DISUSUN OLEH :
Agus Rudiyantp
NIM: 11409719042
Mengetahui
I. Konsep Teori
A. Pengertian
Infark miokard merupakan akibat dari iskemia yang berlangsung
lebih dari 30-45 menit yang memyebabkan kerusakan selular yang
irreversible dan kematian otot atau nekrosis pada bagian miokardium
(Price &Wilson, 2006).
Menurut Sutoyo, (2010) infark miokard akut dengan elevasi ST
(STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti
merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.
Sedangkan menurut Pusponegoro (2015), STEMI adalah fase
akut dari nyeri dada yang ditampilkan terjadi peningkatan baik frekuensi,
lama nyeri dada dan tidak dapat di atasi dengan pemberian nitrat, yang
dapat terjadi saat istirahat maupun sewaktu-waktu yang disertai infark
miokard akut dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya
trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis akibat dari ruptur plak
aterosklerosis yang tak stabil.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa STEMI adalah
penyakit jantung yang dapat ditandai dengan adanya gambaran ST
elevasi pada hasil EKG dikarenakan adanya trombus pada arteri koroner,
dimana kondisi ini disertai dengan adanya nyeri dada yang hebat.
B. Anatomi dan Fisiologi
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 ruang serambi atau bagian yang
berdinding tipis (atrium), dan 2 bilik atau bagian yang berdinding tebal
( ventrikel).
1. Atrium
Atrium merupakan bagian dari ruang atas jantung, yang berfungsi
sebagai penampungan darah yang selanjutnya akan mengalir menuju
ventrikel. Atrium berkontraksi untuk membantu pengisian ventrikel.
a. Atrium Kanan
Dinding atrium kanan memiliki struktur yang tipis, dan
memiliki tekanan yang rendah. Sebelum memasuki atrium
kanan, darah melewati dua vena yang bermuara ke atrium
kanan yaitu vena kava superior (membawa darah dari bagian
tubuh atas dan ekstremitas atas) serta vena kava inferior
(membawa darah dari ekstremitas bawah dan organ abdomen).
Setelah melalui atrium kanan kemudian melewati katup
trikuspid darah menuju ventrikel kanan pada saat fase relaksasi
otot jantung (diastole)
b. Atrium Kiri
Dinding atrium kiri sedikit lebih tebal dibanding atrium kanan.
Darah yang telah teroksigenisasi memasuki atrium kiri.
Selanjutnya darah akan memasuki ventrikel kiri melewati katup
mitral pada saat vase relaksasi otot jantung ( diastole). Fungsi
dari atrium kiri adalah sebagai ruang penerima darah yang
telah teroksigenisasi dari paru-paru.
2. Ventrikel
Fungsi ventrikel secara umum adalah memompakan darah ke sistem
sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Ventrikel kiri mempunyai
ketebalan tiga kali dari yang sebelah kanan, sesuai dengan kerja
jantung yang lebih berat.
a. Ventrikel kanan
Tebal dinding luarnya 4-5 mm dengan bertekanan rendah.
Fungsi dari ventrikel kanan adalah memompa darah menuju
paru-paru. Darah mengalir menuju arteri pulmonal melewati
katup pulmonal, pada saat fase kontraksi/ sistolik.
b. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri memiliki otot yang besar. Tekanan pada ventrikel
kiri sangat tinggi, darah yang masuk berasal dari atrium kiri
melalui katub mitral dan keluar dari ventrikel melalui katub
aorta. Fungsi dari ventrikel kiri adalah mengalirkan darah
menuju seluruh bagian tubuh yang selanjutnya kembali ke
atrium kanan.
3. Katub Jantung
Katub jantung yang berjumlah 4 buah berfungsi mengalirkan darah
dan mencegah aliran balik darah. Katup ini membuka dan menutup
secara pasif yang merupakan respon dari perubahan tekanan dan
perubahan isi dari ruang- ruang jantung. Secara umum katub jantung
dibagi menjadi 2 jenis katub yaitu katub atrioventrikular dan katub
semilunar.
a. Katub Atrioventrikular
Katub ini membagi jantung menjadi 2 bagian yaitu atrium dan
ventrikel. Katub atrioventrikular ini menghubungkan aliran darah
dari atrium ke ventrikel. Terdiri dari katub tricuspid dan katup
mitral.
1) Katup tricuspid
Tricuspid memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan.
Katup Trikuspid memiliki 3 daun katup (anterior, septal,
posterior). Daun katub ini disokong oleh 2 muskulus
papilaris yang dihubungkan oleh korda tendinae. Fungsi
tricuspid adalah membantu darah mengalir dari atrium
kanan ke ventrikel kanan selama diastole (daun katup
membuka). Saat systole daun katup menutup sehingga
tidak terjadi aliran balik.
2) Katup Mitral/ Bicuspid
Katup mitral memisahkan atrium kiri dengan ventrikel kiri.
Terdiri dari 2 daun katup/ bikuspidalis (anterior dan
posterior). Fungsi katup mitral adalah membantu darah
mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri saat diastole (daun
katup membuka). Saat systole daun katup menutup
sehingga tidak terjadi aliran balik.
b. Katub Semilunar
Katub semilunar memisahkan ventrikel dari pembuluh darah
besar. Dua katup semilunar ini memilki 3 daun katub yang
mengalirkan darah dari ventrikel ke pulmonary arteri dan aorta.
Fungsi katub adalah membiarkan darah mengalir dari ventrikel
ke pembuluh darah besar selama diastole (daun katup
terbuka).
1) Katub Pulmonal
Katub pulmonal memisahkan ventrikel kanan dan arteri
pulmonal, terdiri dari tiga daun katup (anterior kanan,
anterior kiri, dan posterior). Fungsi dari katup pulmonal
adalah membiarkan darah mengalir dari ventrikel kanan ke
arteri pulmonal selama sistole (daun katub membuka).
2) Katub Aorta
Katup aorta memisahkan ventrikel kiri dan aorta. Terdiri
dari 3 daun katup (Coroner kiri,coroner kanan,dan non
coronary). Fungsi katub ini adalah membiarkan darah
mengalir dari ventrikel kiri ke aorta selama sistole (daun
katub membuka).
C. Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan ST Elevation (STEMI) :
1. Penyempitan arteri koroner non sklerotik.
2. Penyempitan aterosklerotik.
3. Trombus.
4. Plak aterosklerotik.
5. Lambatnya aliran darah di daerah plak atau viserasi plak.
6. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium.
7. Penyempitan arteri oleh karena perlambatan jantung selama tidur.
Faktor-faktor resiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
IMA dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu faktor resiko yang tidak
dapat dirubah dan faktor resiko yang dapat dirubah.
1. Faktor yang tidak dapat dirubah :
a. Usia
Walaupun akumulasi plak atherosclerotic merupakan proses
yang progresif, biasanya tidak akan muncul manifestasi klinis
sampai lesi mencapai ambang kritis dan mulai menimbulkan
kerusakan organ pada usia menengah maupun usia lanjut.
Oleh karena itu, pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden
infark miokard pada pria meningkat lima kali lipat (Kumar, et al.,
2007).
b. Jenis kelamin
Infark miokard jarag ditemukan pada wanita premenopause
kecuali jika terdapat diabetes, hiperlipidemia, dan hipertensi
berat. Setelah menopause, insiden penyakit yang berhubungan
dengan atherosclerosis meningkat bahkan lebih besar jika
dibandingkan dengan pria. Hal ini diperkirakan merupakan
pengaruh dari hormon estrogen (Kumar, et al., 2007).
c. Ras
Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada
orang kulit putih.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung
koroner (saudara, orang tua yang menderita penyakit ini
sebelum usia 50 tahun) meningkatkan kemungkinan timbulnya
IMA.
2. Faktor resiko yang dapat dirubah :
a. Hiperlipidemia merupakan peningkatan kolesterol dan/atau
trigliserida serum di atas batas normal. Peningkatan kadar
kolesterol di atas 180 mg/dl akan meningkatkan resiko penyakit
arteri koronaria, dan peningkatan resiko ini akan lebih cepat
terjadi bila kadarnya melebihi 240 mg/dl. Peningkatan kolosterol
LDL dihubungkan dengan meningkatnya resiko penyakit arteri
koronaria, sedangkan kadar kolesterol HDL yang tinggi
berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit ini.
b. Hipertensi merupakan faktor risiko mayor dari IMA, baik
tekanan darah systole maupun diastole memiliki peran penting.
Hipertensi dapat meningkatkan risiko ischemic heart disease
(IHD) sekitar 60% dibandingkan dengan individu normotensive.
Tanpa perawatan, sekitar 50% pasien hipertensi dapat
meninggal karena IHD atau gagal jantung kongestif, dan
sepertiga lainnya dapat meninggal karena stroke (Kumar, et al.,
2007).
c. Merokok merupakan faktor risiko pasti pada pria, dan konsumsi
rokok mungkin merupakan penyebab peningkatan insiden dan
keparahan atherosclerosis pada wanita. Penggunaan rokok
dalam jangka waktu yang lama meningkatkan kematian karena
IHD sekitar 200%. Berhenti merokok dapat menurunkan risiko
secara substansial (Kumar, et al., 2007).
d. Diabetes mellitus menginduksi hiperkolesterolemia dan juga
meningkatkan predisposisi atherosclerosis. Insiden infark
miokard dua kali lebih tinggi pada seseorang yang menderita
diabetes daripada tidak. Juga terdapat peningkatan risiko
stroke pada seseorang yang menderita diabetes mellitus.
e. Gaya hidup monoton, berperan pada timbulnya penyakit
jantung koroner.
f. Stres Psikologik, stres menyebabkan peningkatan katekolamin
yang bersifat aterogenik serta mempercepat terjadinya
serangan.
B1 B2 B3 B4 B
Breathin Blood Brai Bladder
g Resti
n
keleb 5
Edema dan ihan Aliran
Aliran Me
bengkak darah
darah ke volu B
sekitar t keginjal
paru
miokard a me menurun
tergangg b caira
u o
o n
Jalur Produksi
l
hantaran urin
Suplai i w
listrik menurun
O2 s
terganggu m
tidak el
seimb e
Vol. Plasma
ang Pompa
denga jantung a N
n tidak n Aliran balik
kebut terkoordin a vena
ye
uhan asi e
tubuh r
o Beban ri
Vol. b jantung
Meningk Sek
M
atnya unc
Retensi Na dan
kebutuha up As.
La air, eksresi
n O2 tur ua
un kt kalium
at
Takipneu l/
PC:P
Menyen
enur m
tuh
Ketidakefekt unan ujung
ifan
Cura saraf un
Pol resept
h
a or
Naf Jantu ta
as ng
Nyer
i h
dada
Anoreksia
Nye
ri
Resiko
Aku
t ketidakseimban
gan nutrisi an nuruna O2
B
Otot fu n aliran kejaring
6
rangka darah an
Hipo B ng
kekurang menuru
ksia, o si
an O2 n
iske n ve
dan ATP Curah
mia, e
nt jantung
infar menuru Kelemah
rik an
k n
Ga el
melu
ng
as
gu Intolerans
Pe Suplai i Aktivitas
G. Komplikasi
1. Disfungsi ventrikel
Setelah STEMI, ventrikel kiri mengalami perubahan bentuk,
ukuran, dan ketebalan baik pada segmen yang infark maupun non
infark. Proses ini dinamakan remodeling ventricular. Secara akut, hal
ini terjadi karena ekspansi infark, disrupsi sel-sel miokardial yang
normal, dan kehilangan jaringan pada zona nekrotik. Pembesaran
yang terjadi berhubungan dengan ukuran dan lokasi infark.
2. Gagal pemompaan (pump failure)
Merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit pada
STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik
dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari
infark) dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah
ronkhi basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada
pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
3. Aritmia
Insiden aritmia setelah STEMI meningkat pada pasien setelah
gejala awal. Mekanisme yang berperan dalam aritmia karena infark
meliputi ketidakseimbangan sistem saraf otonom, ketidakseimbangan
elektrolit, iskemia, dan konduksi yang lambat pada zona iskemik.
H. Penatalaksanaan
Menurut Yamin, (2010) penatalaksanaan keperawatan untuk penyakit
jantung dapat ditinjau dari aktivitas, diet, dan bowel pasien yaitu
1. Aktivitas
Pasien dengan STEMI harus istirahat di tempat tidur 12 jam pertama,
jika tidak terjadi terjadi komplikasi, komplikasi, maka pasien harus
didukung didukung untuk melanjutkan postur tegak dengan
menggantungkan salah satu kaki di sisi tempat tidur dan duduk di
kursi dalam 24 jam pertama.
2. Diet.
Hanya diberikan air peroral atau tidak diberikan apapun 4-12 jam
pertama. Asupan nutrisi nutrisi harus mengandung mengandung
kolesterol kolesterol kurang lebih 300 mg/dl.
3. Bowel
Bedrest dan pemberian terapi obat menurut obat menurut Sudoyo,
Sudoyo, (2010) sebagai sebagai berikut :
a. Oksigen Suplemen
Suplemen oksigen harus diberikan ada pasien dengan saturasi
oksigen <90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi
dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama.
b. Nitrogliserin
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan diberikan dengan aman
dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis
dengan interval 5 menit.
c. Morfin
Sangat efektif dalam mengurangi nyeri dada dan merupakan
analgesik pilihan dalam tatalaksana STEMI. Morfin dapat
diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan
interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg.
d. Aspirin
Merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai
STEMI dan efektif pada spektrum sindroma koroner akut.
Inhibisi cepat 11 siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan
reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin
bukal dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi.
Selanjutnya diberikan peroral dengan dosis 75-162 mg peroral
dengan dosis 75-162 mg.
e. Penyekat Beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian
penyekat penyekat beta intravena intravena dapat efektif.
Regimen Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5
mg tiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi
jantung > 60 kali permenit, tekanan darah sistolik > 100 mmHg,
interval PR < 0,24 detik dan ronki tidak lebih dari 10 cm dari
diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir
dilanjutkan dengan metoprolol o dosis IV terakhir dilanjutkan
dengan metoprolol oral dengan dosis l dengan dosis 50 mg tiap
6 jam selama 48 jam, dan dilanjutkan dengan 100 mg tiap 12
jam.
II. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, no.telepon, status pernikahan,
agama, suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, sumber informasi, nama keluarga dekat
yang bias dihubungi, status, alamat, no.telepon, pendidikan, dan
pekerjaan.
2. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama: nyeri dada, perasaan sulit bernapas, dan pingsan.
3. Riwayat penyakit sekarang (PQRST)
Provoking incident: nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang
dengan istirahat.
Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien, sifat keluhan nyeri seperti tertekan.
Region, radiation, relief: lokasi nyeri di daerah substernal atau
nyeri di atas pericardium. Penyebaran dapat meluas di dada.
Dapat terjadi nyeri serta ketidakmampuan bahu dan tangan.
Severity (scale) of pain: klien bias ditanya dengan menggunakan
rentang 0-5 dan klien akan menilai seberapa jauh rasa nyeri
yang dirasakan. Biasanya pada saat angina skala nyeri berkisar
antara 4-5 skala (0-5).
Time: sifat mulanya muncul (onset), gejala timbul mendadak.
Lama timbulnya (durasi) nyeri dada dikeluhkan lebih dari 15
menit. Nyeri oleh infark miokardium dapat timbul pada waktu
istirahat, biasanya lebih parah dan berlangsung lebih lama.
Gejala-gejala yang menyertai infark miokardium meliputi dispnea,
berkeringat, amsietas, dan pingsan.
4. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi,
DM, dan hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum
oleh klien pada masa lalu yang masih relevan. Catat adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan alergi obat dan reaksi
alergi apa yang timbul.
5. Riwayat keluarga
Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila
ada anggota keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab
kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang
timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko utama untuk
penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
6. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, riwayat pola hidup
menetap, jadual olahraga tak teratur.
Tanda: takikardia, dispnea pada istirahat/kerja.
7. Sirkulasi
Gejala: riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal jantung
koroner, masalah TD, DM.
Tanda:
TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari
tidur sampai duduk/berdiri
Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin
terjadi.
Bunyi jantung ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal
jantung/penurunan kontraktilitas atau komplian ventrikel.
Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot
papilar
Friksi; dicurigai perikarditis.
Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.
Edema, edema perifer, krekels mungkin ada dengan gagal
jantung/ventrikel.
Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
8. Integritas ego
Gejala: menyangkal gejala penting, takut mati, perasaan ajal sudah
dekat, marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’, khawatir
tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, dan fokus pada diri sendiri/nyeri.
9. Eliminasi: bunyi usus normal atau menurun
10. Makanan/cairan
Gejala: mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu
hati/terbakar.
Tanda: penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat, muntah, dan
perubahan berat badan
11. Hygiene: kesulitan melakukan perawatan diri
12. Neurosensori
Gejala: pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk/istirahat)
Tanda: perubahan mental dan kelemahan
13. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala:
Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan
dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial,
dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu
lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung,
leher
Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap, tertekan,
seperti dapat dilihat.
Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin
pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi,
dengan DM, hipertensi dan lansia. Tanda:
Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
Menarik diri, kehilangan kontak mata
Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD,
pernapasan, warna kulit/kelembaban, kesadaran.
14. Pernapasan
Gejala: dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk
produktif/tidak produktif, riwayat merokok, penyakit pernapasan
kronis
Tanda: peningkatan frekuensi pernapasan, pucat/sianosis, bunyi
napas bersih atau krekels, wheezing, sputum bersih, merah muda
kental.
15. Interaksi social
Gejala: stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga) dan kesulitan
koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda: kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat,
dan menarik diri dari keluarga
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap
oklusi arteri koroner
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran
darah, misalnya vasikonstriksi, hipovolemia, dan pembentukan
troboemboli
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi,
irama, konduksi elektri, penurunan preload/peningkatan tahanan
vaskuler sistemik, otot infark, kerusakan struktural
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan miokard infark
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik
jaringan miokard, efek obat depresan jantung
C. Intervensi