Disusun untuk memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat darurat dan Kritis
Disusun Oleh :
Saniya Imaniyah
NPM 4121015
CI RUANGAN
A. DEFINISI STEMI
STEMI merupakan sindroma klinis yang didefinisikan dengan tanda gejala dan
karakteristik iskemia miokard dan berhubungan dengan persistent ST elevasi dan
pengeluaran biomarker dari nekrosis miokard. Cardiac troponin merupakan biomarker yang
digunakan untuk diagnosis infark miokard. (AHA, 2013).
Infark miokard akut diklasifikasikan berdasarkan EKG 12 lead dalam dua kategori
yaitu ST elevasi miokard (STEMI) dan non ST elevasi infark miokard ( NSTEMI)
merupakan oklusi total dari Arteri koroner yang menyebabkan area infark yang lebih luas
meliputi seluruh ketebalan miokardium , yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST
pada EKG. Sedangkan NSTEMI merupakan oklusi sebagian dari Arteri koroner tanpa
melibatkan seluruh ketebalan miokardium sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.
2. Respiratory
a. Nafas yang memendek, dispnea, takipnea
b. Krakles dapat terdengar jika ada kongesti pulmonary
c. Dapat pula disertai edema paru
3. Gastrointestinal
Mual dan muntah
4. Urinary
Penurun keluaran urin dapat mengindikasikan syok kardiogenik
5. Integumen
Dingin, berkeringat, diaphoresis, dan pucat, dapat muncul karena stimulus dari
kurangnya, kontraktilitas yang dapat mengidentifikasi adanya shock kardiogenik.
Oedem dapat muncul karena kurangnya kontaktilitas.
F. Pemeriksaan Penunjang
Nilai pemeriksaan laboratorium untuk mengkonfirmasi diagnosis STEMI dapat dibagi
menjadi 4, yaitu: ECG, serum cardiac biomarker, cardiac imaging, dan indeks nonspesifik
nekrosis jaringan dan inflamasi.
1. Elektrokardiografi (EKG)
Nekrosis miokard dilihat dari 12 lead EKG. Selama fase awal miokard infark akut, EKG
pasien yang mengalami oklusi total arteri koroner menunjukkan elevasi segmen ST.
Kemudian gambaran EKG berupa elevasi segmen ST akan berkembang menjadi gelombang
Q. Sebagian kecil berkembang menjadi gelombang non-Q. Pada STEMI inferior, ST elevasi
dapat dilihat pada lead II, III, dan aVF.
Tabel 2. Lokasi Miokard Infark Berdasarkan Gambar EKG
NO LOKASI GAMBARAN EKG
1. Anterior Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V4/V5
2. Anteroseptal Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V3
3. Anterolateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V6 dan I
dan Avl
4. Lateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V5-V6 dan
inversi gelombang T/elevasi ST/gelombang Q di I dan aVL
5. Inferolateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III, aVF,
dan V5-V6 (kadang-kadang I dan aVL).
6. Inferior Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III, dan aVF
7. Inferoseptal Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III, aVF,
V1-V3
8. True posterior Gelombang R tinggi di V1-V2 dengan segmen ST depresi di
V1-V3. Gelombang T tegak di V1-V2
9. RV Infraction Elevasi segmen ST di precordial lead (V3R-V4R).
Biasanya ditemukan konjungsi pada infark inferior.
Keadaan ini hanya tampak dalam beberapa jam pertama
infark.
c. Circulation :
Nadi lemah, tidak teratur , Takikardi, TD meningkat/menurun, Edema, Gelisah Akral dingin,
Kulit pucat, sianosis, Output urine menurun
d. Disability : Penurunan kesadaran komposmentis (E4V5M6), Pupil : isokor (2mm)
Pengkajian Sekunder
a. Aktifitas
Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal olah raga tidak
teratur.
Tanda : Takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes
mellitus.
Tanda :
1. Tekanan darah dapat normal/naik/turun perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk atau berdiri.
2. Nadi dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
3. Bunyi jantung. Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel. Murmur : Bila ada
menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
4. Friksi ; dicurigai Perikarditis
5. Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
6. Edema Distensi vena juguler, edema dependent, perifer, edema umum, krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
7. Warna Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
c. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah
dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan, kerja, keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
d. Eliminasi.
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
e. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar.
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan.
f. Higiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
g. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat). Tanda :
perubahan mental, kelemahan
h. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam
dan viseral).
Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan,
rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen,
punggung, leher. Kualitas: “Crushing”, menyempit, berat, menetap, tertekan. Intensitas:
Biasanya 10 (pada skala 1-10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi,
lansia
a. Pernafasan
Gejala : dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat, dispnea nocturnal, batuk dengan atau
tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak/kuat, pucat, sianosis, bunyi nafas
( bersih, krekles, mengi ), sputum.
b. Interaksi sosial
Gejala : Stress, Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan di
RS.
Tanda : Kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi (marah terus-menerus, takut),
menarik diri (Nuzul, 2015).
Pengkajian Fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Nyeri dada
c. Frekuensi dan irama jantung : Disritmia dapat menunjukkan tidak adekuatnya suplai
oksigen ke dalam miokard.
d. Bunyi jantung : S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal jantung
e. Tekanan darah
f. Untuk menentukan respon nyeri dan pengobatan, tekanan nadi, yang akan
menyempit setelah serangan miokard infark
g. Nadi perifer : Kaji frekuensi, irama, dan volume
h. Warna dan suhu kulit
i. Paru-Paru :Auskultasi bidang paru
j. Fungsi gastrointestinal
k. Kebutuhan volume cairan
l. Haluaran urin, periksa adanya edema, adanya tanda dini syok kardiogenik merupakan
hipotensi dengan oliguria.
Pemeriksaan Diagnostik
- ECG
- Echocardiogram
- Laboratorium : CKMD, cTn, Mioglobin, CK, LDH
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi Arteri
koroner
2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal, cairan di dalam paru akibat sekunder dari edema paru akut
3. penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi Irama konduksi
elektrik penurunan preload / peningkatan tahanan vaskuler sistemik otot infark,
kerusakan struktural
4. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah,
misalnya vasokontriksi, hipovolemia, dan pembentukan tromboemboli.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard, efek obat
depresan jantung
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Standar luaran Standar intervensi keperawatan
o keperawata keperawatan Indonesia Indonesia (SIKI)
n (SDKI) (SLKI)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
keperawatan selama ... X Observasi
24 jam, diharapkan nyeri - lokasi, karakteristik, durasi,
berkurang dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
kriteria hasil:
SLKI: - Identifikasi skala nyeri
kontrol nyeri - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Mampu - Identifikasi faktor yang memperberat
mengontrol dan memperingan nyeri
nyeri (tahu - Identifikasi pengetahuan dan
penyebab nyeri, keyakinan tentang nyeri
mampu - Identifikasi pengaruh budaya
menggunakan terhadap respon nyeri
teknik - Monitor efek samping penggunaan
nonfarmakologi analgetik
untuk mengurangi Terapeutik
nyeri, mencari - Berikan teknik nonfarmakologis
bantuan) untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
- ekspresi wajah TENS, hypnosis, akupresur, terapi
pasien rileks dan musik, biofeedback, terapi pijat,
tenang aroma terapi, teknik imajinasi
- menyatakan rasa terbimbing, kompres hangat/dingin,
nyaman setelah terapi bermain)
nyeri berkurang - Control lingkungan yang
- tekanan darah memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
dan nadi dalam ruangan, pencahayaan, kebisingan)
batas normal ( TD - Fasilitasi istirahat dan tidur
Normal : 120/80 Edukasi
mmHg, Nadi - Jelaskan penyebab, periode, dan
Normal : 60-80 pemicu nyeri
x/dari enit) - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- skala nyeri 0 - Anjurkan memonitor nyri secara
dari 0-10 yang mandiri
diberikan - Anjurkan menggunakan analgetik
Tingkat nyeri secara tepat
- keluhan nyeri - Ajarkan teknik nonfarmakologis
menurun untuk mengurangi rasa nyeri
- pasien tidak gelisah Kolaborasi
- frekuensi nadi dalam Kolaborasi pemberian analgetik, jika
batas normal perlu
PEMBERIAN ANALGETIK (I.08243)
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
- Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
- Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan respon pasien
- Dokumentasikan respon terhadap
efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi
2. Ketidakefek Setelah dilakukan PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
tifan pola asuhan keperawatan Observasi
nafas selama 3X24 jam - Monitor frekuensi, irama,
diharapkan status pola kedalaman, dan upaya napas
nafas px normal - Monitor pola napas (seperti
dengan Kriteria Hasil : bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
- Dyspnea Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
menurun ataksik0
- Penggunaan otot - Monitor kemampuan batuk efektif
bantu pernapasan - Monitor adanya produksi sputum
menurun - Monitor adanya sumbatan jalan
- Pemanjangan napas
fase ekspirasi - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
menurun - Auskultasi bunyi napas
- Frekuensi napas - Monitor saturasi oksigen
membaik - Monitor nilai AGD
- Kedalaman napas - Monitor hasil x-ray toraks
membaik Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
MENEJEMEN JALAN NAPAS (I.
01011)
Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3. Penurunan Setelah dilakukan PERAWATAN JANTUNG (I.02075)
curah asuhan keperawatan Observasi
jantung selama 3X24 jam - Identifikasi tanda/gejala primer
penurunan curah Penurunan curah jantung (meliputi
jantung px dapat dispenea, kelelahan, adema ortopnea
diatasi dengan Kriteria paroxysmal nocturnal dyspenea,
Hasil : peningkatan CPV)
- Kekuatan nadi - Monitor tekanan darah (termasuk
perifer meingkat tekanan darah ortostatik, jika perlu)
- Dyspnea - Monitor intake dan output cairan
menurun - Monitor berat badan setiap hari pada
- Bradikardia waktu yang sama
menurun - Monitor saturasi oksigen
- Takikardia - Monitor keluhan nyeri dada (mis.
menurun Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
- Batuk menurun presivitasi yang mengurangi nyeri)
- Murmur - Monitor EKG 12 sadapoan
jantung menurun - Monitor aritmia (kelainan irama dan
- Tekanan darah frekwensi)
membaik - Monitor nilai laboratorium jantung
- CRT membaik (mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP,
- Edema Ntpro-BNP)
menurun - Monitor fungsi alat pacu jantung
- Lelah Terapeutik
menurun - Posisikan pasien semi-fowler atau
- Suara jantung fowler dengan kaki kebawah atau
S3 menurun posisi nyaman
- Suara jantung S4 - Berikan diet jantung yang sesuai
Menurun (mis. Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau
pneumatik intermiten, sesuai indikasi
- Berikan oksigen untuk
memepertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
4. Perubahan Setelah dilakukan MENEJEMEN PENINGKATAN
perfusi asuhan keperawatan TEKANAN INTRAKRANIAL (I.
jaringan selama....................... 06198)
serebral .x 24 jam diharapkan Observasi
perfusi serebral - Identifikasi penyebab peningkatan
meningkat dengan TIK (mis. Lesi, gangguan
kriteria hasil : metabolisme, edema serebral)
Perfusi Serebral - Monitor tanda/gejala peningkatan
- Tingkat TIK (mis. Tekanan darah meningkat,
kesadaran tekanan nadi melebar, bradikardia,
meningkat pola napas ireguler, kesadaran
- Kongnitif menurun)
- Tekanan Pressure)
- Kecemasan Pressure)
DAFTAR PUSTAKA
A.PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Biodata
1) Identitas Klien
Nama : Tn. E
Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Golongan darah : -
Tanggal masuk RS : 12 April 2022
Tanggal pengkajian : 14 April 2002
No. medrek : 344441
Ruangan : ICU
Diagnosa Medis : Syok kardiogenik STEMI
Alamat : Jl. Raya Golf No 11 kp. Sekepicung Rt 03 Rw 05
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Jl. Raya Golf No 11 kp. Sekepicung Rt 03 Rw 05
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri dada
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan nyeri meningkat bila aktivitas bertambah. Nyeri berkurang
dengan obat dan istirahat. Skala nyeri 4 (0-10), nyeri terasa terus menerus nyeri
menjalar ke belakang atau punggung
3) Riwayat Kesehatan Dulu
Tidak ada
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran composmentis
TTV : TD : 123/74 mmhg
N : 79x/menit
RR : 28x/menit
S : 36C
SPO2 : 94%
Skala nyeri pasien 4
2) Pemeriksaan fisik sistemik
Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva merah muda, kornea normal, sclera anikterik, pupil isokor, otot –
otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, reaksi terhadap cahaya (+)
Sistem pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telinga normal, tidak ada cairan dari telinga, fungsi
pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan dan tidak memakai alat
bantu
Sistem Wicara
Sistem wicara normal, klien berbicara dengan jelas dan tidak mengalami
gangguan dalam bicara.
Sistem Pernafasan
Jalan nafas klien tidak terdapat penumpukan sekret, tidak ada sumbatan. Klien
mengalami sesak dan tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan dengan
frekuensi nafas 28x/menit, irama teratur, bernafas dengan spontan, dan bernafas
dalam. Ada batuk kering
Sistem Kardiovaskuler
a) Sirkulasi Perifer
Nadi 79 x/menit, irama teratur,. Tekanan darah : 123/79 mmHg, ada distensi
vena jugularis kanan dan kiri, akral hangat, warna kulit kemerahan, pengisian
kapiler <2 detik, dan tidak terdapat edema di tangan dan kaki.
b) Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut apical : 79 x/menit, irama teratur, TD : 123/79 mmhg, tidak
ada kelainan bunyi jantung, dan ada nyeri dada dengan skala nyeri 4.
Sistem Hematologi
Tidak ada pucat dan tidak ada perdarahan.
Sistem Saraf Pusat
Tingkat kesadaran compos metis, GCS : 15 (E : 4, V : 5, M : 6). Tidak ada tanda-
tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sistem persyarafan, reflek fisiologis
normal, dan tidak ada reflek patologis.
Sistem Pencernaan
Pada keadaan mulut, tidak ada caries gigi, klien tidak menggunakan gigi palsu,
tidak ada stomatitis, lidah klien tidak kotor, saliva normal, ada mual, tidak ada
nyeri pada daerah perut, bising usus klien terdengar 12 x/menit, tidak ada diare
dan konstipasi, tidak teraba pembesaran hati.
Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas klien tidak berbau keton, tidak
terdapat luka gangrene, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, ada
hiperglikemi dengan nilai GDS 290 mg/dl
Sistem Urogenital
BAK berwarna merah, terdapat distensi/ketegangan kandung kemih, tidak ada
keluhan saat mau BAK dan tidak ada keluhan sakit pinggang.
Sistem Integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat. Keadaan kulit baik, tidak ada kelainan
kulit, kondisi kulit daerah pemasangan infus normal dan tidak tampak tanda-
tanda infeksi. Tekstur rambut klien baik dan tampak bersih.
Sistem Muskuloskeletal
Klien mengalami kesulitan dalam beraktivitas sendiri karena kelemahan.
Tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan
struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik, kekuatan otot
5 5
5 5
d. Data psikologis
1. Status emosi
Klien menyesal mengapa harus seperti ini
2. Kecemasan
Klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini
3. Pola koping
Klien berusaha kuat dan menerima kondisi saat ini
4. Gaya komunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik pada semua orang
5. Persepsi klien terhadap penyakit
Klien menngatakan penyakitnya berasal dari kebiasaan pola hidup tidak sehat
6. Konsep diri
a. Body Image
Klien tampak sabar atas penyakit yang dideritanya
b. Harga diri
Klien ingin cepat pulang agar dapat berkumpul kembali dengan keluarganya
c. Peran
Klien berperan sebagai kepala keluarga dan ayah dari 3 anaknya
d. Identitas diri
Klien seorang laki – laki. Klien merasa hari ini masih merasakan nyeri di
dada
e. Ideal diri
Klien dapat berinteraksi dengan semua orang
e. Data social
Komunikasi klien baik, klien dapat berhubungan sosial dengan keluarga dan perawat
f. Data spiritual
Klien memiliki keyakinan yang baik,mempercayai adanya sakit ini merupakan cobaan
f. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 12 April 2022
Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Bio Kimia Darag
Kreatinin 1.80 mg/dl < 1.40
Ureum 37 mg/dl 13-43
Gula Darah Sewaktu 290 mg/dl < 140
Troponin I 1,47 ng/dl < 0,03
Elektrolit
mmol/L
Paket, Na K 136 137-147
mmol/L
Natrium, Na 3,7 3,5 – 5,0
2) Pemeriksaan Radiologi
Tidak ada
3) Therapi Obat
Furosemid 40 mg
Aspilet
Arixtra
Briclot
Bisoprolol
Simuastatin 40 mg
2. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Aterosklerosis, thrombosis kontraksi Nyeri akut
- Klien mengeluh arterikoronaria
nyeri dada
- Nyeri daerah penurunan aliran darah kejantung
dada menjalar
sampaike kekurangan oksigen dan nutrisi
belakang
- Nyeri terasa iskemik pada jaringan miokard
tertekan benda
berat nekrosi
- Skala nyeri 5 (0-
10) suplay dan kebutuhan O2 kejantung
- Nyeri hilang tidak seimbang
timbul
DO : suplay O2 ke miokard menurun
- Klien tampak
lemah timbunan asam laktat meningkat
- Tekanan darah
136/63 mmhg nyeri
- Nadi : 92x//menit
- RR : 32x/menit
- S : 36,3C
- SPO2 : 97%
2. DS : Aterosklerosis, thrombosis kontraksi ketidakefektifa
- Klien mengeluh arterikoronaria n pola nafas
sesak
DO : penurunan aliran darah kejantung
- RR : 32x/menit
- SPO2 : 97% kekurangan oksigen dan nutrisi
- Posisi head up
40 ketidakefektifan pola nafas
- Terpasang nasal
kanul 5 l/menit
C. PERENCANAAN
TANGGA N TUJUAN
INTERVENSI TTD
L/ waktu O KRITERIA HASIL
Rabu 13 1. Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi,
April asuhan keperawatan karakteristik dan integritas
2022 selama 3 X 24 jam, nyeri menggunakan PQRST
14.00 diharapkan nyeri 2. Monitor ttv
WIB berkurang dengan 3. Ajarkan teknik relaksasi
kriteria hasil: nafas dalam
kontrol nyeri 4. Berikan posisi klien yang
- Mampu nyaman
mengontrol 5. Kaji pengalaman klien
nyeri mengatasi nyeri
- tekanan 6. Batasi aktivitas selama fase
darah dan akut sesuai dengan
nadi dalam kebutuhan
batas normal 7. Kolaborasi dengan dokter
- skala nyeri 0 untuk pemberian analgetik,
dari 0-10 jika perlu
nyeri
D. IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI
TANGGAL NO RESPON KLIEN TTD
KEPERAWATAN
Rabu 13 April 1. 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, Pasien masih
2022 karakteristik dan merasakan nyeri,
14.15 WIB integritas nyeri skala nyeri
berkurang menjadi
menggunakan PQRST 3setelah diajarkan
2. Monitor ttv teknik relaksasi
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan
nafas dalam pemberian obat
4. Berikan posisi klien yang
nyaman
5. Kaji pengalaman klien
mengatasi nyeri
6. Batasi aktivitas selama
fase akut sesuai dengan
kebutuhan
7. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian
analgetik, jika perlu
Rabu 13 April 3. 1. Memonitor pola nafas Klien mengatakan I
2022 2. Memonitor bunyi nafas masih sesak
14.40 WIB 3. Memoonitor sputum
4. Mempertahankan
kepatenan jalan nafas
5. Memposisikan semi-
fowler
6. Melakukan fisioterapi
dada
7. Memberikan oksigen jika
perlu
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator
E. EVALUASI
TANGGAL NO EVALUASI TTD
Rabu 13 1. S : Klien mengatakan nyeri dada masih ada skala
April 2022 nyeri 3
16.00 WIB O:- Ekspresi wajah tampak menahan nyeri
- TTV : TD: 137/69 mmhg
N :75x/menit
S :36,2 C
RR: 30 x/menit
SPO2 : 96%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi