Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian
dan kesakitan pada manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan
seperti pengaturan makanan (diet), menurunkan kolesterol dan perawatan berat
badan, diabetes dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi
masalah utama kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner
adalah aterosklerosis koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi
secara bertahap yaitu penebalan dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner
dianggap sebagai proses pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol
yang berada pada dinding arteri (Yuet Wai Kan, 2000).
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-
negara maju dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi
kesehatan duina (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung
koroner (PJK) merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor
penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat
meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2010).
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang
belum mendapat perhatian mengenai besarnya resiko seseorang,
ketidakmampuan, hilangnya pekerjaan, dan pada saat masuk rumah sakit. Pada
dekade sekarang sejak konferensi klinis terakhir oleh New York Heart
Association atau asosiasi kesehatan New York menyatakan subjek ini, dari
sejumlah loka karya telah mengeluarkan informasi baru yang penting mengenai
penyakit ini, cara pencegahan dan kontrol. Hal ini dinyatakan dalam besarnya
perubahan yang jelas secara klinis dari PJK dan banyaknya faktor yang
mungkin relevan, besarnya jumlah pasien yang ikut, kelompok yang akan
termasuk dalam semua kasus PJK yang timbul pada populasi umum dengan
karakteristik jelas.

Penyakit Jantung Koroner | 1


Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama
disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis
atau spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang
sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun
negara berkembang. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal karena
penyakit ini. Di Eropa diperhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta penduduk
menderita PJK. Hasil survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI
menyatakan prevalensi PJK di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.
Bahkan, sekarang (tahun 2000-an) dapat dipastikan, kecenderungan penyebab
kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular
(antara lain PJK) dan degeneratif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Teori Penyakit Jantung Koroner?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori Penyakit Jantung Koroner
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner | 2


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yangpaling
mematikan. (Muhammad & Oktavianti, 2010).
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi
penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner
menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah
otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak terdapat beberapa factor
memicu penyakit ini, yaitu: gaya hidup, factor genetik, usia dan penyakit pentyerta
yang lain. (Norhasimah,2010).
American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung koroner
adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat
menyebabkan serangan jantung. Penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut
dengan aterosklerosis. Penyakit jantung koroner (pjk) merupakan keaadaan dimana
terjadi penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri
koroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang
menyuplai darah otot jantung dengan membawa oksigen yang
banyak. (Prabowo&Pranata, 2017).
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit dimana adanya penumpukan
plak dan penyempitan di arteri jantung yang menyebabkan seseorang mengalami
serangan jantung.

B. Etiologi Penyakit Jantung Koroner


Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan,
atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh
darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai
dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah
dapat hilang. Hal ini dapat merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir
dan berakhir dengan kematian.

Penyakit Jantung Koroner | 3


Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak kolesterol
dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk di bawah
lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat
menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun berhenti,
sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari
jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran
darah ke jantung berkurang. Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi
pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan
jantung. Proses pembentukan plak yang menyebabkan pergeseran arteri tersebut
dinamakan arteriosklerosis. Awalnya penyakit jantung di monopoli oleh orang tua.
Namun, saat ini ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah
usia 40 tahun. Hal ini biasa terjadi karena adanya pergeseran gaya hidup, kondisi
lingkungan dan profesi masyarakat yang memunculkan “tren penyakit” baru yang
bersifat degnaratif. Sejumlah prilaku dan gaya hidup yang ditemui pada masyarakat
perkotaan antara lain mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar
lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan,
kurang berolahraga, dan stress. (Prabowo & Pranata, 2017).
Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner:
1. Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi
2. Kadar Kolesterol HDL rendah
3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
4. Merokok
5. Diabetes Mellitus
6. Kegemukan
7. Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
8. Kurang olah raga
9. Stress

Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung
koroner dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan). Anda bisa terkena

Penyakit Jantung Koroner | 4


penyakit jantung koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan
(overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes.
Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung
koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti
merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga.

C. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner


Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil
yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya
ketunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koroner, aorta dan arteri serebral.
Langkah pertama dalam pembentukan ateroklerosis dimulai dengan disfungsi
lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel
atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas
terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida,
sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidadi asam lemak menghasilkan
oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembulu darah.
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit
kearea cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang
kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan
trombosit kearea lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B,
dan melepaskan senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant (penarik
kimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan dan fibrosis. Pada saat
ditarik kearea cedera, sel darah putih akan menempel disana oleh aktivitas faktor
adhesif endotelial yang bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama
terhadap sel darah putih, pada saat menempel dilapisan endotelial, monosit dan
neutrofil mulai berimigrasi diantara sel-sel endotel keruang interstisial. Diruang
interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap

Penyakit Jantung Koroner | 5


melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga
merangsang ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh
ditunika intimia.
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima karena
permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan
terdapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut,
agregasi trombosit meningkat dan memulai terbentuk bekuan darah (tombus),
sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan perut sehingga mengubah
strktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan
lemak, pembentukan deposit jaringan perut, pembentukan bekuan yang berasal dari
trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan
dan menyempit. Apabila kekauan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat
aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah)
miokardium dan sel-sel miokardium sehingga menggunakan glikosis anerob untuk
memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak
afisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat sehingga menurunkan
pHmiokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris.
Ketika kekurangan oksigen pada jantung dan sel sel otot jantung berkepanjangan
dan iskemia miokard yang tidak teratasi maka terjadilah kematian otot jntung yang
dikenal sebagai miokard infark. Patofisiologi penyakit jantung koroner zat masuk
arteri proinflamatori permeabilitas reaksi inflamasi cedera sel endotel sel darah
putih menempel di arteri imigrasi keruang interstisial pembuluh kaku dan sempit
aliran darah pembentukan trombus monosit makrofag lapisan lemak sel otot polos
tumbuh asam laktat terbentuk MCI kematian. (Prabowo & Pranata, 2017).

Penyakit Jantung Koroner | 6


D. WOC Penyakit Jantung Koroner

E. Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner


Menurut, Hermawatirisa 2014, Gejala penyakit jantung koroner sebagai berikut:

1. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)


2. Sesak nafas (Dispnea)
3. Keanehan pada iram denyut jantung
4. Pusing
5. Rasa lelah berkepanjangan
6. Sakit perut, mual dan muntah

Penyakit Jantung Koroner | 7


Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda-
beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan pemeriksaan yang
seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit,
pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim
jantung dapat membedakan subset klinis PJK.

F. Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner


Menurut (Putra S, dkk, 2013) Klasifikasi PJK:
1. Angina Pektoris Stabil/Stable Angina Pectoris
Penyakit Iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen miokard. Di tandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan
oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemia Miokard dapat bersifat
asimtomatis (Iskemia Sunyi/Silent Ischemia), terutama pada pasien diabetes.8
Penyakit ini sindrom klinis episodik karena Iskemia Mi okard transien. Laki-
laki merupakan 70% dari pasien dengan Angina Pektoris dan bahkan sebagian
besar menyerang pada laki-laki ±50 tahun dan wanita 60 tahun.
2. Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable Angina Pectoris
Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh disrupsi
plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang menurunkan
aliran darah koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi, intensitas atau
lama nyeri, Angina timbul pada saat melakukan aktivitas ringan atau istirahat,
tanpa terbukti adanya nekrosis Miokard. 6 a. Terjadi saat istirahat (dengan
tenaga minimal) biasanya berlangsung> 10 menit. b. Sudah parah dan onset
baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya), dan c. Terjadi dengan pola crescendo
(jelas lebih berat, berkepanjangan, atau sering dari sebelumnya).
3. Angina Varian Prinzmetal
Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran darah ke
otot jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner yang
signifikan, Namun dua pertiga dari orang dengan Angina Varian mempunyai
penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan kekejangan terjadi pada

Penyakit Jantung Koroner | 8


tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum dan hampir selalu terjadi
bila seorang beristirahat - sewaktu tidur. Anda mempunyai risiko meningkat
untuk kejang koroner jika anda mempunyai: penyakit arteri koroner yang
mendasari, merokok, atau menggunakan obat perangsang atau obat terlarang
(seperti kokain). Jika kejang arteri menjadi parah dan terjadi untuk jangka
waktu panjang, serangan jantung bisa terjadi.
4. Infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infarction
Nekrosis Miokard Akut akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang
bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena trombus atau spasme
hebat yang berlangsung lama. Infark Miokard terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Non ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI)
b. ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI)

G. Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner


Tindakan yang dilakukan:
1. Mengatasi iskemia
a. Medikamentosa
Obat-obat yang diberikan : nitrat (N) propandol, pindalol, antagonis calsium
(Ca A)
b. Revaskularisasi
Hal ini dilaksanakan dengan cara:
1) Pemakaian trombolitik, biasanya pada PJK akut seperti IJA
2) Prosedur invasif (PI) non operatif
3) Operasi (coronary artery surgeny CAS)
2. Melakukan pencegahan secara sekunder
a. Obat-obat pencegahan yang sering dipakai adalah aspirin (A) dengan dosis
375 mg, 160 mg sampai 80 mg. Dosis lebih rendah juga bisa efektif.
b. Dahulu dipakai antikoagulan oral (OAK) tapi sekarang sudah ditinggalkan
karena terbukti tak bermanfaat.

Penyakit Jantung Koroner | 9


3. Perubahan gaya hidup :
a. Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol
tinggi dan memp[ertahankan berat badan sehat.
b. Berhenti merokok
c. Olah raga
d. Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
e. Kurangi stress

H. Pemeriksaan Penunjang Penyakit Jantung Koroner


Menurut Marry (2008), pemeriksaan penunjang pada penyakit jantung koroner
adalah:
1. ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi,
gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan
gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
2. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan
mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan
mencapai puncak pada 36 jam.
3. Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan
konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
4. Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
5. Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru
yang kronis ata akut.
6. Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
7. Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.
8. Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau
kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9. Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap
suatu stress/ aktivitas.

Penyakit Jantung Koroner | 10


I. Komplikasi Penyakit Jantung Koroner
Menurut, (Karikaturijo, 2010) Komplikasi PJK Adapun komplikasi PJK adalah:
1. Disfungsi ventricular
2. Aritmia pasca STEMI
3. Gangguan hemodinamik
4. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa Elevasi ST
Infark miokard Angina tak stabil.
5. Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
6. Syok kardiogenik
7. Gagal jantung kongestif
8. Perikarditis
9. Kematian mendadak

Penyakit Jantung Koroner | 11


BAB 3
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas:
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Agama
5) Suku bangsa
6) Alamat
7) Tanggal pengkajian
8) Diagnosa medis

Identitas ini digunakan untuk membadakan klien satu dengan yang lain.

b. Keluhan Utama
Nyeri dada
c. Riwayat penyakit sekarang
Nyeri dada bagian kiri disertai sesak nafas
d. Riwayat kesehatan pasien
Kaji riwayat kesehatan, mendapatkan informasi tentang perasaan lelah,
adanya nyeri dada atau pernafasannya dan karakternya (lokasi, frekuensi,
durasi, hubungan dengan makanan, dan pola hidup).
e. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat masa lalu tentang penyakit hipertensi, merokok, pengguna
alkohol, diabetes militus, kolesterol.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga dan terapi obat saat ini.

Penyakit Jantung Koroner | 12


2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas aktivitas, batuk produktif, riwayat
merokok.
Tanda : distres pernafasan, meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan
kedalaman
b. B2 (Bleeding)
Riwayat hipertensi, riwayat penyakit jantung, kegemukan.
Tanda : takikardia, disritmia, tekanan darah normal, meningkat atau
menurun. Bunyi jantung mungkin normal ; S4 lambat atau murmur sistolik
transien lambat (disfungsi otot papilaris) mungkin ada saat nyeri. Kulit atau
membran mukosa lembab, dingin, pucat pada adanya vasokontriksi.
c. B3 (Brain)
Perubahan status mental, orientassi, pola bicara, afek, proses pikir
Tanda : nyeri kepala yang hebat
d. B4 (Bladder)
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya.
Tanda : disuria, oliguria, anuria poliuria sampai hematuria
e. B5 (Bowel)
Tanda: mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, muntah,
perubahan berat badan
f. B6 (Bone)
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miocard
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakadekuatan ventilasi
(nyeri/kelemahan otot)
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik akibat
iscemia miokard, gangguan frekuensi /irama dan konduksi elektrikal,

Penyakit Jantung Koroner | 13


4. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman terhadap konsep diri
(gangguan citra/kemampuan), respon patofisiologis.
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut: pengalaman NOC: NIC:
sensori dan emosional  Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
yang tidak Kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian
menyenangkan yang 1. Mengenali kapan nyeri komprehensif
muncul akibat nyeri terjadi (skala yang meliputi lokasi,
kerusakan jaringan yang 2) karakteristik
actual atau potensial 2. Menggunakan 2. Observasi adanya
atau digambarkan dalam tindakan petunjuk nonverbal
hal kerusakan rupa pengurangan nyeri mengenai
(International tanpa analgesic ketidaknyamanan
Assiciation for the Study (skala 1) terutama pada mereka
of Pain) awitan yang 3. Menggunakan yang tidak dapat
tiba-tiba atau lambat analgesic yang berkomunikasi secara
dari intensitas ringan direkomendasikan efektif
hingga berat dengan 4. Melaporkan 3. Gunakan strategi
akhir yang dapat perubahan terhadap komunikasi terapeutik
diantisipasi atau gejala nyeri pada untuk mengetahui
diprediksi dan professional pengalaman nyeri dan
berlangsung <6 bulan kesehatan sampaikan
penerimaan pasien
terhadap nyeri

Penyakit Jantung Koroner | 14


 Tingkat Nyeri 4. Evaluasi pengalaman
Kriteria Hasil nyeri di masa lalu
1. Nyeri yang yang meliputi riwayat
dilaporkan (4) nyeri yang
2. Panjangnya episode menyebabkan
nyeri (5) disability atau
3. Ekspresi nyeri wajah ketidakmampuan
(5) dengan cepat
4. Frekuensi nafas (5) 5. Berikan informasi
5. Denyut jantung mengenai nyeri,
apical (5) seperti penyebab nyer,
6. Tekanan darah (5) berapa lama nyeri
akan dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat procedure
6. Kurangi atau eliminasi
faktor-faktor yang
dapat mencetuskan
atau meningkatkan
nyeri (misalnya,
ketakutan, kelelahan,
keadaan monoton dan
kurang pengetahuan)
7. Pilih dan
implementasikan
tindakan yang
beragam (misalnya,
farmakologi,

Penyakit Jantung Koroner | 15


nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri,
sesuai dengan
kebutuhan
8. Ajarkan penggunaan
teknik non
farmakologi (seperti,
biofeedback, TENS,
hypnosis, relaksasi,
bimbingan aktivitas,
akupressur, aplikasi
panas atau dingin dan
pijatan, sebelum,
sesudah dan jika
memungkinkan)
9. Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurun
nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
2 Ketidakefektifan pola NOC NIC
nafas: inspirasi dan/ atau  Status Pernafasan: Monitor pernafasan
ekspirasi yang tidak Ventilasi

Penyakit Jantung Koroner | 16


memberi ventilasi Kriteria Hasil: 1. Monitor kecepatan,
adekuat 1. Frekuensi irama, kedalaman dan
pernafasan kesulitan bernafas
2. Irama pernafasan 2. Catat pergerakan dada,
catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan oto-otot
bantu nafas, dan
retraksi pada otot bantu
nafas, dan retraksi pada
otot supracliviculas
dan interkosta
3. Monitor pola nafas
(misalnya, bradipneu,
takipneu,
hiperventilasi,
pernafasan kusmaul)
4. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan,
dan kekurangan dan
kekurangan udara pada
pasien
5. Monitor keluhan sesak
nafas pasien, termasuk
kegiatan yang
meningkatkan atau
memperburuk sesak
nafas tersebut

Penyakit Jantung Koroner | 17


3 Penurunan Curah NOC NIC
Jantung:  Kefektivan pompa Perawatan Jantung: akut
ketidakadekuatan darah jantung 1. Evaluasi nyeri dada
yang dipompa oleh Kriteria Hasil: (intensitas, lokasi,
jantung untuk 1. Tekanan darah sistol radiasi, durasi, faktor
memenuhi kebutuhan 2. Tekanan darah pemicu dan yang
metabolic tubuh diastole mengurangi)
3. Denyut jantung 2. Intruksikan pasien
apical akan pentingnya
4. Angina melaporkan segera jika
5. Peningkatan berat merasakan
badan ketidaknyamanan di
6. Intoleransi aktivitas bagian dada
3. Monitoe EKG
sebagaimana mestinya,
apakah terdapat
perubahan segment ST
4. Monitor irama jantung
dan kecepatan denyut
jantung
5. Auskultasi suara
jantung
4 Intoleransi aktivitas: NOC NIC
ketidakcukupan energy  Toleransi terhadap Perawatan jantung:
psikologis atau aktifitas: rehabilitative
fisiologis untuk Kriteria Hasil 1. Monitor toleransi
melanjutkan atau 1. Frekuensi pernafasan pasien terhadap
menyelasaikan aktivitas ketika beraktivitas aktivitas
kehidupan sehari-hari

Penyakit Jantung Koroner | 18


yang harus atau yang 2. Kemudahan 2. Instruksikan kepada
ingin dilakukan bernapas ketika pasien dan keluarga
beraktivitas mengenai modifikasi
3. Tekanan darah faktor resiko jantung
sistolik ketika (menghentikan
beraktivitas kebiasaan merokok,
4. Tekanan darah diet, dan olahraga)
diatolik ketika sebagaimana mestinya
beraktivitas 3. Instruksikan kepada
5. Temuan/hasil EKG pasien mengenai
(elektrokardiogram) perawatan diri pada
saat mengalami nyeri
dada (minum
netrogliserin
sublingual steiap 5
menit selama 3 kali,
jika nyeri dada belum
hilang, cari pelayanan
medis gawat darurat)

5 Ansietas: perasaan tidak NOC NIC


nyaman atau  Tingkat Kecemasan Terapi Relaksasi
kehawatiran yang samar Kriteria Hasil: 1. Gunakan
disertai respons 1. Peningkatan tekanan rasionalisasi dan
autonomy (sumber darah manfaat relaksasi
seringkali tidak spesifik 2. Peningkatan serta jenis relaksasi
atau tidak diketahui oleh frekuensi pernafasan yang tersedia
individu) perasaan takut (music, meditasi,
yang disebabkan oleh bernafas dengan

Penyakit Jantung Koroner | 19


antisipasi terhadap ritme, relaksasi
bahaya. Hal ini rahang)
merupakan isyarat 2. Ciptakan
kewaspadaan yang lingkungan tenang
memperingatkan dan tanpa distraksi
individu akan adanya dengan lampu yang
bahaya dan redup dan tanpa
memampukan individu suhu lingkungan
untuk bertindak yang nyaman
menghadapi ancaman 3. Dorong control
sendiri ketika
relaksasi dilakukan
4. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
tambahan dengan
(penggunaan) obat-
obatan nyeri atau
sejalan dengan
terapi lainnya
dengan tepat

D. Implementasi
E. Evaluasi

Penyakit Jantung Koroner | 20


BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung.
Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh
penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit
yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara
lain adalah gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga), riwayat PJK pada
keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit
jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan
menghindari fakto-faktor resiko seperti pola makan yang sehat, menurunkan
kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari stress
kerja.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran
dibandingkan dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar
kolesterol pada pekerja kantoran dan pekerja kasar. Pada pekerja dengan aktivitas
rendah perlu kiranya melakukan control terhadap kadar kolesterol darah dan
menjaga jenis makanan yang dikonsumsi rendah kolesterol. Berolahraga secara
rutin perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran peredaran darah dan keseimbangan
metabolisme.
B. Saran
Penyakit Jantung Koroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya
kepada usia lanjut saja, namun pada usia yang masih sangat muda sekalipun
penyakit jantung dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit
berbahaya ini maka kita harus mualai dengan berperilaku hidup sehat.

Penyakit Jantung Koroner | 21


DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskuler. EGC. Jakarta

Karikaturijo, 2010. Penyakit Jantung Koroner. Universitas Pembangunan Nasional


Veteran. Jakarta.

Muhammad, H. F., & Oktavianti, P. H. 2010. Bebas Kanker Tanpa Daging.


Yogyakarta: PT Niaga Swadaya.

Norhasimah, D., 2010. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Widya
Medika.

Prabowo, E., & Pranata, A. E. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Demham


Gamgguan Sistem Kardio Vaskuler. YOGYAKARTA: Nuha medika.

Putra S, Panda L, Rotty. 2013. Profil penyakit jantung koroner. Manado: fakultas
kedokteran

Risa Hermawati, Haris Candra Dewi. 2014. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:
Kandas media (Imprint agromedia pustaka).

Penyakit Jantung Koroner | 22

Anda mungkin juga menyukai