Anda di halaman 1dari 5

Analisis Tindak Tutur Lokusi dan Ilokusi

Judul; Mengubah Ide Baik Jadi Ide Hebat; The Voltage Effect

Austin (1956) dan Searle (1969) membagi tuturan menjadi tiga jenis, yaitu (1) tidak
lokusi (locutionary act), yaitu tindak tutur untuk menyatakan suatu maksud, (2) ilokusi
(illocutionary act), yaitu tindak tutur yang dikaitan dengan maksud penutur dibalik kata-kata
yang menyusunnya, dan (3) perlokusi (perlocutionary act), yaitu tindak tutur dengan tujuan
mempengaruh/ member efek lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk, dan
lain-lain (Rustono, 1999:36). Tindak tutur lokusi dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu (1)
pernyataan (deklaratif), yang berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang lain agar menaruh
perhatian, (2) pernyataan (interogarif) yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu sehingga
pendengar memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan, (3) perintah (imperatif) yang
memiliki maksud agar pendengar memberikan tanggapan berupa tindakan atau perbuatan yang
diminta.
Menurut Tarigan (2009:42), bahwa tindak tutur ilokusi terbagi dalam beberapa jenis,
yaitu (1) tindak tutur asertif atau representatif, adalah tindak tutur yang menyatakan apa yang
diyakini penutur kasus atau bukan. Tindak tutur asertif melibatkan pembicara pada kebenaran.
(2) Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang di pakai oleh penutur untuk menyuruh orang
lain melakukan sesuatu. (3) Tindak tutur komisif adalah jenis tindak tutur yang digunakan oleh
penutur untuk membuat dirinya berkomitmen untuk melakukan tindakan tertentu dimasa yang
akan datang. (4) Tindak tutur ekspresif adalah jenis-jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang
dirasakan oleh penutur (perasaan atau sikap). (5) Tindak tutur deklarasi adalah ilokusi yang bila
performansinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi proposisional
dengan realitas.
Berikut ini jenis-jenis penggunaan tindak tutur lokusi dan ilokusi yang ada dalam video
YouTube Mengubah Ide Baik Jadi Ide Hebat; The Voltage Effect.
a) Tindak Tutur Lokusi
Perhatikan kutipan penggalan tuturan berikut ini.
1) “Kalian cukup klik subscribe, kemudian nyalakan loncengnya.” (0:26)
Tuturan tersebut merupakan jenis tindak tutur imperatif karena memiliki
maksud agar pendengar memberikan tanggapan berupa tindakan atau
perbuatan yang diminta oleh sang penutur yakni mengklik subscribe dan
menekan tombol lonceng agar dapat menonton video dari channel tersebut
setiap kali penutur mengunggah video baru. Tuturan ini sering digunakan oleh
pembuat video YouTube sebagai strategi agar mendapatkan banyak penonton.
Kajian seperti ini pernah dilakukan oleh Anggraini (2020). Persamannya
dengan analisis ini adalah tuturan yang mengandung jenis tindak tutur
imperatif yang mempengaruhi pendengar atau lawan tutur melakukan Sesutu.
Tuturan dalam penelitian Anggraini (2020) tersebut merupakan ungkapan agar
penjual memberikan tanggapan atau tindakan yaitu untuk membungkuskan
setengah kilogram cumi ukuran sedang pilihan pilihan pembeli. Selanjutnya
dalam analisis ini, penutur hanya memberi perintah kepada pendengar untuk
mengklik subscribe akun Youtube miliknya.

2) “Buku ini membahas bagaimana ide bagus jadi ide hebat dan ide hebat bisa
dijalankan dalam skala yang besar.” (0.36)
Tuturan diatas termasuk kedalam jenis tindak tutur deklaratif karena
penutur memberitahukan sesuatu kepada orang lain agar menaruh perhatian,
yakni memberitahukan isi mengenai buku yang sedang dibahas dengan
maksud agar orang lain yang mendengar akan menaruh perhatian atau mencari
tahu lebih lanjut, Penutur mengungkapkan keunggulan yang dimiliki buku
tersebut yaitu bagaimana cara sebuah ide bagus menjadi ide hebat dan
menjalankannya dalam skala besar.
Analisis diatas serupa dengan analisis yang dilakukan oleh Nurhidayati
(2022) yang berjudul Analisis Tindak Tutur Lokusi Dan Ilokusi Dalam Film
Imperfect Karya Ernest Prakasa. Persamaannya dengan analisis ini adalah
sama-sama membahas tentang tindak tutur deklaratif yang yang berfungsi
untuk menyatakan makna memberitahukan sesuatu. Dalam Analisis
Nurhidayati (2022), tindak tutur lokusi deklaratif yang memberi informasi
tentang materi pelajaran yang akan dipelajari siang itu, yaitu belajar tentang
pulau-pulau di Indonesia. Selanjutnya dalam analisis ini yakni
memberitahukan isi mengenai buku yang sedang dibahas.
3) “Apakah ada perubahan antara apa yang terjadi di skala besar dan sekala
kecil?” (2.08)
Tuturan tersebut merupakan jenis tindak tutur interogatif, penutur
memberikan pertanyaan kepada pendengar untuk menanyakan sesuatu
sehingga pendengar bisa memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Dalam hal ini penutur bertanya kepada pendengar terkait dengan adanya
perubahan antara apa yang terjadi saat sebuah ide direalisasikan baik dalam
skala besar maupun skala kecil.
Anggraini (2020) membahas tindak tutur interogatif dalam salah satu hasil
analisisnya. Dijelaskan bahwa kalimat yang mengandung lokusi pertanyaan
yaitu makna menanyakan di dalam dialog dalam transaksi penjual dan
pembeli di Pasar Sekip Ujung, Palembang. Pada data yang dianalisis terdapat
kalimat ―nak berapo kilo? yang curah ado jugo (mau berapa kilo? Gula
curah juga ada) yang merupakan tuturan pedagang kepada pembeli untuk
menayakan mau membeli berapa banyak barang yang diinginkan. Dalam
konteks kalimat ini penjual menjawab pertanyaan yang diutarakan pembelinya
dengan baik, dan mempromosikan juga barang lain yang dijual.
Persamannya dengan analisis ini berada pada konteks dan makna kalimat
tersebut dilontarkan, yakni menginginkan sebuah jawaban dari sang
pendengar atau lawan tutr. Sehingga kedua penutur memberikan pertanyaan
atau kalimat yang bersifat interogatif.

b) Tindak Tutur Ilokusi


4) “Kenapa gagal? Karena kita terbiasa memandang kalau ada pil ajaib yang bisa
menyelesaikan sebuah masalah.” (3.30)
Pernyataan tersebut termasuk ke dalam jenis tindak tutur asertif karena
penutur mencoba mengingatkan bahwa penyebab kegagalan ide itu karena
kita terbiasa memandang jika ada sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah.
Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penutur atas kebenaran
ujarannya, seperti menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh,
mengemukakan pendapat, dan melaporkan.
Analisis serupa juga terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh
Mardikantoro (2022). Salah satu hasil analisisnya membahas mengenai tindak
tutur asertif yang ditemukan, yakni Kalimat namanya juga madu ya manis
dek, adalah kalimat yang dituturkan penjual sebagai untuk menjelaskan ubi
yang dijual manis karena dari nama ubinya saja adalah ubi madu. Dalam
kalimat tersebut penjual mengklaim (claiming) bahwa ubi madu sudah pasti
rasanya manis. Sementara itu dalam analisis ini, penutur mencoba
mengemukakan pendapatnya bahwa penyebab kegagalan ide itu karena kita
tersebiasa memandang jika ada sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah.
Analisis oleh Mardikantoro (2022) ini memiliki pesamaan dengan data
selanjutnya.

5) “Pola pikir ini secara fundamental sudah salah total.” (3.40)


Tuturan tersebut merupakan jenis tindak tutur asertif yang mengikat
penutur atas kebenaran keyakinannya. Penutur mengucapkan kalimat tersebut
atas kebenaran ujarannya, terdapat kata ini salah sebagai acuan bahwa pola
pikir sebelumnya tidak benar. Penutur meyakini bahwa pola pikir tersebut
yang dimiliki oleh orang-orang sebelumnya mengenai realisasi ide adalah
sesuatu yang salah dan fatal.
Sama seperti penelitian sebelumnya oleh Mardikantoro (2022), dalam data
tersebut penjual mengklaim (claiming) bahwa ubi madu sudah pasti rasanya
manis. Perbedaannya ada pada objek penelitiannya, Mardikantoro (2022)
menjadikan pasar sebagai objek kajiannya sedangkan analisis ini
menggunakan channel YouTube Si Kutu Buku sebagai objeknya.

6) “Tapi hal ini tidak sepenuhnya benar, kita perlu memahami sesuatu yang
disebut opportunity cost.” (7.30)
Tuturan diatas merupakan tindak tutur direktif, tindak tutur direktif adalah
tindak tutur yang menimbulkan efek berupa tindakan dari mitra tutur, seperti
memesan, memerintah, memohon, menuntut, dan memberi nasihat. Dalam
tuturan tersebut penutur memberi nasihat bahwa kita perlu memahami hal
yang disebut sebagai opportunity cost agar tidak salah dalam
mempersepsikan.
Penelitian oleh Nurhidayati (2022) juga membahas mengenai tindak tutur
direktif dalam salah satu hasil analisisnya, bahwa tindak tutur ilokusi direktif
adalah tuturan yang dimaksudkan agar si mitra tutur melakukan tindakan
sesuai tuturan, seperti memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan
merekomendasi. Dalam tuturannya, penutur (Dika) melakukan suatu tuturan
yang memiliki makna memesan, yaitu memesan kekasih, Rara, untuk tidak
berubah sikap dan kebaikannya karena Dika menyukainya apa adanya.
Sementara itu dalama analisis ini tersebut penutur memberi nasihat bahwa kita
perlu memahami hal yang disebut sebagai opportunity cost agar tidak salah
dalam mempersepsikan.

Anda mungkin juga menyukai