Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

Disusun Oleh:

SUSILO UTOMO

NIM G3A016051

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2016
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN
TIDUR Ca Mamae
I. TINJAUAN TEORI
A. Definisi
1. Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus
bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.
2. Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan,
aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat
dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya (Tarwoto, 2006).
3. Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat
badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar
yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-
ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda
(Tarwoto, 2006).
4. Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana induvidu dapat dibangunkan oleh
stimulasi atau sensoriyang sesuai (Guyton dalam Aziz Alimul H) atau juga dapat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan
penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang
berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang
bervariasi terhadap perubahan fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar.
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah suatu keadaan relative
tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang
berulan-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badanlah yang
berbeda.

B. EPIDEMIOLOGI
Masalah umum pada gangguan tidur :
1. Insomnia
Adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas tidur.
Gejala yg dialami oleh klien yg mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering
terbangun dari tidur, dan/ tidur singkat.
2. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya di sebabkan oleh
depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver dan metabolisme.
3. Parasomnia
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak, Masalah tidur yang
lebih banyak terjadi pada anak-anak seperti Night terrors dan mimpi buruk.
4. Narcolepsi
Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya
tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan atau di saat sedang
membicarakan sesuatu.
5. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Klien yang
mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang signifikan. Selain
itu banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang berlebihan di siang hari.
6. Deprivasi Tidur
Adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat disomnia, penyebabnya
dapat mencakup penyakit ( mis. Demam, sulit bernapas atau nyeri ), stres emosional,
obat-obatan, gangguan lingkungan, dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait
dengan waktu kerja. Dokter dan perawat cenderung mengalami deprivasi tidur
karena jadwal kerja yang panjang dan rotasi jam dinas.
7. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan di luar
kebiasaan.

C. ETIOLOGI
1. Lesi Vestibular
a. Fisiologik
b. Labirinitis
c. Meniere
d. Obat
2. Lesi Saraf Vestibularis
a. Neuroma akustik
b. Obat
c. Neuronitis
d. Vestibular
3. Lesi Batang Otak
a. Infark (perdarahan pons)
b. Migrain arteri basilaris
c. Tumor
4. Penyakit Sistem Vestibuler
5. Penyakit SSP
6. Kelainan Endokrin
7. Kelainan Psikiatrik
8. Kelainan Mata

D. FAKTOR PREDISPOSISI
Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur seringkali faktor tunggal
tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Seringkali faktor fisiologis, psikologis dan
lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur.
1. Penyakit Fisik
Setiap penyakit menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau masalah suasana hati
seperti kecemasan atau depresi dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan
perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitan tidur atau tetap tertidur. Penyakit
juga dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh,
memperoleh posisi yang aneh saat dengan atau lengan di imobilisasi pada traksi dapat
mengganggu tidur.
2. Obat-obatan dan Substansi
Dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584 obat resep atau obat bebas menuliskan
mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486 menulis insomnia, dan 281
menyebabkan kelelahan ( Buysse,1991). Mengantuk dan deprivasi tidur adalah efek
samping medikasi yang umum. Medikasi yang diresepkan untuk tidur seringkali
member banyak masalah daripada keuntungan. Orang dewasa muda dan dewasa
tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk mengatasi stressor gaya hidupnya.
Lansia seringkali menggunakan varrasi obat untuk mengontrol atau mengatasi
penyakit kroniknya dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat mengganggu tidur
secara serius. L-triptofan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan seperti susu,
keju dan daging dapat membantu orang tidur.
3. Gaya Tidur
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pada tidur. Jam internal tubuh diatur pukul
22, tetapi sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu
mampu untuk tidur hanya selama 3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan
bahwa ini adalah waktu terbangun dan aktif. Kesulitan mempertahankan kesadaran
selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan bahkan penampilan yang berbahaya.
4. Pola Tidur yang Biasa dan Mengantuk yang Berlebihan pada Siang Hari (EDS)
EDS sering kali menyebabkan kerusakan pada fungsi terjaga, penampilan kerja atau
sekolah yang buruk, kecelakaan saat mengemudi atau menggunakan peralatan dan
masalah prilaku atau emosional. Mengantuk menajdi patologis ketika mengantuk
terjadi pada waktu ketika individu harus atau ingin terjaga. Kurang tidur yang kronis
jauh lebih serius daripada kehilangan tidur yang sementara dan menyebabkan
perubahan serius dalam kemampuan untuk melakukan fungsi sehari-hari. EDS
cenderung menjadi paling sulit diatasi selama tugas yang menetap.
5. Stress Emosional
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat menganggu tidur. Stress
emosional dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering kali mengarah
frustasi apabila tidak tidur. Stress yang menyebabkan seseorang menyebabkan terlalu
keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur stress yang berlanjut dapat
menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk. Lansia juga seperti individu lain yang
mengalami masalah perasaan depresi, sering juga mengalami perlambatan untuk jatuh
tertidur, munculnya tidur REM secara dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu
tidur, perasaan tidur yang kurang dan terbangun cepat.
6. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk
tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yng baik adalah esensial untuk tidur yang tenang.
Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur rumah sakit seringkali mempengaruhi
kualitas tidur. Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan untuk
membangunkan orang tergantung pada tahap tidur.
7. Latihan Fisik dan Kelelahan
Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasa memperoleh tidur yang
mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang
menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh
mendingin dan mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang meningkatkan
relaksasi.
8. Asupan Makanan dan Kalori
Orang tidur lebih baik ketika sehat ehingga mengikuti kebiasaan makan yang baik
adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur (Hauri dan Linde, 1990). Makan
besar, berat, dan berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak dapat
dicerna yang menganggu tidur. Alergi makanan menyebabkan insomnia.

E. Gejala Klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman di
daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, mata merah dan mata perih, perhatian tidak
fokus serta sakit kepala.

F. Patofisiologi
1. Tahap Tidur
EEG, EMG, DAN EOG sinyal listrik menunjukkan perbedaan tingkat aktivitas yang
berbeda dari otak, otak dan mata yang berhubungan dengan tahap tidur yang berbeda.
Tidur yang normal melibatkan dua fase yaitu pergerakan mata yang tidak cepat (
NREM, tidur nonorapid eye moment), dan pergerakan mata yang cepat ( REM, tidur
rapid eye moment). Terdapat 4 tahapan tidur NREM yaitu:
a. Tahap 1 NREM
1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai degan penurunan secara bertahap
tanda-tanda vital dan metabolism.
4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara.
5) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun.
b. Tahap 2 NREM
1) Merupakan periode tidur bersuara
2) Kemajuan relaksasi
3) Untuk terbangun masih relatif mudah
4) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
c. Tahap 3 NREM
1) Tahap awal dari tidur yang dalam
2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
4) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
5) Tahap terakhir 15 hingga 30 menit.
d. Tahap 4 NREM
1) Tahap tidur terdalam
2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi
malam yang seimbang pada tahap ini
4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna disbanding selama jam terjaga
5) Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
6) Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi.
e. Tidur REM
1) Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi
yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.
2) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
3) Hal ini dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang
cepat,fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan tekanan darah.
4) Terjadi tonus otot skelet penurunan
5) Peningkatan sekresi lambung
6) Sangat sekali membangunkan orang yang tidur
7) Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit.

G. Komplikasi
Berbagai dampak merugikan yang ditimbul dari gangguan tidur yaitu :
1. Depresi
2. Kesulitan untuk berkonsentrasi
3. Aktivitas sehari-hari menjadi terganggu
4. Prestasi kerja atau belajar mengalami penurunan
5. Mengalami kelelahan di siang hari
6. Hubungan interpersonal dengan orang lain menjadi buruk
7. Meningkatkan risiko kematian
8. Menyebabkan kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan
9. Memunculkan berbagai penyakit fisik
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan insomnia ini dapat dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Tindakan Keperawatan
a. Kaji efek samping pengobatan pada pola tidur klien.
b. Pantau pola tidur klien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (misalnya : apnea
saat tidur, sumbatan jalan nafas, nyeri/ketidaknyamanan, dan sering berkemih).
c. Jelaskan pada klien pentingnya tidur adekuat (selama kehamilan, sakit, stress
psikososial).
d. Ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari faktor penyebab (misal : gaya
hidup, diet, aktivitas, dan faktor lingkungan).
e. Ajarkan klien dan kelurga dalam teknik relaksasi (pijat/urut sebelum tidur, mandi
air hangat, minum susu hangat).

Menurut Remelda (2008) untuk tindakan keperawatan pada pasien gangguan tidur
dimulai dengan menghilangkan kebiasaan (pindah tempat tidur, memakai tempat tidur
hanya untuk tidur, dll). Jika tidak berhasil dapat diberikan obat golongan hipnotik
(harus konsultasi dengan psikiater).

2. Tindakan Medis
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu
dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya : Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat
tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan
psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.
Therapy
a. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa
percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya
masih berharga.
b. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita
gangguan tidur
c. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si
penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang
si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
d. Relaxation Therapy
Relaxation Therapy berguna untuk membuat si penderita rileks pada saat
dihadapkan pada kondisi yang penuh ketegangan.
e. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si
penderita yang salah mengenai tidur.
f. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang tidak
menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.

Banyak di antara para penderita gangguan tidur karena factor psikologis yang
menggunakan obat tidur untuk mengatasi gangguan tidur. Namun penggunaan yang
terus menerus tentu menimbulkan efek samping yang negative, baik secara fisiologis
(efek terhadap organ dan fungsi organ tubuh) serta efek psikologis. Logikanya,
gangguan tidur yang disebabkan factor psikologis, berarti factor psikologis itu lah
yang harus di atasi, bukan symtomnya. Kalau kita hanya focus mengatasi simtom-nya
dengan minum berbagai obat tidur, maka ketika mata terbuka, masalah akan datang
kembali, bahkan akan dirasa lebih berat karena dibiarkan berlarut-larut tanpa solusi
pada akar masalah.

Perlu diketahui, bahwa keberhasilan terapi tergantung dari motivasi si penderita untuk
sembuh sehingga si penderita harus sabar, tekun dan bersungguh-sungguh dalam
menjalani sesi terapi. Selain itu, sebaiknya terapi yang dilakukan juga diiringi dengan
pemberian terapi keluarga. Hal ini disebabkan, dalam terapi keluarga, anggota
keluarga si penderita dilibatkan untuk membantu kesembuhan si penderita. Dalam
terapi keluarga, anggota keluarga si penderita juga diberi tahu tentang seluk beluk
kondisi si penderita dan diharapkan anggota keluarganya dapat berempati untuk
membantu kesembuhan si penderita.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
Dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Identitas (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit
4. Pemeriksaan fisik
Meliputi :
a. Inspeksi , palpasi , perkusi , auskultasi
b. TTV
c. Perilaku
d. Tingkat kesadaran
e. Postur/bentuk tubuh: Skeliosis, kiposis, lordosis, dan cara berjalan
f. Ekstrimitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot, Atropi, Tremor
Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan jalan, Kemampuan duduk,
Kemampuan berdiri, Nyeri sendi, Kekakuan sendi.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan Khusus
1) ENG
2) Audiometridan BAEP
3) Psikiatrik
c. Pemeriksaan Tambahan
6. Data Fokus
Data subjektif
a. Klien merasa lesu, mengantuk sepanjang hari
b. Mengeluh susah tidur, kurang istirahat
c. Pandangan dirasa kabur, mata berkaca-kaca
d. Emosi meningkat, mudah marah/tersinggung
e. Kepala pusing, berat
f. Mengeluh sering terbangun
Data objektif
a. Wajah nampak kurang bergairah (letih,lesu, lemah)
b. Prestasi kerja menurun/kurang konsentrasi
c. Gelisah, sering menguap
d. Mudah tersinggung
e. Ada bayangan hitam di bawah mata

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan istirahat dan tidur
diantaranya adalah :
1. Gangguan pola tidur
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Suhu lingkungan sekitar
b. Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap
c. Kurang kontrol tidur
2. Ansietas
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi,
fungsi peran, status peran)
b. Stres, ancaman kematian
c. Kebutuhan yang tidak terpenuhi

C. INTERVENSI
N Diagnosa Yang Tujuan Intervensi Rasional
o Mungkin Muncul
1 Gangguan pola Setelah diberikan a. Kaji rutinitas a. Mengkaji dan
tidur asuhan keperawatan tidur yang mengidentifikasi
Kemungkinan ....x 24 jam diharapkan biasa kebiasaan tidur klien
berhubungan gangguan pola tidur dilakukan b. Meningkatkan
dengan : klien efektif dengan klien kenyamanan tidur
a. Suhu kriteria hasil : b. Ciptakan serta dukungan
lingkungan a. Perasaan segar lingkungan fisiologis/psikologis
sekitar sesudah tidur atau yang nyaman c. Istirahat adekuat dan
b. Perubahan istirahat c. Jelaskan tidur dapat
pejanan b. Pola tidur, kualitas pentingnya meningkatkan status
terhadap dalam batas normal tidur yang emosional
cahaya gelap c. Jumlah jam tidur adekuat d. Mungkin diberikan
c. Kurang kontrol dalam normal 6-8 d. Kolaborasi untuk membantu
tidur jam/hari pemberian pasien tidur/istirahat
obat tidur selama periode
transisi dari rumah ke
lingkungan baru.

1. 2 Ansietas Setelah diberikan a. Gunakan a. Memungkinkan


. Kemungkinan asuhan keperawatan pendekatan waktu untuk
berhubungan ....x24 jam diharapkan yang mengekspresikan
dengan : ansietas klien efektif menenangkan perasaan,
a. Perubahan dengan kriteria hasil : b. Instruksikan menghilangkan
dalam (status a. Mengidentifikasi,me pasien cemas, dan prilaku
ekonomi, ngungkapkan, dan menggunakan adaptasi
lingkungan, menunjukkan tehnik teknik b. Meningkatkan
status untuk mengontrol relaksasi relaksasi/istirahat dan
kesehatan, pola cemas c. Jelaskan menurunkan rasa
interaksi, b. Klien mampu prosedur dan cemas
fungsi peran, mengidentifikasi dan apa yang c. Menurunkan cemas
status peran mengungkapkan dirasakan dan takut terhadap
b. Stres, ancaman gejala cemas selama diagnosa dan
kematian c. Ekspresi wajah, prosedur prognosis
c. Konflik tidak bahasa tubuh dan d. Berikan obat d. Membantu pasien
disadari tingkat aktivitas untuk rileks secara fisik
mengenai menunjukkan mengurangi mampu untuk
tujuan penting berkurangnya kecemasan membuat strategi
hidup kecemasan koping adekuat
C. IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan mandiri seperti prilaku, peningkatan kesehatan dan upaya
pencegahan, pengaturan posisi dan intervensi mandiri.
Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi
Tindakan mandiri : aktivitas perawat yang dilakukan atau yang didasarkan pada
kesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan perintah tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi: tindakan yang dilaksanakan atas hasil keputusan bersama dengan
dokter dan petugas kesehatan lain.

D. EVALUASI
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan situasi
kondisi klien, maka diharapkan klien :
1. Gangguan pola tidur klien efektif dengan kriteria hasil :
a. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
b. Pola tidur, kualitas dalam batas normal
c. Jumlah jam tidur dalam normal 6-8 jam/hari
2. Ansietas klien efektif dengan kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol
cemas
b. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
c. Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Herdman ,T. H. (2012). Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional.Jakarta : EGC
Mubarak. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta: EGC
Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2013). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA.
Jakarta: EGC
Potter & Perry, (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4.Vol
2. Jakarta : EGC
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia danProses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai