Anda di halaman 1dari 53

I

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN CECEMASAN COVID 19

PADA REMAJA DI SMK 1 POLINGGONA

OLEH

MEGAWATI

( NIM S.0020.P2.106 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

2022

II
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : MEGAWATI

NIM : S.0020.P2.106
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Hubungan Pengetahuan dengan tingkat kecemasan

Covid di SMK 1 Polinggona

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil penelitian yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau

pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil penelitian ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

sesuai peraturan yang berlaku.

Kolaka, Maret 2022


Yang Membuat Pernyataan,

MEGAWATI

III
DAFTAR ISI

JUDUL PENENELITIAN........................................................................................I
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................II
PERNYATAAN KEASLIAN..................................................................................III
KATA PENGANTAR..............................................................................................1V
DAFTAR ISI............................................................................................................V

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.......................................................................................4
C. Tujuan penelitian........................................................................................4
D. Manfaat penelitian......................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

A. Landasan Teori.........................................................................................6
B. Kerangka Teori.........................................................................................26
C. Kerangka Konsep......................................................................................27
D. 2.4 Hipotesis..............................................................................................27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................28

A. Desain Penelitian.....................................................................................28
B. Lokasi dan Waktu....................................................................................28
C. Populasi dan Sampel................................................................................28
D. Variabel Penelitian..................................................................................30
E. Defenisi Operasional Variabel.................................................................30
F. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................31
G. Bahan dan Alat.........................................................................................32
H. Jenis Data.................................................................................................32
I. Pengolahan Data......................................................................................33
J. Etika Penlitian..........................................................................................35
Daftar Pustaka.........................................................................................................
Lampiran.................................................................................................................

IV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan Desember dunia dihebohkan

dengan berita munculnya wabah penyakit pneumonia yang tidak diketahui

sebab pastinya. Virus ini mengakibatkan seseorang terkena gangguan

pernafasan bahkan pneumonia akut dan dapat menyerang siapa saja baik

anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil maupun menyusui. Mereka yang

terserang virus ini mengalami gejala ringan, sedang bahkan berat yang

berujung kematian karena disertai penyakit kronis bawaan seperti Jantung,

Hipertensi, Diabetes dan yang lainnya (Vienchi Putri, M. 2020).

Data dunia jumlah kasus COVID-19 yang dilaporkan oleh World health

organization pada tanggal 26 Februari 2022 , ada 434.247.399 kasus 

COVID-19 yang dikonfirmasi diseluruh Dunia dan jumlah kematian

5.944.313 akibat COVID-19 seluruh Dunia.(Who, 2022) Saat ini Indonesia

dimulai tahun 2019-2021 berada pada urutan ke 16 Dunia dan Peringkat

Pertama di Asia Tenggara dengan jumlah kasus COVID-19 5.504.418 dan

angka kematian mencapai 147.844686 ( World health organization Februari

27 2022 ). Sulawesi Tenggara berada di urusan 30 dengan Jumlah kasus

COVID-19  24.475 dan Kasus Kematian sebanyak  544 Kasus dan Kab

Kolaka berada di urutan ketiga di Sulawesi Tenggara dengan jumlah kasus


COVID-19 Sebanyak 2.122 dan kasus kematian sebanyak 38.

Kondisi pandemi Covid-19 saat ini yang terjadi dapat menimbulkan

ansietas atau perasaan cemas pada masyarakat tidak terkecuali pada remaja,

karena usia remaja merupakan usia yang masih labil dalam menghadapi

kondisi-kondisi yang tidak terduga Kecemasan pada remaja terkait adanya

pandemi Covid-19 dapat terjadi karena kurangnya informasi mengenai

kondisi ini, di tambah laginpemberitaan yang terlalu heboh di media massa

ataupun media sosial, yang memberitakan Peningkatan jumlah kasus

penularan penyakit Covid-19 Terus Meningkat (Fitria & Ifdil, 2020) Tekanan

psikologis yang terjadi pada remaja tentunya tidak dapat disepelekan, hal

tersebut berpotensi menyebabkan gangguan mental. Selain itu kecemasan

yang berlebihan Beresiko menurunnya sistem imun tubuh sehingga lebih

mudah terserang virus corona istirahat yang cukup, tetap rileks, banyak

bergerak fisik atau berolahraga dan menerapkan social distancing Untuk

menghindari kecemasan yang berlebihan pada remaja saat pandemi Covid-19

(Sword & Zimbardo, 2020) kecemasan yang dialami oleh anak didik, yaitu

kecemasan menggambarkan keadaan emosional yang dikaitkan dengan

ketakutan. Jenis yang meng- gambarkan kecemasan berbeda-beda. 1) Takut

akan situasi sekolah secara menyeluruh, 2) takut aspek khusus lingkungan

sekolah, guru, teman, mata pelajaran, atau ulangan dan 3) School phobia,

menyebabkan anak menolak untuk pergi sekolah (Suryaatmaja & Wulandari,

2020).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gumantan et al (2020)

didapatkan hasil bahwa 39,1 % remaja mengalami kecemasan berlebihan

karena pemberitahuan tentang informasi covid 19 yang terus beredar.

Adapun penelitian yang meneliti remaja di kota lampung terhadap

kecemasan yang dialami di masa pandemi , untuk hasil penelitiannya

didapatkan bahwa tingkat kecemasan yang dialami remaja berada pada

tingkat berat yakni 54 % sedangkan untuk penelitian saya nantinya melihat

terlebih dahulu apakah terdapat kejadian kecemasan yang dialami remaja di

kota Makassar dan untuk instrumen yang saya gunakan tidak melihat

tingkatan kecemasan melainkan nilai maksimum bila mengalami kecemasan

dan nilai minimum bila tidak mengalami kecemasan (Fitria et al., 2020). Hal

serupa juga terjadi di Amerika Serikat terdapat 7,1 % anak dalam kelompok

usia 13-17 tahun terdiagnosis mengalami kecemasan dimasa pandemi ini

(Riany, Februari 9,2020).

Hasil Survey awal yang di dapatkan pada tanggal 24 februari 2022

dilakukan wawancara pada 15 siswa di SMK Negeri 1 Polinggona dengan 10

siswa mengatakan cemas dengan adanya COVID-19 yang dapat

mempengaruhi aktivitas belajar dan bermain 5 siswa mengatakan tidak

merasakan cemas karena sekarang sudah ada program pemerintah yaitu

vaksinasi serta mematuhi protokol kesehatan yang di wajibkan untuk tiap

siswa dan 11 siswa memiliki pengetahuan baik tentang COVID-19 dari

penyuluhan kesehatan yang di adakan pada sekolah dan berita yang beredar

luas di media sosial dan 4 siswa memiliki pengetahuan yang kurang tentang
COVID-19 masalah atau fenomena Berakar dari kondisi bahwa ada hasil

yang belum konsisten atas hubungan pengetabuan dengan kecemasan

terhadap COVID-19 untuk wilaya yang berbeda-beda , maka peneliti tertarik

dan tertarik untuk meneliti kembali mengenai Hubungan tingkat pengetahuan

dengan tingkat kecemasan terhadap COVID-19 pada remaja di smk

polinggona.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : “ Adakah Hubungan

tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan terhadap COVID-19 pada

remaja di SMK Polinggona. ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Di ketahui Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan

terhadap COVID-19 pada remaja di SMK Polinggona..

2. Tujuan Khusus

a. Di Ketahuinya tingkat pengetahuan remaja di SMK Polinggona.

b. Di Ketahuinya tingkat kecemasan terhadap COVID-19 pada remaja di

SMK Polinggona

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan peneliti tentang tingkat pengetahuan dengan

tingkat kecemasan terhadap COVID-19 pada remaja dan pengalaman


melakukan penelitian serta menambah wawasan dalam

mengembangkan diri .

b. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk bahan pembanding

dan menjadi sumber informasi bagi peneliti selanjutnya untuk

mengembangkan penelitian yang sudah ada .

c. Manfaat bagi institusi pendidikan

Dapat menambah bahan kepustakaan di Stikes Karya Kendari

d. Bagi pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam rangka

meningkatkan pelayanan kesehatan pada anak dan memberikan

informasi tentang tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan

terhadap COVID-19 pada remaja di SMK Polinggona..


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum

a. Definisi Remaja

remaja merupakan penduduk dalam usia 10 – 19 tahun. menurut

Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014. remaja merupakan penduduk

dengan rentang usia 10 – 18 tahun. dan menurut badan kependudukan dan

kelurga berencana (BKKBN) usia remaja 10 – 24 tahun dan yang belum

menikah atau belum berkelurga Menurut WHO (world health organization

)(Kemenkes 2014). Massa remaja dalah massa peralihan atau massa

transisi dari anak menuju ke dewasa, pada massa ini begitu pesat

mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik baik itu fisik maupun

mental Sehingga dapat dikelompokkan remaja terbagi dalam tiga fase

yaitu :Massa remaja awal (12 – 15 tahun, Massa remaja pertengahan 15 –

18 tahun dan Massa remaja akhir 18-21 tahun. (Diananda 2018)


b. Tahapan Fase Massa Remaja

Massa remaja terdiri dari tiga bagian, yaitu : (Rahayu 2017)

a) Massa remaja awal ( 12 – 15 tahun )

Pada massa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-

anak dan mulai berusaha mengembangkan diri menjadi individu yang unik

dan mulai belajar mandiri atau tidak bergantung pada orang tua. Mulai t

erjadinya perubahan fisik,

b) Massa remaja pertengahan ( 15 – 18 tahun )

Pada massa ini ditandai dengan berkembangnya perubahan berfikir

yang lebih dewasa. Teman sebaya selalu memiliki peran yang penting ,

namun individu sudah mampu mengarahkan diri sendiri serta pada massa

ini individu mulai mengembangkan tingkah laku.

c) Massa remaja akhir (19 – 22 tahun )

Pada massa ini di tandai dengan persiapan akhir untuk memasuki

peran-peran orang dewasa. Individu mulai bias mengambil keputusan

untuk dirinya sendiri.

c. Ciri – cirri perkembangan remaja

cirri-ciri perkembangan pada remaja di bagi dalam empat fase

yaitu (Ratnaningsih Dkk 2017) :

a. Perkembangan biologis

Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasilaktifitas dari hormonal

dibawah pengartuh system saraf pusat ditandai perkembangan

karakteristik seks sekunder.

b. Perkembangan moral
Dimana pada fase ini Remaja hanya dapat menerima keputusan atau sudut

pandang orang dewasa di banding Anak-anak.

c. Perkembangan spiritual

Remaja sudah mampu berempati dan berfikir secara logis.

d. Perlembangan social

Pada fase ini remaja berkemampuan bersosialisasi dengan teman sebaya

dan orang-orang di sekitarnya.

B. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan

atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang

diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu

(Lestari, 2018). Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana (2017), pengetahuan

adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

Pengetahuan (knowledge) adalah pengenalan akan sesuatu atau apa

yang dipelajari. Ahli lain mengungkapkan pengertian pengetahuan yaitu

akumulasi pengalaman inderawi yang dicatat/terekam dalam otak masing-

masing diberi nama setempat dan dikomunikasikan seperlunya secara

abstrak tanpa menunjukkan benda yang bersangkutan secara fisik (Tamime,

2019).
b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, 2003 dalam (Abril, 2016) pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan menjelaskan

bahwa ada enam tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:

a. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Yang termasuk pengetahuan ini adalah

bahan yang dipelajari/rangsang yang diterima.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat meng-interpretasikan

suatu materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (riil). Aplikasi

disini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam kaitannya

suatu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata-kata kerja.

e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk menjelaskan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Bisa diartikan juga sebagai kemampuan untuk menyusun formasi

baru dari formasi-formasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan

penelitian terhadap suatu obyek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

c.Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai


berikut (Fitriani dalam Yuliana, 2017),:
a. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk

menerima sebuah informasi. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada

pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua

aspek ini menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan menumbuhkan

sikap positif terhadap objek tersebut. pendidikan tinggi seseorang

didapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa.

Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula


pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

b. Media massa/ sumber informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (immediatee

impact), sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan

pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan bermacam-macam media

massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang

informasi baru. Sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat

c. Sosial budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi seseorang juga

akan menentukan ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu, sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya interaksi

timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan.

e. Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun

pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk


memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya

tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin

banyak.

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur dengan beberapa cara. Menurut

Notoatmodjo dalam Tamime (2019) pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau mengisi angket yang menyatakan

tentang isi materi yang diukur dari subjek ukur penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur dapat disesuaikan dengan

tingkat-tingkat pengetahuan yang ada. Pertanyaan atau tes dapat

digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu

a. Pertanyaan subjektif, misalnya pertanyaan uraian.

b. Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda, betul atau salah

dan pertanyaan menjodohkan. Dua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan

objektif khususnya pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat

kur karena lebih

C. Konsep Covid-19

a. Definisi Covid-19

Corona virus adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai


dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis corona virus

yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala

berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Celina Augla 2021 ) Corona virus

Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah

diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab Covid-19 ini

dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara

hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS

ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari

unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan Covid-

19 ini masih belum diketahui (Kemenkes RI, 2020).

b. Etiologi dan Patogenesis

a. Coronavirus disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus- 2 (SARS-CoV-2). Coronavirus yang menjadi etiologi

Covid-19 termasuk dalam genus betacoronavirus. Hasil analisis

filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang

sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Sever2 Acute

Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu

Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of

Viruses mengajukan nama SARS- CoV-2. Saat ini, penyebaran SARS-

CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama

sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-CoV-2

dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk
atau bersin. Kasus-kasus terkait transmisi dari karier asimtomatis

umumnya memiliki riwayat kontak erat dengan pasien Covid-19.

b. Periode inkubasi Covid-19 antara 13-14 hari ditandai dengan kadar

limfosit dan leukosit yang masih normal atau sedikit menurun, serta

belum merasakan gejala. Selanjutnya virus mulai menyebar ke organ

yang melalui aliran darah, terutama menuju ke organ yang

mengekspresikan ACE2 dan mulai merasakan gejala ringan. Empat

sampai tujuh hari dari gejala awal, kondisi pasien mulai memburuk

dengan ditandai oleh timbulnya sesak, menurunnya limfosit, dan

perburukan lesi di paru. Jika fase ini tidak teratasi, dapat terjadi Acute

Respiratory Distress Syndrome (ARSD), sepsis, dan komplikasi lain.

Tingkat keparahan klinis berhubungan dengan usia di atas 70 tahun,

komorbiditas seperti diabetes, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),

hipertensi, dan obesitas (Nur indah Fitriyani, 2020).

c. Klasifikasi
Berdasarkan Panduan Surveilans Global WHO untuk novel Corona-virus

2019 (Covid-19) per 20 Maret 2020, infeksi Covid-19 ini diklasifikasikan

sebagai berikut (Celina Augla 2021) :

a.Kasus Terduga (suspect case)

a) Pasien dengan gangguan napas akut (demam dan setidaknya

satu tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak

napas), dan riwayat perjalanan atau tinggal di daerah yang

melaporkan penularan di komunitas dari penyakit Covid-19


selama 14 hari sebelum gejala.

b) Pasien dengan gangguan napas akut dan mempunyai kontak dengan

kasus terkonfirmasi atau probable Covid-19 dalam 14 hari terakhir.

c) Pasien dengan gejala pernapasan berat (demam dan setidaknya satu

tanda atau gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak napas

dan memerlukan rawat inap) dan tidak adanya alternatif diagnosis

lain yang secara lengkap dapat menjelaskan presentasi klinis

tersebut.

b. Kasus probable (probable case)

a. Kasus terduga yang hasil tes dari Covid-19 inkonklusif.

b. Kasus terduga yang hasil tesnya tidak dapat dikerjakan karena

alasan apapun.

c. Kasus terkonfirmasi yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan

laboratorium infeksi Covid-19 positif, terlepas dari ada atau

tidaknya gejala dan tanda klinis Terdapat sedikit perbedaan

klasifikasi infeksi Covid-19 di Indonesia dengan WHO. Klasifikasi

Covid-19 di Indonesia saat ini didasarkan pada buku panduan tata

laksana pneumonia Covid-19 Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia (Kemenkes RI), yaitu kasus suspek disebut dengan

Pasien dalam Pengawasan (PdP), Orang Dalam Pemantauan

(ODP) dan Orang tanpa gejala (OTG). Berikut klasifikasi menurut

buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disesase

(Covid- (Davies, 2020).


3 Pasien Dalam Pengawasan (PDP)

Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam

(≥38oC) atau riwayat demam disertai salah satu gejala atau tanda

penyakit pernapasan seperti batuk, sesak nafas, sakit tenggorokan,

pilek/pneumonia ringan hingga berat dan tidak ada penyebab lain

berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14

hariterakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau

tinggal di Negara atau wilayah yang melaporkan transmisi lokal.

a) Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat demam atau ISPA dan

pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat

kontak dengan kasus konfirmasi Covid-19.

b) Orang dengan ISPA berat atau pneumonia berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab

lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

4 Orang Dalam Pemantauan (ODP)

a) Orang yang mengalami demam ≤ 38atau riwayat demam atau

gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek, sakit

tenggorokan, batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan

gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir

sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di

negara wilayah yang melaporkan transmisi lokal.

b) Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti

pilek, sakit tenggorokan, batuk dan pada 14 hari terakhir sebelum


timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi

Covid-19. Orang Tanpa Gejala (OTG) Seseorang yang tidak

bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang konfirmasi

COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG) merupakan kontak erat

dengan kasus konfirmasi COVID-19.

d. Manifestasi Klinis

1. Manifestasi klinis pasien Covid-19 memiliki spektrum yang luas,

mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia,

pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80%

kasus tergolong ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat,

dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan kritis.Gejala

ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran

napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai bisa disertai dengan

demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia,

malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala.

2. Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa

kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah (Nur indah

Fitriyani, 2020). Pasien Covid-19 dengan pneumonia berat ditandai

dengan demam, ditambah salah satu dari gejala:

a. Frekuensi pernapasan >30x/menit.

b. Distres pernapasan berat.

c. Saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. pada

pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala yang


atipikal.

3. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif, sesak

napas, sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia, menggigil,

mual/muntah, kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan

kongesti konjungtiva. Lebih dari 40% demam pada pasien Covid-19

memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C. Perjalanan penyakit

dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari

(median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal

atau sedikit menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase

berikutnya (gejala awal), virus menyebar melalui aliran darah,

diduga terutama pada jaringan yang mengekspresi ACE2 seperti

paru-paru, saluran cerna dan jantung. Gejala pada fase ini umumnya

ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah

timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai

sesak, lesi di paru memburuk, limfosit menurun. Penanda inflamasi

mulai meningkat dan mulai terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak

teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak terkontrol, terjadi

badai sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan komplikasi

lainnya (Susilo et al., 2020).

4. Perubahan sisitem imun fisiologis pada ibu hamil, berhubungan

dengan gejala infeksi COVID-19 yang lebih besar. Kebanyakan ibu

hamil hanya mengalami gejala cold/flu- like sympthomps derajat

ringan sampai dengan sedang. Pada telaah sistematis pada 108 kasus

kehamilan terkonfirmasi covid-10 didapatkan gejala klinis paling


sering didapatkan adalah demam dan batuk risiko akan meningkat

pada kehamilan dengan komorbid (M. A. Aziz, 2020).

e. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Hematologi

Hitung limfosit absolut / absolute lymphocyte count (ALC)

<1500/µL

2) Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) >3,13

3) CRP > 10mg/L

4) Pemeriksaan molekuler (TCM, Real Time PCR), atau Rapid

Test Antigen/Antibodi (bila pemeriksaan molekular tidak

tersedia) (PDS PatKLIn, 2020)

Tabel 2.1 Perbedaan PCR dan Rapid Test (Saskia Hani Khoiruni sa 2021)

PCR Rapid Test Antibody

Kelebihan 1. Sensitivitas dan 1. Dapat dikerjakan oleh semua


spesifisitas tinggi laboratorium (selama APD
2. Deteksi langsung asam tersedia)
nukleat virus 2. Hasil cepat
3. Dapat deteksi fase akut 3. Menggunakan sampel whole
(sejak hari pertama blood/serum (lebih nyaman untuk
terinfeksi) pasien)
Kekurang 1. Perlu pengambilan 1. Sensitivitas rendah
an sampel swab 2. Tidak dapat deteksi fase aku
nasofaring/orofaring

yg benar
2. Perlu tenaga terlatih
dalam pengambilan
swab
3. Perlu ketrampilan
untuk ekstraksi manual
4. Perlu spesifikasi lab
dan APD khusus

D. Kecemasan

a. Definisi Kecemasan

Kecemasan atau ansietas adalah suatu perasaan takut akan terjadinya

sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal

yang membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi

ancaman. Pengaruh tuntutan, persaingan, serta bencana yang terjadi dalam

kehidupan dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan

psikologi. Salah satu dampak psikologis yaitu ansietas atau kecemasan

(Kusumawardhani, 2016).

Kecemasan atau ansietas merupakan suatu pengalaman yang normal

dan biasa terjadi serta dapat memengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, dan

kesejahteraan fisik seseorang. Apabila kecemasan semakin bertambah

intensitasnya atau terasa semakin kuat, maka dapat menyebabkan

gangguan kecemasan (anxiety disorders). Seseorang yang mengalami

gangguan kecemasan (anxiety disorders) dapat mengalami gejala

kecemasan berlebihan secara teratur dalam jangka waktu yang lama

(berbulan-bulan hingga bertahun-tahun) (Haring et al., 2013).

Kecemasan pada masa kehamilan merupakan reaksi emosional yang

dirasakan oleh ibu hamil yang berkaitan dengan ketakutan ibu terhadap

kesejahteraan dirinya sendiri dan janinnya, masa kehamilan, persalinan,


masa setelah persalinan dan ketika telah berperan menjadi ibu (Dunkel

Schetter & Tanner, 2012).

b. Teori Kecemasan

Teori kecemasan yaitu(Kaplan dan Sadock, 2010) :

a. Teori Genetik

Pada sebagian manusia yang menunjukkan kecemasan, riwayat hidup dan

riwayat keluarga merupakan predisposisi untuk berperilaku cemas. Sejak

kanak-kanak mereka merasa risau, takut dan merasa tidak pasti tentang

sesuatu yang bersifat sehari-hari.

b. Teori katekolamin

Situasi-situasi yang ditandai oleh sesuatu yang baru, ketidakpastian

perubahan lingkungan, biasanya menimbulkan peningkatan sekresi

adrenalin (epinefrin) yang berkaitan dengan intensitas reaksi-reaksi

yang subjektif, yang ditimbulkan oleh kondisi yang merangsangnya.

Teori ini menyatakan bahwa reaksi cemas berkaitan dengan

peningkatan kadar katekolamin yang beredar dalam badan.

c. Teori psikoanalisa

Kecemasan berasal dari impulse anxiety, ketakutan berpisah

(separation anxiety), kecemasan kastrisi (castriation anxiety) dan

ketakutan terhadap perasaan berdosa yang menyiksa (superego

anxiety).

d. Teori perilaku atau teori belajar

Teori ini menyatakan bahwa kecemasan dapat dipandang sebagai


sesuatu yang dikondisikan oleh ketakutan terhadap rangsangan

lingkungan yang spesifik. Jadi kecemasan disini dipandang sebagai

suatu respon yang terkondisi atau respon yang diperoleh melalui proses

belajar.

e. Teori perilaku kognitif

Kecemasan adalah bentuk penderitaan yang berasal dari pola pikir

maladaptive

f. Teori belajar sosial

Kecemasan dapat dibentuk oleh pengaruh tokoh-tokoh penting masa

kanak -kanak.

g. Teori sosial

Kecemasan sebagai suatu respon terhadap stessor lingkungan, seperti

pengalaman- pengalaman hidup yang penuh dengan ketegangan.

h. Teori eksistensi

Kecemasan sebagai suatu ketakutan terhadap ketidakberdayaan dirinya

dan respon terhadap kehidupan yang hampa dan tidak berarti.

c. Gejala Kecemasan

Tanda dan gejala pasien dengan ansietas adalah cemas, khawatir,

firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah tersinggung, pasien

merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut, pasien mengatakan

takut bila sendiri atau pada keramaian dan banyak orang, mengalami

gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan

(Kusumawardhani, 2016).
Menurut Hawari (2013), gejala klinis yang sering terjadi pada seseorang

yang mengalami kecemasan yaitu:

a. Cemas, khawatir, memiliki firasat buruk, mudah tersinggung atau

emosional, takut akan pikirannya sendiri.

b. Gelisah, tidak tenang, merasa tegang, mudah terkejut.

c. Takut sendirian, takut pada keramaian.

d. Terjadi gangguan pada pola tidur, mengalami mimpi-mimpi yang

kurang menyenangkan dan menegangkan.

e. Mengalami gangguan pada konsentrasi dan daya ingat.

f. Seperti sakit kepala, telinga berdenging, jantung berdebar-debar, sesak

nafas, nyeri pada otot dan tulang, gangguan pencernaan dan

perkemihan, dan lain-lain.

d. Tingkatan Kecemasan

Menurut Frisch & Frisch (2011), kecemasan terbagi atas empat tingkatan,

yaitu cemas ringan, cemas sedang,:Seseorang yang mengalami kecemasan

ringan merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam kehidupan sehari-

harinya. Kecemasan ringan yang dialami menyebabkan individu menjadi

lebih waspada, melapangkan luas persepsinya, dan mempertajam indra.

Kecemasan sering memotivasi individu untuk belajar, berpikir, bertindak,

menyelesaikan permasalahan secara efektif, serta menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitasnya.

Kecemasan sedang pada individu berupa perasaan yang mengganggu

sehingga menyebabkan individu mengalami kegelisahan. Pada kecemasan


sedang, perhatian individu hanya berpusat pada pikirannya sendiri, terjadi

penyempitan lapang persepsi

dan mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi namun masih dapat

melakukan sesuatu berdasarkan arahan dari orang lain.

a. Kecemasan Berat

Pada kecemasan berat, individu cenderung berfokus pada hal-hal yang rinci

dan spesifik, tidak dapat berfikir mengenai hal-hal lainnya, dan lapang

persepsi menjadi sangat sempit.

b. Panik

Individu mengalami ketakutan, teror, terperangah, kehilangan kendali diri

dan detail perhatian, sehingga tidak dapat melakukan sesuatu meskipun

dengan adanya pengarahan dari orang lain. Panik yang dialami individu

menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas motorik, menurunnya

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, terjadi penyimpangan

persepsi dan hilangnya pikiran rasional, kehilangan fungsi efektif, serta

dapat disertai dengan terjadinya disorganisasi kepribadian

e. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang meningkatkan kecemasan pada ibu hamil

diantaranya pengetahuan, pendidikan, pendapatan, dukungan sosial,

kekerasan selama kehamilan, kekhawatiran yang berkaitan dengan

kesehatan janin, takut melahirkan bayi cacat, kehamilan pertama,

kehamilan yang tidak direncanakan, dan riwayat keguguran sebelumnya

merupakan faktor risiko yang mempengaruhi intensitas kekhawatiran ibu


hamil (Resmaniasih, 2014).

Menurut Anggraini & Oliver (2019), menyebutkan beberapa faktor

yang mempengaruhi kecemasan seseorang meliputi

1. Usia dan tahap perkembangan, faktor ini memegang peran yang

penting pada setiap individu karena berbeda usia maka berbeda pula

tahap perkembangannya, hal tersebut dapat mempengaruhi dinamika

kecemasan pada seseorang.

2. Lingkungan, yaitu kondisi yang ada disekitar manusia. Faktor

lingkungan dapat mempengaruhi perilaku baik dari faktor internal

maupun eksternal. Terciptanya lingkungan yang cukup kondusif akan

menurunkan resiko kecemasan pada seseorang.

3. Pengetahuan dan pengalaman, dengan pengetahuan dan pengalaman

seorang individu dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah

psikis, termasuk kecemasan

4. Dukungan keluarga, pada setiap tahap usia kehamilan, ibu akan

mengalami perubahan baik fisik maupun psikologis. Ibu harus

melakukan adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi. Ibu hamil

sangat membutuhkan dukungan yang intensif dari keluarga dengan

cara menunjukkan perhatian dan kasih sayang.

Penelitian lain mengatakan bahwa saat masa pandemi Covid-19

kecemasan wanita hamil meningkat kecemasan ini dipengaruhi oleh

ancaman Covid-19 terhadap kehidupan ibu dan bayi, serta kekhawatiran

tentang tidak terpenuhinya kebutuhan perawatan prenatal (Purwaningsih

2020).
i. Dampak Kecemasan

Kecemasan prenatal dapat menyebabkan perubahan aktivitas fisik,

nutrisi dan tidur, yang akan memengaruhi suasana hati ibu dan

perkembangan janin. Kecemasan prenatal juga meningkatkan risiko

keguguran, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan menurunkan

skor Apgar saat lahir. Gangguan kecemasan dan depresi pada ibu hamil

juga akan mempengaruhi peran ibu dalam perawatan anak. Anak-anak dari

ibu yang mengalami stres tinggi selama kehamilan lebih mungkin

memiliki masalah kognitif dan perilaku, dan berisiko lebih tinggi

kemudian masalah kesehatan mental itu sendiri. Sehingga sangat

diperlukan strategi untuk mempromosikan tindakan pencegahan dan

perawatan sedini mungkin (Purwaningsih, 2020).

Kecemasan kronis yang dialami ibu juga dapat menyebabkan perubahan

pada aliran darah ke bayi sehingga akan sulit membawa oksigen dan

nutrisi penting yang dibutuhkan untuk perkembangan organ bayi. Selain

itu, ibu hamil yang mengalami kecemasan berlebihan mungkin merasa

kelelahan sehingga mungkin dapat mempengaruhi pola makan, istirahat,

dan perawatan prenatal ibu (Kharismawati, 2019).


B. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori (Rosnani Ampo 2020 )

Tanda dan gejala :


COVID 19
- Demam

- Tenggorokan
sakit
Faktor yang
- Sesak nafas- Kecemasan:
mempengaruhi
- Batuk kecemasan :
- Pengetahuan - Tidak cemas
- Binggung - Usia
- Pendidikan - Cemas
- Keadaan Fisik

C. Kerangka konsep

Variable Independen Variabledepende

( Variabel bebas ) ( Variabel terkait )

kecemasan
Pengetahuaan
Tentang COVID 19

Gambar 2.2. kerangka konsep Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat

kecemasan terhadap covid 19 pada remaja di SMK Polinggona


D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep, maka penulis mengangkat

hipotesis

Ha : Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan terhadap

Covid19 pada remaja di SMK Polinggona

Ho : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan

terhadap Covid19 pada remaja di SMK Polinggona


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif Analitik dengan

rancangan cross sectional Notoatmodjo (2012) cross sectional merupakan

jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel

bebas dan tergantung hanya satu kali pada satu saat. Pada penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan tingkat kecemasan pada wanita yang sudah

memasuki fase menopause.

B. Lokasi dan Waktu

a. Lokasi

Lokasi penelitian di SMKN 1 Polinggona

b. Waktu

Waktu Penelitian di laksanakan April sampai dengan juli 2022

C. Populasi dan sampel

A. Populasi

Sampel merupakan bagian jumlah dari populasi. dan sampel dalam

ilmu keperawatan ditentukan oleh sampel kriteria inklusi dan eksklusi.

sampel pada penelitan ini adalah seluruh siswa SMKN 1Polinggona yang
berjumlah sebanyak 110 siswa. Pada penelitian ini teknik pengambilan

sampel menggunakan metode simple random sampling. (Donsu, 2017)

B. Penentuan besaran Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi

tersebut (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling, jadi pada penelitian ini

mengambil siswa Siswa di SMK 1 Polinggona Sebnayak 86 Siswa

C. Besaran sampel

Rumus yang digunakan untuk menghitung besar sampel adalah

menggunakan rumus slovin dengan toleransi kesalahan sebesar 5%,

sebagai berikut :

N
n =
1 + N ( d )2
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d² = tingkat signifikan ( 0,05) ²
N
n=
1 + N (d)2
110
n=
1 + ( 110 x 0,05)2
110
n=
1 + ( 110 x 0,0025)
110
n=
1 + 0.27
110
n= = 86,6 atau di bulatkan menjadi 87
responden
1, 27

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari 2 variabel, yaitu variabel

independen, variabel dan dependen sebagai berikut:

a) Variabel independen disebut juga variabel bebas, adalah variabel

yang mempengaruhi variabel dependen (variabel terikat). Pada

penelitian ini variabel independen adalah tingkat pengetahuan

covid-19.

b) Variabel dependen disebut juga variabel terikat yang nilainya

berubah dengan perubahan variabel bebas. Pada penelitian ini

variabel dependen adalah kecemasan.

E. Variabel Penelitian

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengumpulan

data primer. Datar primer yang diperoleh dari pengumpulan kuesioner pada

siswa SMK 1 Polinggona.


F. Defenisi Operasional Variabel

A Variable Defenisi oprasional Alat ukur/ Hasil ukur skala


N cara ukur
1 Variable Familiaritas,kesadaran, atau Kuesioner Ordinal
pemahaman mengenai seseorangpengetahuan Skala Likert
Independ atau sesuatu, seperti fakta,Tentang SS : 5
informasi, deskripsi atauCovid19
en keterampilan yang diperoleh melalui S :4
pengalaman atau pendidikan dengan RR: 3
Pengetahu mempersepsikan, menemukan atau
an Covid- belajar. Tentang covid 19 TS : 2
19 .STS:1

2 Variable Cemas adalah emosi dan Kuesione 1.< 14 Tidak ada Nominl
dependen merupakan pengalaman subjektif r HARS Kecamasan
Kecemas individual yang dikomunikasikan
an secara interpersonal, mempunyai 2. 14-20 kecemasan
kekuatan tersendiri dan sulit untuk ringan
diobservasi secara langsung 3. 21-27 kecemasn
Sedang
4. skor 28 >
Kecamasn Berat

G. Teknik Pengumpulan data

a. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan mengukur nilai variable yang

diteliti. Jumnlah instrumen yanga akan digunakan untuk penelitian akan

tergantung pada jumalh variable yang diteliti (Sugiyono, 2016). Instumen

pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Menurut Arikunto


(2013) : hasil ukur pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori

yaitu : Baik (76-100%), Sedang (56-75%), Kurang ( < 55%).

a) Pengetahuan Remaja Tentang Covid19

Mengunakan kuesioner Menurut (Dafni Souli dan Maddalena

Dilucca 2020) yang berisi 20 pertanyaan yang berisi tentang

Pengetahuan Remaja Tentang Covid 19 dengan skoring pengetahuan

kurang (<10) pengetahuan cukup (10-13) pengetahuan baik (14-18) .

b) Kecemasan

penelitian ini adalah terdiri dari 14 butir pertanyaan Hamilton

Rating Scale for Anxiety (HARS). Menurut Nursalam (2013), kuesioner

HARS adalah isntrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

kecemasan seperti suasana hati, ketegangan, gejala fisik dan

kekhawatiran. Kuesioner HARS terdiri dari 14 kelompok gejala

kecemasan yang dijabarkan secara lebih spesifik. Kuesioner ini

menggunakan skor dengan rentang skala likert 0-4, yang terdiri: 0: tidak

ada gejala , 1: Gejala ringan , 2: Gejala sedang 3: Gejala berat 4: Gejala

berat sekali.

Dengan hasil pengukuran skor <14 menandakan tidak ada

kecemasan, skor 14- 20 menandakan kecemasan ringan, skor 21-27

menandakan kecemasan sedang, skor 28 > menandakan kecemasan berat

Peneliti memilih kuesioner HARS sebagai instrumen penelitian karena

instrumen HARS sudah terbukti sebagai alat ukur tingkat kecemasan.


Komponenkomponen yang terdapat dalam kuesioner HARS lebih sedikit

dari instrument yang lain sehingga dapat menjaga konsentrasi responden

untuk mengisi kuesioner dengan teliti.

b. Alat dan Bahan

Dalam Penelitian alat dan yang digunakan berubah Leptop,

Aplikasi pengolah data, dan Kuesioner

c. Jenis Data

a) Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sehingga, untuk

mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara

langsung melalui penyebaran kuesioner penelitian. Dalam penelitian ini

peneliti menggunkan jenis data primer, yaitu dengan cara peneliti

melakukan pengumpulan data secara langsung melalui penyebaran

kuesioner secara langsung, kepada Siswa di SMK 1 Polinggona

a) Data sekunder

Data Skunder adalah data yang didapatkan dari studi-studi

sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber baik dari buku,

jurnal maupun internet dengan sumber yang resmi dan terbaru. Data

sekunder dalam penelitian ini berasal dari data penelitian sebelumnya serta

data-data yang berasal dari situs resmi pemerintah pusat maupun daerah

Kabupaten Kolaka

H. Pengolahan dan Analisa Data

a. Pengolahan Data
a) Editing (penyuntingan data)

Editing merupakan langkah awal dalam mencegah kesalahan dan

memperbaiki dari isi formulir atau kuesioner Biasanya meliputi

kelengkapan dari jawaban atas semua pertanyaan.Dalam pengolahan

data langkah selanjutnya adalah dengan pemberian kode kemudian

untuk merubah bentuk data yang awalnya dalam bentuk kalimat

menjadi bentuk angka .

b) Procecing

Setelah data dirubah selanjutnya di olah dalam program SPSS

c) Cleaning

Setelah di olah data selanjutnya mengecek kembali data yang di

masukan untuk memastikan kebenaran data.

b. Analisa Data

a) Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan proses analisi data pada tiap

variabelnya.pada penelitian ini analisis univariat di lakukan pada

variabel dari hasil penelitian, analisis ini akan menghasilkan

distribusi dari tiap vrekuensi dari tiap vrekuensi yang diteliti.

( Suyanto 2011)

b) Analisis bivariat

Digunakan untuk menguji hipotesis hubungan/ pengaruh antara

dua variabel yaitu variabel dependen( variabel bebas ) dan

independent (variabel terikat). Setelah data-data terkumpul dan di

entry dalam SPSS, dengan rumus yang di gunakan dalam penelitan


ini yaitu Uji Chi-Square (x²) dengan tingkat kemaknaan 95%.

Dengan hasil jika signivikan >0.05 Ho di terima yang artinya tdak

ada Hubungan Pengetahuan Tentang Covid 19 Dengan Kecemasan

Siswa Di Smkn 1 Polinggona dan apabila nilai signifikan <0,05

maka Ho ditolak itu artinya ada. Hubungan Pengetahuan Tentang

Covid 19 Dengan Kecemasan Siswa Di Smkn 1 Polinggona

( Suyanto 2011)

I. Etika Penelitian

Merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, karena

penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia maka dari segi

etika penelitian harus diperhatikan antara lain :

a. Menghormati Harta dan Martabat Manusia ada awalnya peneliti

menjelaskan mengenai tujuan, manfaat ,prosedur pengambilan data , dan

hak-hak responden secara lisan dan tulisan. Namun apabila responden

menolak maka peneliti harus menghargai keputusan responden.

b. Tanpa Nama Masalah etik yang ke dua peneliti tidak harus mencantumkan

nama responden secara lengkap cukup dengan menggunakan inisial atau

pemberian kode.

c. Kerahasiaan Yaitu dengan menerapkan jaminan kerahasiaan dari hasil

penelitian yaitu berupa masalah-maslah atau informsi lain yang didapatkan

sewaktu dalam penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Ampo, R. (2021). Gambaran Kejadian Kecemasan Pada Remaja Terhadap


Pandemi Covid-19 Di Kota Makassar (Doctoral Dissertation, Universitas
Hasanuddin).

Al Tamime, R., Hall, W., & Giordano, R. (2019, July). Uncertainty During New
Disease Outbreaks In Wikipedia. In Proceedings Of The International Aaai
Conference On Web And Social Media (Vol. 13, Pp. 38-46).

Barek, Ma, Aziz, Ma, & Islam, Ms (2020). Dampak Usia, Jenis Kelamin, Penyakit
Penyerta, Dan Gejala Klinis Pada Tingkat Keparahan Kasus Covid-19: Meta-
Analisis Dengan 55 Studi Dan 10014 Kasus. Heliyon , 6 (12), E05684.

Bkkbn, P. P., & Madya, T. (2003). Bkkbn.

Chu, H., Khosravi, A., Kusumawardhani, Ip, Kwon, Ah, Vasconcelos, Ac, Cunha,
Ld, ... & Mazmanian, Sk (2016). Interaksi Gen-Mikrobiota Berkontribusi Pada
Patogenesis Penyakit Radang Usus. Sains , 352 (6289), 1116-1120.

Clark, A., Jit, M., Warren-Gash, C., Guthrie, B., Wang, Hh, Mercer, Sw, ... &
Jarvis, Ci (2020). Estimasi Global, Regional, Dan Nasional Dari Populasi Dengan
Peningkatan Risiko Covid-19 Parah Karena Kondisi Kesehatan Yang
Mendasarinya Pada Tahun 2020: Sebuah Studi Pemodelan. Kesehatan Global
Lancet , 8 (8), E1003-E1017.

Diananda, A. (2019). Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. Istighna: Jurnal


Pendidikan Dan Pemikiran Islam, 1(1), 116-133.

D'prinzessin, Ca (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Covid-19


Terhadap Tingkat Stres Dan Kecemasan Pada Mahasiswa Farmasi Universitas
Sumatera Utara Angkatan 2017.

Floegel, A., Stefan, N., Yu, Z., Mühlenbruch, K., Drogan, D., Joost, Hg, ... &
Pischon, T. (2013). Identifikasi Metabolit Serum Yang Terkait Dengan Risiko
Diabetes Tipe 2 Menggunakan Pendekatan Metabolomik Yang
Ditargetkan. Diabetes , 62 (2), 639-648.
Fitria, L., & Ifdil, I. (2020). Kecemasan Remaja Pada Masa Pandemi Covid-
19. Jurnal Educatio: Jurnal Pendidikan Indonesia, 6(1), 1-4.

Hviid, A., Svanström, H., & Frisch, M. (2011). Antibiotic Use And Inflammatory
Bowel Diseases In Childhood. Gut, 60(1), 49-54.

Kemenkes, R. I. (2014). Infodatin: Pusat Data Dan Informasi Kementerian


Kesehatan Ri. Kemenkes Ri, 109(1), 1-8.

Ri, K. (2020). Kemenkes Ri.

Khoirunisa, S. H. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan Covid-19 Terhadap


Kecemasan Ibu Hamil Saat Pandemi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Borobudur (Doctoral Dissertation, Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Magelang).

Setia, Y. K., Puspawati, N., & Rukmana, R. M. (2020, November). Deteksi


Escherichia Coli Dengan Metode Polimerase Chain Reaction (Pcr). In Conference
On Innovation In Health, Accounting And Management Sciences (Cihams) (Vol.
1, Pp. 173-179).

Susilo, A., Rumende, Cm, Pitoyo, Cw, Santoso, Wd, Yulianti, M., Herikurniawan,
H., ... & Yunihastuti, E. (2020). Penyakit Coronavirus 2019: Literatur Tinjauan
Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia , 7 (1), 45-67.

Sadock, Bj, & Sadock, Va (Eds.). (2010). Buku Saku Psikiatri Klinis Kaplan Dan
Sadock . Lippincott Williams & Wilkins.

Schetter, Cd, & Tanner, L. (2012). Kecemasan, Depresi Dan Stres Dalam


Kehamilan: Implikasi Bagi Ibu, Anak-Anak, Penelitian, Dan Praktek. Opini
Terkini Dalam Psikiatri , 25 (2), 141.

Vienchi Putri, M. (2020). Pulse Aritmia Detector Untuk Screening Odp Covid-19


Berbasis Internet Of Things (Iot) (Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo)

Lestari, S. (2018). Peran Teknologi Dalam Pendidikan Di Era


Globalisasi. Edureligia: Jurnal Pendidikan Agama Islam , 2 (2), 94-100.

Mahfud, I., & Gumantan, A. (2020). Survey Of Student Anxiety Levels During
The Covid-19 Pandemic. Jp. Jok (Jurnal Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan
Kesehatan), 4(1), 86-97.
Nasution, N. A., Ratnaningsih, S., & Askar, R. A. (2021). Pengetahuan Dan
Pengamalan Thaharah Siswa Dalam Menjaga Kebersihan Dan Kesehatan Era
Pandemi Covid-19 Di Madrasah. Intiqad: Jurnal Agama Dan Pendidikan
Islam, 13(2).

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.

Rahayu, S. M. (2017). Konseling Krisis: Sebuah Pendekatan Dalam Mereduksi


Masalah Traumatik Pada Anak Dan Remaja. Jp (Jurnal Pendidikan): Teori Dan
Praktik, 2(1), 65-69.

Sword, O. R., & Zimbardo, P.(2020). 4 Strategi Coping Dalam Masa Sulit Tips
Sederhana Untuk Tetap Sehat Mental & Fisik Selama Wabah Virus Covid-19. 1–
3. Retrieved From Himpsi.Or.Id

Suryaatmaja, Djc, & Wulandari, Ism (2020). Hubungan Tingkat Kecemasan


Terhadap Sikap Remaja Akibat Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan
Malahayati , 2 (4), 820-829.

Riani, E. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Petani Lansia Di Kecamatan Panti


Kabupaten Jember (Doctoral Dissertation, Fakultas Keperawatan).
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya,

Nama :

Alamat :

Jenis Kelamin :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan mahasiswa k

Stikes Karya Kesehatan Kendari dengan judul ‘Hubungan tingkat pengetahuan

dengan kecemasan pada remaja di SMK 1 Polinggona’’. Saya bersedia membantu

dengan ikhlas tanpa paksaan dari pihak manapun.

Kolaka Maret 2022

Responden

(.......................................)
HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY

(HRSA)

Nomor Responden :

Nama Responden :

Tanggal Pemeriksaan :

Skor : 0 = tidak ada

1 = ringan

2 = sedang

3 = berat

4 = berat sekali

Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang

28 – 41 = kecemasan berat

42 – 56 = kecemasan berat sekali


N0. Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri

B. Pengetahuan Remaja Covid19


NO PERTANYAAN SS S RR TS STS
1 Pertama kalinya anda mendapatkan informasi
tentang COVID-19 berasal dari televisi dan
media sosial
2 COVID-19 diketahui pada tahun 2019

3 COVID-19 pertama kali muncul dari negara Cina


4 Yang dapat tertular COVID-19 adalah manusia
dan hewan
5 Gejala yang dapat ditimbulkan terhadap pasien
yang terserang COVID-19 adalah demam dan
batuk
6 Cara penularan COVID-19 adalah dengan
sentuhan fisik (kontak fisik)
7 Waktu yang diperlukan pada gejala COVID-19
untuk muncul setelah terjadi pajanan adalah 1-14
hari
8 Yang sangat berisiko tinggi untuk terinfeksi
COVID-19 adalah tenaga medis
9 Dampak stabilisasi perekonomian warga
Indonesia saat COVID-19 ini melanda sangat
menurun
10 COVID-19 dapat bertahan hidup pada benda mati
11 Kasus COVID-19 di Indonesia selalu meningkat
setiap harinya
12 COVID-19 adalah virus jenis baru yang dapat
menyerang sistem pernafasan manusia
13 Rapid test dan swab test merupakan pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk COVID-19
14 Yang termasuk faktor risiko COVID-19 adalah
usia, perokok aktif dan yang memiliki riwayat
penyakit sistem pernafasan
15 COVID-19 dapat menular dari orang yang tidak
menunjukkan gejala
16 Dengan munculnya COVID-19, membuat angka
kematian di Indonesia semakin meningkat
17 Antibiotik sangat efektif dalam mencegah dan
mengobati COVID-19
18 Yang lebih rentan terinfeksi COVID-19 adalah
orang yang lebih tua daripada orang yang lebih
muda
19 Sistem kekebalan tubuh manusia yang sehat tidak
dapat pulih dari infeksi COVID-19 tanpa diberi
pengobatan
20 Jika anda pulih dari COVID-19, anda akan kebal
terkena infeksi lagi
Soal :

Silahkan pelajari ini

Kenapa Ambil judul ini

Apa masalahnya

Bagaimana cara Anda melakukan studi pendahuluan

Apa yang Anda temukan saat studi pendahuluan

Kenapa meneliti ditempat ini

Bagaimana cara melakukan penelitian

Kenapa menggunakan desain ini

Kenapa pakai rumus sampel ini

Kenapa pakai tehnik sampling ini

Jelaskan tahap penelitian Anda

Apa uji statistiknya, kenapa pakai itu

Coba jelaskan hubungan antara variabel dependen

Coba jelaskan kenapa Anda yakin ini berpengaruh/berhubungan

Apa perbedaan penelitian Anda dengan penelitian sebelumnya

jawaban :

1. karena terdapat fenomena atau masalah pengetahuan tentang covid 19 dan


kecemasan yang terjadi pada siswa yang di buktikan dengan studi
pendahuluan dan sesuai dengan beberapa penelitian seperti oenelitian
Gumantan et al (2020) didapatkan hasil bahwa 39,1 % remaja mengalami
kecemasan berlebihan karena pemberitahuan tentang informasi covid 19
yang terus beredar.
2. Karena peneliti tertarik dengan beberapa sumber yang di dapat berkaitan
dengan judul yang di angkat serta adanya fenomena / masalah yang
terjadi pada saat dilakukan studi pendahuluan Terdapat fenomena/masalah
3. pada saat studi pendahuluan dimana Hasil Survey awal yang di dapatkan
pada tanggal 24 februari 2022 dilakukan wawancara pada 15 siswa di
SMK Negeri 1 Polinggona dengan 10 siswa mengatakan cemas dengan
adanya COVID-19 yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar dan
bermain 5 siswa mengatakan tidak merasakan cemas karena sekarang
sudah ada program pemerintah yaitu vaksinasi serta mematuhi protokol
kesehatan yang di wajibkan untuk tiap siswa dan 11 siswa memiliki
pengetahuan baik tentang COVID-19 dari penyuluhan kesehatan yang di
adakan pada sekolah dan berita yang beredar luas di media sosial dan 4
siswa memiliki pengetahuan yang kurang tentang COVID-19 masalah atau
fenomena Berakar dari kondisi bahwa ada hasil yang belum konsisten atas
hubungan pengetabuan dengan kecemasan terhadap COVID-19 untuk
wilaya yang berbeda-beda , maka peneliti tertarik dan tertarik untuk
meneliti kembali mengenai Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat
kecemasan terhadap COVID-19 pada remaja di smk polinggona

4. Hasil Survey awal yang di dapatkan pada tanggal 24 februari 2022


dilakukan wawancara pada 15 siswa di SMK Negeri 1 Polinggona
dengan 10 siswa mengatakan cemas dengan adanya COVID-19 yang
dapat mempengaruhi aktivitas belajar dan bermain 5 siswa mengatakan
tidak merasakan cemas karena sekarang sudah ada program pemerintah
yaitu vaksinasi serta mematuhi protokol kesehatan yang di wajibkan
untuk tiap siswa dan 11 siswa memiliki pengetahuan baik tentang
COVID-19 dari penyuluhan kesehatan yang di adakan pada sekolah dan
berita yang beredar luas di media sosial dan 4 siswa memiliki
pengetahuan yang kurang tentang COVID-19 masalah atau fenomena
Berakar dari kondisi bahwa ada hasil yang belum konsisten atas
hubungan pengetabuan dengan kecemasan terhadap COVID-19 untuk
wilaya yang berbeda-beda , maka peneliti tertarik dan tertarik untuk
meneliti kembali mengenai Hubungan tingkat pengetahuan dengan
tingkat kecemasan terhadap COVID-19 pada remaja di smk polinggona.
5. Karena aksesnya dapat dicapai dengan cepat dan mudah, sehingga
penelitian bisa dilakukan dengan lancar (sedikit/ tidak ada hambatan).

objek penelitian saya diSMKN 1 Polinggona terkait distribusinya cukup


merata. Bisa dilihat dari demografi SMKN 1 Polinggona
smkn 1 polinggona itu sudah cukup mewakili kriteria untuk dilakukan
pengambilan sampling.

6. - Mengidentifikasi Masalah (studi pendahuluan )


- Merumuskan dan Membatasi Masalah.
- Melakukan Studi Kepustakaan.
- Merumuskan hipotesis atau Pertanyaan Penelitian.
- Menentukan Desain dan Metode Penelitian.
- Menyusun Instrumen dan Mengumpulkan Data.
7. Peneliti menggunakan desain deskriptif analitik dimana desain berbasis
teori yang dibuat dengan mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan
data yang dikumpulkan. Desain deskripsi ini sering itu sendiri ada dua
kategori yakni survei dan studi kasus serta rancangan cross sectional,
yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data
variabel bebas dan tergantung hanya satu kali pada satu saat. Pada
penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat kecemasan pada
wanita yang sudah memasuki fase menopause.

8. Rumus sampel menggunakan slovin dimana  desain ini digunakan dalam


penelitian jumlah sampel besar sekali, sehingga diperlukan sebuah formula
untuk mendapatkan sampel yang sedikit tetapi dapat mewakili keseluruhan
populasi.
9. Sampling yang digunakan menggunakan simple random sampling dimana
sampel yang dilakukan secara acak. Dalam hal ini, setiap anggota populasi
yang berpartisipasi dalam sampling memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi anggota sampel tanpa ada pemilihan kriteria tertentu
10. Yaitu melakukan penggumpulan data dengan melakukan studi
pendahuluan terlebih dahulu sehingga menetapkan sampel yang akan di
ambil dan membuat surat izin penelitian setelah itu di lakukan penelitian
dan kemudian data di olah di SPSS.
11. Uji statistika menggunakan SPSS karena  mampu mengakses data dari
berbagai jenis format yang ada, sehingga data yang sudah tersedia dalam
berbagai format dapat digunakan langsung untuk melakukan analisis data.
Tampilan data yang diberikan SPSS lebih informatif sehingga
mempermudah pengguna dalam membaca hasil yang diberikan.
12. peneliti yakin menggambil hubungan antara variable karena peneliti
menggunakan analisis corelasi dimana ngin mengetahui apakah ada
hubungan antara dua variable dan juga
13. dimana penelitian saya memiliki rumusan masalah yang berbeda dengan
peneltian” terdahulu, dari tempat penelitian, populasi dan sampel yang di
gunakan serta desain penelitian yang berbeda dengan peneliti”terdahulu

Anda mungkin juga menyukai