Anda di halaman 1dari 9

LATIHAN 4

TINDAK TUTUR AUSTIN

Tugas Mata Kuliah Pragmatik Bahasa Indonesia


yang Dibina oleh Dr. Tressyalina, S.Pd., M.Pd.

Sri Julma Yulita


19016053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
TINDAK TUTUR AUSTIN

A. Tindak Tutur

Yule (2006: 83) mengemukakan bahwasanya tidak tutur adalah suatu tindakan
yang ditampilkan dengan menciptakan suatu tuturan yang mengandung 3 tindak yang
saling berhubungan. Pertama adalah tindak lokusi, merupakan tindak dasar tuturan atau
menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Kedua adalah tindak ilokusi
ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Ketiga adalah tindak
perlokusi yaitu bergantung pada keadaan, Anda akan menuturkan dengan asumsi bahwa
pendengar akan mengenali akibat yang akan ditimbulkan. Leech (1993) juga
menyampaikan bahwa tindak tutur ialah jenis tindak bahasa yang diawali kepada tujuan.
Di sebuah percakapan penutur dan mitra tutur haruslah saling memahami dalam
berkomunikasi, agar tidak menciptakan salah arti. Austin (dalam Leech,1993:317)
menyebutkan bahwa pada dasarnya seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan
sesuatu. Maka dapat dikatakan bahwa tindak tutur merupakan suatu ujaran yang
mengandung tindakan dalam berkomunikasi.

Tindak tutur adalah suatu fenomena pragmatik penyelidikan linguistik klinis


yang sangat menonjol. Kondisi ini dimana kapasitas untuk memulai komunikasi belum
berkembang secara normal atau terus menerus mengalami kerusakan, pemroduksian
tindak tutur merupakan indikator penting bagi fungsi pragmatik. Cummings (2007: 363)
tindak tutur adalah kategori yang kaya akan fenomena-fenomena pragmatik untuk dikaji
oleh para ahli linguistik klinis.

1. Jenis Tindak Tutur

Tindak tutur terbagi menjadi tindak tutur langsung, tindak tutur tidak
langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal (Wijana (2009:27).

a. Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung

Berdasarkan modusnya, kalimat terbagi menjadi kalimat berita


(deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara
konvensional kalimat berita tersebut dipakai untuk memberikan suatu
(informasi), kalimat tanya digunakan untuk menanyakan sesuatu dan kalimat
perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan.
Kalimat berita berguna secara konvensional untuk mengatakan seuatu, kalimat
tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak,
memohon, dan sebagainya. Tindak tutur yang terbentuk merupakan tindak tutur
langsung (direct speech act). Dibalik itu untuk berbicara secara sopan, perintah
dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang
dierintah tidak merasa diperintah. Bila hal ini terjadi, terbentuk tindak tutur tidak
langsung (indirect speech act).

b. Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal.

Tindak Tutur Literal merupakan tindak tutur sama dengan makna kata-
kata yang menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal merupakan tindak
tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-
kata yang menyusunnnya.

Sistem klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis fungsi umum yang


ditunjukkan oleh tindak tutur, sebagai berikut Yule (2006: 92- 94).

1) Deklarasi merupakan tidak tutur yang dapat merubah dunia melalui


tuturan
2) Representatif merupakan sebagai jenis tindak tutur yang mengemukakan
apa yang dipercayai oleh si penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu
fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.
3) Ekspresif merupakan suatu tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang
dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-
pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan,
kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan.
4) Direktif merupakan suatu jenis tindak tutur yang dipakai penutur untuk
menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini
mengatakan yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi;
perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran.
5) Komisif sebagai jenis tindak tutur yang dimengerti oleh penutur untuk
mengikatkan dirinya terhadap tindakan- tindakan di masa yang akan
datang. Tindak tutur ini menjelaskan maksud oleh penutur. Tindak tutur
ini dapat berupa; janji, ancaman, penolakan, ikrar.

B. Latar Belakang Lahirnya Tindak Tutur Austin

Teori tindak tutur atau speech act diperkenalkan oleh Austin (1965: 94) ... the
ground up how many sense there are in which to say something is to do something, or in
saying something we do something, and even by saying something we do something.
Pernyataan tersebut dikatakan bahwa saat mengatakan sesuatu ialah melakukan sesuatu
atau ketika kita sedang mengatakan sesuatu itu sedang melakukan suatu bahkan dengan
menyampaikan sesuatu. Contoh: ketika seseorang mengatakan minta maaf, berjanji, dan
sebagainya, maka orang tersebut tidak hanya mengatakan tetapi sekaligus orang tersebut
juga melakukan tindakan minta maaf atau berjanji. The act of „saying something‟ in
thus full normal sense I call, i.e. dub, the performance of a locutionary act, and the
study of utterance this far and these respect the study locutions, or of the full units of
speech.” Bertindak menyampaikan sesuatu dengan demikian dalam arti yang normal
saya sebut performansi tindak lokusionari dan studi tentang tuturan adalah studi terkait
lokusionari atau keseluruhan dari unit tuturan.‟

Tuturan ini dikuti dengan tindakan oleh Austin yang disebut tuturan performatif.
Tuturan performatif ini terbagi tindakan lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Untuk memenuhi
tuturan performatif itu, maka harus memenuhi syarat felicity conditions, yaitu 1) tuturan
harus sesuai dengan situasi, 2) tindakan harus dilaksanakan secara tepat oleh penutur,
dan 3) penutur harus mempunyai maksud yang sesuai. Ketiga syarat felicity conditions
akan menentukan jenis tuturan yang disampaikan oleh peserta tutur.

Austin (1965:5-6) dalam bukunya How To Do With Words memberikan


beberapa contoh kalimat performatif atau tuturan performatif, atau secara singkat
performatif saja, sebagai berikut.

1. I do (sc. Take this woman to be my lawful wedded wife) – as uttered in the


course of the marriage ceremony. „Saya nikahi wanita ini menjadi isteri saya
menurut hukum yang sah – diucapkan pada waktu upacara pernikahan.‟
2. I name this ship the Queen Elizabeth – as utterred when smashing the bottle
against the stem. „Saya namakan kapal ini Ratu Elizabeth – diucapkan sambil
memecahkan botol pada haluan kapal.‟
3. I give and bequeath my watch to my brother – as accurring in a will. „Saya
berikan jam saya kepada saudaraku – terucap sesuai dengan kehendak.‟
4. I bet you sixpence it will rain tomorrow. „Saya berani bertaruh “enam pence”
denganmu bahwa besok akan hujan.‟

Contoh-contoh a – d, di atas menunjukkan bahwa dalam semua tuturan kalimat-


kalimat tersebut terdapat unsur „berbuat‟ (doing) dan unsur „berkata‟ (saying).
Tuturan-tuturan performatif secara umum berbeda dengan tuturan deskriptif, namun
kemudian Austin berkesimpulan bahwa semua tuturan adalah „performatif‟ dalam arti
bahwa tuturan merupakan sebuah bentuk tindakan dan tidak sekadar mengatakan
sesuatu tentang dunia. Tuturan merupakan speech (tutur) dan act (tindakan).

C. Pengelompokan Tindak Tutur Austin Beserta Bentuk Tindak Tutur Dan


Contohnya.

Tuturan performatif dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Tindak lokusi
2. Tindak illokusi
3. Tindak perlokusi.

Tindak lokusi hampir sama dengan pernyataan kalimat tertentu yang memiliki
arti referensial, dan juga sejajar dengan arti dalam pengertian tradisional.

Contoh: He said to me “Shoot her!” meaning by “Shoot” shoot and referring by “her”
to her.

„Ia katakan padaku “Busyet dia!” arti kata “Busyet” adalah umpatan mengenai “ia”
dengan dia.

Tindak ilokusi sebagai tuturan yang meneruskan informasi, penawaran,


perhatian, pengupayaan, dan sebagainya yang mempunyai beberapa pengertian.

Contoh: He urged (or advised, ordered, &c.) me to shoot her. „Ia mendesak (atau
menasihati, memerintah, dsb.) kepadaku untuk menghubungi (dapat pula berarti
menembak, membunuh, mengumpat, dan lain sebagainya) dia.‟

Tindak perlokusi ialah suatu tuturan yang memberikan atau bertujuan


menyampaikan sesuatu seperti meyakinkan, memengaruhi, menghalangi dan juga
menyampaikan kejutan atau menyesatkan.

Contoh: He persuaded me to shoot her. ‟Ia membujukku untuk menghubungi dia.‟


Setidaknya ada tiga macam tindak perlokusi dalam pengertian yang berbeda atau tiga
dimensi penggunaan kalimat, yaitu: tindakan itu sendiri, subjek yang menimbulkan
masalah dan pengaruhnya, akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Ide Austin yang kemudian muncul adalah klasifikasinya berdasarkan tindak-


tindak illokusi. “I call then these classes of utterance, classified according to their
illocutionary force, by the following more-or-less rebarbative names:

1. Verdictives.
2. Exercitives
3. Commissives.
4. Behabitives (a shocker this).
5. Expositives.” (Austin, 1965:150)

1. Verdiktif

Verdiktif disebut sebagai pemberian sebuah putusan oleh penutur yang


berkuasa sebagai pemberi putusan seperti seorang juri atau wasit. Verdiktif dilakukan
dengan memberikan pernyataan sebuah kesimpulan oleh pemerintah atau non-
pemerintah berdasarkan fakta-fakta atau alasan mengenai nilai atau fakta sejauh hal
itu dapat dipisahkan. Tuturan verdiktif seperti yang dilakukan oleh seorang hakim di
pengadilan yang berbeda dengan tuturan yang dilakukan oleh penutur di lingkungan
legislatif maupun eksekutif. Tuturan verdiktif memiliki keterkaitan yang jelas dengan
kebenaran dan kesalahan seperti hal kebaikan dan ketidakbaikan atau kejujuran dan
ketidakjujuran. Isi dari tuturan verdiktif merujuk pada kebenaran atau kesalahan
seperti tuturan seorang wasit yang mengatakan „Out‟, „Three strikes‟, atau „Four
balls‟. Seorang hakim membuat putusan hukum; seorang juri penilai menentukan
hukuman seorang penjahat; seorang wasit menyuruh pemain bola keluar lapangan
atau hand ball atau pun melakukan kesalahan. Hal itu dilakukan dengan kebijakan
sesuai dengan posisinya. Jadi, tuturan verdiktif adalah tuturan yang disertai dengan
tindakan oleh penuturnya. Penutur mempunyai kewenangan untuk tindakan itu dan
dituturkan di lingkungan yang tepat dan diakui oleh masyarakatnya.

2. Eksersitif

Eksersitif ialah mewariskan keputusan untuk membantu yang menyebabkan


tindakan tertentu, atau pembelaan terhadap tindakan itu. Tindak eksersitif ini sebagai
tindakan yang dilakukan seperti yang terjadi di pengadilan. Tindakan itu antara lain:
pengambilan keputusan oleh hakim terhadap terdakwa, pembelaan oleh pengacara
terhadap kliennya; penghargaan sebagai akibat dari suatu penilaian; hukuman
sebagai akibat dari suatu putusan. Juri dan hakim menggunakan eksersitif
sebagaimana halnya verdiktif. Konsekuensinya mungkin terjadi bahwa orang lain
(mitra tutur) „dipaksa,‟ „diizinkan,‟ atau „tidak diizinkan,‟ untuk melakukan
tindakan tertentu.

3. Komisif

Tuturan komisif hampir semua merupakan janji penutur untuk melakukan


tindakan tertentu. Maksud suatu declaration „pernyataan‟ berbeda dengan
undertaking „perbuatan‟ yang mungkin ditanyakan apakah keduanya dapat
dikelompokkan menjadi satu. Seperti halnya kalau kita membedakan antara urging
„mendesak‟ dan ordering „memerintah,‟ antara intending „berhasrat‟ dan promising
„berjanji.‟ Tetapi keduanya terkandung dalam performatif primer “shall” „akan;‟
jadi, kita mempunyai “shall probably” „mungkin akan,‟ “shall do my best to” „akan
mengerjakan yang terbaik,‟ “shall very likely” „akan sangat senang,‟ dan “promise
that I shall probably” „berjanji bahwa mungkin saya akan.‟
Komisif dapat pula mengacu ke arah “descriptives” „uraian.‟ Secara ekstrem
saya mengatakan bahwa saya mempunyai maksud, tetapi saya juga mungkin
menyatakan atau mengekspresikan atau mengumumkan maksud atau hasrat hati
saya. “I declare my intention” „Saya menyatakan maksud saya‟ dapat dipastikan
bahwa itu merupakan janji saya; dan mengatakan “I intend” „maksud saya‟ secara
umum adalah menyatakan atau memberitahukan. Hal yang sama dapat terjadi
sebagai keikutsertaan, misalnya: “I dedicate my life to ...” „Saya dedikasikan hidupku
pada ...‟ dalam masalah ini tindak komisif seperti favour „setuju,‟ oppose
„berlawanan,‟ adopt the view „menyetujui pendapat,‟ take the view „mengikuti
pendapat,‟ dan embrace „mengikuti, anda tidak dapat mengatakan bahwa anda
favour „setuju,‟ oppose „berlawanan,‟ dan sebagainya tanpa memberitahu bahwa
anda juga melakukan hal itu. Misalnya: mengatakan I favour X „Saya setuju X,‟
sesuai konteks berarti menentukan pilihan pada X, mengikut X, atau menghargai X.

4. Behabitif

Behabitif sebagai gagasan terhadap reaksi tingkah laku, keuntungan, sikap,


dan ekspresi perilaku seseorang dengan orang yang lain melalui perilaku atau ciri
perilakunya. Terlihat ada keterkaitan antara keduanya, yakni menjelaskan dan
mencitrakan apa yang rasakan dan mengekspresikannya dalam arti mengungkapkan
perasaan atau gagasan kepada orang lain, sehingga behabitif dibedakan berdasarkan
kedua hal tersebut, yaitu: gagasan terhadap reaksi tingkah laku dan ekspresi perilaku.
Contoh: a) For apologies we have “apologize.” „Untuk permintaan maaf kita telah
memaafkan.‟ b) For sympathy we have deplore, commiserate, compliment, condole,
congratulate, felicitate, sympathize. „Untuk simpati kita telah menyampaikan
penyesalan, menunjukkan rasa simpati, mengucapkan salam, berbelasungkawa,
mengucap- kan selamat, menyampaikan selamat, bersimpati.

Ruang lingkup behabitif selain kebiasaan bertanggung jawab pada


ketakpantasan, ada kekhasan pada hal-hal ketidak tulusan hati. Perasaan penutur
diungkapkan dalam tindak tutur sebagai tanggapan tentang sesuatu hal.

5. Ekspositif

Ekspositif mempunyai tindak tutur yang mengemukakan suatu pandangan,


menyampaikan argumentasi, dan menjelaskan pemakaian referensi. Tindak ekspositif
berbeda dengan verdiktif, eksersitif, behabitif, dan komisif. Tindak ekspositif tidak
menggambarkan secara langsung perasaan, perbuatan dan sebagainya khususnya
kepantasan tuturan dengan tindakan, seperti jika kita mengatakan I turn next to „Saya
hampir berputar,‟ I quote „Saya kutip,‟ I cite „Saya sebut,‟ I recapitulate „Saya
mengikhtiarkan, „I repeat that „Saya ulangi itu,‟ I mention that „Saya sebutkan itu.‟
Kata kerja yang digunakan dalam tindak ekspositif meliputi: state „menyatakan,‟
affirm „menegaskan,‟ deny „menolak,‟ emphasize „menekankan,‟ illustrate
„menggambar- kan,‟ dan answer „menjawab.‟ Sebagian besar kata kerja seperti
menanyakan, menjawab, menolak dan sebagainya secara natural menunjukkan
pergantian percakapan: tetapi bentuk-bentuk tersebut tidak berarti semuanya seperti
itu, tentu saja ada yang berdasarkan situasi komunikasional.

Tindak ekspositif, apabila disamakan dengan beberapa macam tindak illokusi


yang lain kelihatan perbedaan-perbedaanya. Verdiktif ialah pengambilan keputusan;
eksersitif ialah pengaruh dari suatu pernyataan atau daya suatu pernyataan; komisif
ialah tugas dari suatu kewajiban atau menyatakan gagasan; behabitif ialah
pengambilan sikap, dan ekspositif ialah penjelasan suatu gagasan, argumentasi, dan
komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Austin, J.L, (1965). How to Do Things With Words. Oxford New York: Oxford
University.
Cummings, Louise. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Dewi, M. N., & Prabawa, A. H. (2014). Tindak Tutur Pada Ungkapan Bak Truk Di
Sepanjang Jalan RingRoad Solo-Sragen Tinjauan: Pragmatik (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Leech, Geoffrey. (1993). Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press).
Suhaima, S. (2018). Tindak Tutur Anggota Dewan Dalam Rapat Formal Di Kantor
Dprd Medan (Doctoral dissertation, UNIMED).
Wijana, I Dewa Putu & Muhammad Rohmadi. (2009). Analisis Wacana Pragmatik:
Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Yule, George. (2006). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yuliantoro, Agus. (2020). Analisis Pragmatik. Surakarta: UNWIDHA Press

Anda mungkin juga menyukai