Anda di halaman 1dari 25

FUNGSI, RAGAM DAN LARAS BAHASA

Disusun :

ULFIAH SYUKRI 105641100719

YULIANA. A 105641100719

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019
TOPIK PEMBAHASAN

B. Ragam dan
A. Fungsi Bahasa
laras bahasa

Kelompok
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi
kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas
penulisan makalah tentang “Fungsi, Ragam dan laras bahasa”. Shalawat serta
salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT
untuk kita semua.

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terima kasih yang


sebanyak-banyaknya untuk Ibu Mu’aliyah Asnawi, S.S, S.Pd, M.Hum selaku
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah menyerahkan
kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Kami juga berharap supaya makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan sekaligus wawasan terkait fungsi, ragam dan laras bahasa.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami
revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami
menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran
yang konstruktif.

Diakhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti


oleh setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak
berkenaan di hati.

Makassar, 14 Oktober 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia agar dapat


berkomunikasi atau berinteraksi dengan manusia lainnya menggunakan
sebuah tanda, misalnya dengan kata dan gerakan. Dalam komunikasi bahasa
sungguh sangat penting. Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi hanya
di miliki manusia. Bahasa Indonesia sebagai metode komunikasi utama di
Indonesia semakin menunjukkan perkembangan.

Ketika menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada


seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut bisa
menangkap apa yang kita maksud, tidak lain karena ia memahami makna
yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Makna yang disampaikan tidak
hanya terkait dengan pemilihan kata tetapi juga penyampainnya.

Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia baik secara lisan maupun
tulisan. Hal ini merupakan fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan
dengan status dan nilai-nilai sosial. Bahasa merupakan simbol yag dihasilkan
menjadi alat ucap yang biasa digunakan oleh sesama masyarakat. Sebagai
alat komunikasi bahasa memiliki ragam dan laras bahasa. Dimana ragam
bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan.

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan


bahasa, yaitu (1) ragam bahsa lisan, (2) ragam bahasa tulis. bahasa yang
dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur
dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan
dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya,
dinamakan ragam bahasa tulis. jadi dalam ragam bahasa lisan, kita
berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan
tata cara penulisan (ejaan).

Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu
memiliki hubungan yang erat. ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf,
melambangkan ragam bahasa lisan. oleh karena itu, sering timbul kesan
bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. padahal kedua jenis ragam
bahasa itu berkembang menjadi sistem bahasa yang memiliki seperangkat
kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. meskipun
ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki
seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yag lain.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Bahasa.

Bahasa merupakan fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama


aspek komunikatif, sejumlah ahli bahasa telah menaruh perhatian besar
terhadap fungsi bahasa. Adapun fungsi-fungsi bahasa yang kita gunakan
sebenarnya berdasarkan atas tujuan kita untuk berkomunikasi. Berbeda
tujuan, akan berbeda alat komunikasi itu. Baik bentuk maupun sifatnya.
Secara umum, bahasa berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dalam arti alat
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan.

Pandangan Chaer, (2010:33) tentang fungsi bahasa, mencakup lima


fungsi dasar, yaitu :

1. Fungsi Ekspresi, bahwa bahasa adalah alat untuk melahirkan


ungkapan-ungkapan batin yang ingin disampaikan seorang penutur
kepada orang lain. Pernyataan senang, benci, kagum, marah, jengkel,
sedih dan kecewa dapat diungkapkan dengan bahasa, meskipun tingkah
laku, gerak-gerik, dan mimik juga berperan dalam pengungkapan
ekspresi batin itu.

2. Fungsi informasi, menyatakan bahwa fungsi ini untuk menyampaikan


pesan amanat kepada orang lain.

3. Fungsi eksplorasi, penggunaan bahasa untuk menjelaskan sesuatu hal,


perkara, dan keadaan.

4. Fungsi persuasi, penggunaan bahasa yang bersifat memengaruhi atau


mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
baik-baik.
5. Fungsi entertaimen, penggunaan bahasa dengan maksud menghibur,
menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin. (PPG, 2018)

Dalam penjelasan lain dikatakan bahwa fungsi bahasa adalah,

 Bahasa sebagai alat ekspresi diri

Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk


mengekspresikan kehendak atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni
ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi
menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya,
melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya.

Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan


diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan
siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia
menggunakan bahasa hanya untuk kepentingan pribadi.

Sebagai alat untuk mengekspresikan diri, bahasa terbuka terhadap


segala hal yang tersirat dalam diri kita. Unsur-unsur yang mendorong
ekspresi diri antara lain :

- Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita.

- Keinginan untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi saraf.

 Bahasa sebagai alat komunikasi

Komunikasi merupakan sebuah akibat lebih jauh dari ekspresi diri.


Komunikasi tidak akan berjalan sempurna bila ekspresi dalam diri kita tidak
diterima atau dipahami orang lain. Sebagai alat komunikasi, bahasa
merupakan saluran perumusan terhadap maksud atau tujuan kita,
melahirkan perasaan dan memungkinkan menciptakan kerja sama dengan
sesama manusia atau masyarakat. (Goys, Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain
kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang digunakan dapat diterima
atau dipahami orang lain. Oleh karena itu, ada sebuah anggapan bahwa
“bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh
orang-orang tingkat tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah
dipahami oleh masyarakat umum.

Kata griya misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau
wisma. Dengan kata lain, kata besar atau luas, rumah wisma, dianggap lebih
komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata griya atau makro
akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan,
nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.

 Bahasa sebagai Alat integrasi dan Adaptasi Sosial.

Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan,


memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman, serta
belajar berkenalan dengan orang lain. Anggota masyarakat hanya dapat
dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa digunakan sebagai alat
komunikasi, dan memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat
dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua
kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan
untuk memperoleh efisiensi setinggi-tingginya.

Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan
memilih bahasa yang ingin digunakan bergantung pada situasi dan kondisi
yang dihadapi. Seseorang menggunakan bahasa berbeda sebagai alat
komunikasi sesuai dengan kondisi lingkungan dan kepada orang yang
berbeda. Kita akan menggunakan bahasa non standar di lingkungan seperti
teman-teman dan menggunakan bahasa standar dan dialek sopan pada orang
tua atau orang yang kita hormati.

 Bahasa sebagai alat konrol


Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini
dapat diterapkan dikehidupan sehari - hari untuk saing berinteraksi kepada
sesama manusia. Berbagai penerapan, informasi, maupun pendidikan
disempaikan melalui bahasa. Salah satu contohnya, buku- buku pelajaran
dan buku- buku intruksi.

Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunan bahasa


sebagai alat kontrol sosial. Lebh jauh lagi, orasi imiah atau politik merupakan
alat kontrol sosial. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan
salah satu wjud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semuai itu
merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara
memperoleh pandangan baru, sikap bar, periaku dan tindakan yang baik. Di
samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan
orang lain mengenai suatu hal.

Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah
kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Dengan melalui
tulisan rasa marah kita akan membaik dan berangusur - ansur membaik, dan
kita dapat melihat persoalan secara ebih jela dan tenang. (Khazim, 2018)

2.2 Ragam dan laras bahasa.

 Ragam Bahasa

Didalam bahasa indonesia disamping dikenal kosa kata baku indonesia


dikenal pula kosa kata bahasa indonesia ragam baku, yang alih-alih disebut
sebagai kosa kata baku bahasa indonesia baku. kosa kata bahasa indonesia
ragam baku atau kosa kata bahasa indonesia baku adalah kosa kata baku
bahasa indonesia, yang memiliki ciri kaidah bahasa indonesia ragam baku,
yang di jadkan tolak ukur yang di tetapkan berdasarkan kesepakatan penutur
bahasa indonesia, bukan otoritas lembaga atau intansi didalam menggunakan
bahasa indonesia ragam baku. jadi, kosa kata itu digunakan didalam ragam
baku bukan ragam santai atau ragam akrab. walaupun demikian, tidak
tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku didalam
pemakaian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa
bahasa ragam yang bersangkutan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam bahasa diartikan


variasi bahasa menurut pemakaiannya; dapat dilihat dari topik yang
dibicarakan, hubungan pembicara dan teman bicara, serta media
pembicaraannya (2011: 1131). Pengertian ragam bahasa ini dalam
berkomunikasi perlu memperhatikan aspek (1) situasi yang dihadapi, (2)
permasalahan yang hendak disampaikan (3) latar belakang pendengar atau
pembaca yang dituju, dan (4) media atau sarana bahasa yang digunakan.
Keempat aspek dalam ragam bahasa tersebut lebih mengutakan aspek situasi
yang dihadapi dan aspek media bahasa yang digunakan dibandingkan kedua
aspek yang lain. (Sujinah, 2018)

Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum,


tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosa kata ragam
bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa
indonesia. dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang
norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan
(situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed.,
1968;Spradley, 1980).

Menurut Felicia (2001:8), Ragam Bahasa dibagi berdasarkan:

A. Media Pengantarnya atau Saranannya

Ragam bahasa berdasarkan media pengantarnya atau saranannyayang


terdiri atas:

1. Ragam Lisan

Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. kita
dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang
berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan
ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman,
dipasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.

2. Ragam Tulis

Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau tercetak. ragam tulispun
dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. ragam tulis yang
standar kita temukan dalam buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar,
poster, iklan. kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam
majalah remaja, iklan, atau poster.

B. Berdasarkan Situasi dan Pemakaian

Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) Ragam Bahasa Baku Tulis dan (2)
Ragam Bahasa Baku Lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
makna kalimat yang diungkapkan tidak ditunjang oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena
itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecepatan dan
ketetapan didalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk
kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa didalam
struktur kalimat.

Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga


kemungkinan besar terjadi pelepasan kalimat. Namun, hal itu tidak
mengurangi cirri kebakuannya. walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan
didalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku
lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung didalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.

Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah


kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau
santai. jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat
disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya
saja diwujudkan dalam bentuk tulis. oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari
ciri-cirinya tidak menunjukkan cirri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan
dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai
ragam tulis. kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan
memiliki cirri kebakuan yang berbeda.

Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis(berdasarkan


tata bahasa dan kosa kata):

1. Tata bahasa

(Bentuk kata, tata bahasa, struktur kalimat, kosa kata)

a. Ragam bahasa lisan :


1) Melyana sedang baca surat kabar
2) Ari mau nulis surat
3) Tapi kau tidak boleh nolak lamaran itu.
4) Mereka tinggal di Menteng.
5) Jalan laying itu mengatasi kemacetan lalu lintas.
6) Saya akan tanyakan soal itu
b. Ragam bahasa tulis :
1) Melyana sedang membaca surat kabar
2) Ari mau menulis surat
3) Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
4) Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
5) Akan saya tanyakan soal itu.

2. Kosa kata

Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :


a. Ragam lisan

1) Rani bilang kalau kita harus belajar


2) Kita harus bikin karya tulis
3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, pak

b. Ragam tulis

1) Rani mengatakan bahwa kita harus belajar


2) Kita harus membuat karya tulis.
3) Rasanya masih terlalu muda bagi saya, pak.

Istilah lain yang menggunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam
bahasa standar, semi standard an nonstandart.

a. Ragam standar,
b. Ragam nonstandard.
c. Ragam semi standar.

Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan
tetap. akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. ragam standar tetap
luwes sehingga memungkinkan perubahan dibidang kosa kata, peristilahan,
serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan
dalam kehidupan modem (Alwi, 1998:14).

Pembedaan antara ragam standar, nonstandard, dan semi standar dilakukan


berdasarkan :

1) Topik yang sedang dibahas,


2) Hubungan antar pembicara,
3) Medium yang digunakan,
4) Lingkungan atau
5) Situasi saat pembicaan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standard an
nonstandard :

1) Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,


2) Penggunaan kata tertentu,
3) Penggunaan imbuhan,
4) Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
5) Penggunaan fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pempeda ragam
standard an ragam nonstandard yang sangat menonjol. kepada orang yang
kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata
Bapak, Ibu, Saudara, Anda. jika kita menyebut diri kita, dalam standar kita
akan menggunakan kata saya atau aku. dalam ragam nonstandard, kita akan
menggunakan kata gue.

Penggunaan kata tertentu merupakan cirri lain yang sangat menandai


perbedaan ragam standard dan ragam nonstandard. Dalam ragam standar,
digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang
ilmu tertentu. penggunaan imbuhan adalah ciri lain. dalam ragam standar
kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.

Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi)


merupakan cirri pembeda lain. dalam ragam nonstandar, sering kali kata
sambung dan kata depan dihilangkan. kadang kala, kenyataan ini
meengganggu kejelasan kalimat.

Contoh :

1. Ibu mengatakan, kita akan pergi besok

(ia) ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok

Pada contoh diatas merupakan ragam semi standard an diperbaiki


contoh (ia) yang merupakan ragam standar.
2. Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.

(2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2)


kehilangan kata depan (untuk). dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering
dihilangkan. hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam
semi standar.

Kelengkapan fungsi merupakan cirri terakhir yang membedakan ragam


standard an nonstandard. artinya, ada bagian dalam kalimat yang
dihilangkan karena situasi sudah di anggap cukup mendukung pengertian.
dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan.
seringkali pelepasan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang.
misalnya, Hai, ida, mau kemana?” “pulang. ” Sering kali juga kita
menjawab “tau. ” Untuk menyatakan ‘tidak tau. ’ Sebenarnya, pembedaan lain,
yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan diatas adalah intonasi. Masalahnya,
pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud
dalam ragam tulis.

2.2 Laras Bahasa

 Pengenalan

Laras bahasa adalah salah satu daripada aspek sosiolinguistik iaitu


mengenai bahasa dan penggunaannya. Bahasa sentiasa mempamerkan
perbedaan dalam penggunaannya yang boleh dikatakan sebagai ragam
bahasa. Dalam ilmu sosiolinguistik, ragam bahasa di istilahkan sebagai
register atau laras ( Hudson, 1980,hlm. 48) iaitu satu istilah teknik untuk
menerangkan perlakuan bahasa (linguistik behaviour) seseorang individu
apabila bahasa digunakan.

 Laras Bahasa Secara Umum


Perbincangan mengenai laras bahasa tidak terlepas daripada
membincangkan dua konsep, iaitu pengguna dan penggunaan. Pengguna
adalah orang yang menggunakan bahasa yang menyebabkan wujudnya
dialek. Contohnya adalah seperti dialek Kelantan, Melaka, Kedah, Sarawak
dan sebagainya.

Penggunaaan adalah bagaimana sesuatu bahasa itu digunakan secara


berbeda-beda dalam berbagai situasi. Penggunaan bahasa yang
berbeda-beda ini melahirkan laras iaitu penggunaan bahasa yang
berbeda-beda berdasarkan situasi dan faktor lain yang melahirkan kata-kata
yang berbeda mengikut keadaan. Misalnya kata-kata yang digunakan untuk
bergurau senda adalah berbeda daripada kata-kata yang digunakan untuk
menyampaikan sesuatu ucapan. Oleh itu, bolehlah dirumuskan bahawa
penggunaan bahasa yang berbeda-beda berdasarkan faktor-faktor sosial
seperti keadaan dan tempat, disebut juga laras bahasa atau laras sosial.
Penggunaan bahasa yang berbeda-beda mengikut faktor geografi atau daerah
disebut sebagai dialek daerah.

Laras bahasa boleh didefinisikan sebagai gaya atau cara penggunaan


sesuatu bahasa. Sesuatu laras bermaksud variasi yang ada pada tiap-tiap
penutur. Laras bahasa biasanya berubah-berubah mengikut situasi. Ciri-ciri
laras yang penting ialah perbendaharaan kata, susunan ayat, dan frasa yang
digunakan. Sesuatu laras tertentu digunakan untuk keadaan atau situasi
tertentu.

 Konsep Laras

Laras ialah variasi yang berlainan berdasarkan fungsi dan ia sentiasa


berubah-rubah mengikut fungsi. Apabila pengamatan dibuat pada perlakuan
bahasa yang wujud dalam berbagai konteks, akan didapati kelainan jenis
bahasa yang digunakan yang disesuaikan dengan situasi yang berlainan.
Contohnya boleh diperhatikan pada bahan-bahan bacaan yang dibaca seperti
teks klasik, novel, cerpen, teks ekonomi, teks sejarah, teks undang-undang
dan sebagainya adalah berbeda antara satu sama lain dari segi bahan,
susunan kata, pilihan kata, jalinan fikiran dan sebagainya. Penggunaan
bahasa seperti ini adalah dihasilkan oleh laras bahasa yang berbeda.

Terdapat beberapa definisi, iaitu pandangan beberapa orang ahli


bahasa tentang pengertian laras bahasa. Halliday (1968), mendefinisikan
laras bahasa sebagai variasi bahasa yang berlainan berdasarkan fungsi.
Beliau menyatakan laras bahasa berubah-ubah mengikut situasi. Jika diamati
perlakuan bahasa yang ada dalam berbagai konteks, didapati faktor kelainan
dan jenis-jenis bahasa yang digunakan disesuaikan dengan situasi yang
berlainan.

Ure dan Ellis ( 1977), menganggap laras bahasa sebagai pola bahasa
yang lazim digunakan mengikut keadaan tertentu. Hal ini bermakna, sesuatu
situasi akan menentukan bentuk bahasa yang digunakan oleh pengguna
bahasa itu dan pemilihannya berdasarkan konvensi sosial masing-masing.

Reid (1956), menyatakan seorang penutur dalam situasi berbeda-beda


akan menggunakan laras mengikut situasi sosial yang berlainan iaitu istilah
teknik untuk menyatakan perlakuan bahasa (linguistic behavior) seseorang
individu. Reid juga telah membedakan laras bahasa dan gaya bahasa. Laras
bahasa merujuk khusus kepada bidang penggunaan, manakala gaya merujuk
kepada cara pengungkapan fikiran, matlamat yang hendak dicapai, suasana
yang hendak ditimbulkan, dan suasana yang menjadi latar penggunaan
bahasa berkenaan.

Halliday (1968), menyebut bahawa laras sebagai variasi bahasa yang


berlainan berdasarkan fungsi. Laras akan sentiasa berubah mengikut situasi.
Dia telah membuat penjenisan laras kepada tiga kategori iaitu tajuk wacana
(field of discourse), cara penyampaian wacana (mode of discourse) dan gaya
wacana (style of discourse).
Brian Seaton (1982) berpendapat laras bahasa ialah satu variasi yang
wujud daripada situasi yang berlainan seperti umur, jantina atau tajuk
perbualan. Laras juga terdapat dalam sesuatu bidang seperti kewartawanan,
perubatan, sains, perniagaan dan sebagainya berbeda sama ada dalam
bentuk penulisan atau tulisan. Oleh itu kita akan dapati seseorang itu akan
memiliki laras bahasa yang berlainan.

Menurut ahli bahasa tempatan seperti Nik Safiah Karim (1989), laras
bahasa berdasarkan penggunaannya, iaitu variasi bahasa digunakan oleh
penutur dalam situasi tertentu. Dia menganggap laras bermaksud variasi
bahasa yang boleh dipilih daripada sekumpulan variasi yang ada pada setiap
penutur. Penggunaan bahasa berubah mengikut konteks, bidang dan juga
peringkat sosial.

Asmah Haji Omar (1987), menyatakan laras bahasa mempunyai ciri-ciri


khusus dalam penggunaan bahasa menurut bidang penggunaannya. Kelainan
atau variasi bahasa yang digunakan mempunyai disiplin ilmu yang
berbeda-beda.

Abdullah Hassan (1987), telah mengaitkan laras bahasa dengan


pemakaian kata-kata tertentu yang sesuai dengan konteksnya. Pemakaian
laras bahasa yang sesuai dianggap pengolahan bahasa yang baik. Bahasa
yang digunakan seperti menyampaikan indeks pasaran saham di bursa
saham ialah laras ekonomi.

Kesimpulannya, laras bahasa ialah penggunaan bahasa atau pemakaian


kata-kata yang khusus untuk sesuatu penggunaan berdasarkan situasi sosial
seseorang itu ketika berkomunikasi dengan orang ramai. Penggunaan
istilah-istilah khusus yang membedakan antara variasi-variasi bahasa
menjadikan sesuatu komunikasi lebih berkesan.

Ciri-ciri Laras Bahasa


Menurut Nik Safiah Karim (1989), kajian terhadap laras bahasa perlu
mempertimbangkan dua faktor yang utama iaitu ciri keperihalan peristiwa
bahasa dan ciri linguistik yang wujud . Ciri keperihalan pula dibagikan
kepada dua aspek utama, iaitu situasi luaran dan situasi persekitaran.

Situasi luaran adalah latar belakang sosial dan kebudayaan sesuatu


masyarakat bahasa yang merangkumi struktur sosial dan keseluruhan cara
hidup yang menentukan perlakuan setiap anggota masyarakat. Contohnya ,
apabila kita mengkaji laras bahasa masyarakat Melayu lama, kita perlu
mengaitkan dengan situasi istana, stratifikasi sosial, tradisi sastera lisan dan
aspek-aspek lain anggota masyarakat zaman itu.

Situasi persekitaran pula meliputi aspek-aspek yang terlibat secara


langsung dalam penggunaan bahasa. Terdapat empat situasi persekitaran
yang menyebabkan wujudnya bahasa yang berlainan atau laras. Situasi yang
dimaksudkan ialah cara penyampaian, perhubungan sosial dan peribadi,
bahan yang diperkatakan, dan fungsi-fungsi sosial perlakuan bahasa.

Cara penyampaian yang terdapat dalam situasi persekitaran


menyebabkan wujudnya keberbagaian dalam laras bahasa. Cara
penyampaian merujuk bentuk perhubungan yang digunakan termasuk jenis
bahasa lisan, bertulis, bahasa isyarat dan sebagainya. Bahasa lisan berbeda
daripada bahasa bertulis kerana terdapat banyak variasi bahasa bertulis
seperti laporan, esei, surat, wawancara, cerpen, karangan, sajak, drama, dan
sebagainya. Hasil penulisan pula berkait dengan diri penulis, pembaca dan
perkara yang ditulis. Latar belakang penulis membawa perbedaan dalam
penghasilan bahasa, penggunaan bahasa, kandungan bahan dan aspek
panjang pendek sesuatu peristiwa.

Aspek lain yang menimbulkan laras bahasa yang berbeda ialah aspek
peribadi dan aspek bukan peribadi. Aspek peribadi ialah perhubungan
individu dengan individu yang lain, hubungan kekeluargaan, rakan sebaya,
sahabat karib, pekerja, dengan majikan, rakyat dengan golongan istana dan
sebagainya. Aspek bukan peribadi pula adalah bukan bersifat peribadi
seperti antara penulis dengan pembaca, penghasil dan pembaca akhbar,
penyajak dengan pembaca dan sebagainya.

Unsur yang ada dalam situasi persekitaran bagi menentukan laras


bahasa termasuklah bahan yang diperkatakan. Bahasa yang digunakan
adalah meliputi aspek yang luas iaitu meliputi perkara-perkara biasa seperti
perbualan tentang makanan, pakaian, kesihatan dan sebagainya serta
termasuk perkara-perkara khusus seperti dalam bidang sains dan teknologi,
perubatan, astronomi, geologi dan sebagainya.

Ciri lain dalam mengenal pasti laras bahasa ialah tentang fungsi-fungsi
sosial perlakuan bahasa. Aspek perlakuan sosial termasuklah bahasa untuk
menyampaikan maksud seperti menggunakan bahasa dalam
upacara-upacara tertentu seperti majlis akad nikah, jual beli, dan sebagainya.
Terdapat juga situasi yang menggunakan bahasa yang berlainan yang
dihasilkan oleh interaksi seperti jenis perbualan, iaitu orang yang terlibat
dalam perbualan dan peranan situasi-situasi tersebut dalam masyarakat.

Empat ciri-ciri situasi persekitaran menimbulkan laras yang berlainan


dan terdapat hubungan yang erat diantaranya. Hal ini adalah disebabkan
interaksi antara kedua-dua pihak menghasilkan laras.

Laras bahasa juga mempunyai ciri-ciri linguistik yang melibatkan unsur


tatabahasa dan pemilihan perkataan atau leksis. Hal ini telah dijelaskan oleh
Nik Safiah Karim (1982) dengan melihat ciri-ciri tata bahasa yang terdapat
dalam susunan kata dan frasa dalam laras bahasa. Nik Safiah berpendapat,
tatabahasa yang disusun dengan cara tertentu akan menimbulkan laras
bahasa yang mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Ciri linguistik pula
adalah berkait rapat dengan faktor sosial seseorang seperti latar belakang
orang yang bercakap atau menulis.
Laras bahasa juga turut menunjukkan manipulasi unsur-unsur
tatabahasa sesuai dengan wacana yang dibicarakan. Contohnya laras bahasa
aspek fonologi, morfologi dan sintaksis yang meneliti penggunaan bunyi,
pembentukan kata serta struktur dan binaan kata.

 Jenis-jenis Laras Bahasa

Laras dapat dibagikan kepada tiga kategori utama yaitu, tajuk wacana,
cara penyampaian wacana dan gaya wacana. Tajuk wacana adalah
merangkumi bidang penggunaan bahasa seperti bidang Matematik. Cara
penyampaian wacana ialah media perlakuan bahasa samada secara lisan atau
bertulis. Gaya Wacana pula adalah bidang tentang perhubungan antara
peserta perlakuan bahasa iaitu secara formal atau tidak formal.

Daripada tiga kategori utama ini, laras dapat dikenali berdasarkan


penggunaannya dalam berbagai situasi. Antara jenis-jenis laras ialah laras
biasa atau laras umum, laras akademik atau laras ilmiah, laras perniagaan,
laras perundangan, laras sastera, laras iklan dan sebagainya.Hal ini kerana
terdapat hubungan yang erat antara susunan bahasa dengan situasi-situasi
disebabkan interaksi sehingga menghasilkan laras.

A. Laras Bahasa Biasa Atau Umum

Laras ini menggunakan bahasa yang tidak membabitkan sebarang


bidang ilmu atau konteks khusus. Ia biasanya digunakan dalam perbualan
harian. Laras biasa tidak menggunakan istilah atau pola yang khusus.
Ciri-cirinya adalah bebas dan mudah dipahami serta kurang terkawal dari
aspek tatabahasa. Ia juga mempunyai unsur kemesraan seperti menggunakan
ganti nama diri pertama seperti aku, cek, makcik , kak ngah dan sebagainya.

Laras bahasa biasa menggugurkan kata sendi nama seperti dari,


daripada, di, akan dan hingga. Ia juga menggunakan kata yang pendek dan
ringkas, dan ada kalanya menggunakan imbuhan asing. Terdapat juga unsur
ambiguiti atau kekaburan makna.

Contoh: Hai Mat! Mau ke mana tu? mampirlah dulu!

B. Laras Perniagaan

Laras jenis ini digunakan untuk mengiklankan barangan yang ingin


dijual. Gaya bahasa yang digunakan biasanya memujuk pendengar supaya
membeli barangan menerusi cara penyampaian yang amat menarik. kata
yang digunakan pendek-pendek dan tidak gramatis.

Contoh :Buruan, setiap pembelian LCD Skrin Televisyen Pensonic bonus


Smartphone Samsung.

C. Laras Akademik

Laras akademik boleh dibagikan kepada beberapa bahagian


berdasarkan bidang ilmu yang diperkatakan. Antaranya laras bahasa sains,
laras ekonomi, laras sastera dan sebagainya. Laras ini kemudiannya
terbahagi pula kepada beberapa sub-bidang yang terdapat dalam sesuatu
bidang akademik. Misalnya dalam bidang sains, terdapat laras kimia, biologi
dan fisika.

Dalam bidang akademik, laras yang digunakan mudah dikesan dengan


kehadiran istilah-istilah teknikal dan khusus yang berkaitan dengan bidang
berkenaan.

Contohnya dalam bidang ekonomi terdapat istilah-istilah khusus


seperti permintaan, penawaran, kos, modal, buruh dan susut nilai. Contoh
laras sains dalam bidang kimia : Air terhasil daripada kandungan hidrogen
dan oksigen (H2O).

D. Laras Undang-undang
Laras undang-undang merupakan salahsatu daripada laras ilmiah yang
terdapat dalam bahasa Melayu sejak zaman dahulu lagi. Walau
bagaimanapun, pada masa sekarang laras undang-undang lebih bersifat
modern dan banyak menggunakan istilah teknikal. Contoh : Dependen
membantah pada awal prosiding kerana tidak setuju dengan cadangan
plaintif untuk mengemukakan saksi-saksi yang dikatakan tidak relevan
dengan perbicaraan berkenaan.

E. Laras Media Massa

Laras media massa kurang mementingkan gaya, khususnya penggunaan


imbuhan dan kata hubung. Bahasa yang digunakan logis dan bersifat
melaporkan sesuatu peristiwa yang berlaku. Bahasanya juga ringkas dan
mengandungi berita yang maksimum untuk dipaparkan kepada pembaca dan
penonton.

Contoh : Pasukan merah putih telah memalukan pihak lawan di


kandang lawan dengan skor dua gol tanpa balas.

F. Laras Sastra

Seperti laras-laras bahasa yang lain, laras bahasa sastra juga


mementingkan istilah-istilah khusus dan teknikal. Bedanya, bidang yang
diperkatakan itu ialah mengenai bahasa dan kesusasteraan serta hubungan
antara kedua-duanya.

Contoh : Apabila berbicara mengenai kesusastraan, kita sebenarnya


akan membincangkan beberapa aspek seperti tema, kronologi, mesej, dan
watak yang mengandungi unsur-unsur personifikasi dan metafora.

G. Laras Rencana

Laras rencana adalah laras bersifat umum yang menyentuh mengenai


tajuk tertentu. Ciri utama dalam laras rencana ialah keberbagaian idea
mengenai sesuatu tajuk yang diperkatakan.
Contoh : Kerana baru dilancarkan, kejayaan model terbaru belum dapat
diukur sepenuhnya. Berbagai aspek seperti pilihan pembeli, faktor
rekabentuk, kemudahan mendapatkan alat ganti dan ketahanannya perlu
diambil. Model terbaru ini pastinya berhadapan dengan berbagai rintangan
sebelum ia berkemampuan untuk menguasai pasaran dalam dan luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography

Ghufron, M. (2016). Makalah Ragam Dan Laras Bahasa. Acamedia.edu , 1-15.

Khazim, I. (2018). Fungsi Bahasa. Gunadarma.ac.id , 4-12.

PPG. (2018). Modul Bahasa Indonesia 3. ppg.spada.ristekdikti.go.id .

Sujinah, I. F. (2018). Buku Ajar Bahasa Indonesia Edisi Revisi. Surabaya: UM


Surabaya Publishing.

Anda mungkin juga menyukai