Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER

KELOMPOK :1

KETUA :

MARIA PUTRI SANIA ENJELU(21201203)

ANGGOTA :

Maria E.S.Barong

Yustina Nirma

Yulianus A.Billy

Delsiana Samul

Erasmus Andriano

Herlinda K.Hesti

Viktorius R.Darjon

Heribertus S.Mulyono

PROGRAM STUDI:

SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS UNIKA SANTU PAULUS RUTENG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN JANTUNG KORONER’’ dengan
tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kekurangan dan keterbatasan pengetahuan dalam materi, sehingga menjadikan
keterbatasan ini pula untuk memberikan penjelasan yang lebih mendalam dari makalah ini.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis :

Ruteng, 12 September 2022


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (penyakit arteri koroner) adalah jenis penyakit yang
banyak menyerang penduduk Indonesia. Penyakit jantung koroner terjadi bila pembulu
arteri koroner tersebut tesumbat atau menyempit karena endapan lemak, yang secara
bertahap menumpuk diarteri. Penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman dunia
(global threat) dan merupakan penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian
nomor satu di seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan,
lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian penyakit
jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Sedangkan 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia


menderita penyakit jantung. Angka kematian yang disebabkan oleh PJK di Indonesia
cukup tinggi mencapai 1,25 juta jiwa jika populasi penduduk Indonesia 250 juta jiwa
(Kemenkes, 2020). Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2019 menunjukkan
bahwa sebesar 1,5% atau 15 dari 1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit jantung
koroner.

Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya
arterosklerosis koroner atau faktor koroner, hal ini menyebabkan nyeri dada, insufisiensi
koroner dan miokard infar lebih sering didapat pada penderita hipertensi dibanding orang
normal. Apabila hipertensis sistolik dari diastolik terjadi bersamaan maka akan
menunjukkan resiko yang paling besar dibandingkan penderita yang tekanan darahnya
normal atau hipertensi sistolik saja.

Dampak dari jantung koroner Kondisi ini membuat otot jantung menjadi


kekurangan darah karena penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh
darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah (Aterosklerosis). Dalam
suatu serangan jantung, bagian dari otot jantung akan mati ketika tidak mendapatkan
darah. Yang paling ditakutkan dari PJK adalah serangan jantung mendadak. Serangan
jantung dapat mengakibatkan sesak nafas berat, gangguan irama jantung bahkan kematian
mendadak. Selain itu dampak dari PJK yang menahun dapat menyebabkan gagal jantung
(jantung molor).
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Yaitu mampu melaksanakan dan mendapatkan pengetahuan yang nyata dalam
melakukan asuhan keperawatan klien dengan masalah keperawatan nyeri akut pada
diagnosa keprawatan penyakit jantung koroner.
2. Tujuan khusus
Yaitu melakukan pengkajian pada Seorang perempuan berusia 45 tahun di rawat di
RS dengan keluhan nyeri dada. Hasil Pengkajian ditemukan nyeri seperti diremas
dengan skala 7. TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 94x/menit, frekuensi napas 24
x/menit, suhu 36 oC. Pasien direncanakan diberikan obat isosorbid dinitrat (ISDN)
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terjadi karena
rusaknya dinding pembuluh darah karena berbagai faktor seperti radikal bebas yang
terkandung dalam rokok (Djoko Maryono, 2009). Penyakit jantung koroner adalah
penyakit jantung akibat gangguan pada sistem pembuluh darah berupa tersumbatnya
pembuluh arteri (Ridwan, 2002). Penyakit koroner adalah penyakit jantung yang
ditandai dengan keadaan penimbunan lipid abnormal atau bahan lemak jaringan
fibrosa pada dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan
fungsi arteri serta penurunan aliran darah ke jantung.

2.2.Anatomi Fisiologi Jantung Koroner

A. Anataomi jantung
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular, berotot dan berongga,
terletak dibagian rongga toraks bagian mediatinum. Jantung berbentuk seperti kerucut
tumpul dengan bagian bawah disbut apeks terletak lebih kekiri dari garis medial,
bagian tepi terletak pada ruang interkosta IV kiri atau sekitar 9 cm dari kiri linea
medioklavikularis, bagian atas disbut basis terletak agak kekanan pada kosta ke III
sekitar 1 cm dari tepi lateral sternum. Memiliki ukuran panjang sekitar 12 cm, lebar 8-
9 cm, dan tebal 6 cm. berat jantung sekitar 200-425 gram, pada laki-laki sekitar 310
gram dan pada perempuan sekitar 225 gram.
Jantung dilapisi oleh selaput yang disebut perikardium. Perikardium terdiri
atas dua lapisan yaitu: perkardium paretal, dan perikardium visteral. Perikardium
paretal yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru.
Perikardium viseral, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang disbut
epikardium. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium yang
berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa.
1. Lapisan jantung
Jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
a. Epikardium, merupakan lapisan terluar, memiliki strktur yang sama dengan
perikardium viseral.
b. Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang berperan dalam
menentukan kekuatan kontraksi.
c. Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel yang
melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katup jantung.
2. Katup jantung
Katup jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah melalui bilik
jantung. Ada dua jenis katup, yaitu katup atriventrikuler dan katup semilunar.
a. Katup atriventrikuler, memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup ini
memungkinkan darah mengalir dan masing-masing atrium ke ventrikel saat
diastole ventrikel dan mencegah aliran balik atrium saat sistol ventrikel. Katup
atriventrikuler ada dua, yaitu katup triskupidalis dan katup bikuspidalis.
b. Katup seminular, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta dari ventrikel.
Katup seminular yang membatasiventrikel kanan dan arteri pulmonalis disbut
katup seminular pulmonal.

Septum atrial adalah bagian yang memisahkan antara atrium kiri dan kanan
sedangkan septum ventrikel adalah bagian yang memisahkan ventrikel kiri dan kanan.

3. Ruangan jantung
Jantung memiliki 4 ruang, yaitu:
a. Atrium kanan
 Memiliki dinding yang tipis
 Atrium kanan berfingsi sebagai penampungan darah yang rendah oksigen
dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior,
vena kava inverior, serta sinus koronarinus yang berasal dari jantung
sendiri. Dari atrium kanan kemudian darah dipompa ke ventrikel kanan.
 Antara vena kava dan atrium jantung dipisahkan oleh lipatan katup atau
pita otot yang rudimeter. Oleh karena itu, bila terjadi peningkatan tekanan
atrium akibat bendungan darah dibagian kana jantung akan dibalikkan
kembali ke dalam vena sirkulasi sistematik.
 80% aliran balik vena kedalam atrium kana mengalir secara pasif kedalam
ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis.
 20% mengisi ventrikel dengan kontraksi atrium. Pengisian ventrikel secara
aktif ini dinamakan atrial kick.
b. Ventrikel Kanan
 Berbentuk bulan sabit yang unik.
 Berguna dalam menghasilkan kontraksi berkenaan rendah yang cukup
untuk mengalirkan darah kedalam arteri pulmonalis.
 Tebal dinding vetrikel kanan hanya 1/3 dari tebal dinding ventrikel kiri
karena beban kerja ventrikel kanan lebih ringan daripada ventrikel kiri.
 Saat ventrikel kana berkontraksi, katup triskupidalis menutup, dan darah
dipompa keparu melalui arteri pulmonalis.
 Sirkulasi pulmonal merupakan sistem aliran darah bertekana rendah,
dengan resistensi jauh lebih kecil terhadap aliran darah dari ventrikel
kanan, dibandingkan tekanan tinggi sirkulasi sistematik terhadap aliran
darah dari ventrikel kiri.
c. Atrium kiri
 Atrium kiri menerima darah yang sudah teroksigenasi dari paru melalui
keempat vena pulmonalis. Darah ini kemudian mengalir ke ventrikel kiri
melalui katup mitralis.
 Antara vena pulmonalis dan atrium kiri tak ada katup sejati, karena itu
perubahan tekanan dari atrium kiri mudah sekali membalik retograd
kedalam pembuluh paru. Peningkatan tekanan atrium kiri yang akut akan
menyebakan bendungan paru.
 Atrium kiri berdinding tipis dan tekana bertekanan rendah.
d. Ventrikel kiri
 Memiliki dinding yang lebih tebal daripada dinding ventrikel kanan,
sehingga ventrikel kiri berkontraksi.
 Venrikel kiri memompa darah keseluruh tubuh melalui aorta, arteri
terbesar tubuh.
 Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemik dan mempertahankan aliran darah
kejaringan perifer.
 Ventrikel kiri mempuntyai otot tebal dan bentuknya menyerupai lingkaran,
mempermudah pembentukan tekanan yang tinggi selama ventrikel
berkontraksi. Bahkan sekat pembatas kedua ventrikel juga membantu
memperkuat tahanan yang ditimbulkan oleh seluruh ventrikel pada
kontraksi.
 Pada kontraksi, tekanan ventrikel kiri meningakat sekitar 5 kali lebih
tinggi daripada tekanan ventrikel kanan, bila ada hubungan abnormal
antara kedua ventrkel maka darah akan mengalir dari kiri ke kanan melalui
robekan tersebut akibatnya jumlah aliran darah dari ventrikel kiri melalui
katup aorta kedalam aorta akan berkurang.
4. Pembuluh darah
Dinding pembuluh darah terdiri ats 3 bagian yaitu:
a. Tunika adventisia: terdiri atas membran elastik eksterna dan jaringan peyambung
yang menyokong pembuluh darah tersebut.
b. Tunika media, dibentuk oleh sel polos yang ketebalannya tergantung dari jenis
arteri vena dan ukuran pembuluh darah.
c. Tunika intima terdiri atas selapis sel endotel non-trombogenik yang berhubungan
dengan pembuluh darah dan membran elastik interna.

Keseluruhan sistem peredaran darah terdiri atas:

a. Arteri
Dinding aorta dan arteri besar mengandung banyak jaringan elastis dan sebagian
otot polos.
b. Arterriola
Dinding arteriola terutama terdiori atas otot polos dengan sedikit serabut elastis.
Dinding berootot ini sangat peka dan dapat berdilatasi atau berkontraksi untuk
mengatur aliran darah ke jaringan kapiler. Sebagai akibat dari kemampuan otot
pembuluh darah untuk mengubah diameter dengan cukup bermakna, maka
arteriola menjadi resistensi utama aliran darah dari seluruh percabangan darah.
Akibatnya tekanan pada kapiler akan turun mendadak dan aliran berubah dari
berdenyut menjadi aliran yang tenan, sehingga memudahkan pertukaran nutrien
pada tingkat kapiler antara areteriola dan kapiler.
c. Kapiler
Dinding pembuluh darah kapiler sangat tipis atas satu lapis sel endotel. Melalui
membran ya ng tipis dan semi permeabel, niutrisi dan metabolit berdifusi dari
daerah dengan konsentrasi tinggi menuju ke daerah dengan konsentrasi rendah.
Dengan demikian, O2 dan nutrisi akan meninggalkan pembuluh darah dan masuk
keruang intertisial dsn sel. Co2 dan metabolit berdifusi kearah yang berlawanan
d. Venula
Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dengan diding otot yang relatif
lemah namun peka. Pada pertemuan antara kapiler dan venula terdapat sfinter
poskapiler.
e. Vena
Vena merupakan berdiding relatif tipis dan bberfungsi menyalurkan darah dari
jartingan kapiler melalui sistem vena masuk ke atrium kanan. Pembulih vena
dapat menanmpung darah dalam jumlah yang cukup banyak dengan tekanan yang
relatif rendah. Karena sifat aliran sena yang bertekanan rendah bervolume tinggi,
maka sistem vena disebut sistem kapitas. Sekitar 65% dari volume darah terdapat
dalam sistem vena, tetapi kapasitas jaringan vena dapat diubah venokonstriksi
dapat menurunkan kapasitas jaringan vena, memaksa darah bergerak maju menuju
jantung sehingga memperbesar aliran balik vena. Aliran darah dari kapiler
kejantung dipengaruhi oelh dua faktor, yaitu tekanan vena oleh otot rangka dan
perubahan tekanan rongga dada dan perut selama pernapasan. Sistem vena
berakhir pada vena kava superior dan vena kava inferior.
f. Sirkulasi jantung
Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal nammun demikian, terdapat juga sirkulasi koroner
yang juga berperan sangat penting bagi sirkulasi jantung.
 Sirkulasi sistemik
 Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh
 Memenuhi kebutuhan oorgan yang berbedah
 Memerlukan tekanan pemulaan yang besar
 Banyak mengalami tahanan
 Kolom hidrosstatik panjang
 Sirkulasi pulmonal:
 Hanya mengalirkan darah ke paru
 Hanya berfungsi untuk paru
 Mempunyai tekanan permulaan yang rendah
 Hanya sedikit mengalami tekanan
 Kolom hidrostatiknya pendek
g. Sirkulasi koroner
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang
cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasib koroner meliputi seluruh
permukaan jantung dan membawa oksigen untuk miokardium melalui cabang,
interamiokardinal yang kecil.
Aliran darah koroner meningkat pada :
 Peningkatan aktivitas
 Jantung berdenyut
 Rangsang sistem saraf simpatis
B. Fisiologi Jantung
a. Selintas elektro fisiologi
 Potensial aksi jantung : perbedaan muatan listrik yang tercatat dalam sebuah
sel.
 Terpolansasi : perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membran yang
bermuatan negatif dan muatan positif yang bermuatan bagian luar.
 Depolansasi : impuls listrik dilepaskan keadaan membran jantung.
 Repolarisasi : sel kembali keadaan dasar (menjadi lebih negatif0 dan sesuai
dengan relaksasi otot miokarduim.
b. Hemodinamika jantung
Sirkulasi jantung mempunyai 2 fase yaitu fase diastolik dan fase sistolik.
1) Fase diastolik :
 Ventrikel kanan terisi darah dari atrium kanan
 Ventrikel kiri terisi darah dari vena pulmonalis.
2) Fase sistolik :
 Darah di ventrikel kanan dipompakan kedalam arteri pulmonalis menuju
kapiler paru untuk proses oksigenasi
 Darah dari ventrikel kiri dipompakan dan didistribusikan keseluruih tubuh
c. Curah jantung
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel selama satu
satuan waktu.
 Curah jantung (CO) sebanding dengan volume sekuncup (SV) kali
frekuensi jantung (HR). dan dapat dinyatakan dengan :
CO = SV x HR
 Volume sekuncup ; jumlah darah yang disemburkan setiap denyut.
 Kontrol frekuensi jantung : kontrol volume sekuncup
Volume sekuncup terutama ditentukan oleh 3 faktor
1) Kontrkatilitas intrinsik yaitu tenaga yang dapat dibangkitkan oleh
kontrakasi miokardium pada kondisi tertentu.
2) Derajat perenggangan otot jantung yaitu kondisi sebelum kontraksi
(preloat)
3) Tekanan yang harus di lawan otot jantung untuk meyemburkan darah
selama kontraksi ( afterloat)

2.3 Etiologi Penyakit Jantung Koroner


1. Kolesterol Tinggi
Hipotesis pertama mengisyaratkan bahwa kadar kolesterol serum dengan
trigliserida tinggi dapat mengakibatkan pembentukan aterosklerosis. Kolesterol
dan trigliserida di dalam darah terbungkus di dalam protein pengangkut lemak
yang disebut lipoprotein, lipoprotein berdentitas tinggi a(high density lipoprotein,
HDL) dan lipoprotein yang berdentitas sangat rendah ( very low density
lipoprotein, LDL) membawah lemak ke seluruh tubuh, termasuk sel endotel arteri.
Lipoprotein merembas kolesterol dan trigliserida dilepaskan ke dalam sel. Di
dinding arteri, oksidasi kolesterol dan trigliserida dilepaskan kedalam sel. Di
dinding arteri, oksidasi kolesterol dan trigliserida menyebabkan pembentukan
radikal-radikal bebas yang diketahui merusak sel-sel endotel.
2. Tekanan darah yang tinggi
Hipotesis kedua didasarkan pada kenyataan bahwa tekanan darah yang tinggi
secara kronis menimbulkan gaya regang/potong yang merobek lapisan endotel
arteri arterior. Gaya regang trutama timbul di tempat-tempat arteri bercabang atau
membelok: kahas untuk arteri koroner, aorta, arteri serebelum. Dengan robeknya
lapisan endotel, maka timbul kerusakan yang berulang-ulang sehingga terjadi
siklus peradangan, penimbunan sel darah putih dan trombosit, serta pembekuan
darah. Setiap trombus yang terbentuk dapat terlepas dari arteri sehingga terjadi
embolus dibagian hilir.
3. Infeksi Virus
Hipotesis ketiga menjelaskan bahwa bagian sel endotel mungkin terinfeksi oleh
suatu virus. Infeksi mencetus siklus peradangan. Sel-sel darah putih dan trombosit
datang ke daerah tersebut dan terbentuklah bekuan dan jaringan parut firus
spesifik yang bisanya diduga berperan dalam teori ini adalah sitomegalofirus,
anggota dari family firus herpes
4. Kadar besi yang tinggi
Hipotesis keempat menjelaskan bahwa kadar besi serum yang tinggi dapat
merusak arteri koronaria atau memperparah kerusakan karena hal lain.

2.4.Patofisiologi dan patoflowdiagram penyakit jantung koroner

A. Patofisiologi penyakit jantung koroner


1. Aterosklerosis

Pada aterosklerosis lemak menumpuk pada lapisan intima arteri.


Fibroblast diarea tersebut merespon dengan memproduksi polagen dan sel otot
polos berproliferasi, bersama-sama membentuk lesikompleks yang disbut plak.
Plak terdiri atas sebagian besar kolesterol, trigliserida, fosfolipid, kolagen, dan sel-
sel otot polos. Plak mengurai ukuran lumen pada arteri yang terserang,
menggangu aliran darah. Selain itu plak dapat menyebabkan ulkus, menyebabkan
pembetukan trombus yang dapat menyumbat pembuluh secara komplek.

2. Anggina Pektoris

Aggina ditandai dengan episode nyeri dada biasanya dipicu oleh latihan
fisik, dan mereda dengan istirahat. Ketika kebutuhan oksigen miokardium lebih
besar dibanding yang dapat disulplai oleh pembuluh yang tersumbat sebagian, sel
miokardium menjadi iskemik dan berpindah ke metabolisme anairobik.
Metabolisme anairobik menghasilkan asam laktat yang merangsang ujung saraf
otot, menyebabkan arteri. Nyeri berkurang saat suplai oksigen kembali dapat
memenuhi kebutuhan miokardium.

3. Infrak Miokardium

Infrak miokardium terjadi saat opstruksi atreri koroner mengganggu suplai


darah kearea miokardium. Jaringan yang terkena menjadi iskemik dan akhirnya
mati (infrak) jika suplai darah tidak diperbaiki. Ketika sel miokardium mati, sel
hancur dan melepaskan beberapa iso enzim jantung kedalam sirkulasi jantung.
Kenaikan kadar kreatinin kinase (creatinine kinase, CK) dan troponin spesifik
jantung adalah indikator spesifik infark miokardium. Pada tempat cedera,
lipoprotein aterogenik (peningkatan ateroskelorosis) berkumpul dilapisan intima
arteri, yang berikatan dengan bagian ekstraseluler endotelium pembuluh.

Pembentukan plak dapat eksentrik, terletak dibagian khusus dan asismetrik


dinding pembuluh, atau konsentrik, yang melibatkan seluruh lingkar pembuluh.
Manifestasi proses biasanya tidak terlihat hingga sekitar 75% lumen arteri telah
tersumbat. Aterosklerosis cenderung berkembang ditempat bifurkasi atau
percabangan arteri. Pembuluh tertentu memiliki kecenderungan tinggi mengalami
aterosklerosis, termausk arteri koroner (arteri desenders arterior kiri khususnya),
arteri renalis, bifurkasi arteri karitis, dan bagian percabangan arteri perifer.

4. Iskemia Miokardium
Sel miokardium menjadi iskemik saat suplai oksigen tidak adekuat memenuhi
kebutuhan metabolik. Faktor terpenting dalam memenuhi kebutuhan metabolik sel
jantung adalah perfusi koroner dan beban kerja miokardium.
Perfusi koroner dapat dipengaruhi oleh beberapa mekanisme berbeda :
 Satu pembuluh atau lebih dapat tersumbat oleh sebagian area plak yang
besar dan satbil.
 Trombosit dapat beragregasi dalam pembuluhan sempit, membentuk
trombus.
 Pembuluh norml atau yang sudah menyempit dapat mengalami
spasme.
 Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan aliran menuju pembuluh
koroner tidak memadai.
 Mekanisme otoregulasi normal yang meningkatkan aliran ke otot yang
tengah bekerja mungkin gagal.

Penyakit jantung koroner dapat dibagi menjadi dua kategori menjadi penyakit
jantung iskemik kronik dan sindrom koroner akut. Penyakit jantung penyakit
jantung iskemik kronik mencakup angina stabil dan vasospastik serta iskemia
miokardium tenang. Pada wanita, angina adalah gejala CHD yang paling sering
muncul. Sindrom koroner akut mulai dari gejala angina tidak stabil hingga infark
mikardium. Sindrom koroner akut dan infark miokard adalah gejala CHD yang
paling sering muncul pada pria.
B. Patoflowdiagram penyakit jantung koroner
2.5.Manifestasi Klinik penyakit jantung koroner

Aterosklerosis koroner dapat menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai


akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah kejantung. Sumbatan
aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak adekuat (iskemia)
yang ditimbulkannya akan membuat sel-sel otot kekurangan komponen darah yang
dibutuhkan untuk hidup.

Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai tingkat. Manifestasi


utama iskemia miokardium adalah nyeri dada. Agina pektoris adalah nyeri dada yang
hilang timbul, tidak disertai kerusakan ireversibel sel-sel jantung.

Iskemia yang lebih berat, disertai kerusakan sel dinamakan infark miokardium.
Jantung yang mengalami kerusakan ireversibel akan mengalami degenerasi dan
kemudian diganti dengan jaringan perut. Bila kerusakan jantung sangat luas, jantung
akan mengalami kegagalan, artinya, ia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh
akan darah dengan memberikan curah jantung yang adekuat.

Manifestasi klinis lain penyakit arteri koroner dapat berupa perubahan EKG,
aneurisma ventrikel, disritmia, dan kematian mendadak.

2.6.Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Jantung Koroner

1. Laboratorium, dilakukan pemeriksaan LDL ( ≥130 Mg/dL), HDL (pria ≤40


Mg/dL, wanita ≤50 Mg/dL, kolesterol total (≥200 Mg/dL,) dan trigliserida (≥150
Mg/dL), CK (pria ≥5-35 Ug/L/Ml, wanita ≥ 5-25 Ug/Ml), CKMB (≥10 U/L),
Troponin (≥0,16 Ug/L), SGPT (pria ≥ 42 U/L, wanita 32 U/L), SGOT ( pria ≥ 37
U/L, wanita 31 ≥ U/L ).
2. Elektrokardiogram (EKG), pada hasil pemeriksaan EKG untuk penyakit jantung
koroner yaitu terjadinya perubhan segmen ST yang diakibatkan oleh
plakaterosklerosis maka memicu terjadinya repolarisasi dini pada daerah yang
terkena infark atau iskemik. Hal tersebut mengakibatkan oklusi arteri koroner
yang menggambarkan ST elevasi pada jantung sehingga disebut STEMI.
penurunan oksigen dijaringan jantung juga mnehasilkan perubahan EKG termasuk
depresi segmen ST. dimana glombang T mengalami peningkatan, dan amplitudo
gelombang ST atau T yang menyamai atau melebihi amplitudo gelombang QRS
(sari 2019).
3. Foto Rontogen Dada, foto rontogen dapat melibatkan tidak pembesaran
(kardiomegali), menilai ukuran jantung dan dapat melihat gambaran paru. Yang
tidak dapat dilihat adalah kelainan pada koroner. Dari ukuran jantung yang terlihat
pada foto rontogen dapat digunakan untuk penilaian seseorang apakah sudah
mengalami PJK lanjut.
4. Ecokardiography, untuk mengambil gambaran dari jantung memerlukan
pemeriksaan scanner menggunakan pancaran suara. Untuk melihat jantung
berkontraksi serta melihat bagian area mana saja yang berkontraksi lemah akibat
suplai darahnya berhenti atau ( sumbatan aretri koroner).
5. Treatmill, dengan menggunakan Treatmill dapat diduga apakah seseorang
menderita PJK. Memang tingkat akurasinya hanya 84% pada laki-laki dan 72%
pada perempuan. Dapat diartikan dari 100 orang laki-laki yang terbukti hanya 84
orang.
6. Katerisasi jantung, pemeriksaan katerisasi jantung dilakukan dengan memasukan
semacam selang seukuran lidi yang disebut kateter. Selang ini langsung
dimasukan ke pembuluh nadi atau arteri. Kemudian cairan kontras disuntikan
sehingga akan mengisi pembuluh koroner. Kemudian dapat dilihat adanya
penyempitan atau bahkan penyumbatan. Hasil katerisasi ini akan dapat ditentukan
untuk penangganan lebih lanjut, yaitu cukup menggunakan obat saja atau
intervensi yang dikenal dengan balon.
7. Anggiogr aphy, pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang rutin dan aman.
Cara langsung memeriksa keadaan jantung yaitu dengan sinar X terhadap arteri
koroner yang dimasukkan zat pewarna ( DYE) yang bisa dierekan dengan sinar X.
karena jantung terus bergerak atau berdenyut maka dilakukan pengambilan
gambar dengan video. Untuk pengambilan gambar ini melakukan tindakan
katerisasi jantung.

2.7.komplikasi penyakit jantung koroner


1. gagal jantung kongestif, merupakan kongestif pada sistem sirkulasi mikardion.
Gagal jantung kongestif merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
2. Syok kardiogenik, ini ditandai oleh adanya gangguan fungsi pada ventrikel kiri
yang disebabkan oleh infark miokardium mengakibatkan gangguan berat pada
perfusi jaringan dan pengantaran oksigen ke jaringan yang khas.
3. Edema paru, merupakan suatu cairan abnormal yang tertibun pada paru baik
dalam alveoli atau dirongga intersitial. Paru menjadi kaku dan tidak dapat
mengembang karena tertimbun cairan, sehingga udara tidak bisa masuk maka
terjadi hipoksia berat.
4. Perikarditis akut, adalah penyakit yang biasa disebut dengan peradangan pada
perikardium yang bersifat jinak dan terbatas sendiri dan dapat terjadi manivestasi
dari penyakit sistemik. Efek yang ditimbulkan dari perikarditis adalah efusi
perikardinal yang memicu tamponade jantung.
BAB III

TINJAUAN KASUS PENYAKIT JANTUNG KORONER

3.1 Gambaran Kasus

Seorang perempuan berusia 45 tahun di rawat di RS dengan keluhan nyeri dada. Hasil
Pengkajian ditemukan nyeri seperti diremas dengan skala 7. TD 140/90 mmHg, frekuensi
nadi 94x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, suhu 36oC. Pasien direncanakan diberikan obat
isosorbid dinitrat.

Penyakit jantung koroner ini adalah jenis penyakit yang terjadi bila pembuluh areteri
koroner tersebut tersumbat atau meyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap
menumpuk didinding arteri. Penyakit jantung koroner juga dapat menyebabkan daya pompa
jantung melemah sehingga darah tidak beredar sempurna keseluruh tubuh atau gagal jantung.
penyakit jantung koroner ialah penyakit jantung yang disebabkan arteri koronaria akibat
proses ateros klerosis atau spasme atau kombinasi keduanya.

Penyakit jantung koroner disebabkan oleh kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi,
infeksi virus, zat besi yang tinggi. Penyakit jantung koroner dapat mempengaruhi gangguan
beberapa pada sistem tubuh seperti : Aterosklerosis Pada aterosklerosis lemak menumpuk
pada lapisan intima arteri, Anggina Pektoris ditandai dengan episode nyeri dada biasanya
dipicu oleh latihan fisik dan mereda dengan istirahat, Infrak miokardium terjadi saat opstruksi
atreri koroner mengganggu suplai darah kearea miokardium, Iskemia Miokardium Sel
miokardium menjadi iskemik saat suplai oksigen tidak adekuat memenuhi kebutuhan
metabolik.

Adapun pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk menentukan penyakit


jantung koroner yaitu berupa melakukan : tes laboratorium, Elektrokardiogram (EKG), foto
rontgen dada, treatmill, katerisasi jantung, dan angeography.

3.2 Pengkajian

I. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Keadaan sebelum sakit:

Kaji riwayat penyakit klien apakah mendukung munculnya penyakit sekarang seperti
hipertensi,penyakit pembuluh darah,diabetes mellitus,gangguan fungsi tiroid

2. Riwayat penyakit saat ini :


a) Keluhan utama:
keluhan nyeri dada

b) Riwayat keluhan utama :

Keluhan nyeri dada. Hasil Pengkajian ditemukan nyeri seperti diremas dengan skala 7.

3. -Riwayat penyakit yang pernah dialami :


Kaji pasien apakah mengalami riwayat penyakit lain selain penyakit jantung koroner
seperti riwayat penyakit yang medukung terjadinya penyakit jantung koroner
seperti hipertensi,diabetel mellitus,dan penyakit pembuluh darah.

-Riwayat kesehatan keluarga :


Kaji riwayat kesehatan keluarga yang sedarah dengan pasien meliputi riwayat
penyakit yang pernah di derita keluarga klien terutama pada gangguan system
kardiovaskuler
4. Pemeriksaan fisik :

a) Kebersihan rambut : Kaji pasien apakah sering membersihkan rambut


dengan melihat apakah rambut pasien bersih/tidak
b) Kulit kepala : Kaji apakah kulit kepala pasien mengalami
benjolan,atau kotor pengaruh ketombe
c) Kebersihan kulit : kaji apakah warna biiru atau ungu di kulit,benjolan atau
tidak,pertumbuhanplak kekuningan seperti lilin di kulit
d) Higiene rongga mulut : kaji apakah bibir dan lidah kering,kemerahan,serta
pecah-pecah
e) Kebersihan genetalia : kaji apakah kebersihan pada genetalia terutama pada
bagian eksterna yaitu vulva
f) Kebersihan anus : kaji bagaimana warna anus,apakah hemoroid

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1. Keadaan sebelum sakit :
Kaji kebiasaan makanan yang tinggi lemak, makanan yang tinggi garam dan
konsumsi makanan yang mengandung glukosa berlebihan, kebiasaan mengonsumsi
sayuran dan buah-buahan. Abdominal distention, ascites, hepatomegaly,
splenomegaly, mual , muntah, nyeri abdomen, edema, peningkatan berat badan,
nafsu makan.
2. Keadaan sejak sakit :
kaji makanan tidak mengandung lemak dan gula tinggi untuk PJK,
Observasi :
Kaji perkembangan pola makan pasien serta makanan apa yang perlu dihindari
3. Pemeriksaan fisik :
a) Keadaan rambut :Kaji keadaan rambut pasien apakah mengalami
kerontokan/kebotakan
b) Hidrasi kulit :Kaji apakah kulit pasien kering pucat
c) Palpebra/conjungtiva :Kaji apakah warna kongjungtiva putih pucat
d) Sclera :Kaji apakah sclera terdapat pembuluh darah yang
menonjol
e) Hidung :Kaji apakah hidung tersumbat
f)Rongga mulut :Kaji apakah lidah dan bibir kering,kemerahan serta
pecah-pecah
g) gusi :Kaji apakah adanya bengkak pada gusi serta warna gusi
yang ungu atau biru
h) -Gigi : Kaji apakah diarea sekitar gigi membentuk kantong
berisi nanah
-gigi palsu :Kaji apakah gigi palsu bisa mengunyah dengan baik
g)Kemampuan mengunyah keras :Kaji apakah pasien saat makan mengunyah
dengan baik
i)Lidah : kaji apakah ada warna merah dan lapisan kuning pada lidah
i) Pharing : Kaji apakah adanya secret pada faring
j) Kelenjar getah bening : Kaji adanya pembengkakan atau tidak
k) Kelenjar parotis : kaji apakah ada benjol
l) Abdomen :
 Inspeksi:
Kaji keadaan kulit ,ekimosis,umbilicus,kontur ambdomen,perstaltik,pulsasi
 Auskultasi :
Kaji bising usus ada atau tidak,frekunsi,durasi,volume dan kualitas bising
usus
 Palpasi:
Kaji apakah adanya nyeri tekanan ,defans muscular,dan massa pada organ-
organ superfisial
 Perkusi :
Kaji untuk melihat distribusi gas intra abdomen
m) Kulit :
 Edema : Positif
 Icterik : Positif
 Tanda-tanda radang :
Kaji apakah kulit ada kemerahan,panas,bengkak,nyerii dan kesulitan
menggerakan area tubuh yang terdampak secara normal.
n) Lesi :
Kaji apakah adanya pembengkakan yang abnormal di luar tubuh yang mengubah
penampilan .
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
Kaji pasien apakah kurang mengonsumsi makanan yang bernutrisi sehingga susah
BAB,kaji apakah BAB dengan lacar atau tidak
2. Keadaan sejak sakit :
Kaji pasien apakah mengalami perubahan pada eliminasi akut ,apakah kurangnya asupan
nutrisi sehingga penderita biasanya susah BAB secara normal,apakah terjadinya melena
dan hematuria.Kaji
3. Observasi : Kaji pasien apakah BAB dengan lancar,kaji apakah saat BAB mengalami
pendarahan,nyeri saat BAB
Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : kaji frekuensi 5-34 x/menit
b) Palpasi kandung kemih : Penuh
c) Nyeri ketuk ginjal : Positif
d) Mulut uretra : kaji pasien apakah uretra menyempit atau atau tidak
e) Anus :
 Peradangan :
kaji apakah terdapat peradangan pada pasien apakah kemerahan atau terasa
nyeri
 Hemoroid :
kaji pasien apakah ambeiyen peradangan atau melebarnya pembuluh darah
disekitar anus
 Fistula :
kaji pasien apakah kelenjar dubur terinfeksi atau bernanah
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan sebelum sakit :
Kaji aktivitas pasien apakah saat melakukan aktivitas merasakan nyeri dada/sesak
nafas
2. Keadaan sejak sakit :Kaji apakah pasien bisa beraktivitas
3. Observasi : Dari kasus kita bisa menyimpulkan bahwa pasien saat melakukan
aktivitas merasakan nyeri dada.
a)Aktivitas harian :
 Makan : Kaji apakah pasien bisa makan sendiri/perlu bantuan
 Mandi : Kaji apakah pasien bisa mandi sendiri/perlu bantuan
 Pakaian : Kaji apakah pasien bisa memakai pakain sendiri/perlu bantuan
 Buang air besar : Kaji apakah pasien bisa BAB sendiri /perlu bantuan
 Buang air kecil :Kaji apakah pasien bisa BAK sendiri /perlu bantuan
 Mobilisasi di tempat tidur : Kaji apakah pasien melakukan aktivitas seperti
biasa saat di tempat tidur misalnya bergerak /duduk sendiri atau perlu
bantuan
b.)Postur tubuh: Kaji postur tubuh klien dengan melihat membungkuk atau tidak
c.)Gaya jalan : Kaji apakah pasien saat jalan mengalami kesusahan yang
mengakibatkan gaya jalan yang beda dari biasanya
d).Anggota gerak yang cacat : Kaji apakah bagian tubuh dari kepala sampai kaki ada
yang
tidak bisa digerakan sepeti biasanya
e).Fiksasi: : Kaji apakah pada bagian tubuh tertentu pasien adanya
pembatasan gerak
f).Tracheostomi :Kaji apakah pasien mempunyai tracheostomy/ sayatan pada
aspek anterior leher dan membuka jalan napas langsung melalui
sayatan di trakea untuk membantu pernafasan
4. Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah
140/90 mmHg
Kesimpulan : Hipotensi ortostatik : Positif
b) HR : frekuensi nadi 94x/menit,
c) Kulit :
 Keringat dingin : Kaji apakah klien mengalami keringat dingin pada saat
sakit
 Basah : Kaji apakah kulit basah meskipun tidak beraktivittas
atau pun terkena air
 JVP : Kaji peningkatan JVP dengan Nilai normal dari pengukuran JVP
adalah < 8 cmH₂O
Kesimpulan : Penyakit jantung memiliki beberapa ciri yang berkaitan dengan
tanda yang terjadi di kulit manusia. Misalnya munculnya jaringan kemerahan di
area kulit, seperti yang umum terjadi ketika kulit kedinginan(Livedo
reticularis).Jika hal ini terjadi pada saat kondisi hangat, maka bisa terjadi karena
penyumbatan arteri.
d) Perfusi pembuluh kapiler kuku : kaji Garis merah atau ungu di bawah kuku
e) Thorax dan pernapasan
 Inspeksi:
-Bentuk thorax : Kaji bentuk, ukuran, dan warna kulit, serta pergerakan
otot-otot dada saat bernapas.
-Retraksi interkostal : Kaji Retraksi interkostal apakah menunjukkan
bahwa ada sesuatu yang menghalangi atau mempersempit jalan
napas,semuanya dapat menyebabkan penyumbatan
-Sianosis : Kaji Warna kebiruan atau keabu-abuan dari kulit, kuku,
bibir, atau di sekitar mata.
-Stridor :Kaji Suara bernada tinggi, suara bersiul paling sering
terdengar saat mengambil napas.
 Palpasi :
-Vocal premitus : kaji vibrasi yang dirasakan ketika pasien
mengatakan “77” (tujuh pulih tujuh). perubahan intensitas vibrasi yang
diciptakan saat pasien berbicara yang mengindikasikan adanya proses
patologis pada paru.
-Krepitasi : Kaji apakah suara Berderak atau suara kisi disebabkan
oleh tulang yang bergesekan satu sama lain, juga disebut sendi berderit.
 Perkusi :
Lokasi : Kaji lokasi pengetukan jari di sejumlah area pada permukaan dada
maupun punggung atas. Bunyi dari ketukan ini bisa menggambarkan kondisi
organ di bawahnya.
 Auskultasi :
-Suara napas : kaji suara napas apakah napas trakeal, suara napas
bronkial, suara napas bronkovesikular, dan suara napas vesikulear.
-Suara tambahan : Kaji apakah adanya suara tambahan seperti
mengi/wheezing, Rales atau Crackles,stridor,rhonci,whooping,
g) Jantung
 Inspeksi :
Ictus cordis : kaji bagaiman bentuk prekordium , Denyut pada apeks
jantung,Denyut nadi pada dada ,Denyut vena.
Palpasi :
Ictus cordis :Kaji apakah denyut jantung terasa,frekuensinya serta
kualitasnya terasa di tangan dan teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba
dinilai kuat angkat atau tidak.
 Perkusi :
-Batas atas jantung :kaji ICS 2 kanan linea parasternalis kanan yang
-Batas bawah jantung : kaji batas bawah jantung dibentuk terutama oleh
ventrikel dextra dan sedikit oleh ventrikel sinistra
-Batas kanan jantung : kaji dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit
menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding depan
thorak. Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-
IV kanan,di line parasternalis kanan. Sedangkan batas atasnya di ruang
interkostal II kanan linea parasternalis kanan.
-Batas kiri jantung : kaji dari arah lateral ke medial. Perubahan
antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai
batas jantung kiri. Dengan cara tersebut kita akan dapatkan tempat iktus,
yaitu normal pada ruang interkostale V kiri agak ke medial dari linea
midklavikularis sinistra, dan agak di atas batas paru-hepar. Ini merupakan
batas kiri bawah dari jantung.
 Auskultasi :
Bunyi jantung I: Kaji karena getaran menutupnya katub
atrioventrikularis, yang terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik
pada permulaan systole.Getaran yang terjadi tersebut akan
diproyeksikan pada dinding toraks yang kita dengar sebagai bunyi
jantung I.
Bunyi jantung II: Kaji akibat proyeksi getaran menutupnya katub aorta
dan pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan
diastole.BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I.
h) Lengan dan tungkai
 Atrofi otot : Positif Negatif
Rentang gerak: Kaji pasien apakah mampu menggerakan sendinya
dengan maksimal
Kaku sendi: Kaji apakah adanya peradangan sendi
Nyeri sendi: kaji apakah sendi nyeri ketika digerakan/saat beraktifitas
/bisa juga karena tidak sering di gunakan
Fraktur : kaji apakah adanya patah tulang akibat trauma/bisa mati
rasa tulang
Parese : Kaji apakah gerak badan mengalami gangguan
Paralisis : Kaji apakah fungsi otot masih sama atau berkurang

 Refleks fisiologi : Kaji apakah ada masalah pasa system saraf


 Refleks patologi : Kaji apakah adanya gerakan volunteer yang muncul akibat
rangsangan
 Clubing jari-jari : Kaji apakah kuku abnormal berbentuk bulat
 Varises tungkai : Kaji apakah ada pelebaran darah balik(vena)
i) Columna vetebralis:
Kaji tulang vetebra atau ruas tulang belakang apakah mengalami
lordosis,kifosis,skoliosis.

E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


1. Keadaan sebelum sakit :
Kaji apakah sebelum sakit pasien tidur/beristirahat dengan baik atau tidak
2. Keadaan sejak sakit :
Kaji pola tidur pasien yang terganggu,gelisah,susah tidur.Apakah pasien susah tidur
karena kesakitan/nyeri dada?
3. Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : Positif
Banyak menguap : Positif
Palpebra inferior berwarna gelap : Positif

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan sebelum sakit : :
kaji apakah pasien pernah mengalami gangguan pada panca indranya saat mengalami
nyeri dada,seperti kaburnya penglihatan
2. Keadaan sejak sakit :
pasien mengalami nyeri dada dan kaji apakah adanya penglihatan yang kabur ,atau
pendengaran yang kurang jelas
3. Observasi : kaji perilaku dan keadaan pasien
Pemeriksaan fisik :
a) Penglihatan
 Kornea : kaji adanya penumpukan lemak di lingkaran kornea
 Pupil : kaji adanya pelebaran pada pupil atau tidak
 Lensa mata : kaji adanya penglihatan kabur atau tidak
 Tekanan intra okuler (TIO) : kaji tekanan intra okular melebihi batas normal
b) Pendengaran
 Pina : kaji gelombang pendengaran.
 Kanalis : kaji adanya peningkatan sentivitas telinga
 Membran timpani : kaji adanya getaran atau tidak
c) Pengenalan rasa pada gerakan lengan dan tungkai
kaji adanya Nyeri,keram hingga mati rasa

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan sebelum sakit :
kaji apakah pasien mengalami gangguan dengan konsep diri,misalnya cemas akibat
sakit ketakutan akan penyakitnya .
Keadaan sejak sakit :
kaji pasien apakah pasien beresepsi bahwa penyakitnya cobaan dari tuhan,
observasi ekspresi pasien terhadap sakitnya apakah biasa saja, karena pasien telah
menerima keadaannya.
2. Observasi :
a) Kontak mata : Kaji apakah pasien melakukan kontak mata saat ada
yang mengajaknya berbicara
b) Rentang perhatian : Kaji apakah pasien membutuhkan perhatian
c) Suara dan cara bicara : Kaji apakah suara dan cara bicara pasien dengan
percaya diri
d) Postur tubuh : Kaji apakah pasien saat mengobrol perhatiannya di
lawan bicaranya dengan melihat postur tubuh
3. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : Kaji keluarga klien apakah pasien mempunyai
kelainan bawaan
b) Bentuk/postur tubuh : Kaji bentuk tubuh klien untuk mengetahui
tingkat kesehatanya
c) Kulit : Kaji kulit klien apakah adanya
peradangan,kemerahan,basah/keringat dingin.

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Keadaan sebelum sakit :
Kaji Apakah klien hidup sendiri? Hidup berkeluarga? Ikut saudara? Bagaimana
struktur keluarga dan peran klien dalam keluarga tersebut? Apakah klien merasa
puas? Apa peran klien dalam masyarakat dan lingkungan kerja? Apakah klien
merasa puas dengan peran tersebut? Merasa tersisihkan / terisolir dari tetangga
dimana klien tinggal? Keluarga atau orang lain yang menjadi tanggungan?
2. Keadaan sejak sakit :
Kaji , bagaimana perasaan keluarga terhadap penyakit klien saat ini? Adakah
gangguan dalam hubungan dengan keluarga (konflik / keterpisahan / keterasingan?
Adakah gangguan dalam peran klien sebagai orangtua, anggota masyarakat /
lingkungan? Adakah ungkapan yang menunjukkan bahwa klien merasa terisolasi :
Pembatasan diri karena hokum pidana, sanksi agama, larangan diri untuk berpidato,
ceramah, dan lain-lain.
3. Observasi :
Kaji Adakah gangguan komunikasi verbal, seperti : pelo, gagu, gagap, latah, suara
sengau, tidak bisa mengucapkan ”R”, dan sebagainya.
Apakah ada gangguan dalam berinteraksi dengan anggota keluarga atau orang lain?
Bagaimana interaksi klien dengan petugas kesehatan (Dokter atau Perawat) atau
dengan klien lain. Adakah keluarga, rekan kerja atau sekolah yang mejenguk klien.

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


1. Keadaan sebelum sakit :
Kaji apakah adanya gangguan pada organ reproduksi
2. Keadaan sejak sakit :
Kaji apakah ada tanda peradangan pada alat reproduksi serta hormonal
seksualitasnya
3.Observasi :
-kaji warna organ reproduksi
-Kaji ada tidaknya bintik-bintik merah pada organ reproduksi
-Kaji apakah adanya peradangan pada alat reproduksi
4.Pemeriksaan fisik :
Kaji pemeriksaan dari pemeriksaan abdomen,pelvis,inspekulo,Bimanual,

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES


1. Keadaan sebelum sakit :
kaji bagiamana cara mengatasi masalah pada pasien yang mengalami stres.dan
bagaimana kempampuan menghadapi stres untuk tetap terus maju mencapai tujuan
hidup.
2. Keadaan sejak sakit :
kaji perubahan pada sistem metabolik dan hormonal pasien
3. Observasi :
-sikap dan perilaku pasien
- tingkat kesadaran pasien
- respon pasien
K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
1. Keadaan sebelum sakit :
kaji bagiamana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan,serta kebiasaan dalam
hidup beragama,dan toleransi terhadap sesama masyarakat yg satu kepercayaan.

2. Keadaan sejak sakit :


kaji Kegiatan agama yang dilakukan selama di RS oleh klien
3. Observasi :
- tingkat kesadaran terhadap kepercayaan

- rasa kepedulian terhadap sesama masyarakat beragam

3.3 Analisis Data

DATA MASALAH ETIOLOGI

 Subjektif : pasien mengatakan Nyeri akut Iskemik miocard


nyeri pada dada berhubungan dengan
iskemik miocard

 Objektif : TD 140/90 mmHg,


frekuensi nadi 94x/menit,
frekuensi napas 24 x/menit, suhu
36oC

3.4.Diagnosa Keperawatan

Nama/Umur :Seorang perempuan/45 Tahun


Ruang/Kamar:Rumah sakit

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Nyeri akut yang berhubungan dengan Iskemik miocard

3.5 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut yang *Tujuan :  Observasi
berhubugan Setelah -Mengukur TTV yaitu TD
dengan iskemik dilakukan 140/90 mmHg, frekuensi
miocard tindakan nadi 94x/menit, frekuensi
 Subjektif keperawatan napas 24 x/menit, suhu
: pasien 36oC
mengatak -Pemeriksaan fisik berupa
an nyeri inspeksi dan palpasi
pada dada
 Objektif :
TD
140/90
mmHg,
frekuensi
nadi
94x/menit
,
frekuensi
napas 24
x/menit,
suhu
36oC

3.6 Evaluasi

S: Pasien mengatakan nyeri dada dengan rasa seperti di remas skala 7


O: TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 94x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, suhu 36oC
A; Masalah teratasi Sebagian
P: Lanjutan intervensi

3.7.pemeriksaan penunjang

Adapun beberapa pemeriksaan penunjang untuk mengkaji penyakit jantung koroner


diantaranya sebagai berikut :

1. Elektrokardigrafi adalah pemeriksaan noninvasif ynag menggunakan ultrasonografi


untuk mengevaluasi struktur dan fungsi jantung.
2. Pemeriksaan radionuklida adalah teknik noninvasif yang aman untuk mengevaluasi
pervusi miokardium dan fungsi ventrikel kiri.
3. Pemeriksaan elektrokardiografi EKG, pemeriksaan ini dilakukan pada saat istirahat
mungkin normal, dapat menunjukan non spesifik pada segmen ST dan gelombang T,
atau dapat menunjukan tanda infrak miokardium sebelumnya.
4. Elektrokardiografi stress, adalah pemeriksaan menggunakan EKG untuk memonitor
respon jantung terhadap peningkatan beban kerja selama latihan progresif.
5. Pemeriksaan angniografikoroner yaitu pemeriksaan denganstandar emas untuk
mengevaluasi arteri koeroner pemeriksaan ini dilakukan dengan memasuka sebuah
keteter kedalam arteri femoralis atau brakialis diarahkan menuju arteri koroner.
6. Laboratorium, dilakukan pemeriksaan LDL ( ≥130 Mg/dL), HDL (pria ≤40 Mg/dL,
wanita ≤50 Mg/dL, kolesterol total (≥200 Mg/dL,) dan trigliserida (≥150 Mg/dL), CK
(pria ≥5-35 Ug/L/Ml, wanita ≥ 5-25 Ug/Ml), CKMB (≥10 U/L), Troponin (≥0,16
Ug/L), SGPT (pria ≥ 42 U/L, wanita 32 U/L), SGOT ( pria ≥ 37 U/L, wanita 31 ≥ U/L
).
7. Foto Rontogen Dada, foto rontogen dapat melibatkan tidak pembesaran
(kardiomegali), menilai ukuran jantung dan dapat melihat gambaran paru. Yang tidak
dapat dilihat adalah kelainan pada koroner. Dari ukuran jantung yang terlihat pada
foto rontogen dapat digunakan untuk penilaian seseorang apakah sudah mengalami
PJK lanjut.
8. Treatmill, dengan menggunakan Treatmill dapat diduga apakah seseorang menderita
PJK. Memang tingkat akurasinya hanya 84% pada laki-laki dan 72% pada
perempuan. Dapat diartikan dari 100 orang laki-laki yang terbukti hanya 84 orang.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Menurut Teori

Jantung koroner adalah penyakit jantung yang terjadi karena ketidakseimbangan


antara keperluan oksigen pada miokardium dan perbekalannya yang disebabkan oleh aliran
darah yang tidak memadai akibat komplikasi aterosklerosis yang mempersempit arteri
koroner. (Robbins, S. L, dan Kumar, 1995) Jantung koroner merupakan suatu manifestasi
khusus dan aterosklerosis pada arteri koroner sehingga mengakibatkan kegagalan sirkulasi
kolateral untuk menyediakan suplay oksigen yang adekuat ke sel. (Dinkes, 1996) Jantung
koroner merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner di mana
terdapat penebalan dari dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plaque yang akan
mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot
jantung. ( 2005).

4.2 Menurut Jurnal

Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh kelainan miokardium akibat


insufisiensi aliran darah koroner karena arterosklerosis yang merupakan proses degeneratif,
di samping banyak faktor lain. Karena itu dengan bertambahnya usia harapan hidup manusia
Indonesia, kejadiannya akan makin meningkat dan menjadi suatu penyakit yang penting;
apalagi sering menyebabkan kematian mendadak.(1) Tujuh jenis penyakit jantung terpenting
ialah : 1. Penyakit jantung koroner (penyebab 80% kematian yang disebabkan penyakit
jantung) 2. Penyakit jantung akibat hipertensi (9%) 3. Penyakit jantung rernatik (2-3%) 4.
Penyakit jantung kongenital (2%) 5. Endokarditis bakterialis (1-2%) 6. Penyakit jantung
sifilitik (1%) 7. Cor pulmonale (1%), 8. dan lain-lain (5%).(4) Aterosklerosis adalah suatu
keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh endapan lemak, trombosit, makrofag dan
leukosit di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media.(5) Telah diketahui
bahwa aterosklerosis bukanlah suatu proses berkesinambungan, melainkan suatu penyakit
dengan fase stabil dan fase tidak stabil yang silih berganti. Perubahan gejala klinik yang tiba-
tiba dan tak terduga agaknya berkaitan dengan ruptur plak, meskipun ruptur tidak selalu
diikuti gejala klinik. Seringkali ruptur segera pulih; agaknya dengan cara inilah proses plak
berlangsung. (3,6) Sekarang aterosklerosis tak lagi dianggap merupakan proses penuaan saja.
Timbulnya "bercak-bercak lemak" di dinding arteria koronaria merupakan fenomena alamiah
bahkan sejak masa kanak-kanak dan tidak selalu harus menjadi lesi aterosklerotik;

terdapat banyak faktor saling berkaitan yang dapat mempercepat proses aterogenik. Telah
dikenal beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis koroner pada
individu tertentu.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Jantung koroner adalah penyakit jantung yang terjadi karena ketidakseimbangan


antara keperluan oksigen pada miokardium dan perbekalannya yang disebabkan oleh
aliran darah yang tidak memadai akibat komplikasi aterosklerosis yang mempersempit
arteri koroner. (Robbins, S. L, dan Kumar, 1995) Jantung koroner merupakan suatu
manifestasi khusus dan aterosklerosis pada arteri koroner sehingga mengakibatkan
kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan suplay oksigen yang adekuat ke sel.
(Dinkes, 1996) Jantung koroner merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh
darah arteri koroner di mana terdapat penebalan dari dinding dalam pembuluh darah
disertai adanya plaque yang akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan
mengganggu aliran darah ke otot jantung.

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat buah ruang yang terletak di
rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga,sedikit ke sebelah kiri sternum. Ruang
jantung terdiri atas dua ruang yang berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan dua
ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).Jantung memiliki berat sekitar 300
gr, meskipun berat dan ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan,
beratnya aktifitas fisik, dll. Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60 sampai 80 kali
per menit, menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel per detakan, dan
keluaran totalnya sekitar 5 L/ menit (Smeltzer dan Bare, 2002).

Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada (thoraks), diantara
kedua paru. Selaput yang mengitari jantung disebut pericardium, yang terdiri atas 2
lapisan, yauitu pericardium parietalis, merupakan lapisan luar yang melekat pada tulang
dada dan selaput paru. dan pericardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung
itu sendiri, yang juga disebut epikardium. Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian
pompa yang terpisah terkait fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari
satu atrium-ventrikel kiri dan kanan.
5.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Priscilla Lemone, RN, DSN, FAAN, Karen M,Hurke, RN, MS,Gerene Bauldoff, RN,
PhD, FAAN, buku ajar keperawatan Medikal Bedah 1, penerbit buku kedokteran EGC
Tahun 2014, buku ajar Asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskular, penerbit
buku kedokteran EGC, P.O.Box 4276/jakarta 10042,

Anda mungkin juga menyukai