D3 2B
Disusun oleh
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit jantung dan stroke, yang tergolong dalam penyakit kardiovaskular
(PKV), adalah pembunuh nomor satu diseluruh dunia. Lebih dari 80% kematian akibat
PKV terjadi dinegara – negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan semakin
banyak menimpa populasi usia dibawah 60 Tahun, yaitu usia produktif. Kondisi ini
tentu berdampak buruk terhadap perekonomian negara- negara tersebut (Lily l.
Rilantono, 2012). Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab
kematian dan kesakitan pada manusia. Penyakit ini dipengaruhi oleh tingginya kadar
kolestrol, banyak terjadi pada individu dengan kelas ekonomi menengah atas. Hal ini
dipengaruhi oleh aktifitas fisik dan makanan yang menjadi faktor penting penentu
kadar kolesterol individu. Gaya hidup masyarakat kerja, dewasa ini lebih cenderung
mengejar hal – hal yang bersifat praktis, termasuk didalamnya jenis makanan yang
dikonsumsi. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan
makanan atau diet (Hermawatirisa, 2014: hal 2). Menurunkan kolestrol dan perawatan
berat badan, diabetes dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi
masalah utama kesehatan. masalah utama pada jantung koroner adalah
aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses pasif. Karena sebagian besar
dihasilkan oleh kolestrol yang berada pada dinding arteri (Yuet Wai kan, 2010).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit
jantung koroner merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor
penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden CAD mencapai nol maka dapat
meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2000).
Berdasarkan diagnosis dokter, prevelensi penyakit jantung koroner di Indonesia
tahun 2013 sebesar 0.5 % atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan
berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1.5% atau diperkirakan sekitar
2.650.340 orang. Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit
jantung koroner terbanyak terdapat di provinsi jawa barat sebanyak 160.812 orang
(0.5%), sedangkan provinsi maluku utara memilki jumlah penderita paling sedikit,
yaitu sebanyak 1.436 orang (0.2%). Berdasarkan diagnosis/gejala estimasi jumlah
penderita penyakit jantung koroner terbanyak pertama terdapat di provinsi jawa timur
sebanyak 375.127 orang (1.3%), sedangkan jumlah penderita paling sedikit
ditemukan di provinsi papua barat, yaitu sebanyak 6.690 orang (1.2%). Melihat
prevelensi yang semakin banyak itu, kami membuat makalah ini agar pembaca
memperoleh pengetahuan tentang bahaya dan risiko bila telah terjangkit penyakit ini,
dan berusaha mencegahnya dengan pola hidup sehat.
Selaras dengan materi KMB 1 yang membahas mengenai oksigenasi. Dalam
klasifikasi penyakit jantung koroner juga terdapat kondisi penyakit jantung koroner
yang berkaitan dengan oksigenasi yaitu Angina pektoris stabil / stable Angina
Pectoris, yaitu penyakit iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen miokard. Ditandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan
oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemia miokard dapat bersifat asimtomatis
(iskemia sunyi), terutama pada pasien diabetes. Penyakit ini sindrom klinis episodik
karena iskemia miokard transien. Laki – laki merupakan 70 % dari pasien dengan
Angina pektoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki – laki ± 50 tahun
dan wanita 60 tahun ( Putra S, DKK,013: hal 4)
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien Coronary Artery Disease ?
Aliran o2 koronia
menurun
Aliran o2 jantung
menurun
Jantung
kekurangan o2
Kontraksi jantung
menurun
Nyeri akut
Perlu
menghindari
Curah jantung komplikasi
menurun Nyeri b/d
Takut mati
iskhemia
Diperlukan
pengetahuan
Cemas tinggi
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut, Hermawatirisa, 2014:hal 12
a. Hindari makanan kandungan kolesterol tinggi
Kolestrol jahat LDL dikenal sebagai penyebab utama terjadinya proses
aterosklerosis, yaitu proses pengerasam dinding pembuluh darah, terutama
dijantungm otak, ginjal, dan mata.
b. Konsumsi makanan yang berserat tinggi
c. Hindari mengonsumsi alkohol
d. Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok
e. Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL, kolestrol dan memperbaiki
kolateral koroner sehingga CAD dapat dikurangi.
f. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian o2 ke miokard
g. Menggunakan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang berlebih
berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol
h. Menurunkan tekanan darah
i. Meningkatkan kesegaran jasmani
3. Intoleransi aktivitas
Definisi : ketidak cukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.
Batasan karakteristik :
a. Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktifitas melaporkan keletihan atau
kelemahan secara verbal
b. Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon
terhadap aktivitas.
c. Perubahan EKG yang menunjukkan artitmia atau iskemia
Faktor yang berhubungan :
a. Tirah dan baring dan imobilitas
b. Kelemahan umum
c. Ketidakesimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d. Gaya hidup yang kurang gerak
Intervensi NIC :
a. Reduksi perdarahan
b. Perawatan jantung
c. Perawatan jantung. Akut
d. Promosi perfusi serebral
e. Perawatan sirkulasi : insufisiensi arteri
f. Perawatan sirkulasi : alat bantu mekanis
g. Perawatan sirkulasi : insufisiensi vena
h. Perawatan Embolus : Perifer
i. Perawatan Embolus : paru
j. Regulasi hemodinamik
k. Pengendalian hemoragi
l. Terapi intravena (IV)
m. Pemantauan Neurologis
n. Manajemen syok : jantung
o. Manajemen syok : volume
p. Pemantauan tanda vital
Aktivitas Keperawatan
Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada
pemantauan tanda – tanda vital dan gejala penurunan cuah jantung. Pengkajian
penyebab yang mendasari (mis. Hipovolemia, disritmia), pelaksanaan protokol
atau program dokter untuk mengatasi penurunan curah jantung, dan
pelaksanaan tindakan dukungan, seperti perubahab posisi dan hidrasi
a. Pengkajian
1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status
pernapasan, dan status mental
2. Pantau tanda kelebihan cairan (misalnya, edema dependen, kenaikan
berat badan)
3. Kaji toleransi aktivitas pasien dengan mmerhatikan adanya awitan
napas pendek, nyeri, palpitasi, atau limbung
4. Evaluasi respons pasien terhadap terapi oksigen
5. Kaji kerusakan kognitif
6. Regulasi hemodinamik
a. Pantau fungsi pacemaker, jika perlu
b. Pantau denyut perifer, pengisian ulang kapiler, dan suhu serta
warna ekstremitas
c. Pantau asupan dan haluran, haluran urine, dan berat badan pasien,
jika perlu
d. Pantau resistensi vaskular sistemik dan paru, jika perlu
e. Auskultasi suara paru terhadap bunyi crackle atau suara napas
tambahan lainnya
f. Pantau dan dokumentasikan frekuensi jantung, irama, dan nadi
3. Intoleransi aktivitas
Definisi : ketidak cukupn energi fisiologi atau psikologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.
Tujuan :
a. Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi
aktivitas, ketahanan, penghematan energy, kebugaran fisik, energi
psikomotorik, dan perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari (AKSI)
b. Menunjukkan aktivitas toleransi, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut seberat, disebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan,
atau tidak mengalami gangguan :
1. Saturasi oksigen saat aktivitas
2. Frekuensi pernapasan saat beraktivitas
3. Kemampuan untuk berbicara saat beraktivitas fisik
c. Mendemonstrasikan penghematan energi, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1 – 15 :tidak pernah, jarang, kadang kadang,
sering atau selalu ditampilkan) :
1. Menyadari keterbatasan energi
2. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
3. Mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energy
Intervensi NIC :
a. Terapi aktivitas : memberi anjuran tentang dan aktivitas fisik, kognitif, sosial,
dan spiritual, yang spesifik untuk meningkatkan tentang, frekuensi atau
durasi aktivitas individu (atau kelompok)
b. Manajemen energi : menggunakan energi untuk mengatasi mencegah
kelelahan dan mengoptimalkan fungsi
c. Menejemen lingkungan : memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk
memperoleh manfaat terapeutik, stimulasi sensorik, dan pensejahteraan
psikologis
d. Terapi latian fisik : mobilitas sendi : menggunakan gerakan tubuh aktif atau
pasief untuk memertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi.
e. Terapi latihan fisik : pengendalian otot : menggunakan aktivitas atau
memulihkan gerakan tubuh yang terkontrol
f. Promosi latian fisik : latihan kekuatan : mefasilitasi latian otot resistif secara
rutin untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot.
g. Bantuan pemeliharaan rumah : membantu pasien dan keluarga untuk
menjaga rumah sebagai tempat tinggal yang bersih, aman, dan
menyenangkan
h. Menejemen alam perasaan : memberi rasa kemanan, stabilitasi pemulihan,
dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik
depresi namun peningkatan alam perasaan
i. Bantuan perawatan diri : membantu individu untuk melakukan AKS
j. Bantuan perawatan diri aksi : membantu dan mengarahkan individu untuk
melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari instrumental (AKSI) yang
diperlukan untuk berfungsi dirumah atau dikomunitas.
Aktivitas Keperawatan
a. Pengkajian
1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur,
berdiri, ambulasi, dan melakukan aks dan aksi
2. Kaji respon emosi, sosial, dan spritual terhadap aktivitas
3. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktifitas
4. Menejemen energi (NIC)
a. Tentukan penyebab keletihan (misalnya, perawatan, nyeri, dan
pengobatan)
b. Pantau respon kardioresparitori terhadap aktivitas (misalnya,
takikardia, disritmia lain lain, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan
hemodinamik, dan frekuensi pernapasan )
c. Pantau respon oksigen pasien (misalnya, denyut nadi, irama
jantung, dan frekuensi pernapasan) terhadap aktivitas perawatan diri
atau aktivitas keperawatan.
d. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber – sumber energi
yang adekuat
e. Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu
tidur dalam jam
Bab III
KASUS PASIEN DENGAN CAD ( Coronery Artery Disease)
Tn. Santoso usia 48 tahun dirawat diruang ICCU dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri,
sesak dan berkeringat dngin. Satu tahun terakhir Tn. Santoso sering merasakan dada kiri
terasa panas, menjalar hingga leher dan kepala, badan terasa sering lemah, jari – jari
ekstermitas bawah kadang – kadang terasa kesemutan. Dan dibawa oleh keluarga ke poli
cardio dan diagnosa CAD. Menurut keluarga, Tn. Santoso mempunyai kebiasaan merokok
dan sangat suka masakan padang dan bakso, untuk bakso Tn. Santoso selalu pesan
potongan gajih / lemak kuah diatasnya. Dua tahun lalu orang tua (ayah) Tn. Santoso
meninggal karena stroke.
Tanda vital - Tekanan Darah 135/90 mmhg
- Nadi 90 x /menit
- RR 18 x/menit
- Suhu 36 0 C
Terapi - Aspilet
- ISDN 3 X 1 menit
- Diazepain 3 x 1
- Captopril 3 x 1
Hasil laboratorium : - Hb 13.6 gr
- leukosit 10.000/mm3
- GDS 65 mg/dl
- Kreatinin 1.22
- Ureum 29
- Uric Acid 7.2 mg / dl
- Trigliserida 263 mg/dl
- kolesterol 205 md / dl
- LDL 134 mg/dl
- HDL 38 mg/dl
Bab IV
ASUHAN KEPERAWATAN
Berdasarkan kasus pada Bab 3 yakni pasien Coronary Artery Disease, kami akan
membuat Asuhan keperawatannya mulai dari pengkajian, diagnosa dan intervensi .
1. Pengkajian
A. Identitas
Nama : Tn. Santoso
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SLTA sederajat
Perkerjaan : Penjual emas
Suku / bangsa : Jawa
Status mental : Normal
Tanggal MRS : 23 September 2017
Tanggal pengkajian : 24 September 2017
Nomor registrasi : 233278194
Diagnosa medis : Coronary Artery Disease ( CAD )
Alamat : Jl. Pandean RT 37 RW 06 Sumberpucung
Nama penanggng jawab : Ny. Amira
B. Anamnesa
1. Keluhan utama
1) Saat MRS
Saat masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri, dan
badan terasa lemah
2) Saat pengkajian
Pasien masih mengeluh nyeri dada, sesak napas dan badan terasa lemah,
keringat dingin rasa seperti demam kalau bergerak rasa nyeri.
2. Riwayat penyakit sekarang
Satu tahun terkahir pasien sering merasakan dada kiri terasa panas, menjalar
hingga leher dan kepala, badan terasa sering lemah, jari-jari ekstermitas
bawah kadang – kadang terasa kesemutan. Dan alasan masuk rumah sakit
karena gejala diatas dan nyeri didada sebelah kiri.
a. P : waktu tidur malam dan bila terlalu lelah
b. Q : bila berada diruang terbuka
c. R : Dada Sebelah kiri
d. S : skala 0 – 10, berada di skala nomor 7
e. T : bertahap
3. Riwayat penyakit lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
a. Kanak – kanak : panas batuk pilek
b. Pernah dirawat di Wava Husada karena hipertensi
c. operasi : tidak pernah
2) Alergi :-
3) imunisasi :-
4) kebiasaan : merokok, makanan kesukaan masakan padang dan
bakso, untuk bakso selalu pesan gajih kuah diatasnya.
5) Terapi atau obat yang dikonsumsi
1. Aspilet 1 x 2 tablet
2. ISDN 3 x 1 menit
3. Diazepam 3 x 1
4. Captopril 3 x 1
4. Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua pasien yakni ayahnya meninggal dua tahun lalu karena stroke
5. Pola aktivitas sehari – hari
1) Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
1. Frekuensi makan : 3 kali sehari
2. Berat Badan : 68 kg
3. Tinggi badan : 155 cm
4. Jenis makanan : nasi, sayur, lauk
5. Makanan yang disukai : masakan padang dan bakso
6. Makanan yang tidak disukai : tidak ada
7. Makanan pantang : tidak ada
8. Nafsu makan : normal
9. Perubahan berat badan terakhir : tidak pernah menimbang BB
2) Pola eliminasi
1. Buang air besar
1) Frekuensi : 1 – 2 x perhari
2) Waktu : pagi hari dan malam hari
3) Warna : kuning
4) Konsistensi : lembek
2. Buang air kecil
1) Frekuensi : 5 – 6 per hari
2) Warna : kuning
3) Bau : amoniak
3) Pola tidur dan istirahat
1. Waktu tidur : 21.00 sampa 05.00
2. Lama tidur : 8 jam
3. Kebiasaan penghantar tidur : tidak ada
4. Kebiasaan tidur : memakai bantal lebih dari 2
5. Kesulitan dalam hal tidur : isomnia bila banyak pikiran
4) Pola aktifitas dan latihan
1. Kegiatan dalam pekerjaan : banyak duduk
2. Olahraga
1) Jenis : jalan kaki
2) Frekuensi : tidak tentu
3. Kegiatan diwaktu luang : wisata kuliner
4. Kesulitan dalam hal tertentu : tidak ada, tapi mudah merasa lelah
5) Pola bekerja
1. Jenis pekerjaan : ringan, lama 15 tahun
2. Jumlah jam kerja : 08.00 – 16.00, lama : 8 jam
3. Jadwal kerja : setiap hari
4. Lain – lain : tidak ada
6) Pola kebersihan lingkungan
1. Kebersihan : cukup bersih
2. Bahaya : tidak ada
3. Polusi : jalan besar dan tempat sampah
6. Aspek psikososial
1. Pola pikir dan persepsi
1) Alat bantu yang digunakan : kaca mata
2) Kesulitan yang dialami : sering pusing
2. Persepsi diri
1) Hal yang amat dipikirkan saat ini : apakah penyakitnya dapat
disembuhkan apa tidak ?
2) Harapan setelah menjalani perawatan : ingin merbah semua kebiasaan
yang menggangu kesehatannya
3) Perubahan yang dirasa setelah sakit : seua kebiasaan dibatasi
3. Suasana hati : cemas, pasrah dengan penyakitnya
Rentang perhatian : sangat rentang
4. Hubungan / komunikasi :
1) Bicara : jelas, bahasa utama : Indonesia, bahasa daerah : jawa
2) Tinggal bersama : istri dan 2 orang anak
3) Kehidupan keluarga
1. Adat yang dianut : jawa
2. Pembuatan keputusan : sendiri, kadang dibantu istri
3. Pola komunikasi : baik
4. Keuangan : memadai
5. Kesulitan dalam keluarga : tidak ada
4) Yang dilakukan jika stress : marah
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Keadaan pasien saat MRS lemah, dan mengeluh dada sebelah kirinya sakit
sedangkan nafasnya tidak teratur. Tingkat kesadaran pasien normal.
b. Tanda – tanda vital
1. Tekanan darah : 135 / 90 mmHg
2. Nadi : 90 x / menit
3. RR : 18 x / menit
4. Suhu : 360 C
c. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bentuk bulat lonjong, keluhan yang berhubungan : pusing
b. Mata
1. Ukuran pupil : isokor
2. Reaksi terhadap cahaya : baik
3. Akomodasi : baik
4. Bentuk : simetris
5. Konjungtiva : tidak anemis
6. Fungsi penglihatan : terganggu
7. Tanda tanda radang : tidak ada
8. Pemeriksaan mata terakhir : klien memakai kacamata
c. Hidung
1. Reaksi alergi : tidak ada
2. Pernah mengalami flu : pernah
3. Frekuensi dalam setahun : 3 x setahun
4. Sinus : -
5. Pendarahan : tidak ada
d. Mulut dan tenggorokan
1. Gigi geligi
2. Kesulitan / gangguan pembicaraan : tidak
3. Kesultan menelan : tidak
4. Pemeriksaan gigi terakhir : tidak pernah
e. Pernafasan
1. Suara paru : wheezing
2. Pola nafas : tidak teratur
3. Batuk : tidak menentu
4. Sputum : -
5. Nyeri : -
6. Kemampuan melakukan aktifitas : terbatas
f. Sirkulasi
1. Nadi perifer : cukup
2. Capilary refiling : kurang dari 3 detik
3. Distensi vena jugularis : tidak ada
4. Suara jantung : aritmia
5. Suara jantung tambahan : -
6. Irama jantung (monitor) : -
7. Perubahan warna kulit : tidak tampak
8. Monitoring hemodinamika : CVP : tidak dipasang
g. Nutrisi
Jenis diet : Tinggi kalori, tinggi protein, nafsu kurang, rasa mual : kadang –
kadang, muntah, intake cairan : per oral 1000 – 1500 cc/24 jam
h. Eliminasi
Pola rutin : BAB penggunaan laksantia : -, colostomy :-, ileostomy : -,
konstipasi : +
Pola rutin : BAK, inkontinensia : -, infeksi : ginjal, hematuria : -, cateter : -,
urine out put : 750 – 1000 cc / 24 jam
i. Reproduksi
Pemeriksaan sendiri : -
Prostat : normal
Penggunaan kateter : -
j. Neurologis
Tingkat kesadaran : compas mentis, orientasi : baik, koordinasi : kurang,
pola tingkah laku : masih dalam batas normal, riwayat epilepsi/kejang,
perkiraan : -, refleksi : baik, kekuatan menggenggam : menurun,
pergerakan ekstremitas : terbatas
k. Muskuloskeletal
Nyeri : sendi : -, pola latihan gerak : berkurang, kelakuan : normal
l. Kulit
Warna : sawo matang, turgor : normal, integritas : dalam batas normal
d. Pemerikasaan penunjang
1) pemeriksaan laboratorium ( 24 September 2017 )
1. Hb : 13.6 gr
2. Leukosit : 10.000 / mm3
3. GDS : 65
4. Kreatinin : 1.22
5. Ureum : 29
6. Uric acid : 7.2 mg/dl
7. Trigliserida : 263 mg / dl
8. Kolestrol : 205 md / dl
9. LDL : 134 mg / dl HDL : 38 mg / dl
ANALISA DATA
2. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan cardiac output sehubungan dengan penurunan kontraksi myocard
2. Tidak tolerans terhadap aktivitas sehubungan degan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen
3. Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
perkembangannya.
Shivaramakrishna. 2010. Risk Factors of Coronary Heart Disease among Bank Employees of
Belgaum City - Cross-Sectional Study.http://ajms.alameenmedical.org/article_Vol03-2-apr-jun
2010/AJMS.3.2.152-159.pdf. Diakses tanggal 20 Oktober 2017
American Heart Association (AHA). 2011. Metabolic risk for cardiovascular disease edited
by Robert H. Eckel. Wiley - Blackwell Publishing.