Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

TN. E DENGAN ST ELEVASI MIOKARD INFARK (STEMI)


DI RUANG ICU RSAU dr. M. SALAMUN

Disusun untuk memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat darurat dan Kritis

Disusun Oleh :
Saniya Imaniyah
NPM 4121015

CI RUANGAN

(Rina Ruslia S.Kep.,Ners)

PROGRAM PROFESI NERS NUSANTARA


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ST ELEVASI MIOKARD INFARK (STEMI)

A. DEFINISI STEMI
STEMI merupakan sindroma klinis yang didefinisikan dengan tanda gejala dan
karakteristik iskemia miokard dan berhubungan dengan persistent ST elevasi dan
pengeluaran biomarker dari nekrosis miokard. Cardiac troponin merupakan biomarker yang
digunakan untuk diagnosis infark miokard. (AHA, 2013).
Infark miokard akut diklasifikasikan berdasarkan EKG 12 lead dalam dua kategori
yaitu ST elevasi miokard (STEMI) dan non ST elevasi infark miokard ( NSTEMI)
merupakan oklusi total dari Arteri koroner yang menyebabkan area infark yang lebih luas
meliputi seluruh ketebalan miokardium , yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST
pada EKG. Sedangkan NSTEMI merupakan oklusi sebagian dari Arteri koroner tanpa
melibatkan seluruh ketebalan miokardium sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.

B. ANATOMI FISIOLGI KARDIOVASKULAR


Jantung berukuran sekitar satu kepala tangan dan terletak di dalam dada, batas
kanannya tepat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada
Linea Mid Clavicular. Batas atas jantung terdapat pembuluh darah besar (aorta, truncus
pulmonalis, dan lain-lain); bagian bawah terdapat diafragma, batas belakang terdapat aorta
descendens, oesophagus, dan columna vertebralis; sedangkan di setiap sisi jantung adalah
paru.
a. Atrium Kanan
Atrium kanan berada pada bagian kanan jantung dan terletak sebagian besar di belakang
sternum. Darah memasuki atrium kanan melalui :
1) Vena cava superior pada ujung atasnya
2) Vena cava inferior pada ujung bawahnya
3) Sinus coronarius (vena kecil yang mengalirkan darah dari jantung sendiri). Auricula
dextra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada bagian depan
pangkal aorta dan arteria pulmonalis. Pada sisi kiri atrium lubang atrioventrikular
kanan membuka ke dalam ventrikel kanan.
b. Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan adalah ruang berdinding tebal yang membentuk sebagian besar sisi depan
jantung. Valva atrioventricular dextra (tricuspidalis) mengelilingi lubang atrioventrikular
kanan, pada sisi ventrikel. Katup ini, seperti katup jantung lain, terbentuk dari selapis tipis
jaringan fibrosa yang ditutupi pada setiap sisinya oleh endocardium. Katup trikuspidalis
terdiri dari tiga daun katup. Basis setiap daun katup melekat pada tepi lubang. Tepi bebas
setiap daun katup melekat pada chordae tendineae (tali jaringan ikat tipis) pada penonjolan
kecil jaringan otot yang keluar dari myocardium dan menonjol ke dalam ventrikel. Lubang
pulmonalis ke dalam arteria pulmonalis berada pada ujung atas ventrikel dan dikelilingi oleh
valva pulmonalis,terdiri dari tiga daun katup semilunaris.
c. Atrium Kiri
Atrium kiri adalah ruang berdinding tipis yang terletak pada bagian berlakang jantung. Dua
vena pulmonalis memasuki atrium kiri pada tiap sisi, membawa darah dari paru. Atrium
membuka ke bawah ke dalam ventrikel kiri melalui lubang atrioventrikular. Auricula sinistra
adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada sisi kiri pangkal aorta.
d. Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan belakang jantung.
Dindingnya sekitar tiga kali lebih tebal daripada ventrikel kanan. Valva atrioventrikular
sinistra (mitralis) mengelilingi lubang atrioventrikular kiri pada bagian samping ventrikel,
katup ini memiliki dua daun katup mendapat nama yang sama dengan topi (mitre uskup),
tepinya melekat pada chordae tendineae, yang melekat pada penonjolan kerucut myocardium
dinding ventrikel. Lubang aorta membuka dari ujung atas ventrikel ke dalam aorta dan
dikelilingi oleh ketiga daun katup aorta, sama dengan katup pulmonalis.
e. Myocardium
Myocardium membentuk bagian terbesar dinding jantung. Myocardium tersusun dari serat-
serat otot jantung, yang bersifat lurik dan saling berhubungan satu sama lain oleh cabang-
cabang muscular. Serat mulai berkontraksi pada embrio sebelum saraf mencapainya, dan ter
us berkontraksi secara ritmis bahkan bila tidak memperoleh inervasi.
f. Endocardium
Endocardium melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi katup pada kedua sisinya.
Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya terdapat lapisan jaringan ikat, licin dan
mengkilat.
g. Pericardium
Pericardium adalah kantong fibrosa yang menutupi seluruh jantung. Pericardium merupakan
kantong berlapis dua, kedua lapisan saling bersentuhan dan saling meluncur satu sama lain
dengan bantuan cairan yang mereka sekresikan dan melembabkan permukaannya. Jumlah
cairan yang ada normal sekitar 20 ml. Pada dasar jantung (tempat pembuluh darah besar,
limfatik, dan saraf memasuki jantung) kedua lapisan terus berlanjut. Terdapat lapisan lemak
di antara myocardium dan lapisan pericardium di atasnya.
h. Arteria Coronaria
Kedua arteria coronaria, kanan dan kiri, mensuplai darah untuk dinding jantung. Arteri ini
keluar dari aorta tepat di atas katup aorta dan berjalan ke bawah masing-masing pada
permukaan sisi kanan dan kiri jantung, memberikan cabang ke dalam untuk myocardium.
Arteri ini menyuplai masing-masing sisi jantung tetapi memiliki variasi individual dan pada
beberapa organ, arteria coronaria dextra mensuplai sebagian ventrikel kiri. Arteri ini memiliki
relatif sedikit anastomosis antara arteria dextra dan sinistra. Arteri koroner kiri utama
berfungsi memasok darah ke sisi kiri otot jantung (ventrikel dan atrium kiri).
C. ETIOLOGI
Infark miokard disebabkan oleh oklusi arteri koroner setelah terjadinya rupture
vulnerable atherosclerotic plaque. Pada sebagian besar kasus, terdapat beberapa faktor
presipitasi yang muncul sebelum terjadinya STEMI, antara lain aktivitas fisik yang
berlebihan, stress emosional, dan penyakit dalam lainnya. Selain itu, terdapat beberapa faktor
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya IMA pada individu. Faktor-faktor resiko ini dibagi
menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dirubah dan faktor resiko
yang dapat diubah.
a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dirubah:
1) Usia Risiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat dengan bertambahnya
umur, diatas 45 tahun pada pria dan diatas 55 tahun pada wanita. Dengan riwayat
keluarga yang memiliki penyakit jantung juga merupakan faktor risiko, termasuk
penyakit jantung pada ayah dan saudara pria yang didiagnosa sebelum umur 55
tahun, dan pada ibu atau saudara perempuan yang didiagnosa sebelum umur 65
tahun.
2) Jenis kelamin Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dari pada perempuan.Walaupun
setelah menopause, tingkat kematian perempuan akibat penyakit jantung meningkat,
tapi tetap tidak sebanyak tingkat kematian laki-laki akibat penyakit jantung.
3) Ras/Suku Insidensi kematian pada Penyakit Jantung Koroner pada orang Asia yang
tinggal di inggris lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk lokal, sedangkan angka
yang rendah terdapat pada ras Apro-Karibia.
4) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner (saudara, orang tua
yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan kemungkinan
timbulnya IMA.
b. Faktor Resiko Yang Dapat Dirubah:
1) Merokok
2) Hipertensi
3) Kolestrol tinggi
4) Diabetes melitus
5) Gaya hidup monoton, berperan pada timbulnya penyakit jantung koroner.
6) Obesitas
7) Stres Psikologik
D. PATOFISIOLOGI/ PATHWAY
PATOFISIOLOGI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi
thrombus pada plak aterosklerotis yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat
tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena
berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner
terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika
plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik
memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang
mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology menunjukkan plak koroner
cenderung mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid
(lipid rich core).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai endokardium sampai
epikardium, disebut infark transmural, namun bisa juga hanya mengenai daerah
subendokardial, disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan,infark
sudah dapat terjadi pada subendokardium, dan bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah
terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium menjadi
komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah komplit, proses
remodeling miokard yang mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa minggu atau
bulan karena daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi.
PATHWAY
E. Manifestasi Klinis
1. Keluhan Utama Klasik
Nyeri dada substernal yang berat seperti rasa terbakar, ditindih benda berat,
seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20 menit, tidak
berkurang dengan pemberian nitrat. Karakteristik nyeri pada STEMI hampir sama
dengan dengan pada angina pectoris, namun biasanya terjadi pada saat istirahat, lebih
berat, dan berlangsung lebih lama. Nyeri biasa dirasakan pada bagian tengah dada
dan/atau epigastrium dan menyebar ke daerah lengan kiri. Penyebaran nyeri juga
dapat terjadi pada abdomen, punggung, rahang bawah, dan leher. Nyeri sering disertai
dengan kelemahan, berkeringat, nausea, muntah, dan ansietas, palpitasi, sesak nafas
(Fauci, et al., 2007).
Tabel 1. Karakteristik ACS (Acute Coronary Syndrome)
Jenis Nyeri Dada EKG Enzim Jantung
Angina Angina pada waktu Depresi segmen ST Tidak
Pectoris Stabil istirahat/ aktivitas Inversi gelombang T meningkat
ringan (ICS III-IV). Tidak ada gelombang
Hilang dengan nitrat Q
NSTEMI Lebih berat dan lama (> Depresi segmen ST Meningkat
20 menit). Tidak hilang Inversi Gelombang T minimal 2 kali
dengan nitrat, perlu dalam nilai batas atas
opium normal

STEMI Lebih berat dan lama (> Elevasi segmen ST Meningkat


20 menit). Tidak hilang inversi gelombang T minimal 2 kali
dengan nitrat, perlu nilai batas atas
opium normal

2. Respiratory
a. Nafas yang memendek, dispnea, takipnea
b. Krakles dapat terdengar jika ada kongesti pulmonary
c. Dapat pula disertai edema paru
3. Gastrointestinal
Mual dan muntah
4. Urinary
Penurun keluaran urin dapat mengindikasikan syok kardiogenik
5. Integumen
Dingin, berkeringat, diaphoresis, dan pucat, dapat muncul karena stimulus dari
kurangnya, kontraktilitas yang dapat mengidentifikasi adanya shock kardiogenik.
Oedem dapat muncul karena kurangnya kontaktilitas.
F. Pemeriksaan Penunjang
Nilai pemeriksaan laboratorium untuk mengkonfirmasi diagnosis STEMI dapat dibagi
menjadi 4, yaitu: ECG, serum cardiac biomarker, cardiac imaging, dan indeks nonspesifik
nekrosis jaringan dan inflamasi.
1. Elektrokardiografi (EKG)
Nekrosis miokard dilihat dari 12 lead EKG. Selama fase awal miokard infark akut, EKG
pasien yang mengalami oklusi total arteri koroner menunjukkan elevasi segmen ST.
Kemudian gambaran EKG berupa elevasi segmen ST akan berkembang menjadi gelombang
Q. Sebagian kecil berkembang menjadi gelombang non-Q. Pada STEMI inferior, ST elevasi
dapat dilihat pada lead II, III, dan aVF.
Tabel 2. Lokasi Miokard Infark Berdasarkan Gambar EKG
NO LOKASI GAMBARAN EKG
1. Anterior Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V4/V5
2. Anteroseptal Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V3
3. Anterolateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V6 dan I
dan Avl
4. Lateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V5-V6 dan
inversi gelombang T/elevasi ST/gelombang Q di I dan aVL
5. Inferolateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III, aVF,
dan V5-V6 (kadang-kadang I dan aVL).
6. Inferior Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III, dan aVF
7. Inferoseptal Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III, aVF,
V1-V3
8. True posterior Gelombang R tinggi di V1-V2 dengan segmen ST depresi di
V1-V3. Gelombang T tegak di V1-V2
9. RV Infraction Elevasi segmen ST di precordial lead (V3R-V4R).
Biasanya ditemukan konjungsi pada infark inferior.
Keadaan ini hanya tampak dalam beberapa jam pertama
infark.

2. Serum Cardiac Biomarker


Beberapa protein tertentu, yang disebut biomarker kardiak, dilepas dari otot jantung
yang mengalami nekrosis setelah STEMI. Kecepatan pelepasan protein spesifik ini berbeda-
beda, tergantung pada lokasi intraseluler, berat molekul, dan aliran darah dan limfatik local.
Biomarker kardiak dapat dideteksi pada darah perifer ketika kapasitas limfatik kardiak untuk
membersihkan bagian interstisium dari zona infark berlebihan sehingga ikut beredar bersama
sirkulasi.
a. Cardiac Troponin
Troponin adalah protein pengatur yang ditemukan di otot rangka dan jantung. Tiga
subunit yang telah diidentifikasi termasuk troponin I (TnI), troponin T (TnT), dan
troponin C (TnC). Gen yang mengkode isoform TnC pada otot rangka dan jantung adalah
identik. Karena itulah tidak ada perbedaan struktural diantara keduanya. Walaupun
demikian, subform TnI dan TnT pada otot rangka dan otot jantung berbeda dengan jelas,
dan immunoassay telah didesain untuk membedakan keduanya. Hal ini menjelaskan
kardiospesifitas yang unik dari cardiac troponin..
b. Creatine Kinase-MB isoenzym
Sebelum cardiac troponin dikenal, marker biokimia yang dipilih untuk diagnosis
AMI adalah isoenzim CK-MB. Kriterium yang kebanyakan digunakan untuk diagnosis
AMI adalah 2 serial elevasi di atas level cutoff diagnostik atau hasil tunggal lebih dari
dua kali lipat batas atas normal. Walaupun CK-MB lebih terkonsentrasi di miokardium
(kurang lebih 15% dari total CK), enzim ini juga terdapat pada otot rangka. Relative
index (Indeks relatif), CK-MB dan total CK
c. Mioglobin
Mioglobin telah menarik perhatian sebagai marker awal pada MI. Mioglobin adalah
protein heme yang ditemukan pada otot rangka dan jantung. Berat molekulnya yang
rendah menyebabkan pelepasannya yang cepat. Mioglobin biasanya meningkat pada 2-4
jam setelah terjadinya infark, puncaknya adalah pada 6-12 jam, dan kembali ke normal
setelah 24-36 jam..
d. Creatine Kinase-MB isoforms
Isoenzim CK-MB terdapat dalam 2 isoform, yaitu CK-MB1 dan CK-MB2. CK-MB2
adalah bentuk jaringan dan awalnya dilepaskan oleh miokardium setelah MI. Kemudian
berubah di serum menjadi isoform CK-MB1. Hal ini terjadi segera setelah gejala terjadi.
Isoform CK-MB dapat dianalisis menggunakan elektroforesis tegangan tinggi. Rasio CK-
MB2/CK-MB1 juga dihitung. Normalnya, isoform jaringan CK-MB1 lebih dominan
sehingga rasionya kurang dari 1..
e. C-reactive Protein
CRP, marker inflamasi nonspesifik, diperhitungkan terlibat secara langsung pada
coronary plaque atherogenesis. Penelitian yang dimulai pada awal 1990an menunjukkan
bahwa level CRP yang meningkat menunjukkan adverse cardiac events, baik pada
prevensi primer maupun sekunder. Level CRP berguna untuk mengevaluasi profil risiko
jantung pasien. Data baru mengindikasikan bahwa CRP berguna sebagai indikator
prognostik pada pasien dengan ACS. Peningkatan level CRP memprediksi kematian
jantung dan AMI.
3. Cardiac Imaging
a. Echocardiography
Abnormalitas pergerakan dinding pada two-dimentional echocardiography hampir
selalu ditemukan pada pasien STEMI. Walaupun STEMI akut tidak dapat dibedakan dari
scar miokardial sebelumnya atau dari iskemia berat akut dengan echocardiography,
prosedur ini masih digunakan karena keamanannya. Ketika tidak terdapat ECG untuk
metode diagnostic STEMI, deteksi awal akanada atau tidaknya abnormalitas pergerakan
dinding dengan echocardiography dapat digunakan untuk mengambil keputusan, seperti
apakah pasien harus mendapatkan terapi reperfusi. Estimasi echocardiographic untuk
fungsi ventrikel kiri sangat berguna dalam segi prognosis, deteksi penurunan fungsi
ventrikel kiri menunjukkan indikasi terapi dengan inhibitor RAAS. Echocardiography
juga dapat mengidentifikasi infark pada ventrikel kanan, aneurisma ventrikuler, efusi
pericardial, dan thrombus pada ventrikel kiri. Selain itu, Doppler echocardiography juga
dapat mendeteksi dan kuantifikasi VSD dan regurgitasi mitral, dua komplikasi STEMI.
b. High resolution MRI
Infark miokard dapat dideteksi secara akurat dengan high resolution cardiac MRI.
c. Angiografi
Tes diagnostik invasif dengan memasukan katerterisasi jantung yang memungkinkan
visualisasi langsung terhadap arteri koroner besar dan pengukuran langsung terhadap
ventrikel kiri. Jika dinilai secara angiografi, aliran di dalam arteri koroner yang terlibat
(culprit) digambarkan dengan skala kualitatif sederhana disebut thrombolysis in
myocardial infarction (TIMI) grading system:
- Grade 0 menunjukkan oklusi total (complete occlusion) pada arteri yang terkena
infark.
- Grade 1 menunjukkan penetrasi sebagian materi kontras melewati titik obstruksi
tetapi tanpa perfusi vascular distal.
- Grade 2 menunjukkan perfusi pembuluh yang mengalami infark ke bagian distal
tetapi dengan aliran yang melambat dibandingkan arteri normal.
- Grade 3 menunjukkan perfusi penuh pembuluh yang mengalami infark dengan
aliran normal.
d. Indeks Nonspesifik Nekrosis Jaringan dan Inflamasi
Reaksi nonspesifik terhadap injuri myocardial berhubungan dengan leukositosis
polimorfonuklear, yang muncul dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap
selama 3-7 hari. Hitung sel darah putih seringkali mencapai 12.000-15.000/L. Kecepatan
sedimentasi eritrosit meningkat secara lebih lambat dibandingkan dengan hitung sel
darah putih, memuncak selama minggu pertama dan kadang tetap meningkat selama 1
atau 2 minggu.
G. Penatalaksanaan
Menurut American Heart Ascossiation, 2013 :
Tujuan utama tatalaksana IMA adalah diagnosis cepat, menghilangkan nyeri dada, penilaian
dan implementasi strategi perfusi yang mungkin dilakukan, pemberian antitrombotik dan
terapi antiplatelet, pemberian obat penunjang dan tatalaksana komplikasi IMA (Smeltzer,
2001).
Prognosis STEMI sebagian besar tergantung adanya 2 kelompok komplikasi umum yaitu:
komplikasi elektrikal (aritmia) dan komplikasi mekanik (pump failure). Sebagian besar
kematian di luar Rumah Sakit pada STEMI disebabkan adanya fibrilasi ventrikel mendadak,
yang sebagian besar terjadi dalam 24 jam pertama onset gejala. Dan lebih dari separuhnya
terjadi pada jam pertama. Sehingga elemen utama tatalaksana prehospital pada pasien yang
dicurigai STEMI antara lain:
1.Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis.
2.Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan resusitasi.
Pasien dibawa oleh EMS setelah memanggil 9-1-1: Reperfusi pada pasien STEMI
dapat dilakukan dengan terapi farmakologis (fibrinolisis) atau pendekatan kateter (PCI
primer). Implementasi strategi ini bervariasi tergantung cara transportasi pasien dan
kemampuan penerimaan rumah sakit. Sasaran adalah waktu iskemia total 120 menit.
Waktu transport ke rumah sakit bervariasi dari kasus ke kasus lainnya, tetapi sasaran
waktu iskemik total adalah 120 menit.
3.Transportasi pasien ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta staf
medis dokter dan perawat yang terlatih.
4.Melakukan terapi perfusi.
Tatalaksana STEMI di Hospital :
1) Tatalaksana di Ruang Emergensi
Tujuan tatalaksana di IGD pada pasien yang dicurigai STEMI mencakup:
mengurangi/menghilangkan nyeri dada, identifikasi cepat pasien yang merupakan
kandidat terapi perfusi segera, triase pasien risiko rendah ke ruangan yang tepat di
rumah sakit dan menghindari pemulangan cepat pasien dengan STEMI.
a) Aktivitas
Faktor-faktor yang meningkatkan kerja jantung selama masa-masa awal
infark dapat meningkatkan ukuran infark. Oleh karena itu, pasien dengan STEMI
harus tetap berada pada tempat tidur selama 12 jam pertama. Kemudian, jika tidak
terdapat komplikasi, pasien harus didukung untuk untuk melanjutkan postur tegak
dengan menggantung kaki mereka ke sisi tempat tidur dan duduk di kursi dalam 24
jam pertama.
b) Diet
Karena adanya risiko emesis dan aspirasi segera setelah STEMI, pasien
hanya diberikan air peroral atau tidak diberikan apapun pada 4-12 jam pertama.
Asupan nutrisi yang diberikan harus mengandung kolesterol ± 300 mg/hari.
Kompleks karbohidrat harus mencapai 50-55% dari kalori total. Diet yang diberikan
harus tinggi kalium, magnesium, dan serat tetapi rendah natrium.
c) Bowel
Bedrest dan efek narkotik yang digunakan untuk menghilangkan nyeri
seringkali menyebabkan konstipasi. Laksatif dapat diberikan jika pasien mengalami
konstipasi
2) Tatalaksana Umum (Farmakoterapi)
a) Oksigen (O2)
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri
<95%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama
6 jam pertama.
b) Nitrogliserin (NTG)
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg
dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan Intervensi 5 menit. Selain mengurangi
nyeri dada, NTG juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan
menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi
pembuluh koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri dada terus
berlangsung dapat diberikan NGT intravena. NGT intravena juga diberikan untuk
mngendalikan hipertensi atau edema paru.
c) Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesic
pilihan dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-
4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek
samping yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi vena dan
arteriolar melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang akan
mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi
dengan elevasi tungkai pada kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan IV
dengan NaCl 0,9%.
d) Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan
efektif pada spectrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit
yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorbsi aspirin
bukkal dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan
oral dengan dosis 75-162 mg.
e) Penyekat Beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta
IV, selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasadiberikan adalah metoprolol 5
mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60 menit,
tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval PR <0,24 detik dan ronchi tidak lebih
dari 10 cm dari diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir dilanjutkan
dengan metoprolol oral dengan dosis IV terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral
dengan dosis 50 mg tiap 6 jam dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam.
f) Terapi Reperfusi
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan
derajat disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI
berkembang menjadi pump failure atau takiaritmia ventricular yang maligna. Sasaran
terapi perfusi pada pasien STEMI adalah door-to-needle (atau medical contact-to-
needle) time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit atau
door-to-ballon) time untuk PCI dapat dicapai dalam 90 menit. Tujuan manajemen
medis dicapai dengan reperfusi melalui penggunaan obat trombolitik atau PTCA
(Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty). PTCA dapat dikenal juga
sebagai PCI (percutaneous cardiac intervention). PCI (Percutaneous Cardiac
Intervention) primer: metode reperfusi yang direkomendasikan untuk dilakukan
dengan cara yang tepat waktu oleh tenaga ahli berpengalaman. Dilakukan pada klien
dengan STEMI dan gejala iskemik pada waktu kurang dari 12 jam. PCI dilakukan
untuk membuka hambatan pada arteri koroner dan menunjang reperfusi pada area
yang kekurangan oksigen. Biasanya dilakukan dengan menggunakan balon/ stent/
ring.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, no.telepon, status pernikahan, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
sumber informasi, nama keluarga dekat yang bias dihubungi, status, alamat, no.telepon,
pendidikan, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama : Nyeri dada, perasaan sulit bernapas, dan pingsan.
1) Provoking incident: nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat.
2) Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien, sifat
keluhan nyeri seperti tertekan.
3) Region, radiation, relief: lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas
pericardium. Penyebaran dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri serta
ketidakmampuan bahu dan tangan.
4) Severity (scale) of pain: klien biasa ditanya dengan menggunakan rentang 1-3 dan
klien akan menilai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan.
5) Time: sifat mulanya muncul (onset), gejala timbul mendadak. Lama timbulnya
(durasi) nyeri dada dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh infark miokardium
dapat timbul pada waktu istirahat, biasanya lebih parah dan berlangsung lebih
lama. Gejala-gejala yang menyertai infark miokardium meliputi dispnea,
berkeringat, ansietas, dan pingsan.
Pengkajian Primer :
a. Airways :
Sumbatan atau penumpukan secret,Wheezing atau krekles
b. Breathing :
Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat, RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler
dangkal, Ronchi, krekles, Ekspansi dada tidak penuh, Penggunaan otot bantu nafas

c. Circulation :
Nadi lemah, tidak teratur , Takikardi, TD meningkat/menurun, Edema, Gelisah Akral dingin,
Kulit pucat, sianosis, Output urine menurun
d. Disability : Penurunan kesadaran komposmentis (E4V5M6), Pupil : isokor (2mm)
Pengkajian Sekunder
a. Aktifitas
Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal olah raga tidak
teratur.
Tanda : Takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes
mellitus.
Tanda :
1. Tekanan darah dapat normal/naik/turun perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk atau berdiri.
2. Nadi dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
3. Bunyi jantung. Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel. Murmur : Bila ada
menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
4. Friksi ; dicurigai Perikarditis
5. Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
6. Edema Distensi vena juguler, edema dependent, perifer, edema umum, krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
7. Warna Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
c. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah
dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan, kerja, keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
d. Eliminasi.
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
e. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar.
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan.
f. Higiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
g. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat). Tanda :
perubahan mental, kelemahan
h. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam
dan viseral).
Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan,
rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen,
punggung, leher. Kualitas: “Crushing”, menyempit, berat, menetap, tertekan. Intensitas:
Biasanya 10 (pada skala 1-10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi,
lansia
a. Pernafasan
Gejala : dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat, dispnea nocturnal, batuk dengan atau
tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak/kuat, pucat, sianosis, bunyi nafas
( bersih, krekles, mengi ), sputum.
b. Interaksi sosial
Gejala : Stress, Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan di
RS.
Tanda : Kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi (marah terus-menerus, takut),
menarik diri (Nuzul, 2015).
Pengkajian Fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Nyeri dada
c. Frekuensi dan irama jantung : Disritmia dapat menunjukkan tidak adekuatnya suplai
oksigen ke dalam miokard.
d. Bunyi jantung : S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal jantung
e. Tekanan darah
f. Untuk menentukan respon nyeri dan pengobatan, tekanan nadi, yang akan
menyempit setelah serangan miokard infark
g. Nadi perifer : Kaji frekuensi, irama, dan volume
h. Warna dan suhu kulit
i. Paru-Paru :Auskultasi bidang paru
j. Fungsi gastrointestinal
k. Kebutuhan volume cairan
l. Haluaran urin, periksa adanya edema, adanya tanda dini syok kardiogenik merupakan
hipotensi dengan oliguria.
Pemeriksaan Diagnostik
- ECG
- Echocardiogram
- Laboratorium : CKMD, cTn, Mioglobin, CK, LDH
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi Arteri
koroner
2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal, cairan di dalam paru akibat sekunder dari edema paru akut
3. penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi Irama konduksi
elektrik penurunan preload / peningkatan tahanan vaskuler sistemik otot infark,
kerusakan struktural
4. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah,
misalnya vasokontriksi, hipovolemia, dan pembentukan tromboemboli.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard, efek obat
depresan jantung
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Standar luaran Standar intervensi keperawatan
o keperawata keperawatan Indonesia Indonesia (SIKI)
n (SDKI) (SLKI)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
keperawatan selama ... X Observasi
24 jam, diharapkan nyeri - lokasi, karakteristik, durasi,
berkurang dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
kriteria hasil:
SLKI: - Identifikasi skala nyeri
kontrol nyeri - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Mampu - Identifikasi faktor yang memperberat
mengontrol dan memperingan nyeri
nyeri (tahu - Identifikasi pengetahuan dan
penyebab nyeri, keyakinan tentang nyeri
mampu - Identifikasi pengaruh budaya
menggunakan terhadap respon nyeri
teknik - Monitor efek samping penggunaan
nonfarmakologi analgetik
untuk mengurangi Terapeutik
nyeri, mencari - Berikan teknik nonfarmakologis
bantuan) untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
- ekspresi wajah TENS, hypnosis, akupresur, terapi
pasien rileks dan musik, biofeedback, terapi pijat,
tenang aroma terapi, teknik imajinasi
- menyatakan rasa terbimbing, kompres hangat/dingin,
nyaman setelah terapi bermain)
nyeri berkurang - Control lingkungan yang
- tekanan darah memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
dan nadi dalam ruangan, pencahayaan, kebisingan)
batas normal ( TD - Fasilitasi istirahat dan tidur
Normal : 120/80 Edukasi
mmHg, Nadi - Jelaskan penyebab, periode, dan
Normal : 60-80 pemicu nyeri
x/dari enit) - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- skala nyeri 0 - Anjurkan memonitor nyri secara
dari 0-10 yang mandiri
diberikan - Anjurkan menggunakan analgetik
Tingkat nyeri secara tepat
- keluhan nyeri - Ajarkan teknik nonfarmakologis
menurun untuk mengurangi rasa nyeri
- pasien tidak gelisah Kolaborasi
- frekuensi nadi dalam Kolaborasi pemberian analgetik, jika
batas normal perlu
PEMBERIAN ANALGETIK (I.08243)
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
- Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
- Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan respon pasien
- Dokumentasikan respon terhadap
efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi
2. Ketidakefek Setelah dilakukan PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
tifan pola asuhan keperawatan Observasi
nafas selama 3X24 jam - Monitor frekuensi, irama,
diharapkan status pola kedalaman, dan upaya napas
nafas px normal - Monitor pola napas (seperti
dengan Kriteria Hasil : bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
- Dyspnea Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
menurun ataksik0
- Penggunaan otot - Monitor kemampuan batuk efektif
bantu pernapasan - Monitor adanya produksi sputum
menurun - Monitor adanya sumbatan jalan
- Pemanjangan napas
fase ekspirasi - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
menurun - Auskultasi bunyi napas
- Frekuensi napas - Monitor saturasi oksigen
membaik  - Monitor nilai AGD
- Kedalaman napas - Monitor hasil x-ray toraks
membaik  Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
MENEJEMEN JALAN NAPAS (I.
01011)
Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3. Penurunan Setelah dilakukan PERAWATAN JANTUNG (I.02075)
curah asuhan keperawatan Observasi
jantung selama 3X24 jam - Identifikasi tanda/gejala primer
penurunan curah Penurunan curah jantung (meliputi
jantung px dapat dispenea, kelelahan, adema ortopnea
diatasi dengan Kriteria paroxysmal nocturnal dyspenea,
Hasil : peningkatan CPV)
- Kekuatan nadi - Monitor tekanan darah (termasuk
perifer meingkat tekanan darah ortostatik, jika perlu)
- Dyspnea - Monitor intake dan output cairan
menurun - Monitor berat badan setiap hari pada
- Bradikardia waktu yang sama
menurun - Monitor saturasi oksigen
- Takikardia - Monitor keluhan nyeri dada (mis.
menurun Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
- Batuk menurun presivitasi yang mengurangi nyeri)
- Murmur - Monitor EKG 12 sadapoan
jantung menurun - Monitor aritmia (kelainan irama dan
- Tekanan darah frekwensi)
membaik - Monitor nilai laboratorium jantung
- CRT membaik (mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP,
- Edema Ntpro-BNP)
menurun - Monitor fungsi alat pacu jantung
- Lelah Terapeutik
menurun - Posisikan pasien semi-fowler atau
- Suara jantung fowler dengan kaki kebawah atau
S3 menurun posisi nyaman
- Suara jantung S4 - Berikan diet jantung yang sesuai
Menurun (mis. Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau
pneumatik intermiten, sesuai indikasi
- Berikan oksigen untuk
memepertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
4. Perubahan Setelah dilakukan MENEJEMEN PENINGKATAN
perfusi asuhan keperawatan TEKANAN INTRAKRANIAL (I.
jaringan selama....................... 06198)
serebral .x 24 jam diharapkan Observasi
perfusi serebral - Identifikasi penyebab peningkatan
meningkat dengan TIK (mis. Lesi, gangguan
kriteria hasil : metabolisme, edema serebral)
Perfusi Serebral - Monitor tanda/gejala peningkatan
- Tingkat TIK (mis. Tekanan darah meningkat,
kesadaran tekanan nadi melebar, bradikardia,
meningkat pola napas ireguler, kesadaran

- Kongnitif menurun)

meningkat - Monitor MAP (Mean Arterial

- Tekanan Pressure)

intrakranial - Monitor CVP (Central Venous

menurun Pressure), jika perlu


- Monitor PAWP, jika perlu
- Sakit kepala
- Monitor PAP, jika perlu
menurun - Monitor ICP (Intra Cranial
- Gelisah Pressure), jika tersedia
menurun - Monitor CPP (Cerebral Perfusion

- Kecemasan Pressure)

menurun - Monitor gelombang ICP

- Agitasi - Monitor status pernapasan

menurun - Monitor intake dan output cairan


- Monitor cairan serebro-spinalis (mis.
- Demam
Warna, konsistensi)
menurun
Terapeutik
- Nilai rata-
- Minimalkan stimulus dengan
rata
menyediakan lingkungan yang
tekanan
tenang
darah
- Berikan posisi semi fowler
membaik 
- Hindari maneuver Valsava
- Kesadaran
- Cegah terjadinya kejang
membaik 
- Hindari penggunaan PEEP
- Tekanan darah
- Hindari pemberian cairan IV
sistolik
hipotonik
membaik 
- Atur ventilator agar PaCO2 optimal
- Tekanan darah - Pertahankan suhu tubuh normal
diastolik Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretic
osmosis, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu
PEMANTAUAN TEKANAN
INTRAKRANIAL (I.06198
Observasi
- Observasi penyebab peningkatan
TIK (mis. Lesi menempati ruang,
gangguan metabolism, edema
sereblal, peningkatan tekanan vena,
obstruksi aliran cairan serebrospinal,
hipertensi intracranial idiopatik)
- Monitor peningkatan TD
- Monitor pelebaran tekanan nadi
(selish TDS dan TDD)
- Monitor penurunan frekuensi jantung
- Monitor ireguleritas irama jantung
- Monitor penurunan tingkat
kesadaran
- Monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan respon pupil
- Monitor kadar CO2 dan pertahankan
dalm rentang yang diindikasikan
- Monitor tekanan perfusi serebral
- Monitor jumlah, kecepatan, dan
karakteristik drainase cairan
serebrospinal
- Monitor efek stimulus lingkungan
terhadap TIK
Terapeutik
- Ambil sampel drainase cairan
serebrospinal
- Kalibrasi transduser
- Pertahankan sterilitas system
pemantauan
- Pertahankan posisi kepala dan leher
netral
- Bilas sitem pemantauan, jika perlu
- Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
PERLU
5. Intoleransi Setelah dilakukan MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)
aktivitas asuhan keperawatan Observasi
selama 3x 24 jam - Identifkasi gangguan fungsi tubuh
diharapkan yang mengakibatkan kelelahan
intolersansi aktivitas - Monitor kelelahan fisik dan
meningkat dengan emosional
kriteria hasil : - Monitor pola dan jam tidur
Toleransi aktivitas - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
membaik selama melakukan aktivitas
Tingkat keletihan Terapeutik
menurun - Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
B. TERAPI AKTIVITAS (I.05186)
Observasi
- Identifikasi deficit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivotas
tertentu
Terapeutik
- Fasilitasi focus pada kemampuan,
bukan deficit yang dialami
- Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi
danrentang aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan social
- Koordinasikan pemilihan aktivitas
sesuai usia
- Libatkan dalam permaianan
kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
social, spiritual, dan kognitif, dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapi okupasi
dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Samsidar Ahmad, (2017). http://idarminhoo12.blogspot.com/2017/10/stemi-nanda-nic-
noc.html (akses senin, 17 November 2021).
Dewi Handayani, (2015). https://www.slideshare.net/dwihandayani54772/st-elevasi-miokard-
infark (akses minggu 17 November 2021).
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/fungsi-arteri-koroner-adalah/ (akses 16 November
2021).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER AKIBAT STEMI DI RUANG ICU RUMAH SAKIT
DAERAH UMUM SEKARWANGI SUKABUMI TAHUN 2021

A.PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Biodata
1) Identitas Klien
Nama : Tn. E
Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Golongan darah : -
Tanggal masuk RS : 12 April 2022
Tanggal pengkajian : 14 April 2002
No. medrek : 344441
Ruangan : ICU
Diagnosa Medis : Syok kardiogenik STEMI
Alamat : Jl. Raya Golf No 11 kp. Sekepicung Rt 03 Rw 05
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Jl. Raya Golf No 11 kp. Sekepicung Rt 03 Rw 05
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri dada
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan nyeri meningkat bila aktivitas bertambah. Nyeri berkurang
dengan obat dan istirahat. Skala nyeri 4 (0-10), nyeri terasa terus menerus nyeri
menjalar ke belakang atau punggung
3) Riwayat Kesehatan Dulu
Tidak ada
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
 Kesadaran composmentis
 TTV : TD : 123/74 mmhg
N : 79x/menit
RR : 28x/menit
S : 36C
SPO2 : 94%
 Skala nyeri pasien 4
2) Pemeriksaan fisik sistemik
 Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva merah muda, kornea normal, sclera anikterik, pupil isokor, otot –
otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, reaksi terhadap cahaya (+)
 Sistem pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telinga normal, tidak ada cairan dari telinga, fungsi
pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan dan tidak memakai alat
bantu
 Sistem Wicara
Sistem wicara normal, klien berbicara dengan jelas dan tidak mengalami
gangguan dalam bicara.
 Sistem Pernafasan
Jalan nafas klien tidak terdapat penumpukan sekret, tidak ada sumbatan. Klien
mengalami sesak dan tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan dengan
frekuensi nafas 28x/menit, irama teratur, bernafas dengan spontan, dan bernafas
dalam. Ada batuk kering
 Sistem Kardiovaskuler
a) Sirkulasi Perifer
Nadi 79 x/menit, irama teratur,. Tekanan darah : 123/79 mmHg, ada distensi
vena jugularis kanan dan kiri, akral hangat, warna kulit kemerahan, pengisian
kapiler <2 detik, dan tidak terdapat edema di tangan dan kaki.
b) Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut apical : 79 x/menit, irama teratur, TD : 123/79 mmhg, tidak
ada kelainan bunyi jantung, dan ada nyeri dada dengan skala nyeri 4.
 Sistem Hematologi
Tidak ada pucat dan tidak ada perdarahan.
 Sistem Saraf Pusat
Tingkat kesadaran compos metis, GCS : 15 (E : 4, V : 5, M : 6). Tidak ada tanda-
tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sistem persyarafan, reflek fisiologis
normal, dan tidak ada reflek patologis.
 Sistem Pencernaan
Pada keadaan mulut, tidak ada caries gigi, klien tidak menggunakan gigi palsu,
tidak ada stomatitis, lidah klien tidak kotor, saliva normal, ada mual, tidak ada
nyeri pada daerah perut, bising usus klien terdengar 12 x/menit, tidak ada diare
dan konstipasi, tidak teraba pembesaran hati.
 Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas klien tidak berbau keton, tidak
terdapat luka gangrene, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, ada
hiperglikemi dengan nilai GDS 290 mg/dl
 Sistem Urogenital
BAK berwarna merah, terdapat distensi/ketegangan kandung kemih, tidak ada
keluhan saat mau BAK dan tidak ada keluhan sakit pinggang.
 Sistem Integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat. Keadaan kulit baik, tidak ada kelainan
kulit, kondisi kulit daerah pemasangan infus normal dan tidak tampak tanda-
tanda infeksi. Tekstur rambut klien baik dan tampak bersih.
 Sistem Muskuloskeletal
Klien mengalami kesulitan dalam beraktivitas sendiri karena kelemahan.
Tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan
struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik, kekuatan otot
5 5
5 5
d. Data psikologis
1. Status emosi
Klien menyesal mengapa harus seperti ini
2. Kecemasan
Klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini
3. Pola koping
Klien berusaha kuat dan menerima kondisi saat ini
4. Gaya komunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik pada semua orang
5. Persepsi klien terhadap penyakit
Klien menngatakan penyakitnya berasal dari kebiasaan pola hidup tidak sehat
6. Konsep diri
a. Body Image
Klien tampak sabar atas penyakit yang dideritanya
b. Harga diri
Klien ingin cepat pulang agar dapat berkumpul kembali dengan keluarganya
c. Peran
Klien berperan sebagai kepala keluarga dan ayah dari 3 anaknya
d. Identitas diri
Klien seorang laki – laki. Klien merasa hari ini masih merasakan nyeri di
dada
e. Ideal diri
Klien dapat berinteraksi dengan semua orang
e. Data social
Komunikasi klien baik, klien dapat berhubungan sosial dengan keluarga dan perawat
f. Data spiritual
Klien memiliki keyakinan yang baik,mempercayai adanya sakit ini merupakan cobaan
f. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 12 April 2022
Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Bio Kimia Darag
Kreatinin 1.80 mg/dl < 1.40
Ureum 37 mg/dl 13-43
Gula Darah Sewaktu 290 mg/dl < 140
Troponin I 1,47 ng/dl < 0,03
Elektrolit
mmol/L
Paket, Na K 136 137-147
mmol/L
Natrium, Na 3,7 3,5 – 5,0

Tanggal : 13 April 2022


Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Bio Kimia Darah
Kolesterol 136 mg/dl < 200
Kolesterol – HDL 31 mg/dl 40
Kolesterol – LDL 73 mg/dl < 100
Trigliserida 160 mg/dl <150
Asam Urat 7.5 mg/dl < 7.0
Gula Darah Puasa 197 mg/dl < 100
Gula Darah 2 Jam PP 186 mg/dl < 140

2) Pemeriksaan Radiologi
Tidak ada
3) Therapi Obat
 Furosemid 40 mg
 Aspilet
 Arixtra
 Briclot
 Bisoprolol
 Simuastatin 40 mg
2. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Aterosklerosis, thrombosis kontraksi Nyeri akut
- Klien mengeluh arterikoronaria
nyeri dada
- Nyeri daerah penurunan aliran darah kejantung
dada menjalar
sampaike kekurangan oksigen dan nutrisi
belakang
- Nyeri terasa iskemik pada jaringan miokard
tertekan benda
berat nekrosi
- Skala nyeri 5 (0-
10) suplay dan kebutuhan O2 kejantung
- Nyeri hilang tidak seimbang
timbul
DO : suplay O2 ke miokard menurun
- Klien tampak
lemah timbunan asam laktat meningkat
- Tekanan darah
136/63 mmhg nyeri
- Nadi : 92x//menit
- RR : 32x/menit
- S : 36,3C
- SPO2 : 97%
2. DS : Aterosklerosis, thrombosis kontraksi ketidakefektifa
- Klien mengeluh arterikoronaria n pola nafas
sesak
DO : penurunan aliran darah kejantung
- RR : 32x/menit
- SPO2 : 97% kekurangan oksigen dan nutrisi
- Posisi head up
40 ketidakefektifan pola nafas
- Terpasang nasal
kanul 5 l/menit

B. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera pada iskemik
2. ketidakefektifan pola nafas b.d suplai O2 tidak adekuat

C. PERENCANAAN
TANGGA N TUJUAN
INTERVENSI TTD
L/ waktu O KRITERIA HASIL
Rabu 13 1. Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi,
April asuhan keperawatan karakteristik dan integritas
2022 selama 3 X 24 jam, nyeri menggunakan PQRST
14.00 diharapkan nyeri 2. Monitor ttv
WIB berkurang dengan 3. Ajarkan teknik relaksasi
kriteria hasil: nafas dalam
kontrol nyeri 4. Berikan posisi klien yang
- Mampu nyaman
mengontrol 5. Kaji pengalaman klien
nyeri mengatasi nyeri
- tekanan 6. Batasi aktivitas selama fase
darah dan akut sesuai dengan
nadi dalam kebutuhan
batas normal 7. Kolaborasi dengan dokter
- skala nyeri 0 untuk pemberian analgetik,
dari 0-10 jika perlu
nyeri

Rabu 13 3. Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas


April asuhan 2. Monitor bunyi nafas
2022 keperawatan 3. Monitor sputum
14.00 selama 3X24 jam 4. Pertahankan kepatenan
WIB diharapkan status jalan nafas
pola nafas px 5. Posisikan semi-fowler
normal dengan 6. Lakukan fisioterapi dada
Kriteria Hasil : 7. Berikan oksigen jika perlu
1. Dyspnea 8. Kolaborasi pemberian
menurun bronkodilator
2. Penggunaan
otot bantu
pernapasan
menurun
3. Pemanjangan
fase ekspirasi
menurun
4. Frekuensi napas
membaik 
5. Kedalaman
napas membaik 

D. IMPLEMENTASI

IMPLEMENTASI
TANGGAL NO RESPON KLIEN TTD
KEPERAWATAN
Rabu 13 April 1. 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, Pasien masih
2022 karakteristik dan merasakan nyeri,
14.15 WIB integritas nyeri skala nyeri
berkurang menjadi
menggunakan PQRST 3setelah diajarkan
2. Monitor ttv teknik relaksasi
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan
nafas dalam pemberian obat
4. Berikan posisi klien yang
nyaman
5. Kaji pengalaman klien
mengatasi nyeri
6. Batasi aktivitas selama
fase akut sesuai dengan
kebutuhan
7. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian
analgetik, jika perlu
Rabu 13 April 3. 1. Memonitor pola nafas Klien mengatakan I
2022 2. Memonitor bunyi nafas masih sesak
14.40 WIB 3. Memoonitor sputum
4. Mempertahankan
kepatenan jalan nafas
5. Memposisikan semi-
fowler
6. Melakukan fisioterapi
dada
7. Memberikan oksigen jika
perlu
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator

Kamis 14 1 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, Klien mengatakan


April 2022 karakteristik dan nyeri sedikit
15.00 WIB integritas nyeri berkurang
menggunakan PQRST
2. Monitor ttv
3. Ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
4. Berikan posisi klien yang
nyaman
5. Kaji pengalaman klien
mengatasi nyeri
6. Batasi aktivitas selama
fase akut sesuai dengan
kebutuhan
7. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian
Kamis 14 3 1. Memonitor pola nafas Klien mengatakan
April 2022 2. Memonitor bunyi nafas masih sesak namun
15.20 WIB 3. Memoonitor sputum sedikit berkurang
4. Mempertahankan
kepatenan jalan nafas
5. Memposisikan semi-
fowler
6. Melakukan fisioterapi
dada
7. Memberikan oksigen jika
perlu
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator
Jumat 15 1. 8. Kaji tingkat nyeri, lokasi, Klien mengatakan
April 2022 karakteristik dan nyeri sudah tidak
20.45 WIB integritas nyeri asa
menggunakan PQRST
9. Monitor ttv
10. Ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
11. Berikan posisi klien yang
nyaman
12. Kaji pengalaman klien
mengatasi nyeri
13. Batasi aktivitas selama
fase akut sesuai dengan
kebutuhan
14. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian
Jumat 15 2. 1. Memonitor pola nafas Klien mengatakan
April 2022 2. Memonitor bunyi nafas berkurang sesak
21.00 WIB 3. Memoonitor sputum nya
4. Mempertahankan
kepatenan jalan nafas
5. Memposisikan semi-
fowler
6. Melakukan fisioterapi
dada
7. Memberikan oksigen jika
perlu
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator

E. EVALUASI
TANGGAL NO EVALUASI TTD
Rabu 13 1. S : Klien mengatakan nyeri dada masih ada skala
April 2022 nyeri 3
16.00 WIB O:- Ekspresi wajah tampak menahan nyeri
- TTV : TD: 137/69 mmhg
N :75x/menit
S :36,2 C
RR: 30 x/menit
SPO2 : 96%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2. S : Klien mengatakan masih sesak


O : TTV TD: 137/69 mmhg
N :75x/menit
S :36,2 C
RR: 30 x/menit
SPO2 : 96%
A : Masalah belum teratasi
P :Intervensi dilanjutkan

Kamis 14 1. S : Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang


April 2022 O:- Ekspresi wajah tampak menahan nyeri
19.00 WIB - TTV : TD: 140/71 mmhg
N :77x/menit
S :36,1C
RR: 28 x/menit
SPO2 : 94%
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

2. S : Klien mengatakan masih sesak namun sedikit


berkurang
O : TTV TD: 140/71 mmhg
N :77x/menit
S :36,1 C
RR: 26 x/menit
SPO2 : 96%
A : Masalah belum teratasi
P :Intervensi dilanjutkan

Jumat 15 1. S : Klien mengatakan nyeri dada masih ada


April 2022 O : TTV TD: 136/72 mmhg
23.00 WIB N :79 x/menit
S :36,2 C
RR: 25 x/menit
SPO2 : 94%
A : Masalah belum teratasi
P :Intervensi dilanjutkan

2. S : Klien mengatakan sesak berkurang


O : TTV TD: 136/72 mmhg
N :79 x/menit
S :36,2 C
RR: 25 x/menit
SPO2 : 94%
A : Masalah belum teratasi
P :Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai