Disusun oleh :
3. Tinjauan Medis
Mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat dilakukan
pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
a. Pola tidur penderita
b. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
c. Tingkatan stres psikis
d. Riwayat medis
e. Aktivitas fisik.
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang
disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan
alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien
lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien
terjaga di malam hari. The Multiple Sleep Latency Test (MSLT) memberikan
informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-aspek tertentu dari struktur
tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG, perubahan tonus otot
menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien
dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola
tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi
waktu tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas
dan istirahat.
4. Faktor Yang Mempengaruhi
Kozier (2010) menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas tidur di pengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Sakit
Masalah sakit yang dapat menimbulkan nyeri atau gangguan fisik yang
dapat mengakibatkan gangguan tidur. Orang yang sakit memerlukan tidur
yang lebih di bandingkan dengan orang dengan keadaan normal.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat mengganggu individu untuk tidur itu dikarenakan
lingkungan yang ribut, bising, kotor, serta gaduh dapat menghambat tidur.
c. Letih
Letih dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Orang dengan tingkat
letih sedang dapat mengalami tidur yang nyenyak. Sedangkan pada kelelahan
yang berlebihan dapat menyebabkan periode tidur lebih pendek.
d. Gaya hidup
Seseorang yang memiliki jam kerja yang bergeser dan sering kali
berganti jam kerja harus mengatur aktivitas untuk siap tertidur di saat yang
tepat.
e. Stres emosional
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan frekuensi tidur. Pada
saat kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui system
saraf simpastis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM sehingga
mengalami gangguan tidur.
f. Stimulan dan alkohol
Minuman yang terdapat kandungan kafein dapat menstimulan sistem
saraf pusat, sehingga mempengaruhi tidur. Orang yang minum alkohol secara
berlebihan seringkali akan mengalami gangguan tidur.
g. Diet
Penurunan berat badan telah dihubungkan dengan penurunan waktu
tidur total serta tidur yang terputus dan bangun tidur lebih awal. Sedangkan,
pertambahan berat badan tampak berhubungan dengan peningkatan total
waktu tidur, berkurangnya tidur yang terputus dan bangun tidur lebih lambat.
h. Merokok
Nikotin memberikan efek stimulan pada tubuh, dan perokok sering kali
lebih sulit tertidur dibandingkan dengan bukan perokok. Perokok biasanya
mudah terbangun dan sering kali menggambarkan diri sebagai orang yang
tidur di waktu fajar.
i. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga sering kali dapat mengatasi rasa letih
seseorang. Misalnya, jika seorang yang sudah lelah mungkin dapat terjaga saat
melakukan kegiatan. Sebaliknya ketika seseorang mengalami rasa bosan dan
tidak termotivasi untuk tetap terjaga, akan mengalami tidur terjadi dengan
cepat.
7. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format
nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat, pendidikan,
diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien
meminta bantuan pelayanan seperti :
a) Apa yang dirasakan klien
b) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
c) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
d) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila
dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak
mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi pengkajian
apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah
sering mengalami gangguan pola tidur.
Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh
berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi.
d. Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien
baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.
8. Diagnosa Keperawatan
a. Insomnia
b. Deprivasi tidur
c. Kesiapan meningkatkan tidur
d. Gangguan pola tidur
9. Rencana Keperawatan
Tujuan & Kriteria
No Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
1 Insomnia Setelah dilakukan asuhan 1. Peningkatan Koping : 1. Mengurangi
keperawatan selama... x Membantu pasien tekanan pada diri
24 jam diharapkan pasien untuk beradaptasi pasien.
tidak mengalami insomnia dengan persepsi, 2. Kenyamanan
dengan kriteria hasil : stressor, perubahan membuat pasien
1. Jumlah jam tidur atau ancaman yang relaksasi dan
(sedikitnya 5 jam per mengganggu membantu pasien
24 jam untuk orang pemenuhan tuntutan santai.
dewasa. dan peran hidup. 3. Agar pasien
2. Pola, kualitas dan 2. Manajemen mampu
rutinitas tidur. Lingkungan membangun pola
3. Perasaan segar Kenyamanan: tidur yang sesuai
setelah tidur. Memanipulasi
4. Terbangun di waktu lingkungan sekitar
yang sesuai. pasien untuk
meningkatkan
kenyamanan yang
optimal.
3. Peningkatan Tidur :
Memfasilitasi siklus
tidur-terjaga yang
teratur.
DAFTAR PUSTAKA