Anda di halaman 1dari 36

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Proses penyakit dapat menyerang arteri maupun vena ferry fair, menyebabkan
gangguan perpu si jaringan atau aliran balik vena ke jantung. Bagian penyakit arteri
menekankan penyakit aterosklerosis yang eklusif dan aneurisma. Bagian penyakit
kena terutama membahas empat penyakit utama yaitu: (1) tromboflebitis superfisial,
(2). Trombosit vena profunda akut atau berulang, (3) varises, dan (4). Sindrom
pascatrombotik (Price & Lorraine, 2015).
1. Arteri
Dinding arteri terdiri dari tiga tunika: tunika luar, atau menikah adventisia; tunika
tengah, atau tunika media; dan tunika dalam, atau tunika intima. Tunika adventisia
mengandung serabut saraf dan pembuluh darah yang menyukai dinding arteri serta
terdiri dari jaringan ikat yang memberikan kekuatan penuh pada dinding arteri.
Tunika media tersusun dari kolagen, serat otot polos, dan elastin, yang bertanggung
jawab penuh dengan mengontrol dia meter pembuluh darah saat dilatasi dan
konstruksi. Tunika intima adalah tunika halus sel sel endotel yang menyediakan
permukaan nontrombogenik untuk aliran darah. Tunika intima dan media mendapat
makanan dari proses difusi aliran darah arteri. Tunika adventisia dan bagian terluar
tunika media mendapatkan makanan dari vasa vasorum,” pembuluh di dalam
pembuluh” yaitu pembuluh darah kecil yang masuk ke dalam dinding arteri terluar.
2. Aorta dan cabang-cabang utamanya
Aorta berjalan melintas semoga thoraks dan abdomen, dan segmen- segmen aorta
diberi nama sesuai dengan lokasinya. Aorta torasika terbagi menjadi beberapa segmen
anatomi berikut: (1) Aorta torasika asendens, (2) arkus aorta tranversal, dan (3) aorta
torasika desendens. Aorta asendens dimulai dari katup aorta dan meluas ke Muara
beberapa pembuluh darah yang memasuki kepala, leher, dan Ekstremitas atas.
Pembuluh-pembuluh ini, secara kolektif disebut pembuluh darah brakiosefalika, yang
berasal dari Arcus Aorta. Seperti pada gambar 1.1, pembuluh darah brakiosefalika
termasuk arteri inominata (trunkus brakiosefalikas), arteri karotis komunis kiri, dan
arteri subklavia kiri. Arteri inominata terbagi menjadi arteria karotis komunis dan
subklafia kanandan berlanjut menjadi arteria brakialis, yang kemudian bercabang
menjadi arteria radialis dan ulnalis. Arteria vertebralis berasal dari arteia subklavia
bilateral.

Gambar 1 1 Anatomi Sirkulasi Arteri

Aorta torasika desendens berawal dari bagian distal arteria subklavia kiri dan
berlanjut ke Diafragma. Aorta abdominalis bermula dari bagian bawah Diafragma dan
Bercabang-cabang setelah berjalan beberapa sentimeter untuk mensuplai organ-organ
abdomen. Bagian Aorta ini berjalan posterior ke arah paru-paru, Diafragma, usus
halus, Limpa, lambung, dan khusus. Cabang cabang viseral utama dari aorta
abdominalis di ilustrasikan dalam gambar 1.1, termasuk juga sumbu seliaka, arteria
mesenterika superior, dan arteria renalis. Arteri mesenterika inferior di cabangkan dari
aorta sedikit di bawah arteria renalis. Aorta abdominalis berlanjut sebagai bifurkasio
aorta hingga setinggi pelvis. Aorta temrinalis adalah bagian aorta antara arteria renalis
dan bifurkasio; arteria mesenterika inferior adalah acabang utama dari aorta
terminalis.

Gambar 1 2 Aliran darah kolateral melalui arteria mesenterika inferior akibat aklusi bilateral
pada arteria iliaka komunis

Aorta bercabang menjadi arteria iliaka komunis. Arteria iliaka komunias bercabang
lagi menjadi arteria iliaka eksterna dan arteria hipogastrika atau iliaka interna. Arteria
iliaka eksterna berlanjut menjadi arteria femoralis komunis. Arteria femoralis
komunis memiliki banyak cabang, antara lain arteria femoralis superfisialis dan
arteria femoralis profunda. Arteria femoralis superfisialis berlanjut ke bawah sebagai
arteria poplitea, yang kemudian bercabang menjadi arteria tibialias posterior, arteria
peronealis, dan arteria tibialis anterior. Arteria tibialis anterior terus berlanjut sebagai
arteria dorsalis pedis.

Pada obstruksi sistem arteri ini, jaringan kolateral berkembang untuk meminta
segmen yang terkena dan mempertahankan aliran daerah. Jaringan ini biasanya
meluas, dan arteri yang ada akan berkembang dalam stenosis atau oklusi total.
Pembuluh darah kolateral biasanya memiliki jaringan lebih sempit dan lebih banyak
pembuluh darahnya; namun, ukuran dan jumlah sesuai dengan ukuran dan durasi
oklusi atau stenosis. Arteri-arteri yang sangat penting sebagai jalur potensial aliran
kolateral ke ekstremitas bawah antara lain arteria mesenterika inferior dan arteria
femoralis profunda. Misalnya, arteria mesenterika inferior akan membesar untuk
menyediakan aliran kolateral pada oklusi bilateral arteria iliaka komunis.

B. DEFINISI
Istilah arteriosklerosis berasal dari bahasa Yunani, yang berarti penebalan tunika intima
arteri (sclerosis, penebalan)dan penebalan lipid (athere, pasta) yang menjadikan lesi yang
keras. Secara morfologi, aterosklerosis terdiri atas lesi-lesi fokal yang terbatas pada arteri-
arteri otot dan jaringan elastis berukuran besar dan sedang, seperti aorta (yang dapat
menyebabkan penyakit aneurisma), artinya poplitea dan femoralis ( menyebabkan
penyakit pembuluh darah perifer), arteria karotis (menyebabkan stroke), arteria renalis
( menyebaban penyakit jantung iskemik atau infark miokardium). Aterosklerosis
merupakan penyebab utama kematian dan Kecacatan di negara maju. Namun demikian,
penyakit aterosklerosis yang memengaruhi arteri koroneria menyebabkan 446.101
kematian dan saat ini tetap merupakan penyebab utama kematian di Amerika Serikat.
Masalah mendasar yang disebabkan oleh aterosklerosis pembuluh darah arteri koroner
adalah ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen sehingga
menyebabkan penyakit jantung iskemia dan infark miokardium (Price & Lorraine, 2015).

Aterosklerosis merupakan penebalan dan pergeseran pembuluh darah yang disebabkan


oleh akumulasi dari lemak, kolesterol, hasil pembuahan sel, kalsium, fibrin. Arteri yang
seringkali mengalami aterosklerosis yaitu arteri koroner. Penyakit jantung koroner
(coronary heart desease) ditandai dengan adanya ateroma yang berkumpul di dalam sel
yang melapisi dinding arteri koroner. Ateroma tersebut terbentuk secara bertahap dan
tersebar dari percabangan besar kedua arteri koroner utama. Kedua arteri koroner tersebut
mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi Jantung. Arti rumah dapat menonjol ke
permukaan dalam arteri, sehingga diameter arteri menjadi sempit dan dapat menyumbat
aliran darah. Jika ada di rumah tersebut yang besar, maka bagian dari ateroma dapat
pecah dan masuk ke dalam aliran darah atau dapat berbentuk Bekuan darah di dalam
permukaan atau rumah tersebut (Asikin & Nuralamsyah, 2016)
.
Aterosklerosis (secara harfiah, “pergeseran arteri’) adalah istilah genetik untuk penebalan
dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Layanan ini memiliki tiga bentuk
(Kumar et al., 2013, 2019)
:
1. Sebagai pola yang tersering dan terpanjang adalah ADH
2. Yang makna klinisnya jauh lebih ringan adalah sklerosis kalsifikans medikal
Mockeberg, yang ditandai dengan endapan kalsifikans di arteri muskular pada orang
berusia lebih dari 40 tahun. Kalsifikasi yang secara radiologis terlihat dan sering dapat
diraba ini tidak mempersulit dengan pembuluh
3. Penyakit arteri kecil atau arteriol (arteriosclerosis) adalah pula ketiga. Dua varian
anatomi, aterosklerosis iya Lin dan hiperplastik, menyebabkan penebalan dinding
vaskuler disertai penyempitan lo main yang dapat menyebabkan jejas Iskemia di
sebelah hilir. Aterosklerosis, yang umumnya berkaitan dengan hipertensi dan diabetes
militus.

C. ETIOLOGI
Sekarang aterosklerosis tidak lagi dianggap timbul akibat proses penuaan saja. Timbulnya
“bercak-bercak lemak” di dinding arteria koronaria bahkan sejak masa kanak-kanak
sudah merupakan fenomena alamiah dan tidak selalu harus menjadi lesi ateroklerotik.
Sekarang dianggap terdapat banyak faktor yang paling berkaitan dengan mempercepat
proses aterogenik. Telah ditemukan beberapa faktor yang dikenal sebagai faktor risiko
yang meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya aterosklerosis koroner pada individu
terentu (Price & Lorraine, 2015).

Tiga faktor risiko biologis yang tidak dapat diubah yaitu: usia, jenis kelamin laki laki, dan
riwayat keluarga. Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat seiring
bertambahnya usia. Namun demikian jarang timbul penyakit serius sebelum usia 40
tahun, sedangkan dari usia 40 hingga 60 tahun, insiden MI meningkat lima kali lipat.
Secara keseluruhan, resiko aterosklerosis koroner lebih besar pada laki laki daripada
perempuan. Perempuan agaknya relatif kebal terhadap penyakit ini sampai usia setelah
menopause, dan kemudian menjadi sama nontonnya seperti pada laki laki. Efek
perlindungan S Trogen dianggap menjelaskan adanya Imunitas wanita pada usia sebelum
mana Fals, tetapi pada kedua jenis kelamin dalam usia 60 hingga tujuh puluhan, frekuensi
MI menjadi setara (Price & Lorraine, 2015).
Yang terakhir, riwayat penyakit jantung koroner dalam keluarga (yaitu, saudara laki laki
atau orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan
kemungkinan timbulnya aterosklerosis Prematur. Keturunan dari seorang penderita
penyakit jantung koroner Prematur diketahui menyebabkan perubahan dalam Penanda
atau proses awal, misal aktivitas Arteria brakialis dan peningkatan tunika intima Arteria
karotis dan penebalan tunika media. Adanya hipertensi, seperti peningkatan homosistein
dan peningkatan Lipid, ditemukan pada individu tersebut. Penelitian yang telah dilakukan
mengesankan bahwa adanya riwayat dalam keluarga mencerminkan suatu free disposisi
genetik terhadap disfungsi endotel dalam arteri coronaria (Price & Lorraine, 2015).

Faktor risiko tambahan lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi memperlambat
proses aterogenik. Faktor risiko utama yang dapat diubah adalah: peningkatan kadar lipid
serum, hipertensi, merokok sigaret, diabetes militus, gaya hidup yang tidak aktif, obesitas
(terutama tipe abdominal), dan peningkatan kadar homosistein (Price & Lorraine, 2015).

Faktor risiko aterosklerosis koroner adalah


Tidak dapat diubah:
1. Usia (laki-laki ≥ 35 tahun atau Menopause Prematur tanpa terapi penggantian
estrogen)
2. Riwayat CAD pada keluarga (MI pada ayah atau saudara laki laki sebelum
berusia 55 tahun ada pada ibu atau saudara perempuan sebelum berusia 65
tahun)
Dapat diubah:
1. Hiperlipidemia (LDL-C: batas atas, 130-159 mg/dl; tinggi ≥ 160 mg/dL
2. HDL-C rendah: < mg/dL
3. Hipertensi (≥ 140/90 mmHG atau pada obat antihipertensi)
4. Merokok sigeret
5. Diabetes Melitus (bergantung-insulin atau tidak bergantung insulin)
6. Obesitas, terutama abdominal
7. Ketidakaktifan fisik
8. Hiperhomosisteinemia (≥ 16 μmol/L
Faktor resiko negatif:
1. HDL-C tinggi

D. MANISFESTASI KLINIS
Aterosklerosis terutama mengenai arteri elastik (misal, aorta, arteria karotis, dan
arteria iliaka) serta arteria muskular besar dan sedang (misal, arteria koroneria dan
poplitea). Penyakit penyakit aterosklerosis simtimatik paling sering mengenai arteri
yang mendera hi jantung, otak, ginjal, dan Ekstremitas bawah. Infark miokardium
(serangan jantung), infak secerbri (stroke). Aneurisma aorta, dan penyakit vaskuler
perifer (ganggren tungkai) merupakan konsekuensi utama aterosklerosis.
Aterosklerosis juga memakan korban melalui efek lain yang berkaitan dengan
berkurangnya secara akut dan kronis berfungsi arteri, misalnya oklusi mesenterium,
kematian jantung arteri, misalnya PJI kronis, dan ensefalopato iskemik.

Di arteri kecil, ateroma dapat menyumbat lumen, mengganggu aliran darah ke organ
distal, dan menyebabkan jejas Iskemia. Selain itu, plak aterosklerosis dapat
mengalami kerusakan dan memicu terbentuknya Trombus yang semakin menghambat
aliran. Di arteri besar, plak bersifat destruktif, menggerogoti tunika media di dekat
nya dan memperlemah dinding pembuluh darah yang terkena, menyebabkan
Aneurisma yang dapat pecah. Selain itu ateroma luas bersifat rapuh, sering
menghasilkan embolus ke sirkulasi sistem.
E. PATHWAY

(Spance & Yu, 2013)


(Yu & Spence, 2013)
F. PATHOFISIOLOGI
Proses kunci pada aterosklerosis adalah penebalan intima dan penimbunan lemak yang
menghasilkan ateroma. Hal ini akan dijelaskan pertama kali: selanjutnya dibahas bercak
pola makan (fatty streak) yang diperkirakan merupakan Lesi awal bagi ateroma. Ateroma
(berasal dari kata Yunani untuk gruel, yaitu sejenis makanan terbuat dari gandum) atau
plak ateromatosa terdiri atas lesi fokal yang meninggi yang berawal di dalam intima,
memiliki inti lemak (terutama kolesterol dan ester kolesterol) yang lemak, kuning,
grumosa serta dilapisi oleh selabut fibrosa putih yang padat. Plak ateromatosa, yang juga
disebut plak fibrosa, fibrofatty, lemak, atau fibrolipid, tampak putih sampai kuning-putih
dan menempel di lumen arteri. Ukuran plak bervariasi dari garis tengah 0,3 sampai 1,5
cm, tetapi kadang-kadang menyatu membentuk massa yang lebih besar. Lesi
aterosklerosis biasanya hanya mengenai sebagain lingkaran dinding arteir (lesi
“eksentrik”) dan membentuk becak-bercak bersebar di sepanajang pembuluh. Lesi
aterosklerotik awalnya bersifat lokal dan tersebar jarang, namun seiring dengan
perkembangan penyakit Lesi bertambah banyak dan difus.

Pada distribusi yang khas pada manusia, plak aterosklerotik biasanya lebih banyak
mengenai aorta abdominal dari pada aorta torakalis, lesi cenderung lebih mencolok di
sekitar ostia cabang besar. Dalam urutan menurun (setelah aorta abdominalis bawah),
pembuluh yang paling banyak terkena adalah pembuluh koronaria, dan pembuluh darah
sirkulasi willis. Melulu di Ekstremitas atas biasanya tidak terkena, demikian juga arteri
mesenterium dan ginjal, kecuali di ostiumnya. Bagaimanapun, pada setiap kasus,
keparahan AS di satu arteri tidak mengisyaratkan keperahan di arteri lain.

Plak aterosklerosis memiliki tiga komponen utama (1). Sel, termasuk sel otot polos,
makrofag, dan leukosit lain; (2). Matriks ekstrasel, termasu kolagen, serta elastik, dan
proteogliken; serta (3). Lemak intrasel dan ekstrasel. Komponen tersebut
Gambar 1 3 Gambaran skematik komponen utama plak ateromatosa yang berkembang
baik: tudung fibrosa yang terdiri atas sel-sel otot polos yang mengalami Proliferasi,
makrofag, limfosit, sel-sel Musa, dan matriks ekstra seluler. Inti nekrotik terdiri atas
debris seluler, lipid ekstrasel dengan kristal kolesterol, dan makrofag berbusa

Komponen tersebut dapat terdapat dalam proporsi dan konfigurasi yang berbeda-beda di
setiap resi. Biasanya lapisan fibrosa superfisial terdiri atas sel otot polos dan kolagen yang
relatif pada titik di bawah dan di Sisi lapisan penutup ini (“bahu”) terdapat daerah
seminar yang terdiri atas makrofag, sel otot polos, dan Limfosit T. Jauh di sebelah dalam
dari lapisan Fibrosa terdapat inti nekrotik, yang mengandung massa lemak (Terutama
kolesterol dan Ester kolesterol) yang tersusun acak, celah yang mengandung kolesterol,
debris dari sel mati, sel busa, fibrin, trombus, dan protein plasma lainnya. Sel busa adalah
sel besar penuh lemak yang terutama berasal dari monosit darah (Makrofag jaringan),
tetapi sel otot polos juga dapat memakan lemak untuk menjadi sel busa. Akhirnya,
terutama di sekitar bagian tepi sel, biasanya terdapat tanda-tanda neuvaskularisasi
(Pembuluh darah halus untuk berproliferasi). Ateroma tipikal mengandung lemak yang
relatif banyak, tetapi banyak daripada yang disebut sebagai plak fibrosa mengandung
terutama sel otot polos dan jaringan fibrosa.

Plak umumnya terus berubah dan besar secara Progresif melalui kematian dan degeneratif
sel, Sintesis, dan degradasi (remodeling) matriks ekstrasel, dan organisasi trombus. Selain
itu, ateroma sering mengalami Kalsifikasi. Pasien dengan Kalsifikasi koroner tahap lanjut
(berdasarkan computed tomography) tampaknya beresiko besar mengalami serangan
koroner.

Lesi aterosklerosis tahap lanjut merupakan lesi yang sangat rentan terhadap perubahan
patologi yang memiliki dampak klinis berikut:
1. Ruptur, ulserasi, atau erosi fokal di permukaan luminal plak ateromatosa dapat
menyebabkan zat yang sangat trombogenik terpajan sehingga terbentuk trombus atau
terlepasnya debris ke dalam aliran darah dan menimbulkan mikroembolus yang
tersusun oleh isi lesi (embolus kolesterol atau ateroembolus)
2. Dapat terjadi perdarahan ke dalam plak, terutama di arteria koronaria, yang dipicu
oleh tutur lapisan Fibrosa penutup atau kapiler berdinding tipis yang memperdarahi
plak. Hematom yang terbentuk dapat menyebabkan plak membesar atau memicu
ruptur plak.
3. Trombosis pada plak, penyulit paling ditakuti, biasanya terjadi pada lesi yang
mengalami kelainan (tutur, ulserasi, erosi, atau perdarahan) dan dapat menyebabkan
oklusi lumen parsial atau total. Trombus dapat menyatu ke dalam plak sehingga plak
awal menjadi semakin besar.
4. Dapat terjadi dilatasi mirip aneurisma akibat atropi iskemik atau tekanan yang dipicu
oleh aterosklerosis pada lapisan media dibawahnya, disertai lenyapnya jaringan
elastik yang menyebabkan pembuluh melemah dan berpotensi pecah)
Bercak perlemakan (fatty streak), terdiri atas sel busa penuh lemak, adalahlesi yang tidak
meninggi secara bermakna sehingga tidak menyebabkan gangguan aliran darah. Kelainan
ini berawal sebagai titik-titik kuing datar (fatty dots) yang garis tengahnya kurang dari 1
mm yang kemudian menyatu membentuk goresan/bercak memanjang 1 cm atau lebih.
Bercak perlemakan ditemukan 1 cm atau lebih. Bercak perlemakan ditemukan di aorta
pada sebagain anak yang berusia kurang dari 1 tahun dan semua anak berusia lebih dari
10 tahun tanpa memandang tempat tinggal, ras, jenis kelamin, atau lingkungan. Bercak
perlemakan di pembuluh koroner mulai terbentuk pada masa remaja, di tempat anatomi
yang sama yang kemudian cenderung membentuk plak. Hubungan antara bercak
perlemakan dan plak aterosklerosis tidak jelas; walaupun bercak-bercak ini dapat
berkembang menjadi prekursor plak, tidak semua bercak perlemakan ditakdirkan menjadi
lesi aterosklerosis.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis yang dilakukan untuk klien dengan aterosklerosis diantaranya:
1. Diet. Memodifikasi pola makan atau obat untuk menurunkan kadar kolesterol atau
Trigliserida
2. Olahraga. Mengikuti program olahraga yang terancang baik dapat meningkatkan
pembentukan pembuluh kolateral di sekitar bagian pembuluh darah yang there
Sumbat dan dapat menurunkan jumlah lemak darah, serta meningkatkan HDL.
3. Kontrol kadar gula darah. Pada pengidap Diabetes militus, kadar gula darah perlu
dikontrol dengan ketat
4. Berhenti merokok. Menghentikan kebiasaan merokok untuk merusak dinding sel
endotel.
5. Obat antihipertensi. Mengonsumsi obat antihipertensi akan merangsang gaya
rgang terhadap dinding endotel
BAB II
ASUHAN KKEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Data yang harus dikaji pada klien yang mengalami aterosklerosis atau Arteriosclerosis
sangat tergantung pada lokasi yang terkena. Gejala yang timbul sesuai dengan letak
aterosklerosis (Asikin & Nuralamsyah, 2016)
:
1. Jika aterosklerosis terdapat di arteri jantung, maka gejala yang mungkin muncul
misalnya nyeri dada (menginap)
2. Jika aterosklerosis terdapat di arteri otak, maka tanda dan gejala yang mungkin
muncul misalnya mati rasa (baal) tiba-tiba atau kelemahan pada tangan dan kaki,
kesulitan berbicara atau berbicara tidak jelas, kehilangan penglihatan sementara
pada salah satu mata atau obat wajah dropping.
3. Jika aterosklerosis terdapat di arteri pada tangan dan kaki, maka gejala yang
mungkin muncul misalnya penyakit arteri perifer (peripheral artery disease),
seperti nyeri pada kaki pada saat berjalan.
4. Jika aterosklerosis terdapat di arteri ginjal, maka dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah atau gagal ginjal.
5. Jika aterosklerosis terdapat pada pembuluh darah koroner, maka tanda dan gejala
klinis nya sesuai dengan tanda gejala klinis angin pektoris atau infark miokard
akut.
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan aterosklerosis yaitu
(Asikin & Nuralamsyah, 2016)
:
1. Identitas, meliputi nama klien, usia, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnose is medis
2. Keluhan utama, klien biasanya merasakan nyeri dada dan pemeriksaan dapat
dilakukan dengan skala nyeri 0-10 (nol tidak nyeri dan 10 hari paling tinggi).
Pengkajian nyeri secara mendalam menggunakan pendekatan PQRST yang
meliputi presipitasi dan penyembuh, kualitas, dan kuantitas, intensitas, durasi,
lokasi, radiasi / penyebaran, serta onset.
3. Riwayat kesehatan masa lalu, yang perlu dikaji atau ditanyakan pada klien antara
lain apakah kalian pernah mengidap hipertensi atau Diabetes militus, Infark
miokard atau penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya, serta apakah
pernah masuk rumah sakit sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan sekarang, menggunakan analisis sistem PQRST yang
membantu klien dalam mengutamakan masalah keluhannya secara lengkap. Klien
umumnya mengalami nyeri dada.
5. Riwayat kesehatan keluarga, yang perlu dikaji atau ditanyakan yaitu apakah ada
yang mengidap penyakit jantung koroner di dalam keluarga. Pengidap
aterosklerosis umumnya juga mewarisi faktor resiko lainnya, misalnya up normal
kadar kolesterol atau peningkatan tekanan darah.
6. Riwayat psikososial, kalian dengan penyakit aterosklerosis biasanya menyangkal,
takut, cemas, marah, ketergantungan, depresi, dan penerimaan realistis.
7. Pola aktivitas dan latihan, dilakukan untuk menilai kemampuan dan toleransi
kalian dalam melakukan aktivitas. Klien aterosklerosis mengalami penurunan
kemampuan dalam melakukan aktivitas hari-hari.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan gagal jantung adalah
(Asikin & Nuralamsyah, 2016)
:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontratilitas miokard,
perubahan inotropik, perubahan irama, ritme, konduksi listrik, perubahan
struktural, misalnya kelainan pada katub dan aneurisma ventrikel
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidaknyamanan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan, serta imobilitas
3. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus (penurunan curah jantung), peningkatan produksi hormon antidiuretik
(ADH), serta retensi air dan natrium).
4. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
alveoli, misalnya pengumpulan cairan dan pergeseran ke ruang interstisial atau
alveoli.
5. Resiko gangguan intergritas kulit berhubungan dengan bedrest dalam jangka
waktu yang lama, edema, dan penurunan perfusi jaringan.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, program pengobatan, perawatan diri dan
perencanaan pulang berhubungan dengan kurangnya pemahaman terkait fungdi
jantung atau penyakit, dan gagal jantung kongestif.
C. INTERVENSI
No Symtom & Sign Etiologi Problem NIC NOC
1 Batasan Karakteristik Gangguan fungsi Kelebihan volume NOC : Fluid Management :
 Berat badan meningkat eksretori -> cairan berhubungan  Electrolit and acid Aktivitas
pada waktu yang singkat retensi -> edema dengan perubahan base balance  Monitor dan catat intake dan
 Asupan berlebihan mekanisme regulasi,  Fluid balance output cairan 24 jam secara akurat
dibanding output peningkatan  Hydration  Pasang Urin kateter jika
 Tekanan darah berubah, permeabilitas diperlukan
tekanan arteri pulmonalis dinding glomerulus. Kriteria Hasil :  Monitor hasil labolatorium terkait
berubah, peningkatan  There bebas dari eh retensi cairan (BUN, HMT,
CVP. Definisi: Retensi Dema, efusi, osmolaritas urine)
 Distensi Vena jugularis cairan Isotomik anaskara  Monitor vital sign, awasi
 Perubahan pada pola meninggal  Bunyi nafas bersih, hipertensi, peningkatan nadi dan
nafas, sesak nafas tidak ada suhu
(dyspnoe), suara nafas dyspnea/ortopnea  Monitor indikasi retensi /
abnormal (Rales atau  Terbatas dari kelebihan cairan (crecles, CVP,
Crakles), distensi vena edema, distensi vena leher, asites)
Kongestikemacetan paru, jugularis, reglek  Kaji lokasi dan luas edema
pleural effusion hepatojugular (+)  Monitor masukan makanan /
 HB dan hematokrit  Memelihara tekanan cairan
menurun, perubahan Vena sentral,  Monitor status nutrisi
elektrolit, khususnya tekanan kapiler  Kelola obat Diuretik sesuai
perubahan berat jenis. paru, output jantung program
 Suara jantung SIII dan vital sign dalam  Kolaborasi pemberian obat
 Refleks Hepatojugular batas normal  Monitor berat badan
positif  There bebas dari  Monitor elektrolit
 Oliguria, azotemia kelelahan,  Monitor tanda dan gejala dari
 Perubahan status mental, kecemasan, atau edema
kegelisahan, kecemasan kebingungan
 Menjelaskan
indicator kelebihan Fluid Monitoring:
Faktor-faktor yang cairan Aktivitas
berhubungan:  Tentukan Riwayat jumlah dan tipe
 Mekanisme pengaturan intake cairan dan eliminasi
melemah  Tentukan kemungkinan factor
resiko dan ketidakseimbangan
cairan (hipotermi terapi Diuretik,
kelainan Rainal, gagal jantung,
diaphoresis, disfungsi hati, dll
 Monitor berat badan
 Monitor Serrum dan elektrolit Urin
 Monitor Serrum album in dan
protein total
 Monitor BP < HR, dan RR
 Monitor tekanan darah ortostatik
dan perubahan irama jantung
 Monitor parameter hemodinamik
invasive

 Catat secara akurat intake dan
output
 Monitor membrane mukosa dan
turgor kulit, serta rasa haus
 Catat dan monitor warna, jumlah
 Monitor adanya distensi leher,
Wronki, edema perifer dan
penambahan berat badan
 Monitor tanda dan gejala dari
edema
 Beri cairan sesuai keperluan
 Beri obat yang dapat
meningkatkan output urine
 Lakukan hemodialsis bila perlu
dan catat respons pasien
2 Batasan Karakteristik Asidosis Gangguan NOC : NIC :
 Ganguan penglihatan metabolik pertukaran gas  Respiratory status : Airway Management :
 Penurunan CO2 berhubungan dengan Gas exchange  Buka celana pas, gunakan Teknik
 Takikardia ke tidak ada  Respiratory status : cin lift atau jawa thrust bila perlu
 Hiperkapnia kekuatan ventilasi. ventilation  Posisikan pasien untuk
 Keletihan  Vital sign status memaksimalkan ventilasi
 Samnolen Definisi: kelebihan  Identifikasi pasien perlunya
atau kekurangan Kriteria Hasil : pemasangan alat jalan nafas buatan
 Iritabilitas
dalam Oksigenasi  Mendemostrasikan  Pasang Mayo bila perlu
 Hypoxia
dan atau pengeluaran peningkatan jelasi  Lakukan Fisioterapi dada jika
 Kebingungan karbon-dioksida di
 Dyspnoe dan oksigenasi yang perlu
dalam membrane adekuat  Keluarkan Sekret dengan batuk
 Nafas faring kapiler alveoli  Memelihara atau saction
 AGD normal
kebersihan paru-  Auskultasi suara nafas, catat
 Sianosis
paru dan bebas dari adanya suara tambahan
 Warna kulit abnormal tanda-tanda distress
(pucat, kehitaman)  Lakukan suction pada mayo
pernapasan  Berikan brokodilatasi bila perlu
 Hipoksemia  Mendemonstrasikan
 Hiperkarbia  Berikan pelembab udara
batuk efektif dan  Atur intake untuk cairan
 Sakit kepala Ketika suara nafas yang
bangun mengoptimalkan keseimbangan
bersih, tidak ada  Monitor respirasi dan status O2
 Frekuensi dan kedala sianosis dan dispneu
nafas normal Respiratory Monitoring :
(mampu
Faktor-faktor yang  Monitor rata rata, kedalaman,
mengeluarkan
behubungan Irama dan usah respirasi
spuntum, mampu
 Ketidakseimbangan  Kata pergerakan dada, amati
bernapas dengan
perfusi ventilasi kesimetrisan, penggunaan otot
mudah, tidak ada
 Perubahan membrane tambahan, retraksi otot
pursed lips)
kapiler-alveolar supraclavikula, dan intercostal
 Tanda tanda vital
dalam rentang  Monitor suara nafas, seperti
normal dengur
 Monitor pola nafas : Bradipnea,
takipnea, kussmaul, hiperventilasi,
chyne stokes, biot
 Catat lokasi trakes
 Monitor kelelahan otot diagfragma
(geraka paradoksis)
 Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan/ tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
 Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan nafas utama
 Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnay
3 Subjektif : Kelemahan Intolerenasi aktivitas NOC ; NIC :
 Tidak mampu (fatique) 1. Toleransi Toleransi Aktivitas (Activity
berkonsentrasi Definisi : 2. Ketahanan fisik Tolerance) :
 Kompromi libido Tidak cukup nya 3. Konservasi energi  Kolaborasi dengan ahli terapi,
 Penurunan penampilan energi psikolog atau 4. Status nutrisi terapi fisik dan rencana rekreasi
 Tidak tertarik dengan fisik untuk bertahan 5. Energi psikomotor dan program pengawasan
lingkungan sekitar atau menyelesaikan  Tentukan komitmen pasien dalam
 Malas dan mengantuk aktivitas sehari-hari Kriteria Evaluasi : peningkatan frekuensi dan jarak
 Peningkatan keluhan yang diinginkan  Pasien mampu aktivitas
masalah fisik beradaptasi dengan  Bantu untuk menggali kemampuan
 Peningkatan kebutuhan kelelahan sesuai personal dalam melakukan
istirahat dengan toleransi aktivitas
aktivitas, konservasi  Bantu untuk memilih kegiatan
 Instropeksi
energi, Ketahanan yang konsisten dengan psikolog
Objektif
fisik, status nutrisi.,
 Tidak berdaya Energi dan energi dan kemampuan social
 Letargi psikomotor.  Bantu untuk focus pada apa yang
 Lesu tanpa gairah  Pasien mampu dikerjakan dan tidak terjadi
 Melaporkan mendemonstrasikan penurunan.
ketidakmampuan konservasi energi  Bantu untuk mengidentifikasi
mengembalikan tenaga dengan indicator : sumber sumber yang dibutuhkan
walaupun sudah istirahat o Tidak sama untuk melakukan pergerakan.
tidur sekali  Bantu untuk menggunakan sarana
 Melaporkan o Lalai transportasi dalam melakukan
ketidakmampuan o Moderate aktivitas.
melakukan pekerjaan o Bagus  Bantu pasien untuk
secara rutin o Sangat bagus mengidentifikasi aktivitas yang
 Melaporkan perasaan  Pasien diperlukan.
lelah mempertahankan  Bantu pasien untuk
 letargi interaksi social mengidentifikasi arti dari kegiatan
 Mempertahankan tersebut
kemampuan untuk  Bantu pasien untuk menetapkan
berkonsentrasi jadwal kegiatan secara rutin.
 Bantu pasien dan keluarga untuk
dapat mengidentifikasi jenis
penurunan aktivitas.
 Instruksi pasien atau keluarga
bagaimana untuk memulai
aktivitas.
 Bantu pasien atau keluarga untuk
beradaptasi pada lingkungan dalam
mengakomodasi jenis kegiatan.
 Berikan jangka atau Rentang
waktu dalam peningkatan aktivitas
sebagai bahan rujukan pada OT.
 Fasilitas Aktivitas pengganti
Ketika pasien merasa kehabisan
energi, waktu dan pergerakan.
 Rujuk pada pusat komunitas atau
pusat program aktivitas.
 Bantu kegiatan pasien secara
regular seperti ambulasi,
berpindah, berputar dan perawatan
diri sesuai yang dibutuhan.
 Berikan kegiatan pergerakan yang
lebih besar untuk pasien yang
hiperaktif.
 Buat lingkungan yang aman untuk
melakukan pergerakan otot yang
lebih besar.
 Berikan kegiatan pergerakan untuk
mengurangi tekanan otot.
 Berikan beberapa games yang non
kompetitif, terstruktur pada grup
aktivitas.
 Berikan waktu jeda pada berbagai
kegiatan yang bertujuan untuk
menurunkan kecemasan seperti
bernyanyi, bermain bola voli, tenis
meja, berjalan, berenang, bermain
game dan lainnya.
 Berikan pujian yang positif untuk
setiap partisipan kegiatan.
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
menguatkan.
 Monitor kegiatan emosi, fisik,
social dan respon spriritual
sehubungan dengan aktivitas.
 Bantu pasien atau keluarga untuk
melakukan pengawasan sendiri
dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Manajemen Energi ( Energy
Management) :
 Gaji status fisiologi pasien
berhubungan dengan status
kelelahan berkaitan dengan usia
dan perkembangan.
 Gunakan instrument pengukuran
yang falid tentang kelelahan.
 Perbaiki status menurunkan
fisiologi misalnya anemia dan
khemoterapi.
 Seleksi intervensi yang tepat
dalam hal penurunan kelelahan
dengan kombinasi Farmakologi
dan non Farmakologi.
 Tentukan apa dan bagaimana
aktivitas yang dibutuhkan untuk
meningkatkan Ketahanan tubuh.
 Monitor intake nutrisi untuk
menentukan keadekuatan sumber
sumber energi.
 Konsultasikan dengan ahli gizi
tentang peningkatan intake
makanan tinggi kalori.
 Monitor respon cardio respirasi
sebelum dan setelah melakukan
aktivitas.
 Monitor pola istirahat tidur dan
jumlah jam tidur.
 Monitor lokasi ketidaknyamanan
dan nyeri selama aktivitas.
 Kurangi ketidaknyamanan fisik
dengan memberikan waktu
Senggang dengan fungsi kognitif
dan self monitoring.
 Batasi aktivitas yang berlebihan.
 Ajarkan manajemen waktu dan
aktivitas untuk mencegah
kelelahan.
 Bantu pasien untuk mengenali
prioritas aktivitas yang di
rekomendasikan sesuai dengan
status energi.
 Bantu pasien untuk menentukan
tujuan aktivitas yang realistic.
 Pertimbangkan dalam penggunaan
elektronik seperti HP untuk
mempertahankan kontak dengan
teman.
 Bantu pasien untuk membatasi
tidur siang untuk memberikan
waktu dalam beraktivitas.
 Batasi rangsangan lingkungan
seperti lampu, kebisingan untuk
meningkatkan relaksasi.
 Batasi jumlah pengunjung.
 Atur aktivitas fisik untuk
menurunkan suplai oksigen kepada
fungsi vital tubuh.
 Rencanakan periode aktivitas
Ketika pasien lagi berenergi.
 Monitor efek pemberian obat
stimulant dan depresant.
 Evaluasi program peningkatan
aktivitas.
 Monitor respon oksigen pasien.
 Instruksikan pasien dan Teknik
self care yang signifikan yang akan
meminimalis asupan oksigen (self
monitoring dan Teknik melangkah
untuk aktivitas sehari-hari.
 Instruksikan pasien untuk
mengenali tanda dan gejala
kelelahan sebagai akibat dari
aktivitas.
 Instruksikan pasien untuk
mengenali intervensi stress dan
Methode koping yang digunakan
untuk menurunkan kelelahan.
 Instruksikan kepada pasien untuk
segera ke tempat pelayanan
Kesehatan apabila tanda dan gejala
kelelahan menetap.
Perawatan Diri ADLs (Self Care
Activity) :
 Tentukan kebutuhan pasien
sebagai asisten dengan berbagai
instrument aktivitas setiap hari
seperti berbelanja, memasak,
membersikan rumah, mencuci
pakaian, menggunakan
transportasi, pengaturan keuangan,
pengobatan, penggunaan sarana
komunikasi dan penggunaan
waktu.
 Tentukan kebutuhan keselamatan
sehubungan dengan perubahan
tempat tinggal.
 Tentukan kebutuhan di rumah
mana yang perlu ditingkatkan
terhadap hal hal yang tidak dapat
dilakukan.
 Berikan nomor kontak yang dapat
segera dihubungi dan orang.
 Instruksikan kepada klien untuk
menggunakan transportasi
alternatif.
 Berikan Teknik peningkatan
kognitif.
 Berikan bantuan pada kendaraan
untuk memudahkan penggunaan
seperti pegangan pada kendaraan.
 Berikan beberapa alat bantuan
untuk mendukung aktivitas sehari-
hari.
 Tentukan dukungan finansial
untuk memodifikasi rumah atau
kendaraan.
 Instruksikan klien untuk
menggunakan pakaian dengan
lengan pendek dan longgar.
 Periksa ke adik Kuatan pencarian
di dalam rumah terutama pada
daerah kerja seperti dapur, kamar
mandi.
 Instruksikan klien untuk tidak
merokok di tempat tidur atau pada
saat bersandar atau setelah minum
obat.
 Pastikan adanya perlengkapan alat
alat keselamatan di rumah.
 Berikan perawatan atau Teknik
keselamatan secara visual.
 Bantu klien untuk melakukan
pekerjaan rutin seperti masker,
mencuci dan berbelanja.
 Tentukan ketidakmampuan baik
fisik ataupun politik terhadap
setiap perubahan yang terjadi pada
tubuh.
 Konsultasikan dengan para ahli
terapi untuk tiap Gerakan yang
tidak dapat dilakukan.
 Instruksikan agar kalian
menyimpan obat obatan pada
tempat aman.
 Instruksikan klien untuk
melakukan monitoring secara rutin
seperti kadar gula darah.
Perawatan Diri IADLs (Self Care
Instrumen) :
 Tentukan kebutuhan pasien untuk
mengambil instrument dalam
melakukan aktivitas sehari-hari
seperti berbelanja, memasak,
kebersihan rumah, cuci pakaian,
penggunaan transportasi,
pengaturan keuangan, pengaturan
pengobatan, penggunaan
komunikasi.
 Tentukan kebutuhan akan
keselamatan sehubungan dengan
perubahan keadaan di rumah
seperti pintu dibuka lebar untuk
memudahkan kursi roda masuk,
akses ke kamar mandi.
 Tentukan kebutuhan
ketidakmampuan di rumah seperti
menuliskan nomor telepon besar
besar, peningkatan volume telepon
dan lain-lain.
 Berikan metode untuk melakukan
kontak dalam dukungan
transportasi dan perlunya seorang
asisten.
 Instruksikan pasien untuk
menggunakan alternatif yang lain
seperti bus, taksi, jadwal bus dan
taksi.
 Berikan Teknik peningkatan
kognitif seperti mengupdate
kalender, mudah melihat jam.
 Pertahankan peningkatan
transportasi untuk meminimalis
ketidakmampuan seperti pegangan
pada mobil.
 Bantu dengan menggunakan
peralatan dalam aktivitas sehari-
hari.
 Tentukan sumber sumber
keuangan dan kebutuhan personal
untuk merubah rumah.
 Berikan pencahayaan yang cukup
di rumah terutama di area
pekerjaan.
 Anjurkan pasien untuk tidak
merokok sambal tidur atau setelah
pengobatan.
 Pastikan adalah peralatan
keamanan di rumah seperti
detector asap dan detector CO.
 Pertahankan Teknik pengamanan
secara visual seperti mengecat
dinding yang jelas.
 Bantu pasien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari seperti
memasak, mencuci dan berbelanja.
 Tentukan kemampuan fisik dan
kognitif.
 Konsultasikan dengan terapi fisik
untuk melakukan Latihan atas
ketidakmampuan fisik.
 Instruksikan pada pasien untuk
menyimpan obat di tempat yang
aman.
 Instruksi pasien untuk selalu
menggunakan peralatan
monitoring seperti alat gula.
4 Batasan Karakteristik Gangguan fungsi Penurunan curah NOC : NIC :
 Aritmia, takikardia, eksretori -> jantung  Cardiac Pum  Evaluasi adanya nyeri dada
bradikardia retensi -> edema Effectiveness  Catat adanya disritmia jantung
 Palpitasi, edema,  Circulation status  Catan adanya tanda dan gejala
 Kelelahan  Vital sign status penurunan cardiac output
 Kulit dingin dan lembab  Tissue perfusion:  Monitor status Pernapasan yang
 Penurunan denyut nadi perifer menandakan gagal jantung
perifer Setelah dilakukan  Monitor balance pencairan
 Nafas pendek/sesak nafas asuhan penurunan  Monitor respon pasien terhadap
 Perubahan warna kulit kardiak output klien efek pengobatan antiaritmia
 Batuk, bunyi jantung teratasi dengan kriteria  Atur periode Latihan dan istirahat
S3/S4 hasil : untuk menghindari kelelahan
 Kecemasan  Tanda vital dalam  Monitor toleransi aktivitas pasien
rentang normal  Monitor adanya dispnea, fatigue,
(tekanan darah, takipnea, dan ortopnea.
nadi, respirasi)  Anjurkan untuk menurunkan stress
 Dapat mentoleransi  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
akrtivitas, tidak ada  Monitor VS saat pasien berbaring,
kelelahan duduk, atau berdiri
 Tidak ada edema  Auskultasi TD pada kedua lengan
paru, perifer, dan dan bandingkan
tidak ada asites
 Monitor TD, nadi, RR sebelum,
 Tidak ada selama, dan setelah aktivitas
penurunan
 Monitor jumlah, bunyi dan irama
kesedaran
jantung.
 AGD dalam batas
 Monitor frekuensi dan irama
normal
Pernapasan.
 Tidak ada distensi
 Monitor pola Pernapasan
vena leher abnormal.
 Warna kulit normal  Monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik )
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
 Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen.
 Sediakan informasi untuk
mengurangi stress.
 Adalah pemberian obat anti
Aritmia, Inotropic, nitrogliserin
dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas
jantung.
 Kelola pemberian antikoagulan
untuk mencegah trombus perifer.
 Meminimalkan stress lingkungan
5  Kerusakan jaringan Uremia pada Gangguan integritas NOC : NIC :
seperti kornea, mukosa jaringan kulit kulit  Jaringan integritas;  Hindari penggunaan seprai yang
membrane, integument kulit dan mukosa kasar
dan subkutan. Definisi : membrane  Bersikan dengan menggunakan
 Kerusakan jaringan. Berada pada resiko  Penyembuhan luka; sabun anti bakteri
perubahan pada tujuan primer  Bagaikan pasien dengan kain yang
dermis atau  Penyembuhan luka., lembut
epidermis Tujuan Sekunder  Bersikan kulit dengan
menggunakan bedak
Kriteria Hasil :  Pindahkan jenis adhesive & debris
 Mendemostrasikan  Berikan dukungan pada area
jaringan integritas; edema
kulit dan mukosa  Tambahkan lubrikan berikan untuk
membrane sesuai membasahi bibir dan rongga mulut
indicator  Berikan gosokan pada daerah leher
o Ekstreme belakang dan depan
o Substansi  Ganti kateter kondom
o Moderate  Gunakan pempers yang lembut
o Mild  Tempatkan bantalan Inkontinensia
o Tidak bila diperlukan
compromise  Berikan kebersihan toilet bila
Peraturan jaringan, diperlukan
elastisitas, hydrasi,  Lakukan pijatan di sekitar area
pigmentasi, dan yang terluka
perubahan warna  Gunakan sarung tangan
yang  Berikan perawatan kebersihan
diharapkan/lesi setelah toilet
tidak ada  Berikan kompres hangat secara
 Mendemostrasikan Periodik
penyembuhan luka.,  Gunakan sabun yang mengandung
Tujuan primer alkaline dalam perawatan kulit
dengan indicator;  Berendam dalam bak koloidal
o Tidak ada  Pertahankan seprai dalam keadaan
o Lalai bersih, kering, dan bebas dari
o Moderate kerutan
o Substansi  Melakukan mobilisasi pasien
o Komplit setiap dua jam
Taksiran kulit  Gunakan pelindung di tempat tidur
Resolusi cairan dari seperti bed zeil untuk memberikan
luka atau drain perlindungan pada pasien
Resolusi eritema  Berikan perlindungan lagi
sekeliling kulit  Berikan bedak kering
Renovasi bau luka  Berikan perbankan seperti
 Mendemostrasikan tegaderm atau duoderm
penyembuhan luka  Berikan antibiotic topical sesuai
tujuan Sekunder kebutuhan
sesuai indicator:  Semprot kulit dengan cairan
o Tidak ada nitrogen
o Lalai  Infeksi kulit tiap hari untuk
o Moderate menghindari terjadinya kerusakan
o Substansi  Dokumentasi kan setiap kerusakan
o Komplit kulit
Nanah atau yang  Tambahkan moisture pelembap
lain dari Drainase sesuai kebutuhan
atau luka
Kulit melepuh
Necrosis, slough,
terowongan,
undermining, atau
formasi sinus kulit
dan aritema luka
Ukuran luka
 Pasien dan keluarga
mampu
mendemonstrasikan
perawatan kulit dan
bukan secara
optimal
6  Ketidakmampuan dalam Ureum pada Nyeri NOC : NIC :
melakukan aktivitas jaringan otot ->  Batas kenyamanan.  Lakukan Pengkajian secara
 Anoreksia kram. Definis :  Pengontrolan nyeri. komprehensif terhadap lokasi
 Atropi otot Pengalaman  Efek disuprip nyeri nyeri, karakteristik, durasi,
Sensorik dan emosi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Perubahan pola tidur yang tidak  Batas ambang nyeri dan factor pencetus nyeri.
 Laporan visual skala nyeri menyenangkan yang  Observasi respon verbal dari
 Depresi muncul dari Kriteria Evaluasi : ketidaknyamanan khususnya
 Meringis kerusakan jaringan  Mendemonstrasikan efektivitas komunikasi yang tidak
 Kelelahan yang actual dan efek this rupsi nyeri efektif.
 Takut cedera Kembali potensial atau yang dengan indicator.  Pastikan pasien dalam penggunaan
digambarkan sebagai  Berat pengobatan Analgesik.
 Perilaku melindungi
kerusakan  Sunbstansi  Gunakan strategi komunikasi
 Iritasi
(International  Moderate Terapeutik untuk mengetahui
 perilaku terlalu kehati- Association for the
hatian  Lalai pengalaman dan penerimaan
study of Pain) ; pasien terhadap nyeri.
 mengurangi interaksi  Tidak ada
terjadi secara tiba  Gali pengetahuan pasien tentang
dengan orang lain Gangguan
tiba atau perlahan nyeri.
 melaporkan nyeri pengambilan atau
dengan intensitas  Pertimbangkan factor kebudayaan
 kurang istirahat hubungan inter
ringan sampai berat sebagai respon penerimaan nyeri.
 tidak focus personal.
yang dapat  Tentukan implikasi dari
Kesepakatan
 perubahan tanda-tanda diperkirakan dan di
pekerjaan, pengalaman diri terhadap kualitas
vital antisipasi kapan
menikmati hidup hidup seperti tidur, selera makan,
berakhirnya dan aktivitas, kognitif, mutu,
atau mengontrol
durasinya kurang hubungan, performance pada dunia
perasaan.
dari enam bulan. kerja dan tanggung jawab.
Gangguan
konsentrasi.  Explore dengan pasien factor
Gangguan tidur. pemberat terjadinya nyeri.
Kurang selera  Evaluasi pengalaman masa lalu
makan. terhadap nyeri termasuk
 Mendemostrasikan pengalaman nyeri kronik pada
batas sendiri dengan keluarga.
indicator:  Evaluasi dengan pasien dan Tim
o Berat petugas Kesehatan ketidak ketidak
o Sunbstansi ketidakefektifan mengukur control
o Moderate nyeri seperti yang telah digunakan.
o Lalai  Anjurkan pasien dan keluarga
o Tidak ada untuk mencari dukungan keluarga.
Ekspresi nyeri pada  Gunakan penggajian
orang dan Wajah. perkembangan untuk
Posisi melindungi memonitoring perubahan nyeri
anggota tubuh. Otot yang diidentifikasi sebagai factor
tegang. pencetus baik actual maupun
Perubahan irama potensial.
Pernapasan, irama  Berikan informasi tentang nyeri
jantung dan tekanan seperti penyebab nyeri, berapa
darah. lama akan berlangsung dan
penerimaan rasa nyaman.
 Pasien mampu  Kontrol factor lingkungan yang
mendemonstrasikan mempengaruhi respon pasien.
Teknik relaksasi  Kurangi factor Eliminasi sebagai
yang efektif untuk pencetus peningkatan nyeri seperti
mengurangi takut, kelelahan, dan kurangnya
ketidaknyamanan. pengetahuan.
 Pertimbangkan keinginan pasien
untuk berpartisipasi, kemampuan
berpartisipasi, pilihan dan kontra
indikasi Ketika menerapkan
strategi nyeri.
 Seleksi dan implementasikan
pengukuran yang beragam seperti
Farmakologi dan non farmakologi
dan inter personal.
 Mengajarkan prinsip manajemen
nyeri.
 Pertimbangkan jenis dan sumber
sumber nyeri sebagai
 Anjurkan pasien untuk memonitor
pasien sumber nyeri dan
menseleksi strategi nyeri
 Ajarkan penggunaan Teknik non
Farmakologi
 Gali penggunaan metode
Farmakologi untuk mengurangi
nyeri.
 Ajarkan pasien untuk
menggunakan metode nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M., & Nuralamsyah, M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Kardiovaskuler. Erlangga.
Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2019). Buku Ajar Patologi Robbins (M. F. Ham
& M. Saraswati, Eds.; 10th ed.). Elsevier.
Kumar, V., Cotran, S. R., & Robbins, L. S. (2013). Buku Ajar Patologi Robbins (B. U, H.
Hartanto, N. Darmaniah, & N. Wulandari, Eds.; 7th ed., Vol. 2, Issue Edisi 7).
Price, A. S., & Lorraine, M. W. (2015). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit (H. Hartanto, N. Susi, P. Wulansari, & A. D. Mahanani, Eds.; 6th ed., Vol.
1, Issue Edisi 6). EGC.
Spance, S., & Yu, Y. (2013, January 10). Atherosclerosis: Pathogenesis | Calgary Guide.
https://calgaryguide.ucalgary.ca/atherosclerosis-pathogenesis/
Yu, Y., & Spence, S. (2013, January 10). Atherosclerosis: Complications | Calgary Guide.
https://calgaryguide.ucalgary.ca/atherosclerosis-complications/

Anda mungkin juga menyukai