Anda di halaman 1dari 12

2.

LAPORAN PENDAHULUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

A. Konsep Kebutuhan Istirahat dan Tidur


1. Defenisi Kebutuhan Tidur dan Istirahat
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat
berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda
pada setiap individu. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks,
tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan
berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman
juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat.
Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan
aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses
fsiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir
sepertiga dari waktu kita, kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada
keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah
seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan
kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Fisiologi Tidur dan Istirahat
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat
otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons
(Potter & Perry, 2005).
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan
visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron
dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada
saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada
di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR),
sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak
dan system limbic. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus
atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005).
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer,
endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut dapat
diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas
listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromiogram (EMG)
dan electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata (Tarwoto &
Wartonah, 2006).
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk tidur dan bangun. Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak
atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan
kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga
menerima stimulus dari korteks serebri (emosi, proses pikir) (Tarwoto & Wartonah,
2006). Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan
katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan
serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur
synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer
misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi (Tarwoto &
Wartonah, 2006). Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya
dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS
menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah,
2006).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tidur dan Istirahat
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur yaitu :
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti
asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persyarafan.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak
adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat
upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang
buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu
bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
c. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin
lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah
beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
d. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa
tidur pada waktu yang tepat.
e. Stress emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas
dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf
simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV
dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
f. Stimulant dan alcohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP
sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alcohol yang
berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alcohol telah
hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
g. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnyaterjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan
dengan peningkatan ttal tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
h. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di
malam hari.
i. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik
dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin
hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan
seringnya terjaga di malam hari.
j. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga
sering kali dapat mendatangkan kantuk.
4. Macam-Macam Gangguan yang Mungkin Terjadi pada Tidur dan Istirahat
Klarifikasi gangguan tidur menurut Potter & Perry (2005), yaitu:
a. Insomnia
Insomnia adalah suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang
adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan tidur yang hanya sebentar atau
susah tidur. Insomnia ini terbagi menjadi dua jenis yaitu: pertama initial
insomnia yang merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali
tidur, karena selalu terbangun pada malam hari dan ketiga terminal insomnia
merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada
malam hari (Alimul, 2012).
b. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur
(Potter & Perry, 2005). Ada tiga jenis apnea tidur: apnea sentral, obstruktif, dan
campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif, dan
campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif. Bentuk
yang paling banyak terjadi, apnea tidur obstruktif (obstructive sleep
apnea/OSA), terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorokan
rileks pada saat tidur. Jalan napas atas menjadi tersumbat sebagian atau
seluruhnya, dan aliran udara pada hidung berkurang (hipopnea) atau berhenti
(apnea) selama 30 detik (Guilleminault, 1994). The National Commission on
Sleep Disorders Research (1993), memperkirakan bahwa 18 juta orang di
Amerika Serikat memenuhi kriteria diagnostik untuk OSA. Klien yang
mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang signifikan.
Selain itu banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang berlebihan di siang hari,
serangan tidur, keletihan, sakit kepala di pagi hari, dan menurunnya gairah
seksual.
c. Narkolepsi
Keadaan yang tidak dapat dikendalikan untuk tidur seperti seseorang dapat tidur
dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, dan lain-lain (Alimul, 2012).
d. Deprivasi Tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat
insomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (misalnya, demam, sulit
bernapas, atau nyeri), stres emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan
(misalnya asuhan keperawatan yang sering dilakukan) dan keanekaragaman
waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja. Deprivasi tidur melibatkan
penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta ketidak konsistenan waktu tidur.
Apabila tidur mengalami gangguan atau terputus-putus, dapat terjadi perubahan
urutan siklus tidur normal dant terjadi deprivasi tidur kumulatif.
e. Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan dari penyakit yang dapat mengganggu pola tidur
seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada
anak-anak dalam tahap III dan IV dari tidur REM (Alimul, 2012).
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Pemenuhan
Kebutuhan istirahat tidur

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan.
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan,  kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan   fisik,
pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2. Anamnese
Identitas penderita : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
1) Keluhan Utama / Alasan MRS
 Keluhan yang dirasakan paling mengganggu.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya, penyebab terjadinya serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit – penyakit  lain yang ada kaitannya dengan istirahat tidur. 
Adanya tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
genogram keluarga tiga generasi.
5) Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
B. Pemeriksaan Fisik
a) Status Kesehatan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda – tanda vital.
 Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

 Sistem Integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban
dan shu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku.
 Sistem Pernafasan
C. Penatalaksanaan Perawatan
Assesment
Pengkajian ini meliputi obyektif dan subyektif.
1. Data subyektif meliputi :
 Nyeri yang sangat pada daerah perut.
2. Data obyektif meliputi :
 Napas dangkal
 Tensi turun
 Nadi lebih cepat
 Abdomen tegang
 Defense muskuler positif
 Berkeringat
 Bunyi usus hilang
 Pekak hati hilang
D. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
 Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
 Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
 Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di
otak
1. Nyeri ringan 1 (farmakologi 1)
 Aspirin 325 - 650 mg 4 jam sekali
 Asetaminofet 325 - 650 mg 4 - 6 jam sekali
2. Nyeri ringan (farmakologi II)
 Ibuprofen 200 mg 4 - 6 jam sekali
 Sodium awalan 440 mg selanjutnya 220 mg 8 - 12 Jam sekali
 Ketoproten 12, 5 mg 4 - 6 jam sekali
3. Nyeri Sedang ( farmakologi tingkat III)
 Asetaminofen 4 - 6 jam sekali
 Ibuprofen 4 - 6 jam sekali
 Sodium Naproksen 8 - 12 jam sekali
4. Nyeri Sedang (farmakologi tingkat VI)
 Tramadol 50 - 100 mg 4 - 6 jam sekali
5. Nyeri Berat (farmakologi tingkat VII)
 Morfin bila terapi non narkotik tidak efektif Dan ada riwayat terapi narkotik
untuk nyeri.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa I
Nyeri akut b/d agens cedera biologis
Nyeri Akut (00132)
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual dan potensial.
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Batasan Karateristik : ekspresi wajah nyeri,sikap melindungi area nyeri,sikap tubuh
melindungi
2. Diagnosa II
Nyeri Kronis b/d keletihan
Nyeri Kronis (00133)
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual dan potensial.
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Batasan Karateristik : hambatan kemampuan meneruskan aktivitas
sebelumnya,perubahan pola tidur,ekspresi wajah nyeri

F. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Domain 12 : Domain IV : Domain I : Fisiologi
Kenyamanan Pengetahuan Dasar
Kelas 1 : Kenyamanan Tentang Kelas E : Peningkatan
Fisik Kesehatan & Kenyamanan Fisik
Kode : (00132) Perilaku (1400) Manajemen
Nyeri akut b/d agens Kelas Q : Nyeri :
cedera biologis Perilaku Sehat 1. Lakukan pengkajian
Ds : (1605) Kontrol nyeri komprehensif yang
- Klien mengatakan Nyeri : meliputi
kesakitan dan nyeri Setelah dilakukan lokasi,karateristik,onset/
ketika tindakan durasi,kualitas,intensitas,
menggerakkan keperawatan atau beratnya nyeri dan
tangan kirinya selama 1x24 jam faktor pencetus.
- Klien mengatakan diharapkan 2. Pastikan perawatan
nyeri pada bagian kontrol nyeri analgesik bagi pasien
dada sebelah kiri pasien dapat dilakukan dengan
sampai leher terpenuhi dengan pemantauan ketat
Do : kriteria : 3. Gali pengetahuan dan
- Klien nampak - 160502 kepercayaan pasien
wajah kesakitan Mengenali mengenai nyeri
ketika tangan kapan 4. Gali bersama pasien
kirinya digerakkan nyeri faktor-faktor yang dapat
karena cedera terjadi menurunkan atau
biologis - 160501 memperberat nyeri
- Skala nyeri klien : Menggam 5. Ajarkan prinsip-
P : Saat bergerak barkan prinsip manajemen nyeri
Q: Tertusuk-tusuk faktor 6. Ajarkan pasien dengan
R : Dada kiri penyebab penggunaan teknik non
sampai ke lengan - 160503 farmakologi
Kiri Mengguna
S : 5-6 kan
T : Mendadak dan tindakan
hanya beberapa pencegaha
menit n
- 160504
Mengguna
kan
tindakan
pengurang
an nyeri
tanpa
analgesik
- 160505
Mengguna
kan
analgesik
yang
direkomen
dasikan
- 160509
Mengenali
apa yang
terkait
dengan
gejala
nyeri

2. Domain 12 : Domain IV : Domain I : Fisiologi


Kenyamanan Pengetahuan Dasar
Kelas 1 : Kenyamanan Tentang Kelas E : Peningkatan
Fisik Kesehatan & Kenyamanan Fisik
Kode : (00133) Perilaku (1400) Manajemen
Nyeri Kronis b/d Kelas Q : Nyeri :
keletihan Perilaku Sehat 1. Lakukan pengkajian
Ds : (1605) Kontrol nyeri komprehensif yang
- Klien mengatakan Nyeri : meliputi
kesakitan dan nyeri Setelah dilakukan lokasi,karateristik,onset/
ketika tindakan durasi,kualitas,intensitas,
menggerakkan keperawatan atau beratnya nyeri dan
tangan kirinya selama 1x24 jam faktor pencetus.
- Klien mengatakan diharapkan 2. Pastikan perawatan
nyeri pada bagian kontrol nyeri analgesik bagi pasien
dada sebelah kkiri pasien dapat dilakukan dengan
sampai leher terpenuhi dengan pemantauan ketat
Do : kriteria : 3. Gali pengetahuan dan
- Klien nampak - 160502 kepercayaan pasien
wajah kesakitan Mengenali mengenai nyeri
ketika tangan kapan 4. Gali bersama pasien
kirinya digerakkan nyeri faktor-faktor yang dapat
karena cedera terjadi menurunkan atau
biologis - 160501 memperberat nyeri
- Skala nyeri klien : Menggam 5. Ajarkan prinsip-
P : Saat bergerak barkan prinsip manajemen nyeri
Q: Tertusuk-tusuk faktor 6. Ajarkan pasien dengan
R : Dada kiri penyebab penggunaan teknik non
sampai ke lengan - 160503 farmakologi
Kiri Mengguna
S : 7-10 kan
T : Mendadak dan tindakan
hanya beberapa pencegaha
menit n
- 160504
Mengguna
kan
tindakan
pengurang
an nyeri
tanpa
analgesik
- 160505
Mengguna
kan
analgesik
yang
direkomen
dasikan
- 160509
Mengenali
apa yang
terkait
dengan
gejala
nyeri

DAFTAR PUSTAKA

Alimul & Auliyah. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Health Books.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: ECG

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi
ke-3. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai