Anda di halaman 1dari 23

PEMIKIRAN FILSAFAT IBN MASKAWAIH

( Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat islam)

Dosen pengampu: Sutrimo Purnomo S.Pd.I, M. Pd.

Disusun Oleh:

1. Isa Nur Sulthon Fauzi 1817404065

2. Layla Octafarizka 1917406048

3. Saskiya Indriani 1917406065

4. Siti Mutmainah 1917406074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PURWOKERTO

2020
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat-Nya yang selalu dan senantiasa memberikan rahmat-Nya
kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
dengan judul: “Pemikiran Filsafat Ibn Maskawaih”

Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini, masih banyak


kekurangan, kelemahan baik pengetahuan, ketrampilan, bahkan materi serta
hambatan lain yang dialami. Namun atas kerja keras, ketekunan dan dukungan
dari berbagai pihak, maka penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini.

Purwokerto, Oktober 2020

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB II...................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................1

C. TUJUAN PENULISAN................................................................................1

BAB II...................................................................................................................2

PEMBAHASAN...................................................................................................2

A. Biografi Ibn Maskawaih................................................................................2

B. Karya-Karya Ibn Miskawaih........................................................................4

C. Pemikiran Filsafat Ibn Miskawaih...............................................................5

D. Analisis:Etika keutamaan vs Etika Kewajiban.........................................14

BAB III...............................................................................................................19

PENUTUP..........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20

ii
BAB II
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-
masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa,karena
masalah-masalah termaksud berada di luar atau diatas jangkauan ilmu
pengetahuan biasa.Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal untuk
memahami(mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral secara
sistematis hakikat sarwa yag ada:hakikat Tuhan,hakikat alam semesta,hakikat
manusia,serta sikap termaksud sebagai konsekuensi dari
Tuhan(pemahamannya)tersebut.

Pemikiran filsafat yang akan dibahas di makalah adalah pemikiran


filsafat oleh Ibnu Miskawaih.Filsafat Ibnu Miskawaih salah satunya filsafat
etika.Filsafat etika adalah perikeadaan jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dipikirkan dan diperhitungkan
sebelumnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana biografi Ibn Maskawaih?
2. Apa saja karya-karya Ibnu Miskawaih?
3. Bagaimana pemikiran filsafat menurut Ibnn Miskawaih

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui biografi Ibn Maskawaih
2. Untuk mengetahui karya karya Ibn Miskawaih
3. Untuk menegathui pemikiran filsafat Ibn Miskawaih

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ibn Maskawaih
Ibn Maskawaih (330-421 H/940-1030M). Nama lengkapnya adalah
Abu Ali Ahmad Ibn Ya’qub Maskawaih,ia lebih dikenal dngan Ibn
Miskawaih.1Ia lahir di Rayy tahun 320 H/932 M dan wafat pada tanggal 9
September 421 H/16 Februari 1030 M Pada usia tersebut 101 tahun. Ia belajar
dan mematangkan pengetahuannya di Baghdad,serta wafat di Isfahan.Setelah
menjelajahi banyak cabang ilmu pengetahuan dan filsafat,ia akhhirnya lebih
memusatkan perhatian pada sejarah dan akhlak.Gurunya dalam bidang
sejarah adalah Abu Bakr Ahmadbi Kmail Al- Qadi,sedangkan dalam bidang
filsafat adalah Ibnu Al-Khammar.Ahmad bin Muhammad bin Ya’qub,yang
nma keluarganya Miskawaih,disebut pula Abu Ali Al-Khazim.2

Belum dapat dipastikan Miskawaih itu dia sendiri atau dia itu putra(Ibn)
Miskawaih.Beberapa orang seperti Margolioth dan bergstrasser menerima
alternatif pertama ;sedangkan lainnya seperti Brockelma,menerima alternatif
kedua.Yaqut berkata bahwa ia mula-mula beragama Majusi,kemudian
memeluk Islam.Akan tetapi,hal ini barangkali benar bagi ayahnya,karena
Miskawaih sendiri,sebagaiman tercermin pada namanya adalah putra seorang
muslim yang bernama Muhammad.3

Ia belajar sejarah,terutama Tarikh Ath-Thabari,kepada Abu Bakr


Ahmad Ibn Kamil Al-Qadhi(350 H/960 M)).Ibn Al-Khamar,mufasir
kenamaan karya-karya Aristoteles,adalah gurunya dalam ilmu-ilmu
filsafafat.Miskawaih mengkaji alkimia bersama Abu Ath-Thayyib Ar-
Razi,seorang ahli kimia.Dari beberapa pandangan tokoh pemikir islam ada
yang menyebutkan bahwa ia tidak mampu berfilsafat.Sedangkan Iqbal

1
Arbani,Wahid.2019.Akhlak Education According to Ibnu Miskawaih (Education
Epistemology Perspective).Journal of Islamic Culture and Education vol.4 No.1.hlm 28
2
M.Lutfi Jum’ah,Tarikh Falsfah Al-Islam,(Mesir:Dar Al-Maktab,1927),hlm.304-305.
3
M.M. Syarif, Para Filosof Muslim, Bandung: Mizan, 1996, hlm 83.

2
menyebut dia sebagai salah seorang pemikr moralis dan sejarawan Parsi
paling terkenal.4

Miskawaih pernah bekerja selama puluhan tahun sebagai pustakawan


dengan sejumlah wazir dan amir Bani Buwaihhi merupaka dinasti yang
beraliran Syi’ah,yakni bersama Abu Fadhl ibn Al-‘amid(360 H/970M)
sebagai pustakawannya.Ia mengabdi selama tujuh tahun sebagai pustakawan
dan penjaga perpustakaan besar milik Al-‘Amid.Di sini ia dapat menuntut
ilmu dan memperoleh hal yang positif selama bergaul dengan pangeran
ini,dan mendapat kedudukan yang berpengaruh di ibu kota pemerintaah bani
Buwaihi saat itu.

Setelah wafatnya Abu al-Fadhl(360 H/970 M),ia mengabdi kepada


putranya Abu Al-Ftah Ali ibn Muhammad ibn Al-‘mid,dengan nama keluarga
Dzu Al-Kifayatain,Ia juga mengabdi kepada beberapa pangeran yang lain dari
keluarga terkenal itu.Miskawaih meninggal 9 Safar 421/16 Februari
1030.Tanggal kelahirannya tak jelas.Menurut Margoliouth,ia meninggl tahun
330 H/941 M,tetapi menurut kami ia meninggal kira-kira taun 330 H/932
M,bila bukan pada tahun-tahun sebelumnya,karena ia biasa bersama Al-
Mahallabi yang menjabat sebagai wazir pada 339 H/950 M dan meninggal
pada 352H/936 M,yang pada masa itu,palin tidak ia telah berusia sembilan
belas tahun.5

Ahmad bin Miskawaih (w.421 H/1030 M) adalah salah seorang anggota


kelompok pemikir terkemuka yang berkarier politik dan beraktivitas filsafat.
Sebagai bendahara penguasa Dinasti Buwaihiyyah’Adhud ad-Daulah,ia
bnayak terlibat dalam segi praktis masyarakatnay,sementara sebagai anggota
kelompok intelektual termasuk At-Tauhidi dan As-Sijistam,ia banyak
memberikan andil bagi perdebatan teoritis pada masa itu.Meskipun banyak
oran sezamannya yang meremehkan karya-katyanya. Ia adalah seorang
pemikir menarik yang banyak memperlihatkan ragam gaya

4
M.M. Syarif,Para Filosof Muslim...,hlm 83-84
5
M.M. Syarif,Para Filosof Muslim...,hlm. 84

3
masanya.Miskawaih menulis sejumlah topik yang luas seperti dilakukan oleh
banyak yang sezamannya,meskipun pasti muncul pertanyaan mengapa
karyannya kurang terkenal dibandingkan karya-karyaIbnu Sina,yang kita
ketahui tentangnya sekarang ini memberikan bukti sejumlah sumbangan
menarknya bagi perkembangan pemikiran filsafat.Dalam filsafat
sendiri,klaim utama Miskawaih yang perlu diperhatikan terletak pada sistem
etikanya yang tersusun dengan baik.6

B. Karya-Karya Ibn Miskawaih


Jumlah karya tulisnya dalam tulisan Abdul Aziz Dahlan yang
mendasarkan kepada para penulis masa lalu adalah sebanyak delapan belas
buah judul yang kebanyakan berbicara tentang jiwa dan akhlak(etika).Lain
halnya dengan Yaqut memberikan daftar tiga belas karya Miskawaih.Semua
karyanya tidak luput dari kepentingan pendidikan akhlak(tahzib al
akhlak),diantara karyanya adalah:7

1. Al- Fauz al-Akbar(tentang keberhasilan besar)


2. Al-Fauz al-Asghar (tentang keberhasilan kecil)
3. Tajarib al-Umam (tentang pengalaman bangasa sejak awal sampai masa
hidupnya,sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulis pada tahun 369
H979 M).
4. Usn al-Farid (kumpulan anekdot,sdyair,peribahasa,dan kata-kata mutiara)
5. Tartib al-Sa’adah (tentang akhlak dan politik)
6. Al-Musthafa (syair-syair pilihan)
7. Jawi al-Khirad (kumpulan ungkapan bijak)
8. Al-Jami’
9. Al-Syiar (tentang aturan hidup)
10. Tentang pengobatan sederhana(mengenai kedokteran)
11. Tentang Komposisi Bajat(mengenai seni memasak)

6
Oliver Leaman,’Ibnu Miskawaih”dalam Ensiklopedia Tematis Filsafat Islam,(Editor
Seyyed Hosen Nasser) (Bandung:Mizan), hlm. 310-311
7
Syrifuddin Elhayat,”Filsafat Akhlak Perspektif Ibnu Miskawaih”Jurnal Tausyiah FAI
UISU Vol 9 No.2,2019,hlm. 51

4
12. Kitab al-Asyribah (mengenai minuman)
13. Tahzib al-akhlak (mengenai akhlak)
14. Risalah fi al-Ladzadzat wa-Alam fi Jauhar al-Nafs (naskah di
Istanbul,Raghib Majmu’ah no.1463,lembar 57a-59a)
15. Ajwibah wa As’ilah fi al-Nafs wa al-Aql (dalam majmu’ah tersebut
diatas daal raghib majmuah di Istanbul)
16. Al-Jawab fi al-Masa’il al-Tsalats (naskah di Teheren Fihrist Maktabat al-
Majlis,II no.634(31))
17. Risaalh fi Jawab fi su’al Ali bin Muhammad Abu Hayyan al-Shufi fi
haqiqat al-aql (Perpustakaan Mashhad di Iran,I no 43(137)).
18. Thaharat al-Nafs (naskah di Koprulu Istanbul no 7667).(M.M.
Syarief,1998).
C. Pemikiran Filsafat Ibn Miskawaih
Dalam karyanya,Al-Fauz Al-Asghar,Miskawaih mengetengahkan
uraian tentang sifat dasar Neoplatonisme yang agak tidak lazim,yang di
dalamnya ia mengklaim bahwa para filsuf klasik (yakni,Yunani),tidak
meragukan eksistensi dan keesaan Tuhan sehingga tidak apa-apa
memepertemukan pemikiran mereka dengan islam.Ia bahkan mengklaim
bahwa penyamaan Aristoteles mengenai Sang Pencipta dengan “Penggerak
yang Tidak Bergerak”(al-muharrik alladzi la ya-taharrak) merupakan
argumen kuat tentang Sang Pencipta yang dapat diterima agama.Hal tersebut
karena sifat dasar yang sangat khas makhluklah yang mencegah kategori-
kategori normal deskripsi,kita memperoleh pegangan.Satu-satunya cara
bagaimana Sang Pencipta semacam itu dapat dilukiskan adalah melaului
konsep-konsep negatif,suatu penggambaran awal (prefiguremet)yang menarik
mengenai gagagsan via negatifa dalam filsafat.Miskawaih berkesimpulan
bahwa karena tidak ada jalan rasional untuk memahami Tuhan,kita harus
menggikuti petunju-petunjuk agama dan pandangan –pandangan umum
komunitas religius.Ia sangat peduli pada upaya menyelaraskan pandamgam
filosofis dengna pandangan religius mengenai sifat dasar dunia sehingga ia
tidak menemukan adanya masalah dalam menyatukanTuhan menciptakan

5
dunia dari ketiadaan dengan gagasan emanasi terputus Neoplatisme.Tentu
saja terapat masalah di sini,tetapi Miskawaih tampaknya tidak melihat
masalah itu. Barangkali,di sisni ia terbantu oleh model emanasi yang agak
tidak lazim.Menurutnya Tuhan menciptakan akal aktif,jiwa,dan lelangit serta
merta.8
Dalam tradisi Neplatonnisme Islam,hasl-hasil emanasai ilahiah ini biasannya
muncul agak dii bawah tingkatan wujud yang memberi kesan bahwa
Miskawaih memmpunyai kesuliatan memahami basis perbedaan anatar
penciptaan dan emanasi yang sebenarnya.Ada alasan-alasan untuk menuduh
Miskawaih tidak cukup berusaha menggabungkan berbagai tesis metafisis
ynag digunakannya dalam menggabungkan berbagai tesis-tesis tersebut
dengan cara sembarangan untk menghasilkan suatu kesimpulan yang tidak
berhasil menganngkatmaslaah-masalah penting yang muncul.
1. Filsafat Etika
Miskawaih memberikan definisi akhlak(etika) adalah”perikeadaan
jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
dipikirkan dan diperhitungkan sebelumnya.”9
a) Kebaikan dan keburukan
Manusia merupakan makhluk yang memiliki perilaku yang khas
dari makhluk yang lainnya.Perilaku tersebut muncul dari
kemampuan berpikir manusia,karenannya setiap orang yang
peikirannya lebih tepat dan benar,serta pilihannya lebih baik,berarati
kesempurnaan kemanusiaannya lebih besar.Manusia paling baik
adalah manusia yang paling mampu melakukan tindakannya yang
tepat buatnya,yag paling memperhatikan syarat-syarat
substansinya,yang membedakan dirinya dari seluruh benda dan alam
yang ada.
Menurut Ibnu Miskawaih kebaikan merupakan hal yang dapat
dicapai oleh manusia dengan berupaya dan dengan hal yang
8
Oliver Leaman...,hal. 310
9
Dedi supriyadi,Pengantar Filsafat Islam konsep,filsuf,dan ajarannya,(Bandung:CV
Pustaka Setia,2013),hlm. 114

6
berkaitan dengan tujuan diciptakannya manusia .Sedangkan
keburukan merupakan hal yang menjadi penghambat manusia
mencapai kebaikan,baik itu berupa kematian dan upayanya,ataupun
berupa kemalasan dan keenggananannya mencari kebaikan.
Para filsuf terdahulu membagi kebaikan dalam beberapa
kategori,yaitu karena sebagian kenaikan itu mulia,sebagian
terpuji,sebagian bermanfaat,dan sebagian lagi kebaikan yang masih
berbentuk potensi.10
Menurut Ibnu Miskawaih,kebaikan adalah suatu keadaan di
mana kita sampai kepada batas akhir dan kesempurnaan
wujud.Kebaikan adakalanya umum dan adakalanya khusus.Di atas
semua kebaikan itu terdapat kebaikan mutlak yang identik dengan
wujud tertinggi.Semua bentuk kebaikan secara bersama-sama
berusaha mencapai kebaikan mutlak tersebut.Kebaikan umum tadi
adalah kebaikan bagi seluruh manusia dalam kedudukannya sebagai
manusia.Sedangkan kebaikan khusus adalah kebaikan bagi seseorang
secara pribadi.Kebaikan dalam bentuk terakhir inilah yang
dinamakan kebahagiaan. Dengan demikian antara kebaikan dan dan
kebahagiaan dapat dibedakan. Kebaikan mempunyai identitas
tertentu yang berlaku umum bagi manusia,sedangkankebhagiaan
berbeda-beda tergantung pada orang-orang yang berusaha
memeperolehnya.Pengertian kebahagiaan telah banyak dibicarakan
oleh pemikir-pemikir Yunani yang pokonya terdapat dua versi,yaitu
pandangan pertama yang diwakili oleh Plato mengatakan bahwa
hanya jiwalah yang dapat mengalami kebahgiaan. Oleh karena itu
selama manusia masih hidup atau selama jiwa masih terkait dengan
badan,maka selama itu pula tidakan akan diperoleh kebahagiaan
itu.11
10
Ibn Miskawaih,Menuju Kesempurnaan Akhlak:Buku Daras Pertama Tentang Filsafat
Etika,diterjemahkan oleh Helmi Hidayat dari Tahdzib al-Akhlak,(Bandung:Mizan,1999),hal. 40-
41
11
http;//teosufi.webs.com/apps/blog/sshow/6939648-hakikat-manusia-menurut-ibnu-
miskawaih (diakses tanggal 1-10-2020).

7
b) Kebajikan adalah Titik Tengah
Ibn Miskawaih menyatakan bahwa kebajiakn merupakan titik
tengah antara dua ujung,sedaangkan keburukan berada di ujung-
ujung titik tengah tersebut.Kebajikan berada di titi tengah dapat
dipahamai dari letaknya yang berada di antara dua kehinaan dan
posisi yang paling jauh dari dua kehinaan itu.Karenannya,kebajikan
itu bergeser sedikit saja dari posisinya yang lebih rendah maka
kebajikan itu mendekati salah satu kehinaan dan berkurang nilainya
menurut dekatnya dengna kehinaan yang dicenderunginya.Mencapai
itik tengah tersebut memang sulit sekali,apalagi untuk
mempertahankannya(konsisten)bila telah tercapai.
Ibn Miskawaih mendasarkan teori keutamaan moralnya pada
posisi al-wasath (pertengahan).12Doktrin jalan ini sebenarnya sudah
dikenalkan oleh filosuf sebelumnya seperti Mencius,Plato,Aristoteles
dan filsuf Muslim Al- Kindi.Ibn Miskawaih secara umum
memberikan pengertian“pertengahan (jalan tengah) tersebut antara
lain dengan berkesinambungan,moderat,harmoni,utama,mulia,atau
posisi ekstrim kelebbihan dan ekstrim kekurangan masing-masing
jiwa manusia.
Menurutnya, setiap sifat keutamaan memiliki dua ekstrim
kekurangan yang tengah adalah terpuji danyang ekstrim adalah
tercela. Posisi tengah yang dimaksudkan adalah suatu standar atau
prinsip umum yang berlaku bagi manusia. Posisi tengah yang
dimaksudkan adalah adalah suatu standar atau prinsip umum yang
berlaku bagi manusia. Posisi tengah yang sebenarnya adalah satu,
yakni keutamaan yang disebut garis lurus.Pokok sifat keutamaan itu
terbagi menjadi empat,yaitu hikmah (kebijaksanaan), iffah
(kesucian),syaja’ah(keberanian),u’adalah(keadilan)osedangkanjyang
jjelekjadajdelapan.Rinciannyajadalahjnekad,opengecut,orakus,dingin
jhati, kelancaran, kedungungan, dan teraniaya.

12
Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak,Bandung: Mizan, 1999, hlm.51-53.

8
Penjelasan lebih mendetail dapat diperhatikan tabel sebagai
berikut:

Ekstrim Kekurangan Posisi Tengah Ekstrim Kebaikan


(Al- Tafrith) (Al-Wasath) (Al Ifrath)
Kedunguan Kebijaksanaan Kelancangan
Pengecut Keberanian Nekad
Dingin Hati Menahan Diri Rakus
Teraniaya Keadilan Aniaya

Ibn Miskawaih mengakui bahwa posisi tengah sifatnya


relatif.Maka alat yang menjadi ukuran untuk memperoleh sikap
tengah ini adalah akal dan ajaran agama.Doktrin jalan tengah ini
dapat dipahami sebagai doktrin yang mengandung arti dinamis dan
fleksibel.Jadi dengan doktri ini jalan tengah manusia tidak akan
kehilangan arah dalam kondisi apapaun.
Setiap keutamaan tersebut memiliki cabangnya masing-
mmasing. Hikmah atau kebijaksanan memiliki tujuh cabang yaitu
ketajaman inteligensi, kuat ingatan, rasionalitas, tangkas, jernih
ingatan, jernih pikiran, dan mudah dalam belajar. ’iffah atau menjaga
diri memiliki dua belas cabang yaitu malu, ketenangan ,sabar,
dermawan, kemerdekaan, bersahaja, kecenderungan kepada
kebaikan, keteraturan, menghias diri dengan kebaikan, meninggalkan
yang tidak baik, ketenangan, dan kehati-hatian.
Adapun syaja’ah atau keberanian berkembang menjadi sembilan
cabang yaitu berjiwa besar, pantang takut, ketenangan, keuletan,
kesabaran, murah hati, menahan diri, keperkasaan, dan memiliki
daya tahan yang kuat atau senang bekerja berat.
Sementara keadilan (al-‘adalah) oleh Ibn Miskawaih dibaggi ke
dalam tiga macam,yaitu keadilan alam,keadilan adat istiadat, dan
keadilan Tuhan.Selanjutnya Ibn Miskawaih berpendapat bahwa
posisi jalan tengah tersebut bisa diraih dengan memadukan fungsi
syariat dan filsafat.Syariat berfungsi efektif bagi terciptanya posisi

9
tengah dalam jiwa bernafsu dan jiwa berani.Sedangkan filsafat
berfungsi efektif bagi tercitanya posisi tengah jiwa berfikir.
Dengan demikian,prinsip keadilan menjadi renungan dan juga
harus dilaksanakan dalam kehidupan yang sekecil-kecilnya,karena
hal ini akan menambah kulitas hidup seseorang menjadi manusia
yang mampu menggunakan akal cerdas yang selanjutnya akan selalu
mendapat ridha Allah swt.
Menurut Miskawaih atas semua keutamaan (al fadhilah) adalah
cinta kepada semua manusia.Manusia tidak akan mencapai kepada
tingkat kesempurnaan kecuali dengan memelihara jenisnya dan
menunjukkan pengertian terhadap sesama jenisnya.Selanjutnya
Miskawaih menjelaskan bahwa cinta tersebut tidak akan tampak
bekasnya kecuali jika manusia berada di tengah-tengah masyarakat
dan saling berinteraksi satu saa lain di dalamnya.Ibn Miskawaih
tidak sependapat dengan mereka mencari keutamaan atau kebajikan
melalui hidup asketik, mengasingkan diri dari pergaulan
masyarakat.Karena oarang yang demikian tidak akan bisa mencapai
keutamaan-keutamaan insani.13Tegasnya jalan untuk mencapai
keutamaan adalah dengan mengembangkan segala aspek psikologis
dan bakatnya melalui hidup bermasyarakat, bergaul dengan sesama
manusia lainnya,sehingga memperoleh jenis kebahagiaan lainnya.
c) Kebahagiaan
Menurut Ibn Miskawaih kebahagiaan merupakan puncak dan
kesempurnanan dari kebaikan. Dalam konteks ini,maka kebahagiaan
yang benar-benar sempurna hanyalah dinikmati orang-orang yang
khusus dan sempurna pula.Kebahagiaan tersebut menurut Oliver
Leaman14 adalah kebahagiaan yang terwujud dari hubungan mistik
antara jiwa yang bebasdan realitas ilahi.Tingkatan ini jelaslah

13
Ibn Miskawaih,Menuju Kesempurnaan Akhlak ,(Bandung: Mizan, 1999), hlm.54-55
14
Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman,Ensiklopedia Tematis Filsafat Islam,
(Bandung: Mizan, 2003), hlm. 114-115

10
merupakan tingkat kebagiaan yang lebih tinggi daripada yang
diperoleh melalui kesempurnaan intelektual.Dalam batas ini
tampaknya Ibn Miskawaih juga dipengaruhi oleh Aristoteles,dimana
Aristoteles menegaskan bahwa sesuatu yang paling membahagiakan
manusia adalah filsafat atau perenungan hal-hal yang abadi dan
Ilahi.15
Kebahagiaan dalam konsepsi Ibn Miskawaih digambarkan
sebagai sesuatu yang paling nikmat,paling utama,paling baik,dan
paling sejati.Kenikmatan yang terkandung adalam kebahagiaan
terbagi dalam dua bagian,yakni kenikmatan pasif dan kenikmatan
aktif.
Kenikmatan pasif dimiliki oleh manusia dan binatang tak
berakal yang bentuknya disertai hawa nafsu dan emosibalas
dendam.Kenikmatan seperti ini hanyalah kenikmatan aksidental
yang biasannya cepat hilang dan musnah,bahkan dapat berubah
menjadi penderitaan atau sesuatu yang menjijikkan.Sedangkan
kenikmatan aktif adalah kenikmatan yang lahir dari kekuatan
intelektiual dan dibawah naungan cahaya ilahi,sehingga kenikmatan
dalam bentuk ini tidaka akan berubah dan selalu tetap selamanya.16
Kebahagiaan tertinggi tersebut terwujud dengan berusaha
melepaskan tuntutan-tunttan dunia ini dan kemudian menerima
emansi-emansi yang melimpahdari atas yang akanmenyempurnakan
intelek dan memungkinkan untuk disinari oleh cahaya Ilahi.17
Mulyadi Kartanegara18 dalam bukunya Menembus Batas
waktu :Pnorama Filsafat Islam,berdasarkan analisisnya, mencoba
mengkategorikan kebahagiaan daalm pemikiran Ibn Miskawaih ke

15
Franz Magnis-Suseno,13 Tokoh:Sejak ZamanYunani Sampai Abad ke-19,
(Yogyakarta:Kanisisus,2003), hlm. 33
16
Ibn Miskawaih,Menuju kesempurnaan Akhlak.., hlm. 107-108
17
Syyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman,Ensiklopedi Tematis Filsafat...,hlm. 314
18
Mulyadi Kartanegara,Menembus Batas Waktu:Panorama Filsafat Islam,
(Bandung:Mizan, 2005), hlm. 70-75

11
dalam lima macam atau jenjang kebahagiaan yang dapat diperoleh
dan dirasakan manusia.
Jenjang pertama,yaitu kebahagiaan fisik atau sensual,yang biasa
dikenal dengan kesenangan (pleasure). Kebahagiaan jenis ini sering
dipandang banyak orang sebagai satu-satunya kebahagiaan.Misalnya
ada orang yang beranggapan bahwa kalau kaya dia pasti bahagia. Di
sini bukan berarti kebahagiaan seperti ini menjadi tidak
penting.Kebahagiaan model inijuga perlu menopang jenjang-jenjang
kebahagiaaan lainnya.
Dalam menyikapi kebahgiaan fisik tersebut,filsuf merumuskan
cara hidup filosofis yang angat menekankan kesederhanaan.
Disebutkan bahwa al-Farabi hidup sangat sederhana dan bahkan
bersahaja, baik dalam soal makanan dan pakaian, dalam
kehidupannya di Istana Saif al-Daulah,di Aleppo, Suriah. Dia tidak
mau dipusingkan dengan hal-hal keduniaan, dan sebagian besar
hidupnya dihabiskan untuk menulis dan mengajar. Sangat pantaslah
kalau dia diberi gelar kedua (al-mua’allim al-tsani) setelah
Aristoteles. Hal ini juga tampaknya sejalan dengan kehidupan Ibn
Miskawaih yang diwarnai kehidupan Istana dan politik di Dinasti
Buwaih,dimana sebagian hidupnya digunakan untuk studi dan
menulis,di samping juga dia pernah terlibat dalam dunia poltik.Ibn
Misakawaih juga lekat dengan gelar guru ketiga(al-mua’allim al-
tsalits).
Jenjang kedua adalah kebahagiaan mental,kebahgiaan yang
mungkin masih berkaitan dengan indra lahir,tetapi utamanya dengan
indra batin.Kebahagiaan jenis ini bentuknya lebih abstrak daripada
kebahagiaan fisik semata.Kesenangan mental ang sesungguhnay bisa
ditemukan daalm kebahagiaan imajiner,yaitu kebahagiaan pada
tingkat imajinasi,oleh filsuf Muslim dipandang sebagai salah satu
indra batin.

12
Imajinasi yang dilakukan oleh pelukis untuk menghasilkan suatu
karya seni menimbulkan kebahgiaan tersendiri,terutama baggi
dirinya dan pecinta seni.Bahkan dalam menghasilkan karyanya itu
sering lupa makan dan minum.Ini menunjukkan bahwa kebahagiaan
mental tidak kalah nikmatnya bahkan bisa mengalahakan
kebahagiaan atau kesenangan fisik.
Jenjang ketiga daalah kebahgiaan intelektual,yakni kebahgiaan
yang diperoleh manusia dari ilmu pengetahuan.Al-Quran
memepertanyakan “Apakah semua orang yang berilmu dengan yang
tidak berilmu?” jawabnya tentu tidak.Perbedaannya adalah seperti
orang yang melek dan orang buta.Orang yang berilmu ibarat orang
yang melek,dengan ilmunya ia bisa keluar dari hutan
belantara,kesesatan,menuju jalan yang terang dan kembali dengan
aman sampai ke tempat tinggalnya.
Kebahagiaan intelektual tentunya lebih langgeng,bila
dibandingkan dengan kebahagiaan fisik,seperti makan,karena makan
bisa ada kenyangnya,sedangkan ilmu penegetahuan tidaka akan ada
kenyangnya.Oleh karena itu,selama itu juga kita akan merasakan
kebahagiaan intelektual terkadang bisa mengalahkan kebahagiaan
fisik,berupa makanan,minuma,atau hubungan seksual.
Jenjang keempat adalah kebahagiaan moral.Salah satu bentuk
kebahgiaan moral dalama konteks ilmu adalah rasa bahagia yang
dicaapi ketika telah ammapu menerapkan(teoritis) ke dalam
kehidupan sehari-hari.Al-Quran sendiri menurut persepsi
Muhammad Iqbal sangat menekankan tinadakan daripaada ide.Dari
aspek moral,orang baik adalah yang ia telah memiliki perilaku
baik,dan bukan hanya mengetahui bahwa perilaku terpuji itu baik.
Kebahagiaan dan ketenangan akan dirasakan oleh orang yang
mengetahui jalan hidup yang baik sekaligus menjalani hidup yang
baik.

13
Jenjang kelima adalah kebahagiaan spiritual. Bagi Ibn
Miskawaih kebahagiaan moral memang tingkatan kenbahgiaan yang
tinggi,akan tetapimasih ada kebahagiaan tertinggi yani kebahagiaan
spiritual.Hubungan secara vertikal melalui ibadah merupakan salah
satu sarana untuk mencaapi kebahagiaan spiritual.Tujuan ibadah
Shalat,misalnya adalah membentuk moral yang baik dan mencegah
perbuatan keji dan mungkar.Akan tetapi,apabila sesorang sudah
memiliki moral yang baik tidaklah dia harus berhenti atau tiidak lagi
melaksanakan shalat.Di sini dapat dipahami bahwa kebahagiaan
moral saja tidak dapat membawa pada kebahagiaan tertinggi berupa
kebahgiaan spiritual.

D. Analisis:Etika keutamaan vs Etika Kewajiban


Ajaran etika yang diformulasikan oleh Ibn Miskawaih dalam karya
magnum opusnya Tahdzib al-Akhlaq secara garis besar memenag memuat
etika keutamaan,yakni lebih memfokuskan pada aspek being manusia (what
kind of Person I be?) saya harus menjadi orang yang bagaimana? Etika
keutamaan memang tidak begitu menyoroti perbuatan satu demi satu,apakah
sesuai atau tidak dengan norma moral,tatapi lebih memfokuskan pada
manusia itu sendiri.Tujuan dari etika adalah untuk mengarahkan manusia
menjadi orang yang memiliki etika yang baik.Menurut Zainal Kamal,etika
Ibn Miskawaih yang dijabarkannya dalam Tahdzib al-Akhlaq merupaka
perpaduan pemikiran filosofis dengan menggunakan firman al-Quran dan
hadist nabi Muhammad saw,dengan gaya pemikirannya yang sistematis ia
bermaksud menananmkan dalam diri manusia kualitas-kualitas moral dalam
tindakan-tindakan utama secara spontan.19(Pengantar, Ibn
Miskawaih:14/lihat :M.Alfan:208)

Etika Keutamaan sejauh ini memang sangat penting dalam tradisi


kajian etika dan merupakan teori etika yang tertua.Etika ini sudah diajarkan
oleh socrates,Plato,dan Aristoteles dalam ranah filsafat Yunani dan
19
Zainul kamal,Kata Pengantar,Menuju kesempurnaan Akhlak:Buku Daras Pertama tentang
Filsafat Etika, hlml.14

14
dikembangkan lebih berabad-abad lamanya.Ibn Miskawaih merupakan tokoh
yang menempati posisi sentral dalam tradisi etika filosofis Muslim.Menurut
penelaahan Ibn al-khatib pemikiran Ibn Miskawaih juga memepengaruhi
Imam al-Ghazali dalam karyanya Ihya “Ulum al-Din.”20

Dalam Perkembangan sekarang etika keutamaan memang terkadang


tidak terlalu mendapat perhatian lagi,hal ini sejalan dengan perkembangan
teori eyika,terutama sejak kemunculan teori etika yang dikembangkan oleh
Immanuel Kant(1724-1804).Etika dalam pemikiran Kant lebih menekankan
pada kewajiban,sehingga rumusan etikanya dikenal dengan”etika
kewajiban”.Etikannya ini bermuara pada suatu kehendak yang ingin
melakukan kebaikanatau yang disebut keehendak baik.Sejauh seseorang
berkehendak baik,ia baik tanpa pembatasan. Kehendak baik itu sellau baik
dan dalam kebaikannya tidak tergantung pada sesuatu di luarnya.Menurut
Kant,manusia bukan merupakan makhluk roh murni,tetapi ia juga makhluk
alami,yang snagat besar kemungkinannya terpengaruh hawa
nafsu,emosi,kecenderungan,dan dorongan batin,kebutuhan fisik,dan
psikis.Karenanya manusia juga bisa melakukan kewajibannya sesuai dengan
hati nuraninya untuk melakukan kebaikan yang dihadapkan dengan berbagai
tarikan dan doronga yang bersifat indrawi dan alami. 21Dalam Praktiknya etika
kewajiban lebih didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional dan
obyetif serta yakin bahwa tindakan yang dikerjakan merupakan sebuah
kebaikan.

Dalam realitas kehidupan,kita tidak lepas dari dua teori etika


tersebut.Di satu sisi manusia berkeinginan untuk mewujudkan dirinya untuk
mewujudkan dirinya menjadi manusia yang bermoral,memeiliki sifat
keutamaan(akhlak yang mulia) dan mencaapi kebahagiaan.Di sisi lain
manusia juga dihadapakan padaberbagai pilihan(imperatif kategoris) yang
harus dilakukan dalam menyikapi kehidupan ini.Etika kewajiban

20
Ibnu al-Khatib,Kata Pengantar,Menuju Kesempurnaan Akhlak:Buku Daras Pertama tentang
Filsafat Etika, hlm. 26.
21
Fraz Magnis-Suseno,13 Tokoh Etika..., hlm. 143-144

15
mengarahkan manusia pada apa yang harus dilakukan?Etika kewajiban jika
dihubungkan dengan hukum atau norma akan lebih aplikatif.Pemenuhan
kewajiban kita untuk mematuhi dan menjunjung tinggi semuahukum yang
telah ditetapkan.Memenuhi kewajiban bukanla suatu yang mudah,seperti
contoh:menurut aturan yang berlaku bahwa masyarakat tidak boleh
membuang sampah di sungai,faktanya sering kita menyaksikan masyarakat
sekitar banyak yang membuang sampah di sungai.

Dalam hal penegakan hukum,menurut penulis etika kewajiban lebih


mengarahkan seseorang untuk mematuhi hukum yang berlaku,sehingga
pemahaman terhadap etika kewajiban sangat penting dalam mengarahkan
manusia agar bertindak baik dan bermoral.Kant mengaskan bahwa paham
moral yang dimiliki manusia bersifat apriori dan berdasarkan akal
praktis,yakni pengertian mengenai baik dan buruk yang mendahului segala
pengalaman.22

Akan tetapi hal ini bukanlah untuk menfikan pentingnya juga etika
keutamaan.(1) Dalam kehidupan sehari-hari kelakuan moral kita lebih baik
dituntun oleh keutamaan.(2) Membatasi diri agar berlaku sesuai dengan
norma atau moral belum cukup untuk dapat disebut seorang yang baik dalam
arti sepenuhnya,karena dalam hidup juga diperlukan sifat keutaaan yang
terkadang lebih mementingkan aspek kemanusiaan.(3) Etiak keutamaan saja
adalah buta,jika tidak dipimpin oleh norma atau prinsip.Denga begitu antara
etika kewajiban dan etiak keutamaan saling berhubungan dan saling
membutuhkan.Moralitas selalu berkaitan dengan prinsip serta aturan dan
sekaligus juga dengan kualitas manusia itu sendiri,dengan sifat-sifat
wataknya.

Konsep keutamaan Ibn Miskawaih yang sangat filosofis juga


sekaligus memuat muatan religius,memakai analisa Amin Abdullah 23 ketika

22
http://grelovejogja.wordpress.com/2009/04/20/etika-kewajiban-immanuel-kant/ diakses
tanggal 10 Oktober 2020
23
Amin Abdullah,Antara Al-Ghazali dan Kant:..., hlm. 218-220

16
melihat perbandingan antara etika Al-Ghazali dan Kant sangatlahtepat
sebagai sebuah paradigma dalam mengembanagkan wacana etika.Etika hanya
dilandaskan kepada wahyu belumlah merupakan konnsep yang memadai.Hal
ini bukan berarti norma-norma wahyu itu yang tidak memadai, melainkan
konsepsi itu sendiri yang tidak memadai.Meskipun boleh jadi tepat secara
emosional dan psikologis,ia tidaklah memadai tidak secara
intelektual.Sebaliknya, etika yang hanya berlandaskan “rasio” saja,tampaknya
merupakan penyederhanaan yang berlebihan.Hanya kerjasama antara etika
wahyu”dan “etika rasional” yang akan menyelamatkan manusia dari keadaan
terperangkap dalam keterpecahan kepribadian.

Miskawaih merupakan penerjemah terbaik terhadap pembiktian Plato


tentang kekekalan roh,terutama dari buku-buku Proclus yang berjudul kitab
Syarh Qaul Flatun Fi an-Nafs Ghair Maitah.Bagian pertama al-Fauz al-
Asghar yang memaparkan kemaujudan Tuhan adalah jelas, ringkas, dan
padat. Argumen di sisni menyangkut penggerak pertama (First Mover) yang
sangat populer pada masa itu. Dalam hal in,ia sepenuhnya pengikut
Aristoteles.Sifat-sifat dasar Tuhan ialah esa,abadi, dan nonmateri.

Miskawaih membahas definisi Tuhan secara positif ataupun


negatif,dan menyimpulkan bahwa secara negatif adalah cara yang paling
mungkin.Ia juga menunjukkan kecenderungan Neoplatonis yang mencolok.Ia
mengatakan bahwa kemaujudan pertama yang memancar dari Tuhan ialah
intelegensi pertama yang (Miskawaih mengatakannya agak ganjil) sama
dengan akal aktif.Ia kekal, sempurna,dan tak berubah,karena”pemancaran
terus-menerus berhubungan dengannya dan kekal.sedangkan sumber
pemancaran itu kekal”.Ia sempurna dibandingkan yang lebih rendah
daripadanya dan tidak sempurna dibandingkan Tuhan.Kemudian, turunlah roh
dari langit ke inteligensi;ia memerlukan gerak sebagai ekspresi hasrat
kesempurnaan dalam meniru inteligensi.Akan tetapi,ia sempurna
dibandingkan benda-benda alam.Lingkungan mewujud melalui roh
langit.Dibandingkan roh,ia tidak sempurna dan oleh karena itu ia memerlukan

17
gerakan fisik,yaitu gerak dalam ruang.Linngkungan bergerak melingkar
menunjukkan kekekalan kemaujudannya yang telah ditentukan oleh
Tuhan.Melalui lingkungan dan bagian-bagiannya,tubu-tubuh kita
mewujud.Keberadaan kita sangat rapuh karena adnaya rantai panjang
perantara antara Tuhan dan kita.Dengan alasan itu pula,tubuh kita berubah
dan fana.Segala kemaujudan mewujud melalui Tuhan,dan pemancara serta
daya tembus-Nyalah yang memeliahara tatanan dalam kosmos ini.Bila Tuhan
tidak memberikan pemancaran-Nya,tidak akan ada kemaujudan.24

Sebagai pemikir religius sejati, Miskawaih mencoba membuktikan


ciptaan bermula dari ketiadaan. Pertama, bentuk-bentuk saling menggantikan,
tetapi dasarnya tetap konstan. Dalam perubahan ini, dari satu bentuk ke
bentuk lain, ke manakah perginya bentuk yang pertama itu? Dua bentuktidak
dapat bersatu,sebab mereka itu berbeda. Kedua, bentuk pertama tidak dapat
ke lain tempat karena gerak di tempat berlaku bagi tubuh dan kemaujudan tak
dapat berpindah dari satu tempat ke empat yang lain. Hanya ada satu
kemungkinan, yaitu bahwa bentuk pertama menjadi tiada. Bila terbukti bahwa
bentuk pertama menjadi tiada, bentu kedua maujud. Demikian pula bentuk
ketiga, keempat, dan seterusnya, dari ketiadaan. Oleh karena itu, segala
kemaujudan berasal dari ketiadaan.25

24
Supriyadi,Dedi,Pengantar Filsafat Islam,Konsep.Filsuf,dan Ajarannya..Bandung:CV Pustaka
Setia,hlm.119.
25

18
BAB III
PENUTUP

Dalam sejarah pendidikan islam, Ibn Miskawaih dikenal sebagai


cendekiawan Muslim pertama yang memikirkan filsafat moral (etika). Filsafat
Ibn Miskawaih memberikan pemikiran filsafat etika, filsafat ketuhanan.
Miskawaih memberikan definisi akhlak (etika) adalah perikeadaan jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dipikirkan dan
diperhitungkan sebelumnya.
Di dalam filsafat etika mencoba menunjukkan bagaimana kita memperoleh
watak-watak yang lurus untuk menjalankan tindakan-tndakan secara moral benar
terorganisasi dan tersistem. Oleh karena itu,jiwa adalah substansi indepeneden
yang mengendalikan badan dan bersifat kekal. Hal-hal yang dibahas dalam filsafat
etika yaitu kebaikan dan keburukan, kebajikan, dan kebahagiaan. kebaikan
seseorang meningkat selama kita mengembangkan dan memperluas kemampuan
yang kita miliki untuk mengasah dan menerapakn akal pada kehidupan kita. Cara
melakukan hal ini harus dengan jalan tengah (kebajikan) yang berkaitan dengan
kebijaksanaan, keberanian, kederhanaan, dan keadilan. Menurut Ibn Miskawaih
kebahagiaan merupakan puncak dan kesempurnanan dari kebaikan. Dalam
konteks ini,maka kebahagiaan yang benar-benar sempurna hanyalah dinikmati
orang-orang yang khusus dan sempurna pula. Miskawaih membahas definisi
Tuhan secara positif ataupun negatif, dan menyimpulkan bahwa secara negatif
adalah cara yang paling mungkin. Ia juga menunjukkan kecenderungan
Neoplatonis yang mencolok. Ia mengatakan bahwa kemaujudan pertama yang
memancar dari Tuhan ialah intelegensi pertama yang (Miskawaih mengatakannya
agak ganjil) sama dengan akal aktif. Ia kekal, sempurna,dan tak berubah, karena
pemancaran terus-menerus berhubungan dengannya dan kekal. sedangkan sumber
pemancaran itu kekal.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arbani,Wahid.2019.Akhlak Education According to Ibnu Miskawaih (Education


Epistemology Perspective).Journal of Islamic Culture and Education vol.4
No.1

Ibn Miskawaih. (1999). Menuju kesempurnaan Akhlak. Buku Daras pertama


tentang Filsafat Etika, diterjemahkan oleh Helmi Hidayat dari Tahdzib al-
Akhlak, Bandung:Mizan.

Kartanegara,Mulyadi. (2005). Menembus Batas Waktu:Panoram Filsafat


Islam,Bandung:Mizan.

Nasr,Seyyed Hossein dan Oliver Leaman. (2003). Ensiklopedia Tematis Filsafat


Islam (Buku Pertama). Bandung:Mizan

Supriyadi,Dedi.2013.Pengantar Filsafat Islam konsep,filsuf,dan ajarannya.


Bandung:CV Pustaka Setia.

Suseno,Franz Magnis. (2003). 13 Tokoh Etika: Sejak Zaman Yunani sampai Abad
ke-19, Yogyakarta:Kanisisus.

Syarif,M.M (1996).Para Filosof Muslim,Bandung:Mizan

http://grelovejogja.wordpress.com/2009/04/20/etika-kewajiban-immanuel-kant/
diakses tanggal Oktober 2020
http://teosufi.webs.com/apps/blog/sshow/6939648-hakikat-manusia-menurut-ibnu
miskawaih diakses tanggal 1-10-2020

20

Anda mungkin juga menyukai