Anda di halaman 1dari 7

Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK).......

1. Defenisi
Penyakit Jantung Koroner atau lebih sering dikenal dengan PJK adalah jenis penyakit
yang banyak menyerang penduduk Indonesia. Kondisi ini terjadi akibat
penyempitan/penyumbatan di dinding nadi koroner karena adanya endapan lemak dan
kolesterol sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu.
Penyakit Arteri Koroner / penyakit jantung koroner (Coronary Artery Disease) ditandai
dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu
arteri koroner dan menyumbat aliran darah.

Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di
percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan
menyediakan darah bagi jantung.
Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis.
Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit.
Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam aliran
darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan ateroma tersebut.

Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung (miokardium)
memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner.
Jika penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, bisa terjadi iskemi (berkurangnya
pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung.
.
2. Penyebab PJK

Penyakit ini disebabkan oleh adanya penyempitan dan penyumbatan di pembuluh arteri
koroner. Hal ini disebabkan oleh penumpukan zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) di
dinding pembuluh nadi bagian paling bawah (endotelium).

Setelah lemak menumpuk, aliran darah akan tersumbat dan tak mampu menuju jantung
sehingga mengganggu kerja jantung dalam memompa darah. Efek yang paling dirasakan
adalah hilangnya pasokan oksigen dan nutrisi menuju jantung karena aliran darah ke jantung
berkurang.

Kolesterol dan Penyakit Arteri Koroner

Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan kadar kolesterol
total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah.
Jika terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), maka resiko terjadinya
penyakit arteri koroner akan menurun.

Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu
mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan kadar
kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah berkembangnya
penyakit arteri koroner.
Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki faktor
resiko berikut:
Merokok sigaret
Tekanan darah tinggi
Kegemukan
Malas berolah raga
Kadar trigliserida tinggi
Keturunan
Steroid pria (androgen).

3. Gejala Penyakit Jantung Koroner


Nyeri di dada, lebih spesifiknya nyeri di dada bagian tengah yang menjalar sampai ke lengan
kiri atau leher, bahkan sampai ke punggung. Nyeri dada seperti ini adalah nyeri khas dari
penyakit jantung koroner. Nyeri ini timbul hanya ketika melakukan aktifitas fisik dan akan
berkurang saat beristirahat.
Gejala penyerta seperti keringat dingin dan timbulnya rasa mual.
Pusing kepala yang berkepanjangan
Merasa sekujur tubuhnya terbakar tanpa sebab yang jelas
Terjadi keluhan di sekitar tulang dada dan leher
Tapi kebanyakan orang yang menderita penyakit jantung koroner tidak mengalami beberapa
gejala di atas. Tiba-tiba saja jantung si penderita bermasalah dan dalam kondisi yang kronis.
4. Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan
masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang Di belahan negara dunia,
penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa.
Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 478000 orang meninggal karena penyakit jantung
koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi
peralihan, 300000 orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000
orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis
merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus
bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang
banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung Sedunia (World
Heart Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di
negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat
penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan
kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal
terpenting untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler pada 2010. Di negara berkembang dari
tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat
137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih
rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit
kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu,
penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomer satu di dunia.
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Tentu
saja mulai dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit psikososial
yang menjadikan Indonesia saat ini yang menghadapi " threeple burden diseases". Namun
tetap saja penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner – "the
silence killer". Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK)
mencapai 26%. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN),
dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991,
angka kematian akibat PJK adalah 16 %. kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak
menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000
penduduk di negara kita.
Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari Rumah Sakit, kasus tertinggi Penyakit
Jantung Koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.784 kasus (26,00%) dibanding
dengan jumlah keseluruhan kasus Penyakit Jantung Koroner di kabupaten/kota lain di Jawa
Tengah. Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus keseluruhan PTM lain di Kabupaten
Klaten adalah 3,82%. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Banyumas yaitu
sebesar 2.004 kasus (10,89%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan PTM lain di
Kabupaten Banyumas adalah sebesar 9,87%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten
Tegal yaitu 2 kasus (0,01%). Sedangkan kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap belum
melaporkan. Rata-rata kasus Jantung Koroner di Jawa Tengah adalah 525,62 kasus.
Beberapa hasil penelitian telah dilakukan terkait dengan penyakit jantung koroner dan
factor-faktor yang berpengaruh. Salah satunya yaitu, penelitian tentang Pengembangan
Model Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada Kelompok
Pengambil Keputusan (Lanjutan ). Para pejabat pengambil keputusan di Indonesia adalah
kelompok masyarakat penting karena kelompok inilah otak dari baik tidaknya situasi dan
kondisi pembangunan. Namun, kelompok ini sering terpapar pada faktor risiko penyakit
jantung koroner. Untuk mendapatkan suatu model dalam menurunkan faktor risiko tersebut di
atas telah dilakukan suatu survei sehingga diperoleh data dasar mengenai keadaan (a).
fisik(elektrokardiografik = EKG dan tekanan darah); (b). antropometrik (tinggi dan berat
badan); (c). pemeriksaan darah terhadap kadar kolesterol, gula darah, asam urat; dan (d).
paparan asap rokok. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa faktor risiko
terhadap terjadinya penyakit jantung koroner yang paling mencolok ditunjukan oleh kadar
kolesterol tinggi (70,4%) disusul oleh kegemukan (28,6%); kadar asam urat tinggi (27,7%)
dan EKG tidak normal (21,4%). Data tentang kadar kolesterol darah tinggi, kegemukan,
kadar asam urat darah tinggi dan EKG tidak normal digunakan sebagai data dasar untuk
membuat model menurunkan faktor risiko terhadap terjadinya. (Ganda Siburian, 2001).
5. Hal-hal yang memicu penyakit jantung koroner :

Merokok dalam jumlah yang banyak dan selama bertahun-tahun


Konsumsi makanan yang berlemak atau berkolesterol tinggi
Hipertensi yang telah diderita
Obesitas
Kurang beraktivitas dan berolahraga
Minum minuman beralkohol
Penyalahgunaan obat (narkoba)

6. Fakta-Fakta mengenai PJK

 Setiap tahun di AS, lebih dari setengah juta orang meninggal akibat penyakit jantung koroner
 Kematian akibat jantung koroner bisa dicegah dikarenakan penyakit ini berhubungan dengan
gaya hidup. Jika masyarakat baik dan sehat dalam hidup dipastikan terbebas dari penyakit
jantung koroner
 Perawatan bagi penderita penyakit jantung koroner membutuhkan waktu yang sangat lama dan
kontinu.

7. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

Gaya hidup seimbang dan menghindari risiko stres sangat dibutuhkan agar seseorang tidak
terkena penyakit jantung koroner.
Mengonsumsi makanan sehat dan berserat tinggi. Kurangi makanan yang berlemak dan
berkolesterol tinggi agar tidak terjadi kegemukan.
Segera berhenti merokok. Merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang
sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arterin yang memicu stroke
Mengurangi atau menghindari minuman beralkohol
Olahraga yang teratur
Hindari penggunaan obat-obatan terlarang

8. Tes untuk memastikan apakah seseorang memiliki penyakit jantung koroner

Tidak ada ukuran yang pasti untuk mengetahui penyakit jantung koroner. Tapi beberapa jenis
tes berikut dapat memberikan gambaran apakah seseorang mengidap penyakit jantung
koroner
 Electrocardiogram
 Stress test
 Nuclear scanning
 Coronary angigraphy

Anda mungkin juga menyukai