Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMAJA DENGAN

GANGGUAN TIDUR

oleh
Elik Anistina
162310101297

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istirahat dan tidur adalah suatu fenomena biologis yang terkait dengan irama alam semesta,
irama sirkadian yang bersiklus 24 jam, terbit dan terbenamnya matahari, waktu malam dan siang
hari. Istirahat atau tidur merupakan kebutuhan manusia yang teratur dan berulang untuk
menghilangkan kelelahan jasmani dan kelelahan mental (Panteri, 1993).
Proses istirahat atau tidur tersebut jika dipengaruhi oleh stres, kecemasan, gangguan dan
sakit fisik dapat menimbulkan gangguan – gangguan pola tidur. Gangguan pola tidur ini akan
mengakibatkan kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas harian akan menurun dan akan meningkatkan iritabilitas. Dampak yang ditimbulkan
akibat gangguan pola tidur sangat merugikan bagi tubuh alangkah lebih baiknya hal tersebut harus
segera diatasi baik secara Farmakologis maupun Non Farmakologis.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien


khususnya remaja yang mengalami gangguan pola tidur sehingga kelak menghasilkan kualitas
asuhan keperawatan yang optimal.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Pengertian Gangguan Pola Tidur

2. Mengetahui Psikopatologis Gangguan Pola Tidur

3. Mengetahui Psikodinamik Gangguan Pola Tidur

4. Mengetahui Diagnosa yang berhubungan dengan Gangguan Pola Tidur

5. Mengetahui Penatalaksanaan Gangguan Pola Tidur baik Farmokologis maupun Non


Farmakologis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Contoh Kasus

Intan berusia 18 tahun dibawa oleh ibunya ke poli karena mengeluh pusing, tidak nafsu
makan, lemah dan lemas ketika berjalan. Hasil pemeriksaan tanda tanda vital menunjukan bahwa

suhu 37,50 C, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110 x/menit dan RR 20 x/menit. Saat diperiksa
pasien tidak menunjukkan ada suatu penyakit serius. Namun mata terlihat sayu dan ada kantung
matanya. Setelah dilakukan anamnesis mendalam, si anak mengatakan tidak bisa tidur. Biasanya
dia mulai tidur jam 21.00 dan bisa bangun dengan fresh pukul 05.00. Tapi 3 hari ini dia tidak bisa
tidur nyenyak sama sekali dan apabila bangun tidur badannya terasa pegal-pegal dan tidak
nyaman. Kondisi ini dialami pasien semenjak dia mulai cemas terhadap Ujian Akhir Semester
yang akan dilaksanakan minggu depan. Dia merasa belum siap sehingga mencoba belajar dengan
giat sendirian didalam kamar sampai larut malam akan tetapi setelah selesai belajar malah justru
tidak bisa tidur.

2.2 Pengertian Gangguan Pola Tidur

Adapun beberapa definisi gangguan pola tidur menurut para ahli antara lain :

a. Gangguan pola tidur didefinisikan kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dan
perubahan waktu tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas
sehari-hari (Tarwoto Wartonah, 2006).
b. Perubahan pola tidur adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai
resiko mengalami perubahan dalam jumlah dan kualitas pola tidur yang menyebabkan
ketidaknyamanan
c. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal (Diagnosa Keperawatan, Nanda . Hal 300)
d. Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami suatu
perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak
nyaman atau mengganggu gaya hidup yang di inginkannya

Jadi berdasarkan beberapa definisi dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan pola
tidur merupakan suatu keadaan yang menimbulkan ketidaknyamanan sehingga kualitas dan
kuantitas tidur seseorang menjadi terganggu.

Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur. Stres emosional
menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur.
Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama
siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur
yang buruk (Potter Perry, 2006). Perlu diketahui bahwa usia remaja sebagai peralihan dari anak-
anak menuju dewasa maka kebutuhan tidurnya sama dengan orang dewasa lainnya yaitu
sebanyak 6 - 9 jam sehari semalam (Lumbantobing, 2004).

Tidur kurang dari 6 jam selama sehari-semalam, umumnya mengakibatkan gejala


deprivasi (kurang) tidur. Untuk mengatasi gangguan pola tidur, maka terlebih dahulu harus
dikenali penyebabnya. Artinya, kalau disebabkan karena faktor tertentu atau penyakit tertentu,
maka untuk mengatasinya, faktor atau penyakitnya tersebut yang harus disembuhkan terlebih
dahulu (Aman, 2005).

2.3 Psikopatologi

Pada kasus diatas pasien mengalami gangguan pola tidur dikarenakan cemas/stress akan
menghadapi Ujian Semester. Seseorang yang mengalami stres, pada otaknya akan memberi sinyal
pada kelenjar pituitari (kelenjar utama tubuh) yang akan mengeksresikan kelenjar adrenal.
Kelenjar adrenal adalah “kelenjar stres” tubuh. Salah satu hormon stres utama adrenal adalah
kortisol. Pelepasan kortisol merangsang kenaikan gula darah (glukosa). Selama stres ada
kebijaksanaan tubuh untuk meningkatkan kadar gula darah sehingga ada lebih banyak bahan bakar
untuk otak dan otot. Jika kadar kortisol tinggi karena perasaan konstan stres, otak akan menolak
tidur di malam hari sehingga akan mengakibatkan gangguan pola tidur ditandai dengan
ketegangan motorik sehingga pasien tampak tidak nafsu makan, lemah dan lemas ketika berjalan,
nyeri otot pegal pegal saat bangun tidur, lelah, tak dapat santai, hiperaktivitas saraf otonom
berupa mata yang sayu dan terdapat kantung mata, pusing, rasa khawatir berlebihan pada Ujian
Akhir Semester yang akan dihadapinya, sukar konsentrasi dan mengalami kesulitan dalam
memulai tidur.

2.4 Psikodinamika

Pada kasus diatas pasien mengalami kecemasan terhadap Ujian Akhir Semester yang akan
dilaksanakan minggu depan, hal ini membuat dia terus belajar sampai larut malam akan tetapi
setelah selesai belajar malah justru tidak bisa tidur dan mengalami gangguan pola tidur.Dalam
pandangan psikodinamika dan psikoanalisis, kecemasan yang dialami pasien tersebut hingga
menimbulkan gangguan pola tidur merupakan suatu tanda peringatan bahaya yang mengancam ego
atau dapat dikatakan sebagai suatu sinyal kepada ego bahwa terdapat suatu dorongan dari Id yang
tidak dapat diterima atau mendapat tekanan yang besar dari superego dalam merealisasikan
(memuaskan) dorongan tersebut. Sebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk
mengambil tindakan defensif terhadap tekanan yang muncul dari dalam diri manusia.
Individu akan berusaha mengurangi atau menghilangkan bahaya yang mengancam tersebut dengan
berbagai cara mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan tidak selalu bekerja sendiri,
terkadang beberapa mekanisme pertahanan akan bekerja sama dalam menghadapi kecemasan.
Tujuan dari semua mekanisme pertahanan ini adalah agar individu lepas dari tekanan sehingga
dapat tetap menjalani kehidupannya dengan lebih baik.
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Resiko Biologis
Otak mempunyai dua sistem yaitu satu sistem yang bertugas menyadarkan dan sistem
lainnya bertugas menidurkan (hypnagogik). Wajarnya tugas kedua sistem ini bergiliran. Jika
satu bekerja, yang lain istirahat sementara. Pada penderita gangguan pola tidur, diduga terjadi
sistem kerja hypnogogik yang kurang aktif.
2. Faktor Resiko Psikologis
Ketegangan pikiran dan stres menjadi penyebab utama gangguan pola tidur. Orang- orang yang
bekerja berkaitan dengan pekerjaan otak kemungkinan kuat akan dihinggapi gangguan pola
tidur. Kekalutan pikiran dan kerja otak yang terus menerus secara otomatis akan
mempengaruhi saraf tidur.
3. Faktor Resiko Sosial Budaya
Proses tidur dapat terganggu oleh lingkungan tempat tinggal yang kurang memenuhi syarat
misalnya penerangan yang terlalu banyak, sirkulasi udara kurang baik dapat menyebabkan
gangguan pola tidur.
b. Faktor Presipitasi
1. Nature
Status kesehatan pasien semakin menurun akibat pasien mengalami gangguan pola tidur
2. Origin
Internal : Persepsi individu yang negatif terhadap dirinya bahwa ia tidak mampu mengerjakan ujian
semester
Eksternal : Keluarga menganggap pasien menunjukan tanda – tanda mengalami gangguan pola
tidur
3. Timing
Gangguan pola tidur yang dialami pasien dimulai saat pasien akan menghadapi Ujian Akhir
Semester yang dilaksanakan minggu depan
4. Number
Kondisi pasien mengalami gangguan pola tidur yang berat dikarenakan pasien merasa cemas tidak
bisa mengerjakan ujian semester.
c. Penilaian Terhadap Stressor
1. Kognitif
Pasien merasa terganggu pola tidurnya dikarenakan cemas, tidak mampu berkonsentrasi, pesimis,
tidak percaya kepada kemampuan dirinya sendiri untuk bisa mengerjakan Ujian Semester.
2. Afektif
Pasien merasakan kecemasan, tidak percaya diri dan mengeluh pegal pegal di badannya tiap
bangun tidur merasa tidak segar meskipun sehabis tidur.
3. Fisiologis
Pasien mengeluh pusing, tidak nafsu makan, lemas saat berjalan dan badan terasa pegal-pegal
sehabis bangun tidur
4. Perilaku
Pasien menjadi penyendiri, rasa cemas menyelimuti pikiran pasien tentang persepsi dirinya yang
tidak mampu mengerjakan Ujian Semester.
5. Sosial
Pasien acuh dengan lingakungan dan menarik diri dari keluarga.
d. Sumber Koping

1. Personal Ability

Pasien mengalami gangguan kesehatan ditandai dengan mengeluh pusing, tidak nafsu makan dan
lemas serta identitas ego pasien yang juga tidak adekuat menghadapi stress.

2. Sosial Support

Hubungan antar keluarga tidak adekuat, pasien cenderung menarik diri dari keluarga

3. Positive Belief

Pasien memiliki motivasi untuk belajar dan tidak menganggap Ujian Semester sebagai
gangguan

e. Mekanisme koping

Mekanisme koping konstruktif yang dilakukan pasien karena kecemasan pasien tentang
Ujian Semester sampai membuatnya tidak bisa tidur di tuangkan dalam tindakan yang
positif yaitu pasien terus menerus belajar untuk meyakinkan dirinya bahwa pasien akan
mampu mendapatkan nilai bagus dengan usaha belajar

e. Rentang Respon Koping

Adaptif Maladaptif
 Pikiran logis  Pikiran kadang  Kelainan pikiran
 Emosi konsisten menyimpang  Ketidakmampuan
 Perilaku sesuai  Reaksi emosional mengontrol emosi
 Hubungan sosial berlebihan  Isolasi sosial
harmonis  Perilaku tak lazim
2.5 Diagnosa

2.5.1 Diagnosa Medis

Diagnosa medis utama yang dapat ditegakkan pada pasien yang mengalami gangguan pola tidur
adalah Insomnia bersifat inisial yaitu tidak dapat atau sulit masuk tidur (Sleep Onset Insomnia).
Keadaan ini sering dijumpai pada ansietas pasien muda, berlangsung 1 - 3 jam dan kemudian
karena kelelahan akhirnya ada yang tertidur juga. (Liu et al., 1999)

2.5.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola tidur

2. Deprivasi tidur

3. Ansietas

2.5.3 Pohon Masalah

Gangguan Pola Tidur

Deprivasi Tidur

Ansietas

Ujian Akhir Semester

2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Terapi Medis
Penanganan dengan obat-obatan bisa diklasifikasikan menjadi obat golongan
Benzodiazepine, Non-Benzodiazepine dan Miscellaneous Sleeppromotingagent.
1. Benzodiazepine (Triazolam,Temazepam dan Lorazepam)
Kerja obat ini adalah pada resepor γ-aminobutyric acid (GABA) post- synaptic, dimana
obat ini menghambat kerja GABA yang memberi efek sedasi, mengantuk, dan melemaskan otot
sehingga hiperaktivitas tersebut mereda.. Efek samping yang paling sering adalah, merasa
pusing, hipotensi dan juga distress respirasi.
2. Non-Benzodiazepine (Zolpidem, Zaleplon)
Golongan non-benzodiazepine mempunyai efektifitas yang mirip dengan benzodiazepine,
tetapi mempunyai efek samping yang lebih ringan. Efek samping seperti distress pernafasan,
amnesia, hipotensi ortostatik
3. Miscellaneous Sleeppromotingagent (Melatonin, Antihistamin, Alcohol, Anti Depresan, Kava-
Kava, Valerian, Aroma Terapi)
2.6.2 Terapi Keperawatan

Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan pola TUM Setelah 3 kali interaksi, klien Pengurangan Kecemasan


tidur Pola tidur klien kembali menunjukan tingkat • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
normal kecemasannya berkurang • Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan
TUK : mengurangi ketakutan
1. Klien tidak • Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara
mengalami tekanan, yang tepat
ketakutan maupun • Lakukan usapan pada punggung dengan cara tepat
ketidaknyamanan • Dengarkan klien
• Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
• Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatkan
kepercayaan
• Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
• Intrusikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
2. Klien mampu Setelah 3 kali interaksi, klien Peningkatan Koping
mengelola stressor memiliki kemampuan untuk • Bantu klien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang
yang dirasakan mengontrol diri terhadap konstruktif
dalam rangka terhadap distorsi pemikiran
• Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
memenuhi perannya
• Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan

• Cari jalan untuk memahami perspekstif pasien terhadap


situasi yang penuh stres

• Dukung kemampuan mengatasi situasi secara berangsur


angsur

• Turunkan stimulus yang dapat diartikan sebagai suatu


ancaman dalam suatu lingkungan tertentu

• Dukung keterlibatan keluarga dengan cara tepat

• Intruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi


sesuai kebutuhan
3. Klien mampu tidur Setelah 3 kali interaksi, klien Terapi Musik
dengan nyenyak mengatakan merasa cukup • Pertimbangkan minat klien pada musik
untuk istirahat, pola tidur
• Identifikasi musik yang disukai klien
kembali normal, mudah untuk
jatuh tertidur • Pilihkan musik musik tertentu yang mewakili musik yang
disukai klien

• Bantu individu untuk menentukan posisi yang nyaman

• Pastikan volume musik tidak terlalu keras

• Hindari menghidupkan musik daln dibiarkan dalam waktu


lama
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kita mengetahui Asuhan Keperawatan Gangguan Pola Tidur Pada Remaja
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tidur itu penting karena merupakan suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres
emosional, bebas dari kecemasan.
2. Diagnosa yang dapat diangkat pada remaja yang mengalami gangguan pola tidur antara lain:
a. Gangguan pola tidur
b. Deprivasi tidur
c. Ansietas
3. Gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan
berlebihan, pengaruh makanan dan obat-obatan, perubahan lingkungan, dan kondisi medis.
4. Gangguan pola tidur dapat ditatalaksana dengan cara farmakologi dan non farmakologi,
bergantung pada jenis dan penyebabnya. Obat-obatan yang biasanya digunakan untuk
mengatasi gangguan pola tidur dapat berupa golongan Benzodiazepin (Nitrazepam, Trizolam,
dan Estazolam), dan Non Benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital). Tatalaksana
gangguan pola tidur secara non farmakologis dapat berupa terapi tingkah laku dan pengaturan
gaya hidup dan pengobatan di rumah seperti mengatur jadwal tidur.
5. Sehingga dengan demikian peran perawat sebagai care giver, edukator dan konseling sangat
penting untuk memfasilitasi klien meredakan rasa cemasnya yang berlebihan yang
mengakibatkan gangguan pola tidur.
3.2 Saran

3..2.1 Saran bagi Pembaca

Pembaca agar dapat menelaah dan memahami serta menanggapi apa yang telah penulis
susun kelak untuk kemajuan penulisan makalah selanjutnya.

3.2.2 Saran bagi Mahasiswa Keperawatan

Gali terus pengetahuan hal-hal tentang gangguan pola tidur pada klien dan cara
mengatasinya agar nantinya ketika sudah bekerja di Rumah Sakit akan menumbuhkan rasa empati
terhadap klien yang mengalami gangguan pola tidur sehingga kita berusaha untuk meredakan
masalah gangguan pola tidurnya itu.

3.2.3 Saran bagi Perawat

Perawat perlu berupaya membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien sesuai
dengan prosedur yang benar sehingga perawat harus mempunyai kompetensi yang baik terkait
dengan kebutuhan istirahat dan tidur sehingga pelayanan terhadap klien dapat berjalan dengan baik
dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi, Konsep, dan Proses

Keperawatan, Vol. 1. Jakarta: EGC.

Anggraeny Ika, Feny. dkk. 2014. Pengaruh Terapi Musik Pop Terhadap Kualitas Tidur Anak
Usia Sekolah (6-12 Tahun) yang Dirawat Di RSUD Ambarawa Semarang. Bulechek G.M et
all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Edition.
St.Louis Missouri. Elsevier Mosby.

Carpenito, L. J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta: EGC.

Elvira, Sylvia D. 2010. Buku Ajar Psikiatri: Psikodinamika. Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ghaddafi, Muammar. Tatalaksana Insomnia Dengan Farmakologi Atau Non- Farmakologi.


Bali : Bagian SMF Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Kozier, Erb dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik, Edisi 7, Vol. 1. Jakarta: EGC.

Petrin, Redayani. 2010. Buku Ajar Psikiatri Gangguan Cemas Menyeluruh. Jakarta : Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan

Praktik, Edisi 4. Jakarta: EGC.


.

Anda mungkin juga menyukai