Anda di halaman 1dari 2

Nama : Isa Nur Sulthon Fauzi

NIM : 1817407065
Kelas : 4 TBI B

REVIEW FILM “LITTLE BIG MASTER”

Tanggal Rilis : 19 Maret 2015


Negara : Hong Kong
Durasi : 112 menit

Lui Wai-hung, seorang kepala sekolah ternama yang baru keluar dari pekerjaanya. Alasan
ia keluar dari pekerjaanya karna merasa telah gagal menjadi seorang guru. Sebenarnya ia
menderita penyakit tumor, tapi itu bukanlah halangan baginya. Setelah ia keluar, ia bingung lalu
memutuskan untuk membangkitkan sebuah TK yaitu Yuen Tin yang terancam tutup karna
kurangnya murid. Kondisi sekolah yang memprihatinkan dengan hanya 5 siswa di dalamnya serta
tenggang waktu 4 bulan penutupan sekolah tersebut, membuat Lui Wai Hung menantang dirinya
membantu mewujudkan semangat belajar dari anak-anak. Perjuangan yang dilakuan Lui Wai
Hung tidaklah mudah, ia harus memasuki kehidupan pribadi setiap anak serta orang tua mereka
untuk tetap mempertahankan ambisi anak-anak untuk tetap bersekolah.
Banyak adegan yang terasa mengiris hati, apalagi ketika murid-murid menampilkan
pertunjukan di atas pentas yang telah disiapkan. Namun menjadi pertunjukan yang
mengharu biru karena tak ada satupun undangan yang datang. Adegan ini cukup membuat
kita menyeka air mata sampai film berakhir. Untungnya di penghujung cerita, di jelaskan
bahwa sekolah mendapatkan dua orang murid dari warga sekitar, karena simpati mereka
terhadap ketulusan Hung. Tanpa disadari, penduduk sekitar mengintip pertunjukan itu dari
balik jendela. Mereka tersentuh dan dengan sukacita mendaftarkan anak -anaknya. Karena
dua murid baru itu, sekolah tidak jadi ditutup.
Little Big Master kurang lebih mampu menjadi cermin dunia pendidikan masa kini. Ketika
anak-anak di usia dini terlalu dituntut menjadi pintar dan berotak encer, kita malah lupa untuk
memoles karakter mereka menjadi pribadi yang baik nan bermoral. Inilah perbedaan yang tampak
antara TK elit tempat Hung dulu bekerja, dengan TK Yuen Tin yang ia kelola kemudian.
Sementara di TK elit semua murid-nya dituntut oleh guru dan orang tua-nya untuk belajar ekstra
keras dan giat, perhitungan dan bahasa, sebuah sistem yang Hung sayangkan. Di TK Yuen Tin,
kini Hung lebih leluasa untuk membentuk karakter murid-muridnya. Hung menginspirasi mereka
membantu mengatasi rasa takut, menguatkan mereka tentang pentingnya sebuah mimpi serta
harapan untuk dimiliki dalam kondisi apapun. Bagi Hung, dan bagi siapapun yang sepaham
dengannya, anak-anak butuh belajar moral yang baik, sebelum belajar berhitung dan bahasa yang
benar. Satu hal lain yang memikat dari cerita ini adalah ada semangat feminisme yang hidup di
dalamnya secara tersamarkan, melalui karakter Hung dan murid-murid-nya sebagai center
characters.

Anda mungkin juga menyukai