Disusun Oleh:
1. Mira Rosdiana A1A021061
2. Zikra Fahira A1A021063
Pragmatik adalah suatu ilmu bahasa yang dapat menganalisis suatu bahasa yang
dituturkan dan dapat menghasilkan makna dari setiap kalimat yang diucapkan (Subyanto,
1992: 1). Tindak tutur (speech act) merupakan sesuatu yang dilakukan pembicara, pendengar,
atau penulis dan pembaca serta yang dibicarakan oleh penutur dalam mitra tutur. Dalam
memproduksi tindak lokusi kita juga dapat melakukan berbagai tindak ilokusi seperti
memberitahu, memerintah, mengingatkan, melaksanakan dan sebagainya yakni ujaran-ujaran
yang memiliki daya (konvensional) tertentu Bach dan Harnish (1979:166). Dalam kehidupan
sehari-hari dalam berkomunikasi bahasa yang sering dilakukan adalah bahasa secara lisan
dibandingkan dengan tulis. “ Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek
keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam menciptakan sumber daya
manusia yang kritis, kreatif dan cerdas” ( Saragih, 2012: 12). Oleh karena itu, dalam setiap
proses komunikasi yang sedang berlangsung terjadilah yang disebut peristiwa tutur atau
aktivitas bicara dan tindak tutur atau perilaku bahasa.
Teori tindak tutur adalah a subbidang pragmatik. Bidang studi ini berkaitan dengan
cara-cara masuk kata-kata mana yang dapat digunakan tidak hanya untuk menyajikan
informasi tetapi juga untuk melakukan tindakan. Teori ini mempertimbangkan tiga tingkatan :
tindakan lokusi (pembuatan pernyataan yang bermakna, mengatakan sesuatu yang dimengerti
oleh pendengar), tindak ilokusi (mengatakan sesuatu dengan suatu tujuan, misalnya untuk
memberi informasi), dan tindak perlokusi (mengatakan sesuatu yang menyebabkan seseorang
bertindak). Banyak yang memandang tindak tutur sebagai unit utama komunikasi, dengan
sifat fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantik sebuah ucapan yang berfungsi sebagai
cara untuk mengidentifikasi makna pembicara ujaran atau kekuatan ilokusi. Ada lima jenis
Pokok ilokusi menurut Searle: deklarasi, asertif, ekspresif, direktif, dan komisif (1979:viii).
Sebuah tindak tutur agar berhasil, perlu dilakukan beberapa jenis tertentu kondisi. Kondisi
tersebut dikategorikan oleh ahli bahasa John Searle, yang memperkenalkan istilah felicity
conditions: propositional content condition, preparatory condition, sincerity condition, and
essential condition. Oleh sebab itu, makalah ini akan menjelaskan tentang Teori Tindak Tutur
dalam Studi Pragmatik. Masalah yang akan dikaji pada makalah ini yaitu Apakah kajian
bahasa adalah pragmatik?, Mengapa tindak tutur termasuk ke dalam pengggunaan bahasa?,
dan Bagaimana tindak tutur terbentuk?. Penelitian ini bertujuan Untuk menjelaskan apakah
kajian penggunaan bahasa adalah pragmatik, untuk menjelaskan tentang tindak tutur
termasuk ke dalam penggunaan bahasa, serta ntuk membetuk tindak tutur dalam suatu proses
BAB II
PEMBAHASAN
B. Tindakan Ilokusi
Dari ketiga jenis tindak tutur tersebut, tindak ilokusi merupakan kajian
pragmatik yang dominan. Menurut Austin, inti dari tindak tutur dan sekaligus kajian
bahasa performatif adalah isi ilokusi dari suatu pernyataan. Austin (1962, p.150)
membagi jenis tindak ilokusi menjadi lima kategori, yaitu:
1. Persidangan adalah tindak ilokusi di mana hasil evaluasi atau keputusan
dikomunikasikan berdasarkan alasan atau fakta tertentu. Contoh tindakan tersebut
adalah mengevaluasi, mendiagnosis, menghitung, memprediksi dan lain-lain;
2. Excercites Dalam perbuatan ini penutur menggunakan kekuasaan, hak atau
pengaruhnya, misalnya mengatur, berdoa, menganjurkan dan lain-lain;
3. Komisif, yaitu perbuatan penutur yang melakukan sesuatu atau perbuatan, seperti
berjanji dan berjudi;
4. Perilaku, yaitu ekspresi reaksi penutur terhadap sikap dan perilaku orang, baik masa
lalu, masa kini, maupun masa depan. Misalnya, maaf, terima kasih, selamat, dll.
5. Eksposisi adalah tindakan penjelas yang mengandung penjabaran dari sudut pandang,
realisasi argumentasi dan penjelasan kegunaan dan acuan. Penutur menjelaskan
bagaimana ekspresi mereka cocok dengan argumen, misalnya, mendalilkan dan
mendefinisikan, setuju, dll.
Kategorisasi Austin kemudian dikembangkan oleh muridnya Searle dengan alasan bahwa itu
hanya didasarkan pada leksikografi dan bahwa batas-batas antara lima kategorisasi kurang
jelas dan tumpang tindih. Namun demikian, batas-batasnya harus jelas sehingga orang dapat
lebih mudah mengidentifikasi tindakan ilokusi. Searle kemudian melakukan kategorisasi
baru, yang juga lima yaitu:
1. Asertif, yaitu tuturan yang mengaitkan penutur dengan kebenaran kalimat yang
diucapkan, seperti pernyataan, sindiran, bualan, keluhan, dan tuduhan.
2. Instruksi, wacana, yang tujuannya agar lawan bicara bertindak sesuai dengan wacana,
misalnya memerintah, memerintahkan, bertanya, menasihati, dan merekomendasikan.
3. Komisi, yaitu tindakan yang menuntut penutur untuk berkomitmen melakukan sesuatu
di masa depan. Contohnya adalah berjanji, mengutuk, menolak, mengancam, dan
menganugerahkan.
4. Ekspresif, yaitu ekspresi sikap dan perasaan terhadap suatu situasi atau reaksi
terhadap sikap dan tindakan orang. Contoh ucapan selamat, ucapan terima kasih,
penyesalan, permintaan maaf, salam dan terima kasih.
5. Deklaratif, d. H. ilokusi yang menyebabkan perubahan atau kesesuaian antara kalimat
dengan kenyataan. Beberapa contohnya adalah pembaptisan, kebakaran, janji, dan
hukuman.
Dari klasifikasi Searle dapat disimpulkan bahwa sebenarnya semua pernyataan adalah
tindakan performatif atau verbal. Jadi Searle menyarankannya Unit dasar komunikasi
linguistik adalah ucapan. Bisa berupa kata, frasa, kalimat, atau suara yang menunjukkan
maksud pengguna. Tindak tutur merupakan suatu kesatuan linguistik dalam pragmatik,
morfem, kata, frasa, dan kalimat sebagai satuan bahasa dalam linguistik. Jenis satuan tindak
tutur dapat berbeda untuk bunyi, kata, frasa, kalimat, dan bahkan tuturan tertentu. Selama
bunyi mempunyai arti tertentu, maka dalam arti tertentu dapat disebut tindak tutur.
Artikel ini menjelaskan penerapan teori tindak tutur yang diajukan Austin Searle. Tindak
tutur merupakan ungkapan yang mengandung maksud atau kekuatan ilokusi mempengaruhi
lawan bicara atau pendengarnya. Tindak tutur dapat berupa bunyi, kata-kata, frasa, kalimat,
atau ujaran yang mempunyai tujuan dan akibat tertentu seorang pendengar Tindak tutur
merupakan unit analisis dalam kajian pragmatis seperti misalnya fonem, morfem, kata, frasa,
klausa, dan kalimat dalam linguistik struktural. Tindak tutur mempunyai kekuatan ilokusi,
atau makna penutur, yang terbuka untuk ditafsirkan sebagai suatu kegiatan Saat hakim
berkata, “Adikku sudah dinyatakan dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman satu tahun
penjara”, sebenarnya itulah perbuatannya atau ujaran yaitu sebuah kalimat. Kekuatan ilokusi
dapat diungkapkan langsung atau tidak langsung. Ini disebut tidak langsung bila apa apa
yang dikatakan penutur dan maksud penutur itu berbeda. Tindakan suara dapat dilakukan
perbaiki jika memenuhi kondisi tertentu yang disebut Searle keadaan bahagia (kualifikasi).
Ada empat kondisi yang terkait dengan hal ini
Makalah ini menjelaskan penerapan teori tindak tutur yang diajukan Austin dan
Searle. Tindak tutur merupakan ungkapan yang mengandung maksud atau kekuatan ilokusi
mempengaruhi lawan bicara atau pendengarnya. Tindak tutur dapat berupa bunyi, kata-kata,
frasa, kalimat, atau ujaran yang mempunyai tujuan dan akibat tertentu seorang pendengar
Tindak tutur merupakan unit analisis dalam kajian pragmatis seperti misalnya fonem,
morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat dalam linguistik struktural. Tindak tutur mempunyai
daya ilokusi, atau makna penutur, yang terbuka untuk ditafsirkan sebagai suatu kegiatan.
Saat hakim berkata, “Adikku sudah dinyatakan dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman
satu tahun penjara”, sebenarnya ada suatu perbuatan atau kegiatan dalam pidato tersebut,
yaitu hukuman sebenarnya itulah perbuatannya atau ujaran.
Daya ilokusi dapat diungkapkan langsung atau tidak langsung. Ini disebut tidak
langsung bila apa apa yang dikatakan penutur dan maksud penutur itu berbeda. Tindak tutur
dapat dilakukan dengan benar jika memenuhi seperangkat kondisi yang oleh Searle disebut
sebagaikondisi kebahagiaan (validitas). Ada empat syarat atau syarat yang berkaitan dengan
psikologi dan keyakinan partisipan, yaitu syarat isi kalimat, persiapan, keikhlasan dan hakiki.
Daftar Pustaka
Wijana L.(1996). Tindak Tutur pada Tuturan Anak dan Orang Tua. Jurnal ummul.fkip