3.
4.
masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006).
Tidur merupakan kondisi tiak sadar dimana induvidu dapat dibangunkan oleh stimulasi atau
sensoriyang sesuai (Guyton dalam Aziz Alimul H) atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan
tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi
lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim,
memiliki kesadaran yang bervariasi terhadap perubahan fisiologis dan terjadi penurunan respon
terhadap rangsangan dari luar.
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah suatu keadaan relative tanpa
sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulan-ulang
dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badanlah yang berbeda.
B. EPIDEMIOLOGI
Masalah umum pada gangguan tidur :
1. Insomnia
Adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas tidur. Gejala
yg dialami oleh klien yg mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan/
tidur singkat.
2. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya di sebabkan oleh
depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver dan metabolisme.
3. Parasomnia
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak, Masalah tidur yang lebih
banyak terjadi pada anak-anak seperti Night terrors dan mimpi buruk.
4. Narcolepsi
Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya
tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan atau di saat sedang membicarakan
sesuatu.
5. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Klien yang mengalami
apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang signifikan. Selain itu banyak juga terjadi
keluhan mengantuk yang berlebihan di siang hari.
6. Deprivasi Tidur
Adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat disomnia, penyebabnya dapat
mencakup penyakit ( mis. Demam, sulit bernapas atau nyeri ), stres emosional, obat-obatan,
gangguan lingkungan, dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja. Dokter
dan perawat cenderung mengalami deprivasi tidur karena jadwal kerja yang panjang dan rotasi
jam dinas.
7. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM. Mengigau
dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan di luar kebiasaan.
C. ETIOLOGI
Menurut Burton, (1990)
1. Lesi Vestibular
a. Fisiologik
b. Labirinitis
c. Meniere
d. Obat
2. Lesi Saraf Vestibularis
a. Neuroma akustik
b. Obat
c. Neuronitis
d. Vestibular
3. Lesi Batang Otak
a. Infark (perdarahan pons)
b. Migrain arteri basilaris
4.
5.
6.
7.
8.
c. Tumor
Penyakit Sistem Vestibuler
Penyakit SSP
Kelainan Endokrin
Kelainan Psikiatrik
Kelainan Mata
D. FAKTOR PREDISPOSISI
Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur seringkali faktor tunggal tidak
hanya menjadi penyebab masalah tidur. Seringkali faktor fisiologis, psikologis dan lingkungan
dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur.
1. Penyakit Fisik
Setiap penyakit menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau masalah suasana hati
seperti kecemasan atau depresi dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan
seperti itu mempunyai masalah kesulitan tidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memaksa
klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh, memperoleh posisi yang aneh
saat dengan atau lengan di imobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur.
2. Obat-obatan dan Substansi
dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584 obat resep atau obat bebas menuliskan
mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486 menulis insomnia, dan 281 menyebabkan
kelelahan ( Buysse,1991). Mengantuk dan deprivasi tidur adalah efek samping medikasi yang
umum. Medikasi yang diresepkan untuk tidur seringkali member banyak masalah daripada
keuntungan. Orang dewasa muda dan dewasa tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk
mengatasi stressor gaya hidupnya. Lansia seringkali menggunakan varrasi obat untuk
mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat
mengganggu tidur secara serius. L-triptofan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan
seperti susu, keju dan daging dapat membantu orang tidur.
3. Gaya Tidur
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pada tidur. Jam internal tubuh diatur pukul 22,
tetapi sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu untuk
tidur hanya selama 3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu
terbangun dan aktif. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan
penurunan dan bahkan penampilan yang berbahaya.
4. Pola Tidur yang Biasa dan Mengantuk yang Berlebihan pada Siang Hari (EDS)
EDS sering kali menyebabkan kerusakan pada fungsi terjaga, penampilan kerja atau
sekolah yang buruk, kecelakaan saat mengemudi atau menggunakan peralatan dan masalah
prilaku atau emosional. Mengantuk menajdi patologis ketika mengantuk terjadi pada waktu
ketika individu harus atau ingin terjaga. Kurang tidur yang kronis jauh lebih serius daripada
kehilangan tidur yang sementara dan menyebabkan perubahan serius dalam kemampuan untuk
melakukan fungsi sehari-hari. EDS cenderung menjadi paling sulit diatasi selama tugas yang
menetap.
5. Stress Emosional
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat menganggu tidur. Stress emosional
dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering kali mengarah frustasi apabila tidak
tidur. Stress yang menyebabkan seseorang menyebabkan terlalu keras untuk tertidur, sering
terbangun selama siklus tidur stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang
buruk. Lansia juga seperti individu lain yang mengalami masalah perasaan depresi, sering juga
mengalami perlambatan untuk jatuh tertidur, munculnya tidur REM secara dini, seringkali
terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan tidur yang kurang dan terbangun cepat (Bliwise,
1986).
6. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk
tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yng baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran,
kekerasan dan posisi tempat tidur rumah sakit seringkali mempengaruhi kualitas tidur. Suara juga
mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung
pada tahap tidur (Webster dan Thompson, 1986).
7. Latihan Fisik dan Kelelahan
Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasa memperoleh tidur yang
mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang
menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan
mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang meningkatkan relaksasi.
8. Asupan Makanan dan Kalori
Orang tidur lebih baik ketika sehat ehingga mengikuti kebiasaan makan yang baik adalah
penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur (Hauri dan Linde, 1990). Makan besar, berat, dan
berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna yang menganggu tidur.
Alergi makanan menyebabkan insomnia.
E. Patofisiologi
Tahapan Tidur
Tahap pra tidur
Non REM
Non REM
Tahap 1
Non
Non REM
Tahap 2
Tahap 3
Non REM
Tahap 2
Non REM
Tahap 3
REM
Tahap 4
Tidur REM
F. Klasifikasi
a.
Tahap Tidur
EEG, EMG, DAN EOG sinyal listrik menunjukkan perbedaan tingkat aktivitas yang
berbeda dari otak, otak dan mata yang berhubungan dengan tahap tidur yang berbeda ( Sleep
Reseach Society, 1993). Tidur yang normal melibatkan dua fase yaitu pergerakan mata yang
tidak cepat ( NREM, tidur nonorapid eye moment), dan pergerakan mata yang cepat ( REM,
tidur rapid eye moment). Terdapat 4 tahapan tidur NREM yaitu:
1) Tahap 1 NREM
a) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b) Tahap berakhir beberapa menit
c) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai degan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan
d)
e)
2)
a)
b)
c)
d)
3)
a)
b)
c)
d)
e)
4)
a)
b)
c)
metabolism.
Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara.
Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun.
Tahap 2 NREM
Merupakan periode tidur bersuara
Kemajuan relaksasi
Untuk terbangun masih relatif mudah
Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
Tahap 3 NREM
Tahap awal dari tidur yang dalam
Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
Otot-otot dalam keadaan santai penuh
Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
Tahap terakhir 15 hingga 30 menit.
Tahap 4 NREM
Tahap tidur terdalam
Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang
f)
5) Tidur REM
a) Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup
dapat terjadi pada tahap yang lain.
b) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
c) Hal ini dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,fluktuasi jantung dan
d)
e)
f)
g)
G. Gejala Klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman di
daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, mata merah dan mata perih, perhatian tidak fokus
serta sakit kepala.
H. Pemeriksaan Fisik
a.
Tingkat kesadaran
I.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan Khusus
1) ENG
2) Audiometridan BAEP
3) Psikiatrik
c.
Pemeriksaan Tambahan
2. Ansietas
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran,
status peran)
b. Stres, ancaman kematian
c. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
C. INTERVENSI
N
Diagnosa Yang
Tujuan
o
Mungkin Muncul
11 Gangguan pola
Setelah diberikan
asuhan
tidur
Kemungkinan
berhubungan
dengan :
a. Suhu lingkungan
keperawatan ....x 24
jam diharapkan
Intervensi
a.
Rasional
Kaji rutinitas
a. Mengkaji dan
mengidentifikasi
dilakukan klien
b. Ciptakan
lingkungan yang
nyaman
klien efektif dengan
sekitar
c. Jelaskan
b. Perubahan
kriteria hasil :
pentingnya tidur
a. Perasaan segar
pejanan terhadap
yang adekuat
sesudah tidur atau
cahaya gelap
d. Kolaborasi
c. Kurang kontrol
istirahat
pemberian obat
b. Pola tidur, kualitas
tidur
tidur
dalam batas normal
c. Jumlah jam tidur
dukungan
fisiologis/psikologis
c. Istirahat adekuat dan
tidur dapat
meningkatkan status
emosional
d. Mungkin diberikan
jam/hari
tidur/istirahat selama
periode transisi dari
rumah ke lingkungan
baru.
1. 2.
2
Ansietas
Kemungkinan
berhubungan
dengan :
a. Perubahan dalam
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan ....x24
jam diharapkan
a.
Gunakan
pendekatan yang
menenangkan
b. Instruksikan
pasien
a.
Memungkinkan waktu
untuk mengekspresikan
perasaan,
menghilangkan cemas,
(status ekonomi,
menggunakan
teknik relaksasi
Jelaskan
C. IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan mandiri seperti prilaku, peningkatan kesehatan dan upaya
pencegahan, pengaturan posisi dan intervensi mandiri.
Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi
Tindakan mandiri : aktivitas perawat yang dilakukan atau yang didasarkan pada
kesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan perintah tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi: tindakan yang dilaksanakan atas hasil keputusan bersama dengan dokter
dan petugas kesehatan lain.
D. EVALUASI
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan situasi kondisi
klien, maka diharapkan klien :
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Doengoes, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Herdman ,T.Heather.(2012).Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional.Jakarta : EGC
Mubarak,. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2013. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA.
Jakarta: EGC
Potter&Perry, (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4.Vol 2.
Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia danProses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta : Salemba Medika