Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

NAMA : HARIATI S.Kep


NIM : 03.2020.032
NAMA PEMBIMBING : Ns. Wanto Sinaga,S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

A. Konsep Kebutuhan
1. Defenisi/deskriptif kebutuhan
Istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional
dan beban dari kecemasan (ansietas). Istirahat bermakna ketenangan, relaksasi
tanpa stres emosional, dan bebas dari ansietas.
Tidur merupakan suatu kea daan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan
kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak
jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan
mental emosional, fisiologis, dan kesehatan.
2. Fisiologi sistem/fungsi normal sistem
Fisiologi Tidur: Siklus alami tidur diperkirakan dikendalikan oleh pusat
yang terletak di bagian bawah otak. Pusat ini secara aktif menghambat keadaan
terjaga, sehingga menyebabkan tidur.
Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik minimal.
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi.
c. Terjadi perubahan-perubaahan proses fisiologis tubuh, dan
d. Penurunan respons terhadap rangsanan dari luar.

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis.


Perubahan tersebut, antara lain:

a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi.


b. Dilatasi pembulih darah perifer.
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktur gastrointestinal.
d. Relaksasi otot-otot rangka.
e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem
a. Sakit
b. Lingkungan
c. Letih
d. Gaya Hidup
e. Stress Emosional
f. Stimulan dan Alkohol
g. Diet
Penurunan berat badan telah dihubungkan dengan pengurangan waktu
tidur total serta tidur yang terputus dan bangun tidur lebih awal. Di sisi lain,
pertambahan berat badan tampak berhubungan dengan peningkatan total waktu
tidur, berkurangnya tidur yang terputus, dan bangun tidur lebih lambat. L-
triptofan dalam makanan, misalnya, dalam keju dan susu dapat menginduksi
tidur, sebuah bukti yang mungkin dapat menjelaskan mengapa susu hangat
membatu seseorang untuk tidur.
h. Merokok
i. Motivasi
j. Obat-obatan
4. Macam-macam Gangguan yang Mungkin Terjadi Pada sistem
a. Insomnia
Insomnia adala gejala yang dialami oleh klien yang mengalami
kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur singkat
atau tidur nonrestoratif. Penderita insomnia mengeluhkan rasa kantuk yang
berlebihan disiang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup.
Namun, seringkali klien tidur lebih banyak yang disadarinya. Insomnia dapat
menandakan adanya gangguan fisik atau psikologis.
b. Somnambulisme
Somnabulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti
membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi,
berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa
menit dan kembali tidur. berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur.
c. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran
udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat
tidur.

d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan
bangun dan tidur. Di siang hari seseorang dapat merasakn kantuk berlebihan
yang datang secara mendadak dan jatuh tertidur. Masalah signifikan untuk
individu yang menderita narkolepsi adalah bahwa orang tersebut jatuh tertidur
tanpa bisa dikendalikan pada waktu yang tidak tepat.
e. Deprivasi Tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai
akibat disomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (mis, demam, sulit
bernapas, atau nyeri), stress emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan
(mis, asuhan keperawatan yang sering dilakukan), dan keanekaragaman waktu
yang terkait dengan waktu kerja. Dokter dan perawat cenderung mengalami
deprivasi tidur karena jadwal kerja yang panjang dan rotasi jam dinas.
Hospitalisasi, terutama di unit perawatan intensif, membuat klien rentan
terhadap gangguan tidur ekstrinsik dan sirkadian. Deprivasi tidur melibatkan
penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta ketidakkonsistenan waktu tidur.
Apabila tidur mengalami gangguan atau terputus-putus, dapat terjadi
perubahan urutan siklus tidur normal. Terjadi deprivasi tidur kumulatif.
f. Parasomnia
Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-
anak dari pada orang dewasa. Sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant
death syndrome ,SIDS) dihipotesis berkaitan dengan apnea, hipoksia, dan
aritmia jantung yang disebabkan oleh abnormalitas dalam system saraf otonom
yang dimanifestasikan selama tidur. The American Acadeny of Pediatrics
menganjurkan agar bayi yang sehat.
Parasomnia yang terjadi pada anak-anak akan meliputi somnambulisme
(berjalan dalam tidur), terjaga malam, mimpi buruk, enuresis nocturnal
(ngompol), dan menggeretakkan gigi (bruksisme). Apabila orang dewasa
mengalami hal ini maka hal tersebut dapat mengindikasikan gangguan yang
lebih serius. Terapi khusus untuk gangguan ini bervariasi. Namun, dalam
semua kasus yang terpenting adalah mendukung klien dan mempertahankan
keamanannya. Misalnya, orang yang berjalan dalam tidur tidak menyadari
lingkungan di sekitarnya dan lambat bereaksi. Oleh karena itu risiko jatuh
sangatlah besar. Perawat tidak boleh mengejutkan klien yang sedang berjalan
tidur tetapi membangunkan dengan lembut dan membimbingnya dengan
lembut dan membimbingnya kembali ke tempat tidur ditempatkan pada posisi
miring atau telentang disaat tidur karena adanya hubungan antara posisi
telungkup dengan terjadinya SIDS.
B. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Tentukan efek samping pengobatan terhadap pola tidur pasien Pantau
pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (mis., apnea saat tidur,
sumbatan jalan nafas, nyeri/ ketidaknyamanan, dan sering berkemih) atau
faktor-faktor psikologis (mis., ketakutan/ansietas) yang dapat menggangu pola
tidur pasien
b. Pemeriksaan fisik
a) Deskripsi masalah tidur
1. Sifat dari masalah
Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a. Beritahu saya masalah tidur apa yang anda alami?
b. Beritahu saya seberapa jauh perbedaan tidur Anda saat ini dari tidur
Anda yang dulu?
2. Tanda dan gejala
Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a. Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidur, tetap tidur, atau
untuk bangun?
b. Apakah anda terbangun karena mimpi?
3. Durasi
Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a. Kapan anda pertama kali Anda menyadari masalah ini?
b. Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
4. Keperahan
Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tidur?
b. Seberapa sering dalam seminggu Anda mengalami kesulitan untuk
tidur?
c. Apa yang anda lakukan di saat terbangun di malam hari atau terlalu
dini di pagi hari?
5. Faktor Pencetus
a. beritahu saya apa yang anda lakukan seaat sebelum tidur?
b. Apakah akhir-akhir ini Anda mengalami perubahan ditempat kerja
atau di rumah?
c. Apakah anda meminum obat tidur?
6. Efek pada klien
a. Bagaimana pengaruh kurang tidur ini bagi anda?
b. Apakah anda merasa kantuk yang berlebihan atau kesulutan
berkonsentrasi selam terjaga?
b) Pola tidur
1. Pukul berapa biasanya anda tidur?
2. Berapa kali anda terbangun di malam hari?
3. Berapa jam rata-rata Anda tidur di setiap malam?
c) Penyakit fisik
d) Peristiwa hidup yan baru terjadi
e) Status emosional dan mental
f) Rutinitas menjelang tidur
g) Lingkungan tidur
h) Perilaku deprivasi tidur
c. Pemeriksaan penunjang
Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas
listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus
otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan
informasi struktur aspek fisiologis tidur. Kajian laboratorium tentang tidur
sering kali digunakan untuk mendiagnosa gangguan tidur, termasuk
menggunakan polisomnogram (PSG) dimalam hari dan Multiple Sleep Latency
Test (MSLT). PSG melibatkan penggunaan EEG, EMG, dan EOG untuk
memantau tahapan tidur dan bangun selama tidur malam. MSLT memberi
informasi objektif tentang tidur dan aspek-aspek terpilih dari struktur tidur
dengan mengukur seberapa cepat individu tertidur selama empat kesempatan
tidur siang sepanjang hari. Episode REM awitan tidur juga dicatat karena
abnormalitas ini berhubungan dengan beberapa gangguan tidur
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Diagnosa 1: Insomnia
a) Defenisi : Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi
b) Batasan karakteristik:
 Afek tampak berubah
 Tampak kurang energy
 Peningkatan ketidakhadiran di tempat kerja/sekolah
 Pasien melaporkan perubahan alam perasaan
 Pasien melaporkan penurunan status kesehatan
 Pasien melaporkan penurunan kualitas tidur
 Pasien melaporkan kesulitan berkonsentrasi
 Pasien melaporkan kesulitan untuk tidur
 Pasien melaporkan ketidakpuasan dengan tidurnya (saat ini)
 Pasien melaporkan peningkatan kecelakaan
 Pasien melaporkan kekurangan energy
 Pasien melaporkan tidur yang tidak mengembalikan kesegaran tubuh
 Pasien melaporkan gangguan tidur yang memberi dampak pada hari
berikutnya
 Pasien melaporkan terbangun terlalu dini
c) Faktor yang berhubungan
 Pola aktivitas (mis., pengaturan waktu, jumlah)
 Ansietas
 Depresi
 Faktor lingkungan (mis., suara bising lingkungan sekitar,
 pencahayaan sing hari/ malam hari, suhu/kelembapan lingkungan
sekitar, tatanan yang asing)
 Ketakutan
 Pergantian hormon terkait gender
 Berduka
 Gangguan pola tidur normal (mis., perjalanan, kerja sif, tanggung jawab
sebagai orang tua, dibangunkan untuk kebutuhan intervensi)
 Higiene tidur yang tidak adekuat (saat ini)
 Konsumsi agens stimulant
 Konsumsi alcohol
 Medikasi
 Ketidaknyamanan fisik (mis., suhu tubuh, nyeri, nafas dangkal, batuk,
refluks gastro esophagus, nausea, inkontinensia/urgensi)
 Stress (mis., pola termenung sebelum tidur)
b. Diagnosa 2 : Kesiapan untuk meningkatkan tidur
a) Defenisi : Pola terputusnya kesadaran yang alami dan periodic yang
member istirahat adekuat, mencapai gaya hidup yang diinginkan dan dapat
ditingkatkan
b) Batasan karakteristik
 Mengungkapkan perasaan dapat istirahat setelah tidur
 Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan tidur
 Jumlah tidur yang selaras dengan kebutuhan perkembangan
 Melakukan rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan tidur
 Terkadang menggunakan obat untuk menginduksi tidur
c) Faktor yang berhubungan
Ini merupakan diagnosis sejahtera; tidak perlu memiliki etiologi
(berdasarkan dua diagnosa diatas)
a. Diagnosa 1: Insomnia
a) Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan meningkatkan kualitas
tidur/istirahat terpenuhi dengan Kriteria hasil :
 Dapat meningkatkan kualitas tidur/istirahat
 Menunjukkan kesajahteraan fisik dan psikologis
 Perasaan segar setelah tidur
b) Intervensi keperawatan dan rasional
1. Intervensi
 Peningkatan koping
 Manajemen lingkungan: kenyamanan
 Peningkatan tidur
2. Rasional
 membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,
perubahan/ancaman yang mengganggu pemenuhan tuntutan dan
peran hidup
 memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk meningkatkan
kenyamanan yang optimal
 memfasilitasi siklus tidur terjaga yang teratur
b. Diagnosa 2
a) Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan meningkatkan kualitas
tidur/istirahat terpenuhi dengan Kriteria hasil :
 Mengidentifikasi tindakan yang akan meningkatkan istirahat/tidur
 Mendemonstrasikan kesejahteraan fisik dan psikologis
 Mencapai tidur yang adekuat tanpa menggunakan obat
b) Intervensi keperawatan dan rasional
1. Intervensi
 Manajemen energi
 Manajemen lingkungan
2. Rasional
 mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah
keletihan dan mengoptimalkan fungsi
 memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk meningkatkan
kenyamanan optimal
C. Daftar Pustaka
Budiarti, F. (2014). Kebutuhan Istirahat Tidur. <Http://Fitria-Budiarti-
Fkp13.Web.Unair.Ac.Id/Artikel_Detail-99547-AprilKebutuhan%20istira-hat
%20tidur.Html> Diunduh Pada Tanggal 7 November 2016 Pukul 07.52 WITA
Jabbar, M. A. (2014). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur.
<Http://Jabbarbtj.Blogspot.Co.Id/2014/09/Asuhan-Keperawatan-Kebutuhan-
Istirahat.Html> Diunduh Pada Tanggal 7 November 2016 Pukul 10.37 WITA
Wilkinson, J.M., Dkk. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta:
EGC Preseptor Akademik,

Walenrang, 02 Februari 2021

Pembimbing

(Ns. Wanto Sinaga,S.Kep.,M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai