KAJIAN PUSTAKA
lain (Gorys Keraf, 1997 : 4). Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa
bahasa sebagai alat komunikasi, sudah memiliki tujuan tertentu. Ingin dipahami
oleh orang lain, ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima
oleh orang lain, ingin membuat orang yakin terhadap pandangan, dan ingin orang
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-
satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Menunjukkan bahwa dua orang atau
yang telah disepakati bersama, Harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan
dengan bahasa, semua alat komunikasi mengandung banyak segi yang lemah.
apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali
9
10
lain besar atau luas, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum.
Sebaliknya, kata makro akan memberikan nuansa lain pada bahasa, misalnya,
harus merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi itu sendiri
salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan
maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia,
sehingga dirasa tidak perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia
secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak
kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat
sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan
bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup. Bahasa adalah milik
manusia. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita umat manusia dengan
dari penyimak menjadi pembicara begitu cepat, terasa sebagai suatu peristiwa
biasa dan wajar, bagi orang kebanyakan tidak perlu dipermasalahkan apalagi di
menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa
Teori tindak tutur berawal dari ceramah yang disampaikan oleh filsuf
kemudian diterbitkan pada tahun 1962 dengan judul “ How to do things with
bahwa pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga
saya akan datang tepat waktu, “Saya minta maaf karena datang terlambat”, dan
“Saya menamakan kapal ini Elizabeth”. Oleh karena itu yang bersangkutan tidak
hanya mengucapkan tetapi juga melakukan tindakan berjanji, meminta maaf, dan
12
merupakan sarana utama komunikasi dan (2) tuturan baru memiliki makna jika
Austin (1962) menyatakan agar dapat terlaksana ada tiga syarat yang harus
syarat yang dipelukan dan harus dipenuhi agar suatu tindakan dapat berlaku
2. Tindakan Harus Dilaksanakan Dengan Lengkap dan Benar Oleh Semua Pelaku
ataupun peraturan apa yang membuatnya dianggap salah merupakan tuturan yang
tidak valid.
Sebagai contoh tuturan “Saya akan menemui Anda di kantor pukul tiga”,
sebenarnya pukul tiga penutur tersebut telah mengadakan janji lain dengan pihak
Searle (1975) menyatakan bahwa unsur yang paling kecil dalam komunikasi
dan lain-lain. Tuturan “Maaf, saya terlambat” bukanlah sekedar tuturan yang
Tindak tutur juga dibagi menjadi tiga macam tindakan yang berbeda, yaitu
tindakan tersebut diatur oleh aturan atau norma penggunaan bahasa dalam situasi
1983:37).
sesuatu, biasanya dipandang kurang penting dalam kajian tindak tutur. Berbeda
dengan tindak lokusioner, tindak ilokusioner adalah apa yang ingin dicapai oleh
meminta, dan lain sebagainya. Tindak ilokusioner dapat dikatakan sebagai tindak
terpenting dalam kajian dan pemahaman tindak tutur. Jenis tindak tutur yang lain
Seperti halnya dalam kajian pragmatik, konteks juga sangat penting dalam
tindak tutur oleh penutur maupun lawan tuturnya. Sebagai contoh tuturan “Kamu
lebih baik belajar sekarang” yang dimaksudkan sebagai tindak ilokusioner akan
tergantung kepada siapa yang menuturkan dan kepada siapa tuturan tersebut
anakya yang masih sekolah dasar, tuturan itu merupakan sebuah perintah. Namun,
bila tuturan tersebut dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada temannya dalam
satu rumah kos, tentu tidak dapat dianggap sebagai perintah. Tuturan tersebut
ketidakmampuan penutur untuk tidak dapat datang, bila dituturkan kepada teman
yang baru saja merayakan ualang tahun berarti juga melakukan sesuatu yaitu
tidak langsung bahwa orang yang rumahnya jauh tersebut tidak dapat terlalu aktif
dalam organisasi, sedangkan efek perlokusi yang diharapkan adalah agar ketua
tidak memberikan terlalu banyak tugas kepada orang yang rumahnya jauh tersebut
(Wijana, 1996:18-19).
langsung maupun tidak langsung, dan literal maupun tidak literal. Menurut Parker
saya?”. Tuturan ini merupakan tindak ilokusioner bertanya, secara tidak langsung
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tindak tutur langsung adalah tuturan yang
garam itu” merupakan tindak tutur tidak langsung. Dikatakan demikian karena
Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus
kalimatnya, maksud dari tindak tutur tidak langsung dapat beragam dan
tergantung pada konteksnya. Tururan “Di mana jaketku?” apabila dituturkan oleh
ibu “Banyak tikus lho” kepada pembantu mungkin berarti perintah agar makanan
yang tidak diperlukan lagi jangan dibirakan di meja makan, sebaiknya disimpan di
almari makan. Tindak tutur tidak langsung ini mempunyai kedudukan yang sangat
16
penting dalam kajian tentang tindak tutur, sebagian besar tuturan memang
Selain tindak tutur langung dan tindak tutur tidak langsung, sejumlah
tindak tutur mempunyai tuturan yang sesuai dan tidak sesuai dengan kata-kata
adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang
menyusunnya.
Jenis tindak tutur yang dapat dicermati dari sudut pandang langsung atau
tidak langsung serta literal atau tidak literal tersebut, Parker (1986:20)
tindak tutur dapat dilihat dari sudut pandang langsung dan tidak langsung, dan
juga dari sudut pandang literal atau tidak literal. Secara ringkas klasifikasi dan
Tindak tutur ini dapat dijumpai dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh
seorang guru berkata “Coba, buka tugas yang saya kasih kemarin, saya akan
melihat hasilnya”. Seorang guru sedang memeriksa hasil tugas yang telah
diberikan. Tuturan guru tadi dapat diklasifikasikan sebagai tuturan literal dan
menyuruh dan guru tersebut benar-benar ingin muridnya membuka tugas dan
memeriksa hasilnya.
17
Tuturan dalam kelompok ini dapat dilihat dalam contoh tuturan berikut.
mengatakan kepada teman dekatnya “Wah, saya gagal lagi dalam ujian sintaksis.
Saya hanya mendapat nilai B”. Tuturan tersebut bukan tindak tutur literal, dia
maksudkan adalah dia lulus dan bukan gagal. Oleh karena itu tuturan tadi
Contoh tuturan dalam kelompok ini dapat ditemukan dalam situasi berikut.
Suatu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak sedang makan malam
bersama. Suami yang suka rasa pedas menginginkan sambal yang terletak agak
jauh darinya, dan kemudian dia berkata “Bu, boleh minta sambalnya?”. Tuturan
suami kepada istrinya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai tuturan literal karena
untuk membuat suatu tindak ilokusi tidak langsung yaitu menyuruh istrinya untuk
mengambilkan sambal.
Seorang kakak yang sudah mahasiswa mengatakan kepada adiknya yang masih
duduk dikelas satu SMP yang sedang menghadapi ulangan umum dengan tuturan
“Terus aja nonton TV, besok kan bisa mengerjakan ulangan”. Tuturan tersebut
tidak dapat dikatakan sebagai tuturan literal dan tuturan langsung karena kalimat
18
menyuruh.
2.3 Implikatur
sebuah percakapan, yakni sesuatu yang secara implisit terdapat dalam penggunaan
sedangkan kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini bersal dari bahasa
latin plicare yang berarti to fold “melipat”, sehingga untuk mengerti apa yang
dilipat atau disimpan tersebut haruslah dilakukan dengan cara membukanya. Guna
memahami apa yang dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu
“Kesepakatan bersama”. Kesepakatan itu antara lain, berupa kontrak tak tertulis
bahwa sesuatu yang dibicarakan itu harus saling berhubungan atau berkaitan.
Hubungan atau keterkaitan itu sendiri tidak terdapat pada masing-masing kalimat
(yang dipersambungkan itu) secara lepas. Makna keterkaitan itu tidak terungkap
Penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka
yang dipertuturkan tersebut. Antara penutur dan mitra tutur terdapat semacam
19
kontrak percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang di tuturkan itu saling
percakapan.
mata dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa sang ayah sudah datang dari
tempat tertentu. Penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur bahwa sang ayah
yang bersikap keras dan sangat kejam itu akan melakukan sesuatu terhadapnya
apabila dia masih masih terus menangis. Tuturan itu mengimplikasikan bahwa
sang ayah adalah orang yang keras dan sangat kejam dan sering marah-marah
tuturan yang sesungguhnya dengan maksud yang tidak dituturkan itu bersifat tidak
mutlak. Inferensi maksud tuturan itu harus didasarkan pada konteks situasi tutur
implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam pragmatik.
dari apa yang dituturkan. Sebagai contoh adalah jawaban terhadap permintaan
permintaan informasi mengenai waktu, oleh karena itu penutur jawaban tersebut
mengetahui pada saat itu pukul berapa. Dia mengharapkan penanya dapat
memperkirakan sendiri waktu itu pukul berapa dengan mengatakan bahwa tukang
susu datang. Konteks ini nampaknya penutur dan lawan tutur sama-sama sudah
Tuturan (-) bukan merupakan bagian tuturan (+) karena tuturan (-) muncul akibat
inferensi yang didasari oleh latar belakang pengetahuan tentang kucing dengan
Grice (dalam Rusminto, 2009: 73) menyatakan bahwa untuk sampai pada
suatu implikatur percakapan, penutur dan mitra tutur harus mengembangkan suatu
pola kerja sama yang mengatur hak dan kewajiban penutur dan mitra tutur
sehingga terjadi kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur demi
tersebut dikenal sebagai prinsip kerja sama. Disamping itu, Grice juga
mengingatkan bahwa prinsip kerja sama tersebut perlu dilengkapi dengan prinsip
yang lain yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan sosial dan keramahan
Searle (dalam Rusminto, 2009: 74) menyatakan bahwa tindak tutur adalah
teori yang mencoba mengkaji makna bahasa yang didasarkan pada hubungan
didasarkan pandangan bahwa (1) tuturan merupakan sarana utama komunikasi dan
(2) tuturan baru memiliki makna jika direalisasikan dalam tindak komunikasi
imply sedangkan kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini bersal dari
bahasa latin plicare yang berarti to fold “melipat”, sehingga untuk mengerti apa
yang dilipat atau disimpan tersebut haruslah dilakukan dengan cara membukanya.
Guna memahami apa yang dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus
wacana. Jadi, dari pengertian pragmatik diatas dapat disimpulkan bahwa tindak