/jaringan; mengenali kapan nyeri terjadi komprehensif yang meliputi
pembentukan edema.  Secara konsisten menunjukkan lokasi, karateristik, onset/dursai,
Manipulasi jaringan menggambarkan faktor frekuensi, kualitas, intensitas atau
cidera contoh penyebab beratnya nyeri dan faktor pencetus
debridemen luka.  Secara konsisten menunjukkan  Observasi adanya petunjuk
menggunakan tindakan nonverbal mengenai
pencegahan ketidaknyamanan terutama pada
 Secara konsisten menunjukkan mereka yang tidak dapat
menggunakan tindakan berkomunikasi secara efektif
pengurangan nyeri tanpa  Evaluasi pengalaman nyeri di
analgesik masa lalu yang meliputi riwayat
 Secara konsisten menunjukkan nyeri kronik individu atau
menggunakan analgesik yang di keluarga atau nyeri yang
rekomendasikan menyebabkan disability/
ketidakmampuan /kecacatan ,
dengan tepat.
 Kurangi atau eliminasi faktor –
faktor yang dapat mencetuskan
atau meningkatkan nyeri
(misalnya, ketakutan, kelelahan,
keadaan, monoton, dan kurang
pengetahuan )
 Pilih dan implementasikan
tindakan yang beragam
( misalnya ,farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal)untuk memfasilitasi
penurunan nyeri, sesuai dengan
kebutuhan.

3 Resiko tinggi infeksi Keparahan infeksi  Pantau Penampilan luka bakar


berhubungan dengan  Tidak ada kemerahan (area luka bakar, sisi donor dan
Pertahanan primer  Tidak ada nyeri status balutan di atas sisi tandur
tidak adekuat;  Tidak ada latergi bial tandur kulit dilakukan) setiap
kerusakan  Tidak ada menggigi 8 jam.
perlinduingan kulit;
 Tidak ada demam  Bersihkan area luka bakar setiap
jaringan traumatik.
hari dan lepaskan jarinagn
Pertahanan sekunder
nekrotik (debridemen) sesuai
tidak adekuat;
pesanan.
penurunan Hb,
penekanan respons  Lepaskan krim lama dari luka
inflamasi sebelum pemberian krim baru.
Gunakan sarung tangan steril dan
beriakn krim antibiotika topikal
yang diresepkan pada area luka
bakar dengan ujung jari. Berikan
krim secara menyeluruh di atas
luka.

 Tempatkan pasien pada ruangan


khusus dan lakukan kewaspadaan
untuk luka bakar luas yang
mengenai area luas tubuh.

 Gunakan linen tempat tidur steril,


handuk dan skort untuk pasien.
Gunakan skort steril, sarung
tangan dan penutup kepala dengan
masker bila memberikan
perawatan pada pasien.
Tempatkan radio atau televisis
pada ruangan pasien untuk
menghilangkan kebosanan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika di obati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah
satu dari ketiga masalah berikut : insomnea : gerakan atau sensasi abnormal
dikala tidur atau ketika terjaga di tengah malam ; atau rasa mengantuk yang
berlebihan di siang hari. Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu
mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau
kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau
mengganggu gaya hidup yang diinginkannya.

Mekanisme terjadinya gangguan tidur pada pasien dermatitis dan luka


bakar ada berbagai jenis, bisa disimpulkan bahwa penyebab dari pasien tidak
bisa tidur tesebut adalah faktor penyebab dari penyakit tersebut sehingga
gangguan tidur penderita teraganggu.
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul,
vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi Juanda,2005). Luka bakar adalah
Luka bakar merupakan perlukaan pada daerah kulit dan jaringan epitel
lainnya (Donna, 1991, hal. 361). Luka bakar ialah perlukaan yang disebabkan
karena kontak atau terpapar dengan zat-zat termal, chemical, elektrik atau
radiasi yang menyebabkan luka bakar.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6369623/ASUHAN_KEPERAWATAN_DERMATITI
S

https://www.academia.edu/11753517/COMBUSTIO_LUKA_BAKAR

Anda mungkin juga menyukai