Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

PEMBAHASAN
1. Pengertian
Penyakit kardiovaskular adalah sekelompok penyakit jantung dan pembuluh darah
yang meliputi: penyakit jantung koroner (coronary heart disease), penyakit
serebrovaskular (cerebro-vascular disease), penyakit arteri perifer (peripheral
arterial disease), penyakit jantung rematik (rheumatic heart disease), penyakit
jantung bawaan (congenital heart disease), trombosis vena dalam (deep vein
thrombosis) dan emboli pulmonal (pulmonary embolism). Penyakit kardiovaskular
didefinisikan sebagai kondisi yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi,
aliran darah yang melalui bilik jantung, aliran darah miokard, serta sirklasi perifer
yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam fungsi jantung (Poter dan Perry,
2010:332).
Penyakit kardiovaskular dapat digolongkan kedalam 3 bentuk gangguan system
kardiovaskular yaitu gangguan fungsi jantung, gangguan struktur jantung, dan
gangguan sistem vascular. Gangguan fungsi jantung terdiri dari, Atherosklerosis,
Angina Pectori, Myocardial Infarct Acute, Kardiomiopati, dan Congestive Heart
Failure (Gagal Jantung). Gangguan struktur jantung terdiri dari; deman rheumatik
dan penyakit jantung rheumatic, endocarditis, miokarditis, dan kelainan katup jantung
(valvular heart disease). Selanjutnya gangguan sistem vascular diantaranya,
hipertensi.
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di dunia. Pada
tahun 2004, sekitar 17,1 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular,
sebanyak 7,2 juta di antaranya meninggal akibat penyakit jantung koroner dan 5,7
juta akibat stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular ini lebih
banyak terjadi pada negara-negara dengan penghasilan rendah dan sedang (82%),
termasuk Indonesia.
Berdasarkan data di Indonesia, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab
lebih dari 30% kematian pada semua usia dengan proporsi kematian akibat: (i) stroke
sebesar 15,4%, (ii) hipertensi sebesar 6,8%, (iii) penyakit jantung koroner sebesar
5,1%, dan (iv) penyakit jantung sebesar 4,6%.2 Jika tidak dilakukan tindakan
pencegahan terhadap faktor risiko penyakit kardiovaskular, maka pada tahun 2030
jumlah orang yang meninggal akan meningkat sampai 23,6 juta, dan peningkatan
jumlah kematian terbanyak akan terjadi di wilayah Asia Tenggara.

2. Etiologi Penyakit Kardiovaskular


Penyakit kardiovaskular disebabkan oleh berbagai faktor resiko. Faktor resiko
tersebut menurut Syamsudin (2011:46) ada yang tidak dapat diubah dan faktor resiko
yang dapat diubah, yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
 Usia
Usia berpengaruh pada resiko terkena penyakit kardiovaskular,
karena usia menyebabkan perubahan di dalam jantung dan pembuluh
darah. Tekanan darah meningkat sesuai usia, karena arteri secara
perlahanlahan kehilangan keelastisannya.
 Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, pria cenderung berpotensi lebih besar
terkena serangan jantung pada usia lebih muda dibandingkan dengan
wanita. Namun, risiko penyakit jantung pada wanita meningkat signifikan
pada masa menopause dua atau tiga kali lipat pada usia yang sama
sebelum menopause (Hermawati & Dewi, 2014). Wanita mempunyai
faktor resiko terkena serangan penyakit jantung lebih rentan daripada pria.
Pada wanita, kerentanan ini belum terjadi selama ia masih dalam masa
subur, karena hormon-hormon wanita mempunyai khasiat melawan
aterosklerosis. Ketika wanita sudah memasuki masa klimakterium atau
bahkan menopause, ia memiliki kerentanan yang sama terhadap penyakit
jantung seperti pada pria (Cahyono, 2008).
 Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga terkena penyakit jantung meningkatkan
resiko dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki
riwayat keluarga resiko jantung
b. Faktor resiko yang dapat diubah
 Merokok
Kebiasaan merokok tidak baik untuk seluruh sistem
kardiovaskular, karena memasukkan karbon monoksida ke dalam tubuh
dan menurunkan kadar HDL-kolesterol yang “baik”
 Berat badan berlebihan (obesitas)
The American Heart Association menerangkan bahwa obesitas
(kegemukan) merupakan factor resiko utama untuk penyakit
kardiovaskular. Berat badan 20 % diatas berat badan yang disarankan
sesuai tinggi badan dianggap sebagai kelebihan berat badan bukan
kegemukan, dan dipertimbangkan sebagai kegemukan jika pria 25% berat
tubuhnya sebagai lemak dan wanita lebih dari 35%.
 Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang atau kurang dalam berolahraga adalah
kontribusi utama pada obesitas, diabetes, dan hipertensi. Memulai
olahraga rutin dapat meningkatkan HDL-kolesterol atau “kolesterol baik”,
terutama jika olahraga dikaitkan dengan penurunan berat badan.
 Kadar lemak tinggi
LDL-kolesterol harus dibawah 100 mg/dl dan trigliserida harus
kurang dari 200 mg/dl. Kadar HDL-kolesterol bagi pria harus lebih besar
daripada 35 mg/dl, sedangkan untuk wanita harus lebih besar daripada 45
mg/dl.
 Diabetes
Diabetes adalah factor resiko utama untuk penyakit kardiovaskular.
Tubuh penderita diabetes tanpa insulin gula tidak dapat masuk ke aliran
darah dan ke dalam sel pekerja (sel pekerja kelaparan).
 Hipertensi
Jika timbul banyak resistensi, baik oleh darah maupun dinding
arteri, bearti lebih banyak tekanan, karena darah mengalir melalui arteri.
Jika tekanan ini membutuhkan lebih banyak energi agar darah mengalir di
arteri, bearti jantung anda harus bekerja lebih keras pada setiap detaknya

3. Patofisiologi Penyakit Kardiovaskular


a. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung terutama penyakit jantung koroner terjadi dimulai dari
penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh darah. Penyumbatan
pembuluh darah pada awalnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL
(lowdensity lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri
sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah.
Penyakit jantung memiliki tanda dan gejala yang khas diantaranya adalah
penderita sering mengeluh lemah dan kelelahan. Penderita mengalami nyeri dada
dan sesak nafas, dada seperti tertekan benda berat, bahkan terasa panas dan seperti
diremas (Nadianto, 2018). Selain tes darah dan rontgen dada, tes untuk
mendiagnosis penyakit jantung dapat mencakup, elektrokardiogram (EKG),
pemantauan holter, ekokardiogram, kateterisasi jantung, computerized
tomography (CT) scan pada jantung, magnetic resonance imaging (MRI) pada
jantung (Samiadi, 2016).

b. Patofisiologi stroke
Oksigen sangat penting untuk otak, jika terjadi hipoksia seperti yang
terjadi pada kasus stroke, mak aotak akan mengalami perubahan metabolik,
kematian sel dan kerusakan permanen. (Mozaffarian et al., 2015). Pembuluh
darah yang paling sering terkena adalah arteri serebral dan arteri karotis interna
yang ada di leher (Guyton & Hall, 2014).
Awalnya penyempitan pembuluh darah otak menyebabkan perubahan
pada aliran darah lalu setelah terjadi stenosis yang cukup hebat dan melampaui
batas krisis maka terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Obtruksi
suatu pembuluh darah arteri di otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana
jaringan otak normal sekitarnya masih mempunyai peredaran darah yang baik
berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada.
Perubahan yang terjadi pada kortek akibat oklusi pembuluh darah awalnya adalah
gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan dilatasi arteri
dan arteriola. (America Health Association, 2015).
Penyempitan atau penyumbatan pada arteri serebri media yang sering
terjadi menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas kontralaterla, serta defisit
sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan 2
postsentralis. (America Health Association, 2015).

c. Patofisiologi Penyakit Arteri Perifer


Pofisiologi yang terjadi pada pasien PAP (Penyakit Arteri Perifer )
meliputi keseimbangan suplai dan kebutuhan nutrisi otot skeletal. Klaudikasio
intermiten terjadi ketika kebutuhan oksigen selama latihan atau aktivitas melebihi
suplainya dan merupakan hasil dari aktivasi reseptor sensorik lokal oleh
akumulasi laktat dan metabolit lain. Pasien dengan klaudikasio dapat mempunyai
single atau multiple lesi oklusif pada arteri yang mendarahi tungkai. Pasien
dengan clinical limb ischemic biasanya memiliki multiple lesi oklusif yang
mengenai proksimal dan distal arteri tungkai sehingga pada saat istirahat pun
kebutuhan oksigen dan nutrisi tidak terpenuhi.
Patofisiologi PAP terjadi karena tidak normalnya regulasi suplai darah dan
penggantian struktur dan fungsi otot skelet. Regulasi suplai darah ke tungkai
dipengaruhi oleh lesi yang membatasi aliran (keparahan stenosis, tidak
tercukupinya pembuluh darah kolateral), vasodilatasi yang lemah (penurunan
nitrit oksida dan penurunan responsifitas terhadap vasodilator), vasokonstriksi
yang lebih utama (tromboksan, serotonin, angiotensin II, endotelin, norepinefrin),
14 abnormalitas reologi (penurunan deformabilitas eritrosit, peningkatan daya
adesif leukosit, agregasi platelet, mikrotrombosis, peningkatan fibrinogen).1

4. Komplikasi Penyakit Kardiovaskular


a. Penyakit Jantung Koroner
Menurut (Karikaturijo, 2010) komplikasi penyakit jantung koroner adalah
disfungsi ventricular, aritmia pasca STEMI, gangguan hemodinamik, syok
kardiogenik, gagal jantung kongestif, perikarditis, kematian mendadak.
Komplikasi penyakit jantung koroner yang paling sering terjadi antara lain: mati
mendadak, gagal jantung mendadak atau menahun, gangguan aritmia (gangguan
detak jantung tidak sesuai aturan), stroke (serangan otak) dan kerusakan katup
jantung (Cahyono, 2008).
Serangan jantung terjadi ketika plak luruh sehingga memicu terbentuknya
bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah. Sumbatan ini dapat
menyebabkan aliran darah menuju jantung terhenti. Pasokan oksigen yang
terhenti selama kurang lebih 20 menit akan menyebabkan kematian otot jantung.
Gagal jantung terjadi saat jantung tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi dalam
waktu yang lama sehingga kemampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh menurun. Gangguan irama jantung (aritmia) saat jantung mengalami
kerusakan dan kekurangan aliran darah, aliran listrik dan irama jantung akan
terganggu.

b. Komplikasi Stroke atau Penyakit Serebrovaskul


Komplikasi stroke merupakan diagnosis-diagnosis atau penyakit-penyakit
yang muncul pada pasien stroke setelah dirawat. Komplikasi stroke meliputi
infeksi thorax, konstipasi, pneumonia, UTI (Urinary Tract Infection), Depresi,
Kejang, stroke berulang, jantung kongestif, luka tekan (Dekubitus).
Infeksi Thorax Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan
mikroorganisme pada penjamu rentan yang terjadi melalui kode transmisi kuman
yang tertentu, cara transmisi mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara
baik droplet maupun airbone, dan dengan kontak langsung yang terjadi di thorax.
Konstipasi adalah perubahan dalam frekuensi dan konsistensi
dibandingkan dengan pola defekasi individu yang bersangkutan, yaitu frekuensi
defekasi kurang dari tiga kali per minggu dan konsistensi tinja lebih keras dari
biasanya.
Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasit. Namun pneumonia
juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu
atau radiasi.

c. Komplikasi Penyakit Arteri Perifer


Kurangnya asupan darah dapat menimbulkan infeksi atau luka di tungkai,
terutama di jari kaki yang tidak kunjung sembuh. Kondisi ini dapat memburuk
dan menyebabkan kematian jaringan atau gangrene sehingga harus diamputasi.
Seperti dikatakan sebelumnya, proses aterosklerosis juga dapat terjadi di
pembuluh darah jantung dan otak. Bila dibiarkan, kondisi ini akan menimbulkan
komplikasi berbahaya, seperti stroke atau serangan jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, F. N., Wicaksana, A. L., & Pangastuti, H. S. (2020). TINgkAT RISIkO
kEJADIAN kARDIOVASkULAR PADA PENYANDANg DIAbETES
MELITUS TIPE 2. Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(JPPNI), 4(3), 182-192.
Jumayanti, J., Wicaksana, A. L., & Sunaryo, E. Y. A. B. (2020). Kualitas Hidup
Pasien Dengan Penyakit Kardiovaskular Di Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan, 13(1), 1-12.
Mauliza, M. (2018). Obesitas Dan Pengaruhnya Terhadap
Kardiovaskular. AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Malikussaleh, 4(2), 89-98.
Patonah, P., Marliani, L., & Mulyani, Y. (2019). Edukasi Pola Hidup Sehat
Kepada Masyarakat Di Kelurahan Manjahlega Kota Bandung Dalam
Menanggulangi Obesitas Sebagai Faktor Resiko Penyakit
Kardiovaskular. AMALIAH: JURNAL PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT, 3(2), 354-361.
Rosjidi, C. H., & Isro’in, L. (2014). Perempuan Lebih Rentan Terserang Penyakit
Kardiovaskular. Ponorogo: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah.
Soleha, T. U., & Bimandama, M. A. (2016). Hubungan Sindrom Metabolik
dengan Penyakit Kardiovaskular. Jurnal Majority, 5(2), 49-55.
Simatupang, M., Pandelaki, K., & Panda, A. L. (2013). Hubungan antara penyakit
arteri perifer dengan faktor risiko kardiovaskular pada pasien dm tipe 2. e-
CliniC, 1(1).
Willyono, A., Presley, B., Kamallan, C., Primayani, D., Setiawan, E., Herawati, F.
& Wibowo, Y. I. (2018). Penyakit kardiovaskular: Seri pengobatan
rasional.

Anda mungkin juga menyukai