PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetian jantung coroner
2. Untuk mengetahui penyebab dan tanda serta gejala dari penyakit jantung
coroner
3. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien yang
mengalami penyakit jantung koroneer
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Jatung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya diatas,
dan puncaknya dibawah. Apeksnya (puncak) miring ke sebelah kiri. Berat jantung
ira-kira 300 gram (Evelyn C. Pearce 2011).
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks, dan ia
menempati rongga antara paru dan diafragma (Brunner dan Suddarth 2002).
Sindrom Koroner Akut ( SKA) merupakan kejadian kegawatan pembuluh darah
coroner (Andra, 2006).
Penyempitan arteri koroner ini biasa disebut arteriosclerosis, dan salah satu
bentuk arteriosclerosis adalah penyempitan karena lemak jenuh, yang disebut
atherosclerosis. Dalam proses ini, lemak-lemak terkumpul di dinding arteri dan
penebalan ini menghasilkan permukaan yang kasar pada dinding arteri dan juga
penyempitan arteri koroner. Hal ini membuat kemungkinan adanya penggumpalan
darah pada bagian arteri yang menyempit ini. Jika darah terus menggumpal, maka
tidak ada lagi darah yang bisa mengalir karena darah ini diblok oleh gumpalan darah
yang sudah menjadi keras.
4
2.1.1 Anatomi jantung
Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri yang berfungsi membawa darah dari
jantung, kapiler yang berfungsi sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan
kimia antara darah dan jaringan dan vena, yang membawa darah dari kapiler
kembali ke jantung. Pembuluh darah terbesar adalah aorta.
5
Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan beeban
kerja yang di perlukan oleh tiap kamar. Dinsing atrium lebih tipis daripada dinding
ventrikel karena rendahanya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan
darah dan kemudian menyealurkanya ke ventrikel. Karena ventrikel kiri mempunyai
beban kerja yang lebih berat di antara dua kamar bawah, maka tebalnya sekitar 2 1/2
lebih tebal disbanding dinding ventrikel kanan. Ventrikel kiri menyemburkan darah
melawan tahanaan sistemis yang tinggi, sementara ventrikel kanan melawan tekanan
rendah pembuluh darah paru.
Karena posisi jantung agak memutar dalam rongga dada, maka ventrikel
kanan terletak lebih ke anterior (tepat dibawah sternum) dan ventrikel kiri terletak
lebih ke posterior. Ventrikel kiri bertanggunng jawab atas terjadinya denyut apeks
atau titik pukulan maksimum (PMI), yang normalnya teraba di garis midklavikularis
dinding dada pada rongga interkosta ke-5.
Katup jantung. Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu
arah dalam jantung. Katup, yang tersusun atas bila-bila jaringan fibros, membuka dan
menutup secara pasif sebagai respon terhadap perubahan tekanan dan aliran darah.
Ada dua jenis katup: atrioventtrikularis dan seminularis.
Katup atriventrikularis. Katup yang memisahkan atrium dan ventrikel
disebut sebagai katup atrioventrikularis. Katup trikuspidalis, dinamakan demikian
karena tersusun atas 3 kuspis atau daun, memisahkan atrium kanan dan ventrikel
kanan. Katup mitral atau bikuspidalis (dua kuspis) terletak antara atrium ventrikel
kiri.(liha gambar. 26-1).
6
dinding ventrikel. Kontaksi otot papilaris ketepi bilah katup, berfungsi menarik tepi
bebas katup ke dinding ventrikel. Kontraksi otot papilaris mengakibatkan korda
tendinea menjai tegang. Hal ini menjaga daun katup menutup, menjega aliran balik
darah. Otot papilaris dan korda tendinea hanya terdapa pada katup mitral dan
trikusidalis an tidak terdapat di katup semilunaris.Katup seminularis.
Katup seminularis terletak di antara tiap ventrikel dan arteri yang bersangkutan.
Katu anara ventrikel kanan dan arteri pulmunalis disebut katup pulmunalis; katup
antara ventrikel kiri dan aorta dinamakan katup aorta. Katup seminularis normalnya
tersusun atas tiga kuspis, yang berfungs engan baik tanpa otot papilatis dan korda
tendinea. Tidap terdapat antara vena-vena besar dan atrium.
Arteri koronaria. Ateri oronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung,
yang mempunyai otot jantung, yang mempunyai kebutuhan metaboilisme tinggi
terhadap oksigen dan nutrisi(gbr. 26-2).
Sel-sel otot jantung mempunyai kerja ritmik inheren ( ritmisitas), yang dapat
di gambarkan dengan adanya kenyataan bahwa bilah satu bagian miokarrbium
diambil ,maka jantung akan tetap berkontraksi secara ritmis jika tetap dijaga dalam
kondisi yang memadai.Tetapi,atrium dan ventrikel harus berkontraksi secara
berurutan agar aliran darah dapat efektif.kontraksi yang teratur terjadi karena sel-sel
kusus dalam sistem hantaran secara metodis membangkitkan dan menghantarkan
impuls listrik kesel-sel miokardum.
Selintas elektrofisiologi:
Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium,
kalium dan kalsium) bergerak menembus membran sel. Perbedaan muataan listrik
8
yang tercatat dalam sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan pontesial aksi
jantung.
9
2.2 Etiologi
11
Factor resiko Dapat dimodifikasi
Rasional
Gaya hidup Gaya hidup beisi stressor disertai mekanisme koping yang tidak
hipertensif efektif dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
2.3 Patofisiologi
12
Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner Aterosklerosis atau pengerasan arteri
adalah kondisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai penimbunan endapan
lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika
intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos).
Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri
sereberal. Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan
disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera
pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan
permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan
triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak
menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh
darah.
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun, termasuk
menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit ke area
cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang kemudian
memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area
lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan
senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant (penarik kimia) yang
mengaktifkan siklus inflamasi, 3 pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke
area cedera, sal darah putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif
endotelial yang bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap
sel darah putih, pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil
mulai berimigrasi di antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang
interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap
melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori
juga merangsan ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos
tumbuh di tunika intima.
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima karena
permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan
13
teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut,
agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah (tombus),
sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga mengubah
struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan
lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan bekuan yang berasal
dari trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh mengalami
kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner
akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai
darah) miokardium dan sel-sel miokardium sehingga menggunakan glikolisis
anerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini
sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga
menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan
angina pectoris. Ketika kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung
berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian
otot jantung yang di kenal sebagai miokard infark. Patofisiologi Penyakit Jantung
Koroner zat masuk arteri Arteri Proinflamatori Permeabelitas Reaksi inflamasi
Cedera sel endotel Sel darah putih menempel di arteri imigrasi keruang interstisial
pembuluh kaku & sempit Aliran darah Pembentukan Trombus monosit 4
makrofag Lapisan lemak sel otot polos tumbuh Nyeri Asam laktat terbentuk
14
Rasa nyeri, terjepit, kram, rasa berat atau rasa terbakar didada. Lokasi nyeri
biasanya berada di sisi tengah atau kiri dada dan berlangsung lebih dari 20
menit. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke rahang bawa, leher, bahu dan lengan
serta ke punggung. Nyeri dapat timbul pada waktu istirahat. Nyeri ini dapat
pula timbul pada penderita yang sebelumnya belum pernah mengalami hal ini
atau pada penderita yang perna mengalami angina, namun pada kali ini pola
serangannya menjadih lebih berat atau lebih sering.
Selain gejalah yang khas diatas, dapat juga terjadi penderita hanya
mengeluh seolah pencernaannya terganggu atau hanya berupa nyeri yang
terasa di ulu hati. Keluhan ini dapat disertai dengan sesak, muntah dan
keringat dingin.
2.5 Komplikasi
Penyakit jantung koroner yang tidak ditangani dengan baik dan cepat akan
memicu sejumlah komplikasi seperti:
a. Angina
Angina atau nyeri dada disebabkan oleh menyempitnya arteri, sehinggah
jantung tidak mendapat cukup darah.
b. Serangan jantung
Komplikasi ini terjadi bila arteri tersumbat sepenuhnya, akibat
penumpukan lemak atau gumpalan darah. Kondisi ini akan merusak otot
jantung.
c. Gagal jantung
Gagal jantung terjadi apabila jantung tidak cukup kuat memompa darah.
Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan
jantung.
d. Ganguan irama jantung (aritmia)
Kurangnya suplay darah ke jantung atau kerusakan pada jantung akan
mempengaruhi impuls listrik jantung, sehingga memicu aritmia.
15
2.6 Patoflodiagram Teori
Faktor pencetus
Penumpukan
Vasospasme
plak di arteri
koroner
Pelepasan mediator
faktor endotel
Penyempiyan PD
arteri koroner
Iskemia otot
jantung
Metabolisme
Integritas MK: Intoleransi
anaerob
memberan aktivitas
sel menurun
Peningkatan
asam laktat
Kontraktilitas MK:
jantung menurun Penurunan MK. Takut akan Mk: nyeri akut
curah Ansietas kematian
jantung
MK:
Penurunan MK. 16
curah Ansietas
jantung
MK: Intoleransi Mk: nyeri akut
aktivitas
Tanda & gejalah Tanda & gejalah Tanda & gejalah tanda & g
Angina -Kelemahan -Pusing -Sakit disebagian
Kecemasan, gelisah -Tidak bisa beraktivitas – Berkeringat anggota tubuh
Perubahan tingkat kesadaran -Pusing - Dyspnea
Dyspnea, ortopnea, takipnea
Berkurangnya aktivitas
NOC: NOC: NOC: NOC :
Patway kasus
Hipertensi 17
Hiperkolesterolmia Stres
& obesitas
Vasopasme Adrenalin
Penumpukan plak meningkat
di arteri koroner
Pelepasan faktor
mediator endotel Peningkatan
Penyempitan PD
detak jantung
arteri koroner
Iskemia jantung
20
- Mengenakan sapu tangan untuk menutupi hidung
atau mulut selam cuaca sangat dingin untuk
menghangatkan udara.
- Berjalan lebih lambat dalam cuaca dingin
- Berpakaian tebal saat musim dingin, termasuk
kepala, leher, dan penutup tangan.
2.9.3 intervensi
24
dan tindakan nyeri dan faktor presipitasi.
untuk mencegah b. Observasi isyarat non-verbal
nyeri. dari ketidaknyamanan,
b. Menunjukan khususnya dalam
teknik relaksasi ketidakmampuan untuk
yang efektif komunikasi secara efektif.
untuk c. Gunakan komunikasi
meningkatkan terapeutik agar klien dapat
kenyamanan. mengekspresikan nyeri.
c. Menggunakan d. Kaji latar belakang budaya
tindakan lain
mengurangi nyeri e. Tentukan dampak nyeri
dengan analgesik terhadap kualitas hidup
dan nonanalgesik seperti pola tidur, nafsu
secara tepat. makan, aktivitas kognisi,
d. Mengeal tanda mood, hubungan, pekerjaan,
pencetus nyeri tanggung jawab peran.
untuk mencari f. Kaji pengalaman individu
pertolongan terhadap nyeri.
e. Melaporkan g. Evaluasi efektivitas tindakan
gejalah kepada mengontrol nyeri yng telah
tenaga kesehatan. digunakan.
h. Berikan dukungan terhadap
klien dan keluarga.
i. Kontrol faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi
respons pasien terhadap
ketidaknyamanan.
j. Anjurkan klien untuk
memonitor nyerinya sendiri.
k. Anjurkan klien untuk
meningkatkan tidur /istirahat
2. menunjukan tingkat nyeri
yang cukup.
dengan kriteria:
l. Ajarkan penggunaan teknik
a. melaporkan nyeri non-farmokologi,seperti
berkurang. teknik relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi musik,
b. klien tidak menunjukkan distraksi, terapi panas dingin
25
posisi tubuh melindungi. dan masase.
m. Modifikasi tindakan
c. tidak ada kegelisahan dan mengontrol nyeri
ketegangaan otot. berdasarkan repons klien.
n. Anjurkan klien untuk
d. klien tidak menunjukan
berdiskusi tentang
perubahan dalam kecepatan
pengalaman nyeri secara
pernapasan, denyut jantung
tepat.
atau tekanan darah.
o. Observasi kenyamanan klien
terhadap manajemen nyeri.
p. Berikan pendidikan
kesehatan tentang nyeri,
seperti penyebab,durasi nyeri
dan tindakan pencegahan.
q. Beritahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau terjadi
keluhan.
r. Informasikan kepada tim
kesehatan lainnya/anggota
keluarga saat tindakan non
farmakologi dilakukan untuk
pendekatan preventif.
Pemberian Analgesik
a. Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas dan
keparahan sebelum
pengobatan.
b. Berikan obat dengan prinsip
5 benar.
c. Cek riwayat alergi obat.
d. Libatkan klien dalam
pemilihan anagetik yang
akan digunakan.
e. Pilih analgetik secara tepat
atau kombinasi lebih dari
satu analgetik jika telah
diresepkan.
26
2. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung
jantung keperawatan selama ...x24
berhubungan jam klien menunjukan curah a. Evaluasi adanya nyeri
dengan hilangnya jantung adekuat, dengan dada(intensitas, lokasi,
kontraktilitas kriteria: radiasi, durasi dan faktor
miokardium. pencetus nyeri).
a. Tekanan darah dalam b. Lakukan penilaiaan
rentang normal. komrehensif terhadap
b. Denyut jantung sirkulasi perifer (misalnya,
dalam batas normal. cek nadi perifer, edema,
c. Hipotensi ortostatik pengisisan kapiler, dan suhu
tidak ada, nasi perifer ektrimitasi).
kuat. c. Dokumentasikan adanya
d. Bunyi napas normal. disritmia jantung
e. Menunjukan d. Catat tanda dan gejala
peningkatan toleransi penurunan curah jantung
terhadap aktivitas. e. Observasi TTV
f. Nadi perifer kuat f. Observasi status
g. Ukuran jantung kardiovaskular
normal g. Observasi distritmia jantung
h. Tidak ada distensi termasuk gangguan irama
vena juguaris dan konduksi
i. Tidak ada disritmia h. Observasi status respirasi
j. Tidak ada bunyi terhadap gejala gagal jantung
jantung abnormal i. Observasi keseimbangan
k. Tidak ada angina cairan.
l. Tidak ada edema j. Kenali adanya perubahan
perifer dan edema tekanan darah
pulmonal k. Kenali pengaruh psikologis
m. Tidak ada diaporesis yang mendasari kondisi
n. Tidak ada mual klien.
o. Tidak ada kelelahan l. Evaluasi respon klien
terhadap distritmia.
m. Kolaborasi dalam pemberian
terapi antiaritmia sesuai
kebutuhan.
n. Observasi respon klien
terhadap pemberian terapi
27
antiaritmia.
o. Instruksikan klien dan
keluarga tentang pembatasan
aktivitas.
p. Tentukan periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan.
q. Observasi toleransi klien
terhadap aktivitas.
r. Observasi adanya dispnea,
kelelahan, takipnea dan
ortopnea.
s. Anjurkan untuk mengurangi
stres.
t. Ciptakan hubungan yang
saling mendukung antara
klien dan keluarga.
u. Anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada.
v. Tawarkan dukungan spiritual
untuk klien dan keluarga.
28
irama dalam batas dispnea, diaporesis, pucat,
normal. tekanan hemodinamik dan
c. Memprtahankan frekuensi pernapasan.
warna dan f. Batasi stimulus lingkungan
kehangatan kulit (mis: pencahayaan dan
dengan aktivitas. kegaduhan)
d. EKG dalam batas g. Anjurkan untuk melakukan
normal periode istirahat dan
e. Melaporkan aktivitas.
peningkatan aktivitas h. Rencanakan periode aktivitas
harian. saat klien memiliki banyak
tenaga.
i. Hindari aktivitas selama
periode istirahat.
j. Bantu klien untuk bangun
dari tempat tidur atau duduk
di samping tempat tidur atau
berjalan.
k. Anjurkan klien untuk
melakukan aktivitas harian
sesuai sumber energi.
l. Ajarkan klien dan keluarga
teknik untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari yang
dapat meminimalkan
penggunaan oksigen.
m. Instruksikan klien atau
keluarga untuk mengenal
tanda dan gejala kelelahan
yang memerlukan
pengurangan aktivitas.
n. Bantu klien atau keluarga
untuk menentukkan tujuan
aktivitas yang realistis.
o. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang lebih disukai.
p. Anjurkan klien untuk
29
memilih aktivitas yang
sesuai dengan daya tahan
tubuh.
q. Evaluasi program penigkatan
tingkat aktivitas.
Terapi aktivitas:
a. Tentukan komitmen klien
untuk peningkatan
frekuensi atau rentang
aktivitas .
b. Bantu klien untuk
mengungkapkan
kebiasaan aktivitas paling
berarti dan/ aktivitas
kesukaan di waktu luang.
c. Bantu klien untuk
memilih aktivitas yang
konsisten dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial.
d. Bantu klien untuk
memfokuskan apa yang
dilakukan bukan
kekurangan.
e. Bantu klien mendapatkan
transportasi, untuk
beraktivitas yang sesuai.
f. Bantu klien untuk
mengidentifikasi pilihan
aktivitas.
g. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang berarti.
h. Bantu klien untuk
menjadwalkan periode
khusus untuk hiburan
diluar aktivitas rutin.
30
i. Bantu klien atau keluarga
untuk menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi
keinginan beraktivitas.
j. Berikan penguatan positif
terhadap partisipasi klien
dalam beraktivitas.
k. Observasi respon emosi
fisik, sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas.
Cemas Setelah dilakukan asuhan Menurunkan cemas:
4. berhubungan keperawatan selama ...x24
dengan situasi jam klien mampu a. tenangkan pasien.
yang tidak dikenal mengontrol cemas, dengan b. Jelaskan seluruh prosedur
yang tidak dapat kriteria; tindakan kepada pasien dan
diperkirakan, takut perasaan yang mungkin
akan kematian a. Observasi intensitas muncul pada saat melakukan
cemas. tindakan.
b. Menurunkan stimulus c. Berusaha memahami
lingkungan ketika keadaan pasien.
cemas. d. Berikan informasi tentang
c. Mencari informasi diagnossa prognosis dan
yang menurunkan tindakan.
cemas. e. Dampingi klien untuk
d. Gunakan strategi mengurangi kecemasan dan
koping efektif. meningkatkan kenyamanan.
e. Menggunakan teknik f. Motivasi klien untuk
relaksasi untuk menyampaikan tentang isi
menurunkan cemas. perasaan.
f. Mempertahankan g. Kaji tingkat kecemasan.
hubungan sosial. h. Dengarkan dengan penuh
g. Mempertahankan perhatian.
konsentrasi. i. Ciptakan hubungan saling
h. Melaporkan tidur percaya.
adekuat. j. Bantu klien menjelaskan
i. Respon untuk keadaan yang dapat
mengontrol cemas. menimbulkan kecemasan.
31
j. tenang k. Bantu klien untuk
mengungkapkan hal yang
embuat cemas.
l. Ajarkan klien teknik
relaksasi.
m. Berikan obat yang
mengurangi cemas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS
Kasus Terkait :
32
mengatakan dia memilki riwayat anginapectoris dan Hipertensi, klien juga
memiliki berat badan berlebih namun pada akhir-akhir ini mengalami
penurunan sebesar 10 pon dan ia jarang berolaraga. Klien juga mengalami
stres yang disebebkan oleh ke 3 anak remajanya yang selalu membuat
masalah dan merasa sedih karena baru-baru ini kehilangan sahabat dan mitra
kerjanya yang meninggal akibat kanker. Tanda –tanda vital klien adalah TD:
165/100 (normal: 120/80 mmhg), Nadi: 120 x/menit (normal: 60-100
x/menit), RR: 26 x/menit napas pendek (normal:12-20x/menit), CK-MB
(kreatinin kinase-Myocrdial Band) meningkat, kolesterol 350 mg/dl (normal:
< 200 mg/dl).
A. Pengkajian
I. Identifikasi
Nama initial : Tn M
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : pengusaha
II. Pengkajian Pola Kesehatan Menurut Gordon
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a) Keluhan utama :klien mengeluh
nyeri dibagian sternum seperti tertekan
di bagian substernal yatitu dibagian
lengan bawah.
b) Riwayat penyakit sekarang
:klien mengatakan merasa sakit
di lengan kiri bagian bawah, merasa
pusing dan mual. TTV klien : TD :
165/100 mmHg (120/80 mmHg), nadi
33
120 x/menit (60-100x/menit), RR 26
x/menit (12-20x/menit) napas pendek,
kolesterol 350 mg/dl (<200 mg/dl),
CK-MB meningkat.
c) Riwayat penyakit terdahulu :Klien
mengatakan memiliki riwayat penyakit
anginapectoris dan hipertensi.
d) Riwayat kesehatan keluarga : Klien
tidak memiliki riwayat penyakit
keluarga.
2. Pola nutrisi dan metabolic
DS: Klien mengatakan suka mengkonsumsi makanan berlemak tinggi dan
makanan yang tinggi garam
DO: Klien tampak memiliki berat badan berlebih (obesitas), kolesterol 350
mg/dl (< 200 mg/dl) dank lien juga ada riwayat penyakit hipertensi
3. Pola eliminasi
DS: Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan pola eliminasi BAB
atau BAK ….
DO:Klien tidak menggunakan kateter
4. Pola aktivitas dan latihan
DS: Klien mengatakan jarang berolahraga dan ketika berolahraga klien
akan cepat merasa sesak
Klien mengatakan aktivitas yang dapat dilakukan adalah makan dan tidur
dan yang tidak bisa dilakukan adalah olahraga, jalan-jalan, dan lain-lain.
DO: klien tampak lemas dan obesitas
5. Pola tidur dan istirahat
DS: Klien mengatakan sulit tidur karena nyeri dibagian substernal sternum
dilengan kiri
DO: Klien terlihat kurang tidur
6. Pola persepsi kognitif
34
DS: Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya karena klien
sebelumnya memiliki penyakit Hipertensi dan Angina Pectoris
P: nyeri ketika tidur dan beraktivitas
Q: nyeri seperti tertekan
R: letaknya substernal lengan belakang bagian kiri bawah dan ekstermitas
kiri atas bagian kiri
S: skala nyeri 7
T: ketika saat tidur dan beraktivitas dan lamanya 3-5 menit
DO: klien tampak meringis
7. Pola persepsi dan konsep diri
DS: Klien mengatakan sebelum sakit memilki hubungan yang baik dengan
orang lain dan tidak ada gangguan gambaran diri ataupun citra diri dan juga
fungsi peran tetapi ketika sakit klien mengatakan dia jarang berinteraksi
dengan orang lain dan dia merasa jelek karena sakit yang dialaminya dan
juga fungsi peran dalam keluarganya dia merasa sangat tidak bisa
menjalankan aktivitas seperti biasanya.
DO: klien tampak sedih dan kurang semangat
8.Pola peran dan hubungan dengan sesame
DS: klien mengatakan pola hubungannya kurang baik, terutama dengan ke
3 anaknya yang selalu membuat masalah dan stres.
DO: Klien tampak stres
8. Pola reproduksi dan seksual
DS: Klien mengatakan ketika sebelum sakit pola seksualnya tidak ada
masalah tetapi ketika dalam keadaan sakit sekarang dia mengatakan pola
seksualnya bermasalah karena dia lemas dan cepat merasa nyeri yang
datang secara tiba-tiba sehingga tidak bisa memenuhi segala kebutuhannya.
DO: Klien tampak lemas
9. Pola nilai dan kepercayaan
35
DS: Klien mengatakan dia tidak percaya jikalau penyakitnya dapat sembuh
total karena penyakit yang di alaminya sangat parah dan sulit sekai untuk di
cegah apalagi berkaitan dengan nyeri tekan yang dirasakan.
DO: Klien tampak sedih
III. Pemeriksaan penunjang
- CK-MB (kreatinin kinase-Myocardial Band) meningkat
- Kolesterol 350 mg/d
Pemeriksaan fisik:
Analisis Data
Kontraktilitas jantung
menurun
40
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iskemiamiokart akibat sumbatan arteri coroner
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Resiko penurunanan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas
jantung.
Diagnosa Implementasi
keperawatan Tujuan (NIC) Intervensi (NIC) Rasional
(NANDA)
41
obat
Nadi:60-100
4.Nitroglosin Nitroglosin
x/menit 4.Kolaborasi
(nitrogliserin) intra dapat
dengan dokter
vena. fasolidilator mengurangi
dalam
untuk menglebarkan serangan nyeri
P: nyeri ketika pemberian
pembuluh darah angina pectoris
tidurdan analgesik.
Terapi morfin 2 sampai dan morfin
beraktivitas
4 x intra vena 95 menit meredahkan
Q: nyeri seperti
untuk nyeri nyeri
tertekan
Aspirin: antiinflamasi Untuk
R:letaknya
analgetik mengencerkan
substernal lengan
Retaplase: fibrinolotik darah
belakang bagian
kiri bawah dan
ekstermitas kiri
atas bagian kiri
S: skala nyeri 7
T: ketika saat tidur
dan beraktivitas
dan lamanya 3-5
meniT
Suhu 36o-37,5oc
42
keefektivan pola klien.
nafas dengan 3.Memberi terapi medis Mengefektifka
kriteria hasil: 3.Kolaborasi dengan terapi oksigen n pola nafas
medis dengan
Klien tidak nasal kanul 1-2 klien.
pemberian terapi
merasa oksigen liter/menit
sesak,RR 12-20
x/menit.
44
mg/dl (<200 kesadaran Fibrinulotik terkena
mg/dl), CK-MB seranganjantung
meningkat
-Tidak kesulitan
bernapas
D. Terapi medis
1. Morfin 2 sampai 4 x intra vena 5 menit untuk nyeri dada
Defenisi : Morfin adalah jenis obat yang masuk kedalam analgesik opium
atau narkotik.
Indikasi : Obat ini digunakan untuk mengatasi rasa sakit yang terbilang
parah dan berkepanjangan atau kronis, seperti kanker
stadium lanjut.
Kontraindikasi :
Efek samping :
Mengantuk, pusing atau sakit kepala, mual, sembelit, sulit buang air
kecil, gangguan tidur, mulut terasa kering tubuh berkeringat.
Kontraindikasi :
46
d. Perikarditis konstriktif, stenosis mitral, paru beracun
edema, trauma kepala, pendaharan otak.
e. Penyakit serebrovaskuler
f. Anemia
Efek samping :
3. Oksigen 2 liter/menit
4. ASA (Aspirin) 325 mg/hari
Golongan antipiretik, analgesik dan antiinflamasi
Defenisi : adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering
digunakan sebagai senyawa analgesik, antipiretik, dan
47
antiinflamasi dan sebagai antitrombotit pada stroke dan
serangan janrung.
Indikasi : Mengatasi demam, peradangan tulang dan sendi, mengatasi
serangan jantung dan stroke.
Kontraindikasi:
a. Memiliki ulkus peptikum atau tukak lambung
b. Hemofilia atau kelainan pendarahan lainnya
c. Peminum alkohol
d. Sedang menjalani perawatan gigi atau bedah.
e. Memiliki gangguan hati dan ginjal
f. Memiliki alergi terhadap asetosal
Efek samping :
g. Iritasi pada lambung atau usus
h. Gangguan pencernaan
i. Mual
j. Muntah
k. Memar
5. Reteplase IV
Golongan obat Fibrinulotik
Defenisis : adalah obat trombolitik yang digunakan untuk mengencerkan
pembekuan darah.
Indikasi : Obat ini umumnya digunakan untuk meningkatkan fungsi
jantung dan mencegah gagal jantung kongestif atau
kematian pada orang yang terkena seranganjantung.
Kontraindikasi : Jangan minum obat ini dengan heparin dan tidak diberikan
kepada anak-anak.
Efek samping :
- Gatal-gatal, kesulitan bernafas, pembengkakan wajah, bibir, lidah atau
tenggorokan (efek samping serius : Mati rasa atau kelemahan mendadak,
48
trauma pada salah satu sisi tubuh, sakit kepala mendadak, linglung,
gangguan pada penglihatan.)
BAB IV
PEMBAHASAAN TEORI
Tn. M Mengidap penyakit jantung coroner dengan faktor resiko :
1. obesitas, karena pola makan yang tidak dikontrol, adanya penumpukan
kolesterol dalam pembuluh darah dan tigliserida yang tinggi.
2. Kurangnya olahraga
3. Hipertensi dengan tekanan darah 165/100 mmHg
4. Dypnea ditandai dengan RR: 26x/menit disertai dengan nafas pendek
5. Tidak dapat mengontrol stress
49
Karena itu masalah yang dihadapi oleh Tn. M Adalah sakit lengan bagan kiri, ketidak
efektifan pola nafas dan intoleransi aktivitas. Komplikasinya gagal jantung, angina,
serangan jantung, gangguan irama jantung.
BAB V
PENUTUP
4.1 kesimpulan
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran atau
pengusaha dibandingkan dengan pekerja kasar. Terdapat prbedaan yang
50
signifikan kadar kolesterol pada pekerja kantoran atau pengusaha dan pekerja
kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan control
terhadap kadar kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi
rendah kolesterol. Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk menjaga
kelancaran peredaran darah dan keseimbangan metabolisme.
4.2 Saran
Penyakit jantung coroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya
kepada usia lanjut saja, namun pada usia yang sangat muda sekalipun penyakit
jantung dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit
berbahaya ini maka kita harus mulai dengan berprilaku hidup sehat.
Daftar pustaka
51
52