Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan dimana terjadi penyempitan,
penyumbatan, atau kelaina pembuluh darah koroner. Penyempitan atau
penyumabta ini dapat dimenghentikan aliran darah keotot jantung yang sering
ditandai dengan rasa nyeri. Kondisi lebih parah kemampuan jantung memompa
darah akan hilang, sehingga sistem kontrol irama jantung akan terganggu dan
selanjutnya bisa menyebabkan kematian.
Penyakit jantung adalah penyakit yang menggangu sistem pembuluh darah.
Penyakit jantung akibat proses berkelanjutan dimana jantung secara perlahan
akan kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsinya secara normal,
untuk perlunya penatalaksanaan nutrisis bagi pasien jantung dengan tujuan
memberikan makanan secukupnyatanpa memberikan kerja jantung, menurunkan
bert badan apa bila mengalami kegemukan dan mencegah atau menghilangkan
penimbunan garam atau air.
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung .
organ tersebut mwemiliki fngsi memompadarh keseluruh tubuh. Kelainan pada
organ tersebut daapt menyebabkan penyempitan darah arteri ke otot jantung
secara optimal. Penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh pengendapan
kalsium dan endapan warena bewerana kunig yang dikenal dengan ateroklerosis
(Soeharto,2001).
Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskuler saat ini
merupakan salah satu penyebab utama dan peratama kematian dinegara maju dan
berkembang, termauk Indonesia. Paa tahun 2010, secara global penyakit ini akan
menyebab kematian pertama dinegra berkembang, menggantikan kematian akibat
infeksi. Diperkirakan bahawa diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi
pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36 % dari seluruh kematian , angka ini
dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker. Diindonesia dilaporkan
1
PJK (yang dikelompokan menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab
utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4% , angka ini empat
kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan
kata lain, lebih kurang satu diantara empat orang yang meninggal indonesiaadalah
akibat PJK. Berbagai faktor risiko mempunyai peran penting timbulnya PJK
mulai dari aspek metabolik, hemotasis, imunologi, injeksi, dan banyak faktor lain
yang saling terkait.
Faktor resiko penyakit jantung adalah umur, jenis kelamin, keturunan atau
genetik, kebiasaan merokok, aktivitas fisik yang kurang, obesitas, diabetes
mellitus, stress dan diet (kebiasaan atau pola makan). Faktor diet seperti asupan
asam lemak tidak jenuh tunggal, serat larut air, karbohidrat komplek dan diet
vegetarian akan berpengaruh positif terhadap peningkatan kadarkolesterol
HDLFaktor-faktor tersebut duduga dapat pengaruh terhadap kolesterol dalam
darah.
Konsumsi lemak yang berlebihan akan menyebabkan penigktan kadar
kolesterol darah. Berdasarkan penelitian Tuminah (2009), menebutkan bahawa
pola makan seperti konsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh , kolesterol, serta
kurangnya konsumsi karbohidrat merupakan faktor yang mempengaruhi kadar
HDL merupak faktor resiko PJK. Menurut yusuf dkk (2013), menayatakan
bahawa konsumsi lemak terutama asam lemak jenuh, kolesterol, serta kurang nya
konsumsi lemak terutama asam lemak jenuh, akan berpengaruh terhadap kadar
Low Density lipoprotein(LDL) yang menyebabkan darah mengumpal, selain itu
asam lemak jenuh mampu merusak dindig pembuluh darh areteri sehingga
menyebabkan penyempitan. Studi epidmiologi yang dilakukan Hardinsyah
(2011), membuktikan bahawa terdapat hubungan positif yang bermakna antara
konsumsi lemak, asam lemak jenuh menyebabkan hiperkolesterolyang merupakan
faktor resiko dari PJK.
Menurut Almatsier (2004) karakteristik dari diet jantung yaitu energy cukup ,
protein cukup, lemak sedang dan rendah garam. Karakteristik tersebut sangat
mempengaruhi citra rasa dari makanan dengan diet jantung , karateristik diet
2
jantung menjadikan makanan dengan diet jantung mempunyai citra rasa yang
kurang baik.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetian jantung coroner
2. Untuk mengetahui penyebab dan tanda serta gejala dari penyakit jantung
coroner
3. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien yang
mengalami penyakit jantung koroneer

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Jatung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya diatas,
dan puncaknya dibawah. Apeksnya (puncak) miring ke sebelah kiri. Berat jantung
ira-kira 300 gram (Evelyn C. Pearce 2011).
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks, dan ia
menempati rongga antara paru dan diafragma (Brunner dan Suddarth 2002).
Sindrom Koroner Akut ( SKA) merupakan kejadian kegawatan pembuluh darah
coroner (Andra, 2006).

Sindrom koroner akut (SKA) merupakan kejadian kegawatan pada pembuluh


darah koroner (Andra,2006). Istilah SKA banyak digunakan saat ini untuk
menggambarkan kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner. SKA merupakan
suatu sindrom yang terdiri atas beberapa penyakit koroner, yaitu angina tak stabil
(unstable angina), infark miokard non elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST,
maupun angina pektoris

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu bentuk penyakit


kardiovaskular yang menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. PJK adalah
suatu penyakit degeneratif yang berkaitan dengan gaya hidup, dan sosial ekonomi
masyarakat.

Penyempitan arteri koroner ini biasa disebut arteriosclerosis, dan salah satu
bentuk arteriosclerosis adalah penyempitan karena lemak jenuh, yang disebut
atherosclerosis. Dalam proses ini, lemak-lemak terkumpul di dinding arteri dan
penebalan ini menghasilkan permukaan yang kasar pada dinding arteri dan juga
penyempitan arteri koroner. Hal ini membuat kemungkinan adanya penggumpalan
darah pada bagian arteri yang menyempit ini. Jika darah terus menggumpal, maka
tidak ada lagi darah yang bisa mengalir karena darah ini diblok oleh gumpalan darah
yang sudah menjadi keras.

4
2.1.1 Anatomi jantung

Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri yang berfungsi membawa darah dari
jantung, kapiler yang berfungsi sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan
kimia antara darah dan jaringan dan vena, yang membawa darah dari kapiler
kembali ke jantung. Pembuluh darah terbesar adalah aorta.

Daerah dipertengahan dada di antara kedua paru disebut sebagai mediastinum.


Sebagian besar rongga mediastrinum ditempati oleh jantung, yang terbungkus dalam
kantung fribrosa tipis yang disebut pericardium. Pericardium melindungi permukaan
jantung agar dapat berfungsi dengan baik. Ruangan antara permukaan jantung dan
lapisan dalam pericardium berisi sejumlah kecil cairan, yang melumasi permukaan
dan mengurangi gesekan selama kontraksi otot jantung.
Kamar jantung. Sisi kiri dan sisi kanan jantung, masng-masing tersusun atas
dua kamar , atrium (jamak-atria) dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar
kanan dan kiri disebut septum. Venrtrikel adalah kamar yang menyeburrkan darah ke
arteri. Fungsi atrium adalah menampung darah yang datang dari vena dan bertindank
sebagai tempat penimbunan sementara sebelum kemudian dikosongkan ke ventrikel.
Hubungan ke empat kamar jantung dapat dilihat pada Gambar 26-1.

5
Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan beeban
kerja yang di perlukan oleh tiap kamar. Dinsing atrium lebih tipis daripada dinding
ventrikel karena rendahanya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan
darah dan kemudian menyealurkanya ke ventrikel. Karena ventrikel kiri mempunyai
beban kerja yang lebih berat di antara dua kamar bawah, maka tebalnya sekitar 2 1/2
lebih tebal disbanding dinding ventrikel kanan. Ventrikel kiri menyemburkan darah
melawan tahanaan sistemis yang tinggi, sementara ventrikel kanan melawan tekanan
rendah pembuluh darah paru.
Karena posisi jantung agak memutar dalam rongga dada, maka ventrikel
kanan terletak lebih ke anterior (tepat dibawah sternum) dan ventrikel kiri terletak
lebih ke posterior. Ventrikel kiri bertanggunng jawab atas terjadinya denyut apeks
atau titik pukulan maksimum (PMI), yang normalnya teraba di garis midklavikularis
dinding dada pada rongga interkosta ke-5.
Katup jantung. Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu
arah dalam jantung. Katup, yang tersusun atas bila-bila jaringan fibros, membuka dan
menutup secara pasif sebagai respon terhadap perubahan tekanan dan aliran darah.
Ada dua jenis katup: atrioventtrikularis dan seminularis.
Katup atriventrikularis. Katup yang memisahkan atrium dan ventrikel
disebut sebagai katup atrioventrikularis. Katup trikuspidalis, dinamakan demikian
karena tersusun atas 3 kuspis atau daun, memisahkan atrium kanan dan ventrikel
kanan. Katup mitral atau bikuspidalis (dua kuspis) terletak antara atrium ventrikel
kiri.(liha gambar. 26-1).

Normalnya, ketika ventriel berkontraksi, tekanan ventrikel akan mendorong


daun-daun katup atrioventrikuaris ke atas kerongga atrium. Jika terdapat tekanan
cukup kuat untuk mendesak katup, darah akan disemburkan kebelakang dari vetrikel
ke atrium. Otot papilaris dan korda tndinea bertenggug jawab menjaga alran darah
tetap menuju kesatu arah melalui katup atrioventrikularis. Otot papilaris adalah
bundle otot yang terletak dindig ventrikel. Korda tendinea adalah pita fibrosa yang
memanjang dari otot papilaris ke tepi bilah katup, berfungsi menarik tepi bebas katup

6
dinding ventrikel. Kontaksi otot papilaris ketepi bilah katup, berfungsi menarik tepi
bebas katup ke dinding ventrikel. Kontraksi otot papilaris mengakibatkan korda
tendinea menjai tegang. Hal ini menjaga daun katup menutup, menjega aliran balik
darah. Otot papilaris dan korda tendinea hanya terdapa pada katup mitral dan
trikusidalis an tidak terdapat di katup semilunaris.Katup seminularis.

Katup seminularis terletak di antara tiap ventrikel dan arteri yang bersangkutan.
Katu anara ventrikel kanan dan arteri pulmunalis disebut katup pulmunalis; katup
antara ventrikel kiri dan aorta dinamakan katup aorta. Katup seminularis normalnya
tersusun atas tiga kuspis, yang berfungs engan baik tanpa otot papilatis dan korda
tendinea. Tidap terdapat antara vena-vena besar dan atrium.

Arteri koronaria. Ateri oronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung,
yang mempunyai otot jantung, yang mempunyai kebutuhan metaboilisme tinggi
terhadap oksigen dan nutrisi(gbr. 26-2).

Jantung menggunakan 70 % samaapi 80% oksigen yang dihantarkan melalui;


artero koronaria ; sebagai perbandingan, organ lain hanya menggunakan rata-rata
seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koronari muncul dari aorta dari hulunya
di ventrikel kiri. Dinddng sisi kiri disuplai dengan bagian yag lebih banyak melalui
areteria kronaria areteri korornari utama kiri, yang kemudian terpecah dua cabang
7
besar ke bawah (arteri desendes anterio sinistra) melintang (arteri sirkulfeleksa)
sisi koro jantung. Jantng kana dipasok sertai itu pula dari arteri koronaria dekstra.
seperti aterti lain , ateri koronari diperfusi selama diasolik.

Otot jantung. Khusus otot khusus yang menyususn dinding jantung


dinamakan otot jantung. Secara mikroskopis, otot jantung mirrip otot serat lurik
(skelet), yang berada dibawah control kesadaran. Namun secara fungsional, otot
jantung menyerupai otot polos karena sifatnya volunteer.

Serat otot jantung tersusun secara interkoneksi (sebut sinsitium). Sehingga


dapat berkontraksi dan berelaksasi secara terkordinasi. Pola urutan kontraksi dan
relaksasi tiap-tiap serabut otot akan memastikan kelakukan ritmik otot jantung
sebagai satu keseluruhan dan memungkinkannya berfungsi sebagai pompa. Otot
jantung itu sendiri dinamakan miokardium. Lapisan dalam miokardium, yang
berhubungan langsung dengan darah dinamakan endocardium, dan lapisan sel
dibagian luar dinamakan epikardium.

2.1.2 Sistem Hantaran Jantung

Sel-sel otot jantung mempunyai kerja ritmik inheren ( ritmisitas), yang dapat
di gambarkan dengan adanya kenyataan bahwa bilah satu bagian miokarrbium
diambil ,maka jantung akan tetap berkontraksi secara ritmis jika tetap dijaga dalam
kondisi yang memadai.Tetapi,atrium dan ventrikel harus berkontraksi secara
berurutan agar aliran darah dapat efektif.kontraksi yang teratur terjadi karena sel-sel
kusus dalam sistem hantaran secara metodis membangkitkan dan menghantarkan
impuls listrik kesel-sel miokardum.

2.1.3 Fisiologi jantung

Selintas elektrofisiologi:

Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium,
kalium dan kalsium) bergerak menembus membran sel. Perbedaan muataan listrik
8
yang tercatat dalam sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan pontesial aksi
jantung.

Pada keadaan istirahat, otot jantung teradapat dalam keadaan terpolarisasi,


artinya terdapat perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membrane yang
bermuatan negative dan bagian luar yang bermuatan positif. Siklus jantung bermula
saat dillepaskanya ilmplus listrik, mulailah fase dipolarisasi. Permeabilitas membrane
sel berubah dan ion bergerak melintasi (gambar 26-4). Dengan bergeraknya ion ke
dalam sel maka bagian dalam sel akan menjadi positif. Kontarkasi otot terjadi seelah
dipolarisasi. Sel otot jantung normalnya akan mengalami depolarisasi. Ketika sel-sel
tetangganya mengalami depolarisasi (meskiu dapat juga terdeporlaisasi akibat
stimulasi listrik ekstrenal) depolarisasi sebuah sel sistem hantaran khusus yang
memadai akan mengakibatkan depolarisasi akan mengakibatkan depolarisasi seluruh
miokardium. Depolarisasi terjadi saat sel kemabli keadaan dasar (menjadi lebih
negative), dan sesuai dengan relaksasi otot miokardium.

9
2.2 Etiologi

Rilantono (1996) mengatakan sumber masalah sesungguhnya hanya


terletakpada penyempitan pembuluh darah jantung (vasokonstriksi). Penyempitan
ini diakibatkan oleh empat hal berikut:
1. Adanya timbunan lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat
konsumsi kolesterol tinggi.
2. Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus)
3. Vasokontriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang terus
menerus.
4. Infeksi pada pembuluh darah.
Wasid (2007) menanbahkan mulai terjadinya SKA dipengaruhi oleh
beberapa keadaan, yaitu aktivitas/latihan fisik yang berlebihan (tidak
terkondisikan), stres emosi, terkejut, udara dingin. Keadaan tersebut ada
hubungannya dengan peningkatan aktivitas simpatis sehingga tekanan
darah meningkat, frekuensi debar jantung meningkat, dan kontraktilitas
jantung meningkat.
Beberapa hal berperan dalam pembentukan plak diarteri coroner.
Peningkatan resiko terjadinya penyakit arteri coroner (PAK) dan penyakit
jantung coroner (PJK ) dihubungkan dengan beberapa kondisi tertentu: diabetes
hipertensi, hiperlidemia familial, hiperkolesterolimia, penyaki ginjal kronis, dan
kondisi autonum seperti rheumatoid artritis, dan obesitas sentral.
Sebagian besar factor resiko kardiovaskuler dapat dimodifikasi dengan diet,
olahraga, obat-obatan dan piliha gaya hidup, yang dapat mengopensasi sebagian
factor resiko yang tidak dapat dimodifikasi. Sebagai contoh, wantita dengan
diabetes memiliki resiko untuk pria, tetapi jika control gula darah secara ketat
dapat dipertahankan, resiko menjadi hampir seperti populasi pada umumnya.
Sindrom metabolic, masalah, masalah kesehatan yang meningkat dengan cepat di
Amerika serikat, didefinisikan sebagai adanya tiga atau lebih kondisi berikut:
10
 Hipertensi
 Peningkatan trigliserida serum
 Penurunan HDL (High Density Lipoprotein)
 Peningkatan glukosa serum
 Obesitas sentral (peningkatan lingkar pinggang)
Sindrom metabolic dapat menyebabkan penyakit kardiofaskuler dan kematian dini
khususnya pada wanita. Kombinasi yang berbeda dari komponen sindrom metabolic
menghasilkan berbagai tingkat resiko, yang paling besar terjadi ketika ke lima komponen
tersebut ada. Tambahan adanya ketergantungan pada nikotin dapat mempercepat
enyakit kardiovaskuler.

Factor resiko Tidak dapat dimodifikasi


Rasional

Usia Semakin lama kita hidup, semakin banyak waktu untuk


terbentuk plak

Jenis kelamin Pria mengalami peningkatan resiko, tetapi wanita


mendekati resiko yang sama setelah menopause. Esrogen
diperkirakan memiliki sifat kardioproktetif, meskipun
penelitian saat ini tidak mendukung teori ini. Saat ini
belum jelas mengapa wanita setelah menopause
mengalami peningkatan resiko terjadinya infark
miokardium.

Keturunan Beberapa keluarga mudah mengalami pembentukan plak


dari arteri coroner mereka

11
Factor resiko Dapat dimodifikasi
Rasional

Hiperglikemia Kadar gula darah tinggi merusak pembuluh

hiperttensi Setiap hal yang merusak lapisan endothelial mempercepat


pengerasan arteri. Hipertensi merusak lapisan endotelias
pembuluh darah.

Hyperlipidemia Diet tinggi lemak menyebabkab peningkattan LDL (kolesterol


jahat) hal ini mempercepat pengerasan pembuluh darah arteri.

Merokok sigaret Meningkatkan LDL dan menurunkan HDL dengan demikian


meningkatkan lapisan lemak di pembuluh darah. Nikotin
merusak vasokonstriktor kuat yang menurunkan aliran darah ke
jantung dan karbon monoksida, lebih lajut menurunkan
Gaya hidup pengiriman oksigen miokardium karena perpindahan molekul
sendentari oksigen.
Tidak beraktivitas meningkatkan LDL dan menurunkan HDL
(kolesterol baik).

Gaya hidup Gaya hidup beisi stressor disertai mekanisme koping yang tidak
hipertensif efektif dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Obesitas Peningkatan jaringan adipose, khususnya disekitar tengah bagian


abdomen/ viseral tubuh, dikaitan dengan peningkatan resiko terjadinya PAK.

2.3 Patofisiologi

12
Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner Aterosklerosis atau pengerasan arteri
adalah kondisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai penimbunan endapan
lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika
intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos).
Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri
sereberal. Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan
disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera
pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan
permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan
triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak
menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh
darah.

Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun, termasuk
menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit ke area
cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang kemudian
memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area
lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan
senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant (penarik kimia) yang
mengaktifkan siklus inflamasi, 3 pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke
area cedera, sal darah putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif
endotelial yang bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap
sel darah putih, pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil
mulai berimigrasi di antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang
interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap
melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori
juga merangsan ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos
tumbuh di tunika intima.

Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima karena
permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan
13
teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut,
agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah (tombus),
sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga mengubah
struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan
lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan bekuan yang berasal
dari trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh mengalami
kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner
akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai
darah) miokardium dan sel-sel miokardium sehingga menggunakan glikolisis
anerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini
sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga
menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan
angina pectoris. Ketika kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung
berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian
otot jantung yang di kenal sebagai miokard infark. Patofisiologi Penyakit Jantung
Koroner zat masuk arteri Arteri Proinflamatori Permeabelitas Reaksi inflamasi
Cedera sel endotel Sel darah putih menempel di arteri imigrasi keruang interstisial
pembuluh kaku & sempit Aliran darah Pembentukan Trombus monosit 4
makrofag Lapisan lemak sel otot polos tumbuh Nyeri Asam laktat terbentuk

2.4 Manifestasi Klinis


Gejalah syndrom koroner akut berupa keluhan nyeri ditengan dada, seperti rasa
ditekan, rasa diremas-remas, menjalar ke leher, lengan kiri dan kanan, serta ulu hati,
rasa terbakar dan sesak napas dan keringat dingin dan keluhan nyeri ini dapat
merambat kekedua rahang gigi kanan atau kiri, bahu, serta punggung. Lebih
spesifik ada juga yang disertai kembung pada ulu hati seperti masuk angin atau
maag(Rilantoro,1996).
Tapan (2002) menambakan gejalah klinis SKA meliputi:

14
Rasa nyeri, terjepit, kram, rasa berat atau rasa terbakar didada. Lokasi nyeri
biasanya berada di sisi tengah atau kiri dada dan berlangsung lebih dari 20
menit. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke rahang bawa, leher, bahu dan lengan
serta ke punggung. Nyeri dapat timbul pada waktu istirahat. Nyeri ini dapat
pula timbul pada penderita yang sebelumnya belum pernah mengalami hal ini
atau pada penderita yang perna mengalami angina, namun pada kali ini pola
serangannya menjadih lebih berat atau lebih sering.
Selain gejalah yang khas diatas, dapat juga terjadi penderita hanya
mengeluh seolah pencernaannya terganggu atau hanya berupa nyeri yang
terasa di ulu hati. Keluhan ini dapat disertai dengan sesak, muntah dan
keringat dingin.
2.5 Komplikasi
Penyakit jantung koroner yang tidak ditangani dengan baik dan cepat akan
memicu sejumlah komplikasi seperti:
a. Angina
Angina atau nyeri dada disebabkan oleh menyempitnya arteri, sehinggah
jantung tidak mendapat cukup darah.
b. Serangan jantung
Komplikasi ini terjadi bila arteri tersumbat sepenuhnya, akibat
penumpukan lemak atau gumpalan darah. Kondisi ini akan merusak otot
jantung.
c. Gagal jantung
Gagal jantung terjadi apabila jantung tidak cukup kuat memompa darah.
Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan
jantung.
d. Ganguan irama jantung (aritmia)
Kurangnya suplay darah ke jantung atau kerusakan pada jantung akan
mempengaruhi impuls listrik jantung, sehingga memicu aritmia.

15
2.6 Patoflodiagram Teori
Faktor pencetus

Dapat di modifikasi Tidak dapat dimodifikasi

Hipertensi Obesitas Merokok Usia,jenis kelamin,gen,ras

Penumpukan
Vasospasme
plak di arteri
koroner
Pelepasan mediator
faktor endotel

Penyempiyan PD
arteri koroner

Penurunan aliran Darah


dan O2 ke jantung

Iskemia otot
jantung

Seluler Ketidakseimban Kekurangan


hipoksisa gan suplai 02 O2(hipoksia)

Metabolisme
Integritas MK: Intoleransi
anaerob
memberan aktivitas
sel menurun
Peningkatan
asam laktat
Kontraktilitas MK:
jantung menurun Penurunan MK. Takut akan Mk: nyeri akut
curah Ansietas kematian
jantung

MK:
Penurunan MK. 16
curah Ansietas
jantung
MK: Intoleransi Mk: nyeri akut
aktivitas

Tanda & gejalah Tanda & gejalah Tanda & gejalah tanda & g
Angina -Kelemahan -Pusing -Sakit disebagian
Kecemasan, gelisah -Tidak bisa beraktivitas – Berkeringat anggota tubuh
Perubahan tingkat kesadaran -Pusing - Dyspnea
Dyspnea, ortopnea, takipnea
Berkurangnya aktivitas
NOC: NOC: NOC: NOC :

-Tekanan darah dalam -Klien dapat -Observasi intensitas -Mengontrol nyeri,


rentang normal. menunjukkan aktivitas cemas. dengan faktor
yang sesuai dengan -Menurunkan stimulus penyebab dan
-Denyut jantung peningkatan nadi lingkungan ketika cemas. tindakan untuk
normal. -Mencari informasi yang mencegah nyeri.
NIC: menurunkan cemas. -Menunjukan teknik
NIC:
relaksasi yang efektif
-Tentukan keterbatasan NIC :
-Penilaian komperhensif untuk meningkatkan
klien terhadap aktivitas. -Tenangkan pasien.
terhadap sirkulasi kenyamanan.
perifer -Tentukan penyebab -Jelaskan seluruh NIC: Kaji nyeri secara
klien kelelahan.
-Dokumentasikan prosedur tindakan komperhensif,meliputi
adanya disritmia kepada pasien dan lokasikasi,
-Motivasi klien untuk
jantung perasaan yang mungkin karakteristik, dan
mengungkapkan
muncul pada saat awitan, durasi,
-Catat tanda dan gejala perasaannya terhadap
melakukan tindakan. frekuensi, kualitas,
keterbatasan.
penurunan curah intensitas/beratnya
nyeri dan faktor
jantung
presipitasi

Patway kasus

Hipertensi 17
Hiperkolesterolmia Stres
& obesitas

Vasopasme Adrenalin
Penumpukan plak meningkat
di arteri koroner
Pelepasan faktor
mediator endotel Peningkatan
Penyempitan PD
detak jantung
arteri koroner

Aliran darah dan O2 ke


jantung berkurang

Iskemia jantung

Ketdkseimbanga MK: intoleransi


n suplai O2 aktivitas
Tanda & gejalah
Kekurangan
MK: ketdkefektifan O2(HIPOKSIA) a.lemah
pola nafas b.pusing
Metabolisme
anaerob
Tnda dan gjalah
a. Nafas pndek
Angina pektoris
b.RR 26 x/mnit pectoris
c.Sesak MK: nyeri
akut
Tanda & gejalah
a.sakit dibagian lengan kiri
b.serasa ditusuk-tusuk

MK: ketdkefektifan MK: nyeri akut MK: intoleransi


18
pola nafas aktivitas
NOC: NOC:
NOC :
-Klien menunjukan -Mengontrol nyeri, -Klien dapat menunjukkan
keefektivan pola nafas dengan faktor penyebab aktivitas yang sesuai dengan
dan tindakan untuk peningkatan nadi
dengan kriteria hasil:
mencegah nyeri.
-Menunjukan teknik NIC:
-Klien tidak merasa
relaksasi yang efektif
sesak,RR 12-20 x/menit. -Tentukan keterbatasan
untuk meningkatkan
kenyamanan. klien terhadap aktivitas.
NIC:
-Tentukan penyebab klien
-Auskultasi suara nafas, NIC:
catat adanya suara kelelahan.
-Pantau TTV dan skala
tambahan
nyeri. -Motivasi klien untuk
-Monitor respirasi dan -Ajarkan teknik relaksasi mengungkapkan
status O2 perasaannya terhadap
dan distraksi kepada
-Kolaborasi medis keterbatasan.
klien.Kolaborasi medis
dengan pemberian
terapi oksigen dengan pemberian
terapi oksigen

2.7 Pemeriksaan diagnostic


Wasid (2007) mengatakan cara mendiagnostik IMA, ada 3 komponen yang
harus ditemukan:
1. Sakit dada
2. Perubahan EKG, berupa gambaran STEMI/NSTEMI dengan atau tanpa
gelombang Q patologik.
3. Peningkatan enzim jantung (paling sedikit 1,5 kali nilai batas atas normal)
terutama CKMB dan troponin-T /I, dimana troponin lenih spesifik untuk
nekrosis miokard. Nilai normal troponinialah 0,1-0,2 ng/dl dan dianggap
positif bila > 0,2 ng/dl.

2.8 Discharge palnning


19
Tujuan : meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan
Hasil yang di harapkan :
1. Pasien mengalami penurunan kemungkinan mengalami episode nyeri
angina
a. Melakukan aktivitas sedang
- Berpartisipasi dalam program aktivitas harian secara
teratur yang tidak menimbulkan nyeri dada, napas
pendek, dan kelelahan.
- Menghindari latihan yang memerlukan aktivitas
mendadak, menghindari segala bentuk latiahn
isometric.
- Menyelingi aktivitas dengan periode istirahat,
perasaan lelah adalah biasa dan sementara.
b. Menggunakan sumber dukungan yang memadai pada saat yang
penuh dengan stress, misalnya penasehat, perawat, dokter.
c. Menghindari makan yang berlebihan
- Makan dengan porsi yang lebih kecil, mungkin perlu
makan sering tetapi dengan porsi yang kecil untuk
mengurangi rasa lapar.
- Menhindari asupan kavein yang berlebihan (kopi,
minuman kola), yang dapat meningkatkan frekuensi
jantung dan menyebabkan angina
- Beristirahat dahulu selam 2 jam sebelum melakukan
latihan
d. Tidak menggunakn pil diit, dekongestan hidung, atau obat
bebas lainya yang dapat meningkatkan frekuensi jantung \
e. Berhenti merokok, karena merokok meningkatkan frekuensi
jantung, tekanan darah, dan kadar karbon monoksida darah.
f. Menhindari udara yang sangat dingin

20
- Mengenakan sapu tangan untuk menutupi hidung
atau mulut selam cuaca sangat dingin untuk
menghangatkan udara.
- Berjalan lebih lambat dalam cuaca dingin
- Berpakaian tebal saat musim dingin, termasuk
kepala, leher, dan penutup tangan.

2.9 Asuhan Keperawatan Teori


2.9.1 Pengkajian
Pengkajian pada pasien jantung coroner meliputi pengkajian aktivitas,
sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan, perawatan
neurosensory, nyeri, pernapasaan dan interaksi sosial. Pengkajian dilakukan
untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan fungsi manusia. Salah satu alat
pengkajian yang dapat digunakan adalah pengkajian 11 pola fungsi kesehata
menurut Gordon. Sebelas pola fungsi kesehatan tersebut meliputi: meliputi
pola presepsi dan manajeman kesehatan pola nutrisi dan metabolisme, pola
eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola presepsi kognitif, pola isirahat dan
tidur, pola presepsi diri dan konsep diri, pola hubungan dan peran, pola
seksualitas dan reproduksi, pola koping dan toleransi stress serta pola nilai
dan kepercayaan.
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien penyakit jantung
coroner untuk menilai kulitas hidup dan factor yang mempengaruhinya
meliputi;
1. Pengkajian pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas dan latihan merupakan ativitas kegiatan sehari-hari yang
membutuhkan pengeluaraan energy termasuk kebutuhan perawatan diri,
olahraga, san kegiatan rekreasi.
Pola aktivitas dan latihan yang dikaji pada pasien yang menderita
penyakit jantung coroner meliputi:
1) Kelemahan
21
2) Kelelahan
3) Tidak dapat tidur
4) Pola hidup menetap
5) Jadwal olahraga tidak teratur
6) Dyspnea pada saat istirahat atau beraktivitas
Selain itu, perlu dilakukan pengkajian apakah ada penurunan dalam
menjalankan aktivitas sehari-ahri seperti pekerjaan rumah
tangga,pekerjaan kantor, menaiki tangga, kegiatan seksual, menjalankan
hobbi, dan aktivitas fisik yang lain.
2. Pengakajian pola hubungan dan peran
Pola hubungan pran merupakan peran yang harus dijalankan dan
bagaimana hubungan dengan orang lain. Pola tersebut meliputi pola
hubungan komunikasi, interaksi dengan teman lain, dan keluarga serta
bagaimana hubungan sosial baik dukungan secara stuktural maupun
fungsional. Pengkajian dukungan secara structural dilakukan dengan
menilai kualitas dukungan yang tersedia, sedangkan dukungan fungsional
dengan menilai emosi, informasi, dan dukungan material.
3. Pengkajian pola koping dan tolernasi terhadap stress
Pengkajian mekanisme koping dan toleransi terhadap stress dengan
menanyakan bagaimana pasien menggunakan mekanisme koping, koping
yang digunakan mengganggu atau menghalangi perilaku adaptif, perilaku
terhadap diri dan orang lain, perubahan pada komunikasi, tidak dapat
memenuhi harapan pasien, pemecahan masalah yang adekuat, dan kaji
sumber fisik, emosi serta pendidikan. Pasien yang memiliki koping tidak
efektif tidak mampu menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Koping
yang tidak adekuat dapat memicu terjadinya masalah psikologis termasuk
ansietas dan depresi.
Pasien yang mengalami ansietas dapat dinilai denga mengkaji perilaku,
afektif, fisiologis dan kognitif. Pengkajian perilaku difokuskan pada
penurunan produktivitas, resah, gelisah dan kewaspadaan. Kaji afektif
22
untuk menilai perasaan takut, gugup, mudah tersinggung, nyeri hebat, dan
khawatir. Respon ffisiologi yang dikaji pada pasien penyakit jantung
coroner yang mengalami ansietas meliputi: tangan gemetar, peningkatan
nadi, banyak mengeluarkan keringat, wajah tegang, pusing, anoreksia,
jantung berdebar-debar. Respon kognitif terhadap ansietas dikaji untuk
mengetahui adanya gangguan perhatian, penurunan lapang presepsi,
ketakuatan terhadap hal yang tiadk jelas dan sulit berkonsentrasi.
1. Pemeriksaan fisik persistem
1. Sistem persarafan meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerak
seluruh ekstermitas dan kemampuan menganggapi respon verbal
maupun non verbal.
2. Sistem pengelihatan, pada klien penyakit jantung coroner mata
mengalami pandangan kabur
3. Sistem pendengaran pada klien penyakit jantung coroner
telinga tidak mengalami gangguan
4. Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati
5. Sistem respirasi, pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda
dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigen. Pengkajian meliputi
presentase fraksi oksiegn, volume tidal, frekuensi pernapasan dan
modus yang digunakan untuk bernapas. Pastikan posis ETT tepat pada
tempatnya, pemeriksaan gas darah dan elektrolit untuk mendetesi
hipoksemia.
6. Sistem kardiovaskuler , pengkajian dengan teknik inpeksi,
aukultasi, palpasi, dan perpuksi, perawat melakukan pengukuran
tekanan darah, suhu, deenyut jantung dan iramanya, pulsasiprifer dan
temperature kulit
7. Sistem gastrointestinal, pengkajian pada gastrointestinal
meliputi auskultasi bising usus, palpasi abdomen (nyeri, distensi).
8. Sistem muskuluskeletal, pada klien jantung coroner adanya
kelemahan dan kelelahan otot sehingga timbul ketidakmampuan
23
melakukan aktivita yang diharapkan atau aktifitas biasanya yang
dilakukan.
9. Sistem endokrin biasanya terdapat peningkatan kadar gula
darah
10. Sistem integument, pada kilen jantung coroner alkar terasa hangat,
turgor baik
11. Sistem perkemihan, kaji ada tidaknya pembengkkan dan ada tidanya
pembengkan pada daerah pinggang observasi dan palpasi pada daerah
abdomen bawah untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji
tentang jenis cairan yang keluar.
2.9.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemiamiokart akibat sumbatan arteri
coroner
2. Penurunanan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran darah
coroner
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen akibat iskemia jantung, imbobilitas lama.
4. Cemas berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal yang tidak dapat
diperkirakan takut akan kematian.

2.9.3 intervensi

No Dx keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri


berhubungan keperawatan selama ...x 24
jam klien dapat a. Kaji nyeri secara
iskemiamiokart komperhensif,meliputilokasi
akibat sumbatan a. Mengontrol kasi, karakteristik, dan
nyeri, dengan awitan, durasi, frekuensi,
arteri coroner
faktor penyebab kualitas, intensitas/beratnya

24
dan tindakan nyeri dan faktor presipitasi.
untuk mencegah b. Observasi isyarat non-verbal
nyeri. dari ketidaknyamanan,
b. Menunjukan khususnya dalam
teknik relaksasi ketidakmampuan untuk
yang efektif komunikasi secara efektif.
untuk c. Gunakan komunikasi
meningkatkan terapeutik agar klien dapat
kenyamanan. mengekspresikan nyeri.
c. Menggunakan d. Kaji latar belakang budaya
tindakan lain
mengurangi nyeri e. Tentukan dampak nyeri
dengan analgesik terhadap kualitas hidup
dan nonanalgesik seperti pola tidur, nafsu
secara tepat. makan, aktivitas kognisi,
d. Mengeal tanda mood, hubungan, pekerjaan,
pencetus nyeri tanggung jawab peran.
untuk mencari f. Kaji pengalaman individu
pertolongan terhadap nyeri.
e. Melaporkan g. Evaluasi efektivitas tindakan
gejalah kepada mengontrol nyeri yng telah
tenaga kesehatan. digunakan.
h. Berikan dukungan terhadap
klien dan keluarga.
i. Kontrol faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi
respons pasien terhadap
ketidaknyamanan.
j. Anjurkan klien untuk
memonitor nyerinya sendiri.
k. Anjurkan klien untuk
meningkatkan tidur /istirahat
2. menunjukan tingkat nyeri
yang cukup.
dengan kriteria:
l. Ajarkan penggunaan teknik
a. melaporkan nyeri non-farmokologi,seperti
berkurang. teknik relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi musik,
b. klien tidak menunjukkan distraksi, terapi panas dingin
25
posisi tubuh melindungi. dan masase.
m. Modifikasi tindakan
c. tidak ada kegelisahan dan mengontrol nyeri
ketegangaan otot. berdasarkan repons klien.
n. Anjurkan klien untuk
d. klien tidak menunjukan
berdiskusi tentang
perubahan dalam kecepatan
pengalaman nyeri secara
pernapasan, denyut jantung
tepat.
atau tekanan darah.
o. Observasi kenyamanan klien
terhadap manajemen nyeri.
p. Berikan pendidikan
kesehatan tentang nyeri,
seperti penyebab,durasi nyeri
dan tindakan pencegahan.
q. Beritahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau terjadi
keluhan.
r. Informasikan kepada tim
kesehatan lainnya/anggota
keluarga saat tindakan non
farmakologi dilakukan untuk
pendekatan preventif.
Pemberian Analgesik
a. Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas dan
keparahan sebelum
pengobatan.
b. Berikan obat dengan prinsip
5 benar.
c. Cek riwayat alergi obat.
d. Libatkan klien dalam
pemilihan anagetik yang
akan digunakan.
e. Pilih analgetik secara tepat
atau kombinasi lebih dari
satu analgetik jika telah
diresepkan.

26
2. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung
jantung keperawatan selama ...x24
berhubungan jam klien menunjukan curah a. Evaluasi adanya nyeri
dengan hilangnya jantung adekuat, dengan dada(intensitas, lokasi,
kontraktilitas kriteria: radiasi, durasi dan faktor
miokardium. pencetus nyeri).
a. Tekanan darah dalam b. Lakukan penilaiaan
rentang normal. komrehensif terhadap
b. Denyut jantung sirkulasi perifer (misalnya,
dalam batas normal. cek nadi perifer, edema,
c. Hipotensi ortostatik pengisisan kapiler, dan suhu
tidak ada, nasi perifer ektrimitasi).
kuat. c. Dokumentasikan adanya
d. Bunyi napas normal. disritmia jantung
e. Menunjukan d. Catat tanda dan gejala
peningkatan toleransi penurunan curah jantung
terhadap aktivitas. e. Observasi TTV
f. Nadi perifer kuat f. Observasi status
g. Ukuran jantung kardiovaskular
normal g. Observasi distritmia jantung
h. Tidak ada distensi termasuk gangguan irama
vena juguaris dan konduksi
i. Tidak ada disritmia h. Observasi status respirasi
j. Tidak ada bunyi terhadap gejala gagal jantung
jantung abnormal i. Observasi keseimbangan
k. Tidak ada angina cairan.
l. Tidak ada edema j. Kenali adanya perubahan
perifer dan edema tekanan darah
pulmonal k. Kenali pengaruh psikologis
m. Tidak ada diaporesis yang mendasari kondisi
n. Tidak ada mual klien.
o. Tidak ada kelelahan l. Evaluasi respon klien
terhadap distritmia.
m. Kolaborasi dalam pemberian
terapi antiaritmia sesuai
kebutuhan.
n. Observasi respon klien
terhadap pemberian terapi

27
antiaritmia.
o. Instruksikan klien dan
keluarga tentang pembatasan
aktivitas.
p. Tentukan periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan.
q. Observasi toleransi klien
terhadap aktivitas.
r. Observasi adanya dispnea,
kelelahan, takipnea dan
ortopnea.
s. Anjurkan untuk mengurangi
stres.
t. Ciptakan hubungan yang
saling mendukung antara
klien dan keluarga.
u. Anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada.
v. Tawarkan dukungan spiritual
untuk klien dan keluarga.

3. Intoleransi Setelah dilakukan asuan Manajemen Energi:


aktivitas keperawatan selama ...x24
berhubungan jam klien dapat a. Tentukan keterbatasan klien
dengan menunjukkan toleransi terhadap aktivitas.
ketidakseimbangan terhadap aktivitas dengan b. Tentukan penyebab klien
suplai dan kriteria: kelelahan.
kebutuhan oksigen c. Motivasi klien untuk
akibat iskemia a. Klien dapat mengungkapkan perasaannya
jantung, imobilitas menunjukkan terhadap keterbatasan.
lama. aktivitas yang sesuai d. Observasi asupan nutrisi
dengan peningkatan sebagai sumber energi yang
nadi adekuat.
b. Tekanan darah dan e. Observasi respon jantung-
frekuensi napas; paru terhadap aktivitas (mis:
mempertahankan takigardia, distritmia,

28
irama dalam batas dispnea, diaporesis, pucat,
normal. tekanan hemodinamik dan
c. Memprtahankan frekuensi pernapasan.
warna dan f. Batasi stimulus lingkungan
kehangatan kulit (mis: pencahayaan dan
dengan aktivitas. kegaduhan)
d. EKG dalam batas g. Anjurkan untuk melakukan
normal periode istirahat dan
e. Melaporkan aktivitas.
peningkatan aktivitas h. Rencanakan periode aktivitas
harian. saat klien memiliki banyak
tenaga.
i. Hindari aktivitas selama
periode istirahat.
j. Bantu klien untuk bangun
dari tempat tidur atau duduk
di samping tempat tidur atau
berjalan.
k. Anjurkan klien untuk
melakukan aktivitas harian
sesuai sumber energi.
l. Ajarkan klien dan keluarga
teknik untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari yang
dapat meminimalkan
penggunaan oksigen.
m. Instruksikan klien atau
keluarga untuk mengenal
tanda dan gejala kelelahan
yang memerlukan
pengurangan aktivitas.
n. Bantu klien atau keluarga
untuk menentukkan tujuan
aktivitas yang realistis.
o. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang lebih disukai.
p. Anjurkan klien untuk
29
memilih aktivitas yang
sesuai dengan daya tahan
tubuh.
q. Evaluasi program penigkatan
tingkat aktivitas.

Terapi aktivitas:
a. Tentukan komitmen klien
untuk peningkatan
frekuensi atau rentang
aktivitas .
b. Bantu klien untuk
mengungkapkan
kebiasaan aktivitas paling
berarti dan/ aktivitas
kesukaan di waktu luang.
c. Bantu klien untuk
memilih aktivitas yang
konsisten dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial.
d. Bantu klien untuk
memfokuskan apa yang
dilakukan bukan
kekurangan.
e. Bantu klien mendapatkan
transportasi, untuk
beraktivitas yang sesuai.
f. Bantu klien untuk
mengidentifikasi pilihan
aktivitas.
g. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang berarti.
h. Bantu klien untuk
menjadwalkan periode
khusus untuk hiburan
diluar aktivitas rutin.
30
i. Bantu klien atau keluarga
untuk menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi
keinginan beraktivitas.
j. Berikan penguatan positif
terhadap partisipasi klien
dalam beraktivitas.
k. Observasi respon emosi
fisik, sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas.
Cemas Setelah dilakukan asuhan Menurunkan cemas:
4. berhubungan keperawatan selama ...x24
dengan situasi jam klien mampu a. tenangkan pasien.
yang tidak dikenal mengontrol cemas, dengan b. Jelaskan seluruh prosedur
yang tidak dapat kriteria; tindakan kepada pasien dan
diperkirakan, takut perasaan yang mungkin
akan kematian a. Observasi intensitas muncul pada saat melakukan
cemas. tindakan.
b. Menurunkan stimulus c. Berusaha memahami
lingkungan ketika keadaan pasien.
cemas. d. Berikan informasi tentang
c. Mencari informasi diagnossa prognosis dan
yang menurunkan tindakan.
cemas. e. Dampingi klien untuk
d. Gunakan strategi mengurangi kecemasan dan
koping efektif. meningkatkan kenyamanan.
e. Menggunakan teknik f. Motivasi klien untuk
relaksasi untuk menyampaikan tentang isi
menurunkan cemas. perasaan.
f. Mempertahankan g. Kaji tingkat kecemasan.
hubungan sosial. h. Dengarkan dengan penuh
g. Mempertahankan perhatian.
konsentrasi. i. Ciptakan hubungan saling
h. Melaporkan tidur percaya.
adekuat. j. Bantu klien menjelaskan
i. Respon untuk keadaan yang dapat
mengontrol cemas. menimbulkan kecemasan.

31
j. tenang k. Bantu klien untuk
mengungkapkan hal yang
embuat cemas.
l. Ajarkan klien teknik
relaksasi.
m. Berikan obat yang
mengurangi cemas.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS

Kasus Terkait :

Matius adalah seorang pengusaha berusia 46 tahun, kulit putih,dan merupakan


pengusaha sukses. Matius dilarikan ke rumah sakit oleh regu penyelamat
setelah ia merasa sakit dibagian lengan kiri bawahnya dibagian substernal dan
kemudian menjalar ke bagian lengan belakang dan lalu ke bagian ekstremitas
atas bagian kiri. Dia juga mengeluh pusing dan mual dan lemah. Klien

32
mengatakan dia memilki riwayat anginapectoris dan Hipertensi, klien juga
memiliki berat badan berlebih namun pada akhir-akhir ini mengalami
penurunan sebesar 10 pon dan ia jarang berolaraga. Klien juga mengalami
stres yang disebebkan oleh ke 3 anak remajanya yang selalu membuat
masalah dan merasa sedih karena baru-baru ini kehilangan sahabat dan mitra
kerjanya yang meninggal akibat kanker. Tanda –tanda vital klien adalah TD:
165/100 (normal: 120/80 mmhg), Nadi: 120 x/menit (normal: 60-100
x/menit), RR: 26 x/menit napas pendek (normal:12-20x/menit), CK-MB
(kreatinin kinase-Myocrdial Band) meningkat, kolesterol 350 mg/dl (normal:
< 200 mg/dl).

A. Pengkajian
I. Identifikasi
Nama initial : Tn M
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : pengusaha
II. Pengkajian Pola Kesehatan Menurut Gordon
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a) Keluhan utama :klien mengeluh
nyeri dibagian sternum seperti tertekan
di bagian substernal yatitu dibagian
lengan bawah.
b) Riwayat penyakit sekarang
:klien mengatakan merasa sakit
di lengan kiri bagian bawah, merasa
pusing dan mual. TTV klien : TD :
165/100 mmHg (120/80 mmHg), nadi
33
120 x/menit (60-100x/menit), RR 26
x/menit (12-20x/menit) napas pendek,
kolesterol 350 mg/dl (<200 mg/dl),
CK-MB meningkat.
c) Riwayat penyakit terdahulu :Klien
mengatakan memiliki riwayat penyakit
anginapectoris dan hipertensi.
d) Riwayat kesehatan keluarga : Klien
tidak memiliki riwayat penyakit
keluarga.
2. Pola nutrisi dan metabolic
DS: Klien mengatakan suka mengkonsumsi makanan berlemak tinggi dan
makanan yang tinggi garam
DO: Klien tampak memiliki berat badan berlebih (obesitas), kolesterol 350
mg/dl (< 200 mg/dl) dank lien juga ada riwayat penyakit hipertensi
3. Pola eliminasi
DS: Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan pola eliminasi BAB
atau BAK ….
DO:Klien tidak menggunakan kateter
4. Pola aktivitas dan latihan
DS: Klien mengatakan jarang berolahraga dan ketika berolahraga klien
akan cepat merasa sesak
Klien mengatakan aktivitas yang dapat dilakukan adalah makan dan tidur
dan yang tidak bisa dilakukan adalah olahraga, jalan-jalan, dan lain-lain.
DO: klien tampak lemas dan obesitas
5. Pola tidur dan istirahat
DS: Klien mengatakan sulit tidur karena nyeri dibagian substernal sternum
dilengan kiri
DO: Klien terlihat kurang tidur
6. Pola persepsi kognitif
34
DS: Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya karena klien
sebelumnya memiliki penyakit Hipertensi dan Angina Pectoris
P: nyeri ketika tidur dan beraktivitas
Q: nyeri seperti tertekan
R: letaknya substernal lengan belakang bagian kiri bawah dan ekstermitas
kiri atas bagian kiri
S: skala nyeri 7
T: ketika saat tidur dan beraktivitas dan lamanya 3-5 menit
DO: klien tampak meringis
7. Pola persepsi dan konsep diri
DS: Klien mengatakan sebelum sakit memilki hubungan yang baik dengan
orang lain dan tidak ada gangguan gambaran diri ataupun citra diri dan juga
fungsi peran tetapi ketika sakit klien mengatakan dia jarang berinteraksi
dengan orang lain dan dia merasa jelek karena sakit yang dialaminya dan
juga fungsi peran dalam keluarganya dia merasa sangat tidak bisa
menjalankan aktivitas seperti biasanya.
DO: klien tampak sedih dan kurang semangat
8.Pola peran dan hubungan dengan sesame
DS: klien mengatakan pola hubungannya kurang baik, terutama dengan ke
3 anaknya yang selalu membuat masalah dan stres.
DO: Klien tampak stres
8. Pola reproduksi dan seksual
DS: Klien mengatakan ketika sebelum sakit pola seksualnya tidak ada
masalah tetapi ketika dalam keadaan sakit sekarang dia mengatakan pola
seksualnya bermasalah karena dia lemas dan cepat merasa nyeri yang
datang secara tiba-tiba sehingga tidak bisa memenuhi segala kebutuhannya.
DO: Klien tampak lemas
9. Pola nilai dan kepercayaan

35
DS: Klien mengatakan dia tidak percaya jikalau penyakitnya dapat sembuh
total karena penyakit yang di alaminya sangat parah dan sulit sekai untuk di
cegah apalagi berkaitan dengan nyeri tekan yang dirasakan.
DO: Klien tampak sedih
III. Pemeriksaan penunjang
- CK-MB (kreatinin kinase-Myocardial Band) meningkat
- Kolesterol 350 mg/d
Pemeriksaan fisik:

1. Pemeriksaan kepala dan leher


a. kepala
 inpeksi: - penyebaran rambut merata tidak berubah
-tidak terapat lesi
-tidak terdapat benjolan
-tidak terdapat pendarahan
 palpasi: -nyeri tekan tidak ada
-benjolan abnormal
 pusing/sakit kepala tidak ada
b. mata
inspeksi: sclera icterus
tidak terdapat peendarahan
palpasi:> konjungtiva anemis
>pandangan jelas
>pembengkakan tidak ada
c. hidung
inspeeksi: >bentuk proporsional
>sekresi tidak ada
>epistaksis tidaka ada
>gangguan penciuman tidak ada
Palpasi: >nyeri tekan tidak ada
 massa tidak ada
mulut :
inspeksi:
36
kebersihan mulut baik
muosa bibir lembab
pendarahan tidak ada
pendarahan tidak ada
bicara jelas
gangguan menelan sering terseda
lesi tidak ada
batuk tidak ada
telinga
inspeksi:
perdarahan tidak ada
serumen tidak ada
palpasi :
nyeri tekan tidak ada
massa tidak ada
ganguan pendengaran tidak ada
leher
inspeksi:
JVD: terlihat
Lesi tidak ada
Devisiasi trakea tidak ada
Massa abnormal tidak ada
Dada/thoraxs
Inspeksi:
 pergerakan dinding dada simetris
 Normal chest
 Lesi tidak ada
 Retraksi intrercosta tidak ada
Palpasi
 Nyeri tekan
37
 Nyeri dada
Perkusi: Paru sonor
Auskultasi: paru-paru
Abdomen
Inpeksi:
 Bentuk normal flat
 Lesi tidadk ada
 Asites tidak ada
 Penegangan dinding perut tidak ada
Palpasi:
 Nyeri tekan tidak ada
 Massa abnormal tidak ada
Auskultasi: BU: 5x/menit
Perkusi :
 Timpani

Analisis Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Klien mengatakan nyeri Obesias Penumpukan


Nyeri berhubungan
di bagian substernal lengan plak
dengan iskemiamiokart
kiri bawah, merasa pusing dan Penyempitan PD arteri akibat sumbatan arteri
lemah. koroner coroner

DO: skala nyeri 7 dan klien Aliran darah dan O2


ke jantung berkurang
38
tampak meringis kesakitan. iskemia otot jantung

TD : 165/100 mmHg (120/80 ketidakseimbangan


mmHg), nadi : 120x/menit suplai O2
Asamlaktat meningkat
(60-100x/menit),RR: Angina pektoris
26x/menit(12-20x/mnit) suhu : Nyeri akut
O
36 C (36oc-37,5 o
c)
kolesterol 350 mg/dl (<200
mg/dl)

2 DS: klien mengatakan merasa Obesitas Pola nafas tidak efektif


sesak dan nafas pendek Penumpukan plak berhubungan dengan
Penyempitan PD arteri ketidakseimbangan
DO: klien tampak kesulitan
koroner suplai oksigen
bernafas.
Aliran darah dan O2
RR :26 x/menit(12-20x/mnit) ke jantung berkurang

TD : 165/100 mmHg (120/80 iskemia otot jantung


mmHg), nadi : 120x/menit
ketidakseimbangan

(60-100x/menit) suhu : 36 suplai O2


O
C(36oc-37,5oc) kolesterol Ketidakefektifan pola
350 mg/dl (<200 mg/dl) nafas

3 DS : klien mengatakan Obesitas Penumpukan plak Intoleransi aktivitas


Penyempitan PD arteri berhubungan
39
merasa lemah dan pusing. koroner dengan
ketidakseimbangan
DO: klien tampak berbaring Aliran darah dan O2 ke
jantung berkurang suplai oksigen
di tempat tidur dan lemah.
akibat iskemia otot
iskemia otot jantung
TTV : jantung
ketidakseimbangan suplai
TD : 165/100 mmHg (120/80 O2
mmHg), nadi : 120x/menit
kelemahan

(60-100x/menit), RR: intoleransi aktivitas


26x/menit(12-20x/mnit)
O
suhu : 36 C(36oc-37,5 oc)
kolesterol 350 mg/dl (<200
mg/dl)

4 DS:klien mengatakan merasa Obesitas Resiko


sesak dan lemah Penumpukan plak penurunanan curah
DO: Takikardia Penyempitan PD arteri jantung
-Napas -pendek,sesak koroner berhubungan
dengan
Ttv: 165/100 mmHg (120/80 Aliran darah dan O2 ke
jantung berkurang kontraktilitas
mmHg), nadi 120 x/menit
jantung.
(60-100x/menit), RR 26 iskemia otot jantung
x/menit (12-20x/menit) napas Seluler hipoksisa
pendek, kolesterol 350
Integritas memberan sel
menurun

Kontraktilitas jantung
menurun

Resiko penurunan curah


jantung

40
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iskemiamiokart akibat sumbatan arteri coroner
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Resiko penurunanan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas
jantung.

C. Intervensi dan Implementasi

Diagnosa Implementasi
keperawatan Tujuan (NIC) Intervensi (NIC) Rasional
(NANDA)

1. Nyeri 1. Pantau TTV 1.Mengkaji TTV san Untuk


Setelah dilakukan
berhubungan dan skala nyeri. skala nyeri mengetahui
asuhan
dengan skala nyeri
keperawatan
iskemiamiokart 2.Ajarkan teknik 2.Mengajarkan klien Tidak adanya
selama...x24 jam
akibat relaksasi dan teknik relaksasi dan keluhan nyeri
nyeri berkurang
sumbatan arteri distraksi kepada distraksi dan nyeri
dengan kriteria
coroner klien. berkurang
hasil:
3.Anjurkan klien 3.Menganjurkan klien

TTV:TD: 120/80 untuk untuk beristirahat/tidur Mengurangi

mmHg beristirahat dan yang cukup nyeri yang


tidur yang Memberi klien terapi dirasakan klien
RR:12-20 x/menit cukup.

41
obat
Nadi:60-100
4.Nitroglosin Nitroglosin
x/menit 4.Kolaborasi
(nitrogliserin) intra dapat
dengan dokter
vena. fasolidilator mengurangi
dalam
untuk menglebarkan serangan nyeri
P: nyeri ketika pemberian
pembuluh darah angina pectoris
tidurdan analgesik.
Terapi morfin 2 sampai dan morfin
beraktivitas
4 x intra vena 95 menit meredahkan
Q: nyeri seperti
untuk nyeri nyeri
tertekan
Aspirin: antiinflamasi Untuk
R:letaknya
analgetik mengencerkan
substernal lengan
Retaplase: fibrinolotik darah
belakang bagian
kiri bawah dan
ekstermitas kiri
atas bagian kiri
S: skala nyeri 7
T: ketika saat tidur
dan beraktivitas
dan lamanya 3-5
meniT

Suhu 36o-37,5oc

2 Pola nafas tidak Setelah 1.Auskultasi 1.Mendengarkan suara Untuk


suara nafas, catat
efektif dilakukan nafas dan catat suara mengetahui
adanya suara
berhubungan asuhan tambahan nafas tambahan klien. suara nafas
dengan keperawatan klien.
ketidakseimbanga selama...x24 2.Memonitor respirasi Mengetahui
2.Monitor
n suplai O2 jam klien dan status O2. respirasi dan
respirasi dan
menunjukan status O2 status O2

42
keefektivan pola klien.
nafas dengan 3.Memberi terapi medis Mengefektifka
kriteria hasil: 3.Kolaborasi dengan terapi oksigen n pola nafas
medis dengan
Klien tidak nasal kanul 1-2 klien.
pemberian terapi
merasa oksigen liter/menit
sesak,RR 12-20
x/menit.

2 Intoleransi 1.Menentukan Mengetahui


Setelah 1.Tentukan
aktifitas keterbatasan klien keterbatasan
dilakukan keterbatasan
berhubungan terhadap aktivitas. aktivitas klien.
asuhan klien terhadap
dengan kelemahan 2.menetahui
keperawatan aktivitas.
2.Menentukan penyebab
selama...x24 2.Tentukan
penyebab klien kelelahan
jam klien dapat penyebab klien
kelelahan. 3.mengetahui
menunjukkan kelelahan.
3.mengobservasi respon jantung
toleransi 3.Observasi
respon jantung dan dan paru-paru
terhadap respon jantung-
paru terhadao aktivitas. terhadap
aktivitas dengan paru terhadap
aktivitas.
kriteria: aktivitas (mis:
takigardia,
-Klien dapat
distritmia,
menunjukkan
dispnea,
aktivitas yang
diaporesis,
sesuai dengan 4.Mengurangi
pucat, tekanan
peningkatan 4.Menganjurkan klien kelelahan klien
hemodinamik
nadi beristirahat dan tidur
dan frekuensi
-Tekanan darah
pernapasan.
dan frekuensi
4.Anjurkan
napas;
untuk
mempertahanka
melakukan
43
n irama dalam periode istirahat
batas normal. dan aktivitas.

4. Resiko Setelah 1.Monitor TD, Memeriksa TTV klien Untuk


nadi, suhu, dan
penurunanan dilakukan asuhan mengetahui ttv
RR
curah jantung keperawatan klien
berhubungan selama...x 24 2Lakukan Memeriksa secara
dengan jam klien dapat penilaiaan komperhensif terhadap Untuk
kontraktilitas Tanda Vital komrehensif sirkulasi perifer mngetahui
jantung. dalam rentang terhadap sirkulasi perifer
DS:klien normal sirkulasi perifer
mengatakan (misalnya, cek
merasa sesak nadi perifer,
DO: TD: 120/80 edema,
- Takikardia mmHg,RR 12- pengisisan
-Napas - 20x/mnit,nadi kapiler, dan
pendek,sesak 60-100 suhu ektrimitasi Memberi terapi digunakan
Ttv: 165/100 x/menit,suhu Reteplase IV untuk
mmHg (120/80 36oc 3.Kolaborasi meningkatkan
dalam
mmHg), nadi 120 fungsi
pemberian
x/menit (60- -klien bisa terapi jantung dan
100x/menit), RR beraktivitas,tidak antiaritmia mencegah gagal
sesuai
26 x/menit (12- kelelahan jantung
kebutuhan.
20x/menit) napas Terapi kongestif atau
pendek, -tidak ada Reteplase IV kematian pada
kolesterol 350 penurunan Golongan obat orang yang

44
mg/dl (<200 kesadaran Fibrinulotik terkena
mg/dl), CK-MB seranganjantung
meningkat

-Tidak kesulitan
bernapas

D. Terapi medis
1. Morfin 2 sampai 4 x intra vena 5 menit untuk nyeri dada

Golongan analgesik opium atau narkotik.

Defenisi : Morfin adalah jenis obat yang masuk kedalam analgesik opium
atau narkotik.

Indikasi : Obat ini digunakan untuk mengatasi rasa sakit yang terbilang
parah dan berkepanjangan atau kronis, seperti kanker
stadium lanjut.

Kontraindikasi :

a. Bagi wanita yang sedang merencanakan kehamilan atau sedang


menyusui sebaiknya tidak mengkonsumsi obat ini.
b. Jangan diberikan pada penderita ganguan jantung,
ginjal,pernapasan, prostat, saluran empedu, tiroid, pankreas,
adrenal, penderita tekanan darah rendah, epilepsi, radang usus, dan
myasthenia gravis yaitu kondisi yang menyebabkan otot melemah.
45
c. Harap waspada bagi yang mengalami sembelit selama lebih dari
satu minggu, baru saja mengami cedera parah dikepala, dan perna
mengalami ketergantungan terhadap obat-obatan atau minuman
keras.
d. Jika mengalami reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Efek samping :

Mengantuk, pusing atau sakit kepala, mual, sembelit, sulit buang air
kecil, gangguan tidur, mulut terasa kering tubuh berkeringat.

2. Nitrogliserin intra vena


Golongan vasodilator, yang berarti obat bekerja dengan cara memperlebar
diameter pembuluh darah.
Defenisi : adalah obat golongan kardiovaskuler yang digunakan untuk
mengurangi intensitas seragan angina (nyeri dada) terutama
pada penderita jantung koroner.
Indikasi :
a. Pengobatan angina pektoris
b. Bentuk injeksi IV digunakan untuk gagal jantung kongestif
(terutama bila disebabkan oleh infark miokard akut)
c. Hipertensi pulmoner
d. Emergensi hipertensi selama operasi (terutama selama
pembedahan jantung)

Kontraindikasi :

a. Hipersensitif terhadap nitrat


b. Hipotensi kondisi dan hipovolemia
c. Hipertrofi kardiomiopatik, stenosis aorta, tamponade
jantung

46
d. Perikarditis konstriktif, stenosis mitral, paru beracun
edema, trauma kepala, pendaharan otak.
e. Penyakit serebrovaskuler
f. Anemia

Efek samping :

a. Kardiovaskuler : Hipotensi, hipotensi postural, pallor,


kolaps kardiovaskuler, takikardi, syok, kemerahan, eema
perifer.
b. SSP : sakit kepala (paling sering), pusing (karena
perubahab tekanan darah), tidak bisa tidur.
c. Gastrointestinal : mual, muntah, diare.
d. Genitourinari : inkontinensia urin
e. Hematologi : Methemoglobinemia (jarang, bila overdosis).
f. Neuromuskuler dan skelet : lemah/letih
g. Mata : pandangan kabur
h. Insiden hipotensi dan efek yang tidak diharapkan akan
meningkat bila digunakan bersama sildenafil.
i. Efek samping injeksi spesifik : berikut (terutama jika
diberikan terlalu cepat) meliputi hipotensi berat, diaforesis,
ketakutan, gelisah, otot berkedut, retrosternal,
ketidaknyamanan , palpitasi, nyeri perut; pemakaian
berkepanjangan dikaitkan dengan methamoglobinaemia.

3. Oksigen 2 liter/menit
4. ASA (Aspirin) 325 mg/hari
Golongan antipiretik, analgesik dan antiinflamasi
Defenisi : adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering
digunakan sebagai senyawa analgesik, antipiretik, dan

47
antiinflamasi dan sebagai antitrombotit pada stroke dan
serangan janrung.
Indikasi : Mengatasi demam, peradangan tulang dan sendi, mengatasi
serangan jantung dan stroke.
Kontraindikasi:
a. Memiliki ulkus peptikum atau tukak lambung
b. Hemofilia atau kelainan pendarahan lainnya
c. Peminum alkohol
d. Sedang menjalani perawatan gigi atau bedah.
e. Memiliki gangguan hati dan ginjal
f. Memiliki alergi terhadap asetosal
Efek samping :
g. Iritasi pada lambung atau usus
h. Gangguan pencernaan
i. Mual
j. Muntah
k. Memar
5. Reteplase IV
Golongan obat Fibrinulotik
Defenisis : adalah obat trombolitik yang digunakan untuk mengencerkan
pembekuan darah.
Indikasi : Obat ini umumnya digunakan untuk meningkatkan fungsi
jantung dan mencegah gagal jantung kongestif atau
kematian pada orang yang terkena seranganjantung.
Kontraindikasi : Jangan minum obat ini dengan heparin dan tidak diberikan
kepada anak-anak.

Efek samping :
- Gatal-gatal, kesulitan bernafas, pembengkakan wajah, bibir, lidah atau
tenggorokan (efek samping serius : Mati rasa atau kelemahan mendadak,
48
trauma pada salah satu sisi tubuh, sakit kepala mendadak, linglung,
gangguan pada penglihatan.)

BAB IV
PEMBAHASAAN TEORI
Tn. M Mengidap penyakit jantung coroner dengan faktor resiko :
1. obesitas, karena pola makan yang tidak dikontrol, adanya penumpukan
kolesterol dalam pembuluh darah dan tigliserida yang tinggi.
2. Kurangnya olahraga
3. Hipertensi dengan tekanan darah 165/100 mmHg
4. Dypnea ditandai dengan RR: 26x/menit disertai dengan nafas pendek
5. Tidak dapat mengontrol stress

Faktor-faktor ini memicu terjadinya jantung coroner

Dari keluhan-keluhanTn. M, bahwa Tn. M sudah lama menderita hipertensi dan


anginapektoris disertai obesitas dengan ditandai dengan kolesterol 350 mg/dl,
dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat yaitu banyak mengkunsumsi makanan
berlemak tinggi dan jarang berolahraga. Hipertensi yang dialami oleh Tn. M
dipengaruhi juga oleh factor stress karena ketiga anak remajanya selalu membuat
masalah.

49
Karena itu masalah yang dihadapi oleh Tn. M Adalah sakit lengan bagan kiri, ketidak
efektifan pola nafas dan intoleransi aktivitas. Komplikasinya gagal jantung, angina,
serangan jantung, gangguan irama jantung.

BAB V
PENUTUP

4.1 kesimpulan

Penyakit jantung coroner ( PJK) adalah penyakit yang menyerang organ


jantung. Gejala dan keluahan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki
oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung coroner juga salah satu
penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya factor resiko
yang antara lain adalah gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga) ,
riwayat PJK pada keluarga, merokok, knsumsi alcohol dan factor sosial ekonomi
lainnya. Penyakit jantung coroner ini dapat di cegah dengan melakukan pola
hidup sehat dan menghidari factor-faktor resiko, seperti pola makan yang sehat,
menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur,
menghindari stress kerja.

Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran atau
pengusaha dibandingkan dengan pekerja kasar. Terdapat prbedaan yang

50
signifikan kadar kolesterol pada pekerja kantoran atau pengusaha dan pekerja
kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan control
terhadap kadar kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi
rendah kolesterol. Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk menjaga
kelancaran peredaran darah dan keseimbangan metabolisme.

4.2 Saran

Penyakit jantung coroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya
kepada usia lanjut saja, namun pada usia yang sangat muda sekalipun penyakit
jantung dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit
berbahaya ini maka kita harus mulai dengan berprilaku hidup sehat.

Daftar pustaka

Hurst Marlene.2016.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC

Aspiani Yuli Reni.2016.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler.Jakarta: EGC

Smeltzer C. Suzanne,dkk.2002.Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC

Wilkinson M. Judithm. 2017. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

51
52

Anda mungkin juga menyukai