Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU

“KEWARGANEGARAAN”
( Dosen : Kemal Idris Balaka, SH., MH )

OLEH :
MARWANA
NIM. S.0020.P2.105

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI
TAHUN 2020 / 2021
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

A. Latar Belakang kewarga Negaraan.......................................... 1

B. Bangsa Dan negara................................................................... 1

C. Demokrasi Indonesia................................................................ 3

D. Wawasan Nusantara................................................................. 10

E. Negara Konstitusi..................................................................... 11

F. Ideologi Pancasila..................................................................... 13
A. LATAR BELAKANG KEWARGA NEGARAAN

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik


tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi
dalam kegiatan politik.

Latar belakang diadakannya kewarganegaraan adalah bahwa semangat perjuangan


bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang luar
biasa dalam masa perjuangan fisik, sedangkan dalam menghadapi globalisasi untuk
mengisi kemerdekaan kita memerlukan perjuangan nono fisik sesuai dengan bidang
profesi masing-masing. Perjuangan ini dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan bangsa
sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan prilaku yang
cinta tanah air dan mengutamakan persatuan serta kesatuan bangsa dalam rangka bela
negara demi tetap utuh dan tegaknya NKRI.

Kompetensi/kemampuan yang diharapkan dari Pendidikan Kewarganegaraan


adalah bahwa dengan pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan agar kita memiliki
wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan
prilaku sebagai pola tindak yg cinta tanah air berdasarkan Pancasila, semua itu diperlukan
demi tetap utuh & tegaknya NKRI.

B. BANGSA DAN NEGARA

a. Bangsa

bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan keturunan, asal, sejarah, dan
bahasa. Sementara itu, negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang membentuk suatu organisasi di bawah lembaga politik dan
pemerintahan.

1
Seperti yang sudah diketahui, bangsa merupakan orang-orang yang memiliki
konten asal, bahasa, adat, sejarah, dan berpemerintahan sendiri. Dengan kata lain,
bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan dal wilayah
tertentu di muka bumi.

Sedangkan istilah bangsa dalam arti politik adalah suatu masyarakat dalam suatu
daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu
kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Selain itu, bangsa juga diikat oleh sebuah
organisasi kekuasaan, yaitu negara beserta pemerintahannya.

b. Negara

Negara merupakan organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan tugas-tugas


tertentu. Negara juga bisa disebut sebagai sebuah wilayah atau daerah yang berada di
permukaan bumi yang memiliki kekuasaan, baik dalam bentuk politik, ekonomi,
sosial, budaya, maupun militer. Adapun pelaksanaan kekuasaan tersebut dilakukan
oleh pemerintah.

Suatu organisasi di bawah lembaga politik dan pemerintahan. Dalam suatu negara
juga terdapat tujuan dan fungsinya, yang mana hal tersebut mencakup apa saja yang
dilakukan oleh negara sebagai induk.

1
Perbedaan Bangsa dan Negara Berdasarkan Pembentuknya

Salah satu perbedaan bangsa dan negara terletak pada unsur pembentuknya. Awal
dari terbentuknya bangsa adalah kumpulan orang yang memiliki konten yang sama.
Yang mana semua anggota memiliki beberapa pertanyaan seperti ras, agama, adat
istiadat, dan bahasa. Sedangkan, negara sekelompok orang dalam suatu wilayah
diatur oleh pemerintahan dan hukum.

 Perbedaan Bangsa dan Negara Berdasarkan Anggota di Dalamnya

Perbedaan bangsa dan negara berikutnya yaitu bisa dilihat dari anggota di
dalamnya. Anggota suatu bangsa hanya terdiri dari kelompok tertentu, serta tidak ada
bukti dokumentasi atau identitas. Sementara itu, izin suatu negara memiliki izin
dengan bukti identitas yang jelas.

 Perbedaan Bangsa dan Negara Berdasarkan Batasan Wilayah

Salah satu perbedaan bangsa dan negara yang paling mencolok adalah terletak
pada batasan wilayah. Suatu bangsa memiliki wilayah yang tidak disepakati oleh
hukum. Sedangkan, wilayah sebuah negara diatur oleh batasan-batasan yang jelas.

 Perbedaan Bangsa dan Negara Berdasarkan Sifatnya

Suatu bangsa akan memberikan kebebasan kepada seluruh anggota. Dengan kata
lain, bisa memberi kebebasan tanpa membina secara penuh. Sedangkan, kondisi
negara terhadap anggota masyarakat adalah memikat dan pengungsi.

Di samping itu, peraturan dan sanksi untuk anggota bangsa tidak didasari oleh
undang-undang. Sementara itu, aturan untuk anggota negara telah tertulis secara
resmi dalam perundangan. Dengan kata lain, telah memiliki sanksi hukum secara
jelas dan juga terbuka.

2
C. IDENTITAS NASIONAL

Istilah identitas nasional (national identity) berasal dari kata identitas dan nasional.
Identitas (identity) secara harfiah berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jatidiri yang melekat
pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain (ICCE, 2005:23).
Sedangkan kata nasional (national) merupakan identitas yang melekat pada kelompok-
kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti
budaya, agama, bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Istilah
identitas nasional atau identitas bangsa melahirkan tindakan kelompok (collective action
yang diberi atribut nasional) yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk organisasi atau
pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional (ICCE, 2005:25). Menurut
Kaelan (2007), identitas nasional pada hakikatnya adalah manisfestasi nilai-nilai budaya
yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciri-
ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain
dalam kehidupannya. Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat
dalam suatu negara dan tercermin di dalam identitas nasional, bukanlah barang jadi yang
sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka
yang cenderung terus menerus berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki
oleh masyarakat pendukungnya. Implikasinya adalah bahwa identitas nasional
merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan
fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat. Artinya, bahwa
identitas nasional merupakan konsep yang terus menerus direkonstruksi atau
dekonstruksi tergantung dari jalannya sejarah.

3
❖ Faktor-faktor Identitas Nasional

Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunkan
sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran
identitas nasional terebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional bangsa Indonesia meliputi :

➢ Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis ekologis dan demografis Kondisi
geografi-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang
beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia
Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis,
ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia.

➢ Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002). Faktor historis yang dimiliki Indonesia
ikut mempengarui proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta
identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya. Hasil dari
interaksi dari berbagai faktor tersebut melahirkan proses pembentukan
masyarakat, bangsa dan negara bangsa beserta identitas bangsa Indonesia, yang
muncul tatkala nasionalisme berkembang di Indonesia pada awal abad XX.

D. DEMOKRASI INDONESIA

Demokrasi di Indonesia adalah suatu proses sejarah dan politik perkembangan


demokrasi di dunia secara umum, hingga khususnya di Indonesia, mulai dari pengertian
dan konsepsi demokrasi menurut para tokoh dan founding fathers Kemerdekaan
Indonesia, terutama Soekarno, Mohammad Hatta, dan Soetan Sjahrir.

4
➢ Demokrasi menurut soekarno

Dalam pandangan Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno, demokrasi


Indonesia adalah demokrasi yang lahir dari kehendak memperjuangkan kemerdekaan, itu
artinya adalah demokrasi Indonesia menurut Soekarno meletakan embrionya pada
perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme, hal itu ditulis oleh Soekarno dalam
bukunya, Indonesia Menggugat dan Di Bawah Bendera Revolusi, yang secara eksplisit
terinspirasi oleh pergerakan kemerdekaan yang dilakukan di pelbagai belahan dunia, dari
perjuangan seorang Muhammad, Yesus Kristus, William de Oranje, Mahatma Gandhi,
Mustafa Kemal Attaturk, dan tokoh-tokoh kemerdekaan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
[1]

Menurut Soekarno, demokrasi adalah suatu "pemerintahan rakyat". Lebih lanjut lagi,
bagi Soekarno, demokrasi adalah suatu cara dalam membentuk pemerintahan yang
memberikan hak kepada rakayat untuk ikut serta dalam proses pemerintahan. Namun,
demokrasi yang diinginkan dan dikonsepsikan oleh Soekarno tidak ingin meniru
demokrasi modern yang lahir dari Revolusi Prancis, karena menurut Soekarno, demokrasi
yang dihasilkan oleh Revolusi Prancis, demokrasi yang hanya menguntungkan kaum
borjuis dan menjadi tempat tumbuhnya kapitalisme.[2] Oleh karena itu, kemudian
Soekarno mengkonsepsikan sendiri demokrasi yang menurutnya cocok untuk Indonesia.

➢ Demokrasi menrut mohammad hatta

Seperti Soekarno, Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia, Mohammad Hatta


juga merupakan salah satu tokoh pergerakan yang menjadi pengeritik utama
demokrasi liberal Barat. Kritik Hatta terhadap demokrasi Barat yang dimaksud,
bukanlah demokrasi Barat dalam arti politik, yaitu demokrasi dalam kehidupan

5
politik, atau liberalisme secara umum. Dalam pamflet yang berjudul Ke Arah
Indonesia Merdeka, Hatta mengemukakan sebagai berikut.

"Jadinya, demokrasi Barat yang dilahirkan oleh Revolusi Prancis tiada membawa
kemerdekaan rakyat yang sebenarnya, melainkan menimbulkan kekuasaan
kapitalisme. Sebab itu demokrasi politik saja tidak cukup untuk mencapai demokrasi
yang sebenarnya, yaitu Kedaulatan Rakyat. Haruslah ada pula demokrasi ekonomi

➢ Demokrsi menurut sutan sjahrir


Seperti halnya Soekarno dan Mohammad Hatta, Perdana Menteri Pertama
Republik Indonesia, Soetan Sjahrir juga memiliki konsepsi sendiri tentang demokrasi,
namun yang membedannya adalah Sjahrir tidak mengutuk habis-habisan demokrasi
Barat seperti yang dilakukan Soekarno dan Hatta. Sjahrir lebih membenci fasisme dan
ketimbang kapitalisme Barat, oleh karena itu tak mengherankan bila Sjahrir lebih
suka melakukan dialog dengan pihak Sekutu Barat, seperti Amerika Serikat, Britania
Raya, dan Belanda.

Selain fasisme, Sjahrir pun juga menyerang komunisme dan sistem demokrasinya
sebagai ideologi yang mengkhianati sosialisme kerena mengabaikan kemanusiaan,
seperti Joseph Stalin dan Mao Tse Tung. Karena serangan Sjahrir ke kaum komunis,
maka para penentangnya yang berasal dari spektrum kiri jauh mengejeknya dengan
sebutan “soka” – yang merujuk pada nama bunga – atau akronim dari sosialis kanan,
karena keterpukauan Sjahrir kepada segala hal yang berbau Barat.

Kebencian Sjahrir pada fasisme dan komunisme turut mempengaruhi konsepsinya


mengenai demokrasi dan pemerintahan di Indonesia Merdeka. Pemikiran Sjahrir
tentang demokrasi dan pemerintahan di Indonesia tertuang dalam bukunya yang
berjudul Perjuangan Kita yang terbit pasca Indonesia Merdeka, dan duet Soekarno-
Hatta atau Dwitunggal menjadi pemimpin Indonesia. Bagi Sjahrir, pemerintahan
Indonesia yang baru merdeka, adalah pemerintahan yang dipimpin oleh kolaborator

6
fasis (dalam hal ini kolaborator Kekaisaran Jepang), sehingga pemerintahan perlu
“didemokratisir.

➢ Demokrasi parlementer

Era demokrasi parlementer di Indonesia, juga sering kali disebut sebagai era
demokrasi konstitusional.[24] Munculnya sistem parlementer di Indonesia karena
jatuhnya kabinet Presidensial Pertama pada 14 November 1945 yang disebabkan oleh
keluarnya Maklumat Wakil Presiden No. X/1945 pada 16 Oktober 1945 dan diikuti
kemudian oleh Maklumat Pemerintah pada 3 November 1945 yang berisi tentang
seruan untuk mendirikan partai-partai politik di Indonesia.

Keberlanjutan dari Maklumat Pemerintah itu adalah adanya pengumuman dari Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) tentang perubahan
pertanggungjawaban Menteri kepada parlemen dalam hal ini adalah ko Indonesia
Pusat (KNIP). Usulan dari BPKNIP itu kemudian disetujui oleh Presiden Soekarno
pada 14 November 1945. Dengan demikian, maka secara otomatis sistem
pemerintahan di Indonesia saat itu bukan lagi presidensial, tetapi menjadi
parlementer.

Sistem pemerintahan parlementer yang pertama di Indonesia dimulai pada 14


November 1945 sampai

12 Maret 1946 dibawah kepemimpinan Perdana Menteri Pertama Indonesia, Soetan


Sjahrir atau disebut juga sebagai Kabinet Sjahrir I. Langkah mengubah sistem
pemerintahan Indonesia dari presidensil ke parlementer dianggap sebagai suatu

7
langkah politik ideologi Sjahrir yang menganut sosial-demokrat dan mendukung
sistem demokrasi Barat yang parlemennya kuat.

➢ Demokrasi terpimpin

Setelah berakhirnya era demokrasi parlementer, Indonesia mulai memasuki fase


demokrasi lainnya, yaitu demokrasi terpimpin. Demokrasi terpimpin dimulai saat
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Tetapi sebelum dekrit
presiden diumumkan, demokrasi parlementer atau demokrasi konstitusional masih
bertahan dengan adanya pembentukan sebuah kabinet transisi yang dipimpin oleh Ir.
Djuanda atau yang disebut sebagai Kabinet Djuanda. Kabinet Djuanda ini berisi
orang-orang yang bukan dari koalisi dominan partai di palemenen, maka sering kali
Kabinet Djuanda disebut juga sebagai Kabinet Ekstra Parlemen. Kabinet ini terhitung
mulai bekerja sejak 9 April 1957 sampai 10 Juli 1959.

keinginannya untuk mengubah sistem demokrasi di Indonesia pada 27 Januari 1957


di Bandung. Gagasan Soekarno itu yang diawali dengan mengungkapkan
keinginannya untuk kembali bisa mencampuri urusan pemerintahan meskipun
Konstituante belum selesai membentuk undang-undang dasar yang baru. Kelanjutan
dari pendapatnya itu, kemudian Soekarno mengumpulkan para pemimpin partai
politik untuk membentuk sebuah lembaga yang disebut sebagai Dewan Nasional.

8
➢ Demokrasi pancasila

Era demokrasi Pancasila diawali dengan suatu peristiwa sejarah yang sangat kelam
bagi Indonesia, yaitu Gerakan 30 September (G30S) atau yang sering juga disebut
dengan G30S/PKI. Pemberontakan G30S terjadi pada antara 30 September dan juga 1
Oktober 1965, Soekarno lebih suka

menyebutnya Gestok (Gerakan Satu Oktober) semenatara Soeharto lebih suka


menyebutnya Gestapu (Gerakan September Tigapuluh). Peristiwa ini menelan korban
kurang lebih tiga juta orang - menurut Sarwo Edhie Wibowo, sekaligus menempatkan
Indonesia sebagai negara dengan kasus genosida terbesar keempat di dunia setelah
Jerman Nazi, Kamboja Demokratik, dan Rwanda. Namun, terlepas dari peristiwa
kemanusiaan yang mengikutinya, G30S juga membawa satu angin perubahan sosial,
politik, dan ekonomi di Indonesia.

Sistem demokrasi terpimpin yang justru dijadikan landasan untuk berdirinya sebuah
pemerintahan diktator oleh Soekarno setelah keluarnya Dekret Presiden 5 Juli 1959
ternyata tidak bertahan lama.

Dibawah kepemimpinan tunggal Presiden Soekarno, yang berdasarkan pada konsep


Nasakom (Nasionalis, Agamis, dan Komunis) dengan tujuan menyatukan seluruh
elemen kekuatan sosial-politik di Indonesia ternyata tidak berhasil, karena
kecenderungan Soekarno pada kelompok komunis dan membredel kelompok-
kelompok kanan, justru menimbulkan suatu potensi konflik politik baru yang
membuat politik di Indonesia menjadi tidak stabil. Ditambah lagi dengan krisis
ekonomi dan konflik politik antara Partai Komunis Indonesia dengan Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat membuat rezim Orde Lama itu akhirnya tumbang
dan Indonesia digantikan oleh sebuah rezim baru yang disebut sebagai Orde Baru
dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto.

9
E. WAWASAN NUSANTARA

Wawasan nusantara secara etimologi berasal dari bahasa Jawa wawas yang berarti
pandangan, nusa yang berarti kesatuan kepulauan dan antara yang bermakna dua
samudera.Jadi pengertian secara umum dari Wawasan nusantara adalah cara pandang
atau cara melihat kesatuan kepulauan yang terletak diantara (Asia dan Australia) juga dua
samudera (Hindia dan Pasifik).Berdasarkan TAP MPR tahun 1993 dan 1998 tentang
GBHN, wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia, tentang jati
diri dan lingkungan yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan
wilayah demi tercapainya tujuan nasional.Sementara pengertian Wawasan Nusantara
menurut dokumen ketetapan MPR tahun 1999 menyatakan. Wawasan nusantara adalah
cara pandang dan sikap bangsa mengenai diri dan lingkungan yang serba beragam dan
bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta wilayah
dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan
tujuan mencapai tujuan nasional.” Wawasan nusantara memiliki dua tujuan utama.
Tujuan wawasan nusantara ke Luar adalah menjamin kepentingan nasional dalam era
globalisasi yang kian mendunia maupun kehidupan dalam negeri. Kemudian turut serta
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, keadilan
sosial, dengan sikap saling menghormati.

Bangsa Indonesia harus terus-menerus mengamankan dan menjaga kepentingan


nasionalnya dalam kehidupan internasionalnya di semua aspek kehidupan, baik politik,
ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan demi tercapainya tujuan
nasional yang tertera dalam UUD 1945.
Tujuan wawasan nusantara ke dalam adalah menjamin persatuan dan kesatuan di segenap
aspek kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun aspek sosial.

10
F. NEGARA DAN KONSTITUSI

Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide demokrasi
dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan
hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada
konstitusi sebagai hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu konstitusi
dinamakan Negara konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara ideal
sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus memenuhi sifat-
sifat dan cirri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut gagasan
tenttang konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide, gagasan,
atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi pada bab ini terdiri
atas konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara
Republik Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia.

❖ Pengertian Negara

Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi


masyarakat ada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat negara
merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun
384-322 S.M., merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya sebagai
negara polis. Yang pada saat itu asih dipahami negara masih dalam suatu wilayah
yang dipahami negara masih dalam suatu wilayah yang kecil. Dalam pengertian itu
negara disebut sebagai negara hukum, yang didalamnya terdapat sejumlah warga
negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia). Oleh karena itu menurut
Aristoteles keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggarannya negara yang
baik, demi terwujudnya cita-cita seluruh warganya.

11
❖ Pengertian konstitusi

Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin : constitutio) dalam negara adalah
sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang
terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menajdi dasar bagi
peraturan-peraturan lainnya. Dalam kasus bentukan negara, kontitusi memuat aturan
dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk
menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip
dasar hukum termasuk dalam bentuk struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban
pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi merujuk umumnya merujuk pada
pinjaman hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan
kepada seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.

12
G. IDEOLOGI PANCASILA

Ideologi Pancasila adalah pandangan atau nilai-nilai luhur budaya dan religius yang
digunakan bangsa Indonesia. Hal itu berarti setiap nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ideologi merupakan gabungan dari bahasa Yunani 'ideos' dan 'logos' yang berarti tujuan,
cita-cita, sudut pandang, pemikiran, dan pengetahuan. Ideologi merupakan seperangkat
ide atau keyakinan yang menentukan cara pandang seseorang untuk mencapai tujuan
dengan berdasar kepada pengetahuan.

Sementara, Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata, yaitu
'panca' yang berarti lima dan 'sila' yang berarti prinsip atau asas.

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan, ideologi pancasila merupakan kumpulan nilai
dan norma yang menjadi landasan keyakinan dan cara berpikir untuk mencapai tujuan
dengan berdasar kepada lima sila dalam pancasila.Jadi, selain bunyi kelima sila pancasila
yang harus kita hafal dan pahami, penting juga untuk mengetahui mengenai ideologi
pancasila. Dengan begitu, kecintaan terhadap negara ini akan makin bertambah.

Makna Ideologi Pancasila

Pancasila tak hanya berkedudukan sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai ideologi
nasional bangsa Indonesia.

Pancasila ialah sebagai ideologi yang mempunyai makna sebagai berikut:

• Nilai-nilai yang tercantum di dalam Pancasila itu menjadi cita-cita normatif


penyelenggaraan bernegara.

13
• Nilai-nilai yang tercantum di dalam Pancasila ini merupakan nilai yang disepakati
secara bersama, oleh karena itu menjadi satu di antara sarana di dalam pemersatu
(integrasi) masyarakat Indonesia.

Fungsi Ideologi Pancasila

• Sarana pemersatu bangsa Indonesia, memperkukuh, dan memelihara kesatuan dan


persatuan.

• Membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan.

• Memberikan motivasi untuk menjaga dan memajukan jati diri bangsa Indonesia.

• Menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia untuk menjaga keutuhan negara.

• Menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme.

• Menunjukkan jalan serta mengawasi dalam upaya mewujudkan cita-cita yang terkandung
dalam Pancasila.

Tujuan Ideologi Pancasila

• Menghendaki seluruh rakyat Indonesia untuk memiliki sikap religius, memeluk agama
sesuai dengan keyakinan, dan taat kepada Tuhan. Menanamkan dan menjunjung tinggi
rasa saling menghargai dan menghormati HAM
• (Hak Asasi Manusia).
Menciptakan bangsa yang nasionalis dan menanamkan rasa cinta tanah air kepada
seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
• Menciptakan bangsa yang demokrasi, yaitu mendahulukan kepentingan umum untuk
kesejahteraan bersama.

14
Dimensi Ideologi Pancasila

• Dimensi Idealisme

Dimensi Idealisme adalah suatu dimensi ideologi Pancasila yang terkandung di dalam
landasan dasar negara sehingga dimensi ideologi ini memberikan harapan bagi
kehidupan masyarakat bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik.

• Dimensi Realita

Dimensi realita adalah suatu nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila
untuk dilaksanakan dan diamalkan dalam kehidupan nyata. Dimensi realita ini
menuntut setiap orang untuk berperilaku sesuai dengan landasan negara, yakni
Pancasila dalam kehidupan masyarakat.

• Dimensi Fleksibilitas

Dimensi Fleksibilitas adalah suatu kemampuan dari ideologi tersebut untuk


menyesuaikan diri dan memengaruhi dengan perkembangan kehidupan sosial di
Indonesia

15
Contoh ideology
• Sila Pertama

Contoh penerapan ideologi Pancasila pada sila pertama adalah memberikan


kebebasan untuk memeluk agama. Jadi, negara tidak pernah memaksa seseorang
untuk memeluk satu di antara agama tertentu.

• Sila kedua

Saling menghormati, sesuai adab ketimuran dan sesuai dengan sila kedua dari
Pancasila merupakan contoh ideologi dari sila kedua. Itulah mengapa, masyarakat
Indonesia wajib untuk saling memiliki rasa hormat antarindividu ataupun kelompok.

• Sila Ketiga

Contoh ideologi pancasila yang diambil sila ketiga adalah selalu mementingkan
kepentingan golongan dibandingkan dengan kepentingan individu.

• Sila Keempat

Adanya ideologi Pancasila ini menuntut masyarakat untuk bermusyawarah dalam


memutuskan atau memberikan solusi dari suatu masalah yang sedang terjadi.

Tujuan dari diadakan musyawarah ini adalah untuk mendengar dan memutuskan jalan
keluar dari suatu masalah sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

• Sila Kelima

Contoh ideologi pancasila yang terakhir adalah bersikap adil dalam memutuskan
suatu permas

16
17

Anda mungkin juga menyukai