Anda di halaman 1dari 19

PEMIKIRAN FILSAFAT AR-RAZI

Disusun sebagai Tugas Terstruktur Mata Kuliah Filsafat Islam

Dosen Pengampu: Sutrimo Purnomo, S.Pd.I. M.Pd


Disusun oleh:
Bunga Putri Maulia (1817404055)
Azkiyatun Nurlailiyah (1917406061)
Maulidia Syania Putri (1917406079)
Yumna Faridatun Nasiroh (1917406052)

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Filsafat Islam tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Pemikiran Filsafat Al-Razi” dapat diselesaikan
karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi
bagi pembaca. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut
pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama
pada bagian isi. Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran
pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 13 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................3
A Latar Belakang...........................................................................................................3
B Rumusan Masalah......................................................................................................4
C Tujuan Penulisan.......................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................3
A. Pengertian Filsafat Islam...........................................................................................3
B. Biografi Al-Razi..........................................................................................................3
C. Karya-Karya Tulis Ar-Razi.......................................................................................6
D. Pemikiran Filsafat Al-Razi........................................................................................7
E. Analisis Pemakalah..................................................................................................12
BAB III.................................................................................................................................14
A. KESIMPULAN............................................................................................................14
Daftar Pustaka :...................................................................................................................16

1
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Berfikir merupakan sifat yang tidak bisa dilepaskan dari manusia
yang merupakan makhluk yang diberi akal oleh Allah Swt. dalam berfikirnya
manusia menggunakan pendekatan yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Berfikir filsafat merupakan hasil usaha manusia untuk
berkesinambungan di seluruh jagad raya ini. akan tetapi, berfikir filsafat
dalam arti berfikir bebas dan mendalam atau radikal yang tidak dipengaruhi
oleh dogmatis dan tradisi disponsori oleh filosof-filosof yunani.
Peradaban Islam muncul tidak lepas dari berbagai pemikiran yang
berkembang dalam Islam. Berbagai pemikiran yang muncul tersebut biasa
disebut filsafat Islam. Pemikiran yang berkembang dalam filsafat Islam
memang didorong oleh pemikiran filsafat Yunani yang masuk ke Islam.
Namun, hal itu tidak berarti bahwa filsafat Islam adalah nukilan dari filsafat
Yunani. Filsafat Islam adalah hasil interaksi dengan filsafat Yunani dan yang
lainnya. Hal itu dikarenakan pemikiran rasional umat Islam telah mapan
sebelum terjadinya transmisi filsafat Yunani ke dalam Islam.
Filsafat Islam yang dipelopori oleh para filosof muslim timur telah
mengembangkan sayapnya dan menancapkan cakarnya dengan kuat. Dalam
filsafat Islam para filosof muslim memadukan antara agama dan filsafat. Para
ilmuan muslim terdahulu sesungguhnya memiliki andil yang sangat besar
dalam mengembangkan kajian tentang filsafat. Dalam makalah ini akan
dibahas tentang salah satu filosof muslim yang sangat berjasa pada masa itu
yaitu Ar-Razi. Baik mengenai sejarah lahir dan karya-karyanya maupun
tentang filsafat-filsafatnya.

3
B Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Al-Razi?
2. Apa sajakah Tulisan atau Karya Al-Razi?
3. Bagaimana pemikiran Filsafat Al-Razi?

C Tujuan Penulisan
1. Menambah wawasan mahasiswa terhadap kefilsafatan dunia islam
2. Mampu memahami pemikiran Al-Razi dengan baik
3. Mampu membedakan beberarapa tokoh filsafat

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Islam


Jika ditanya, apa perbedaan agama dan filsafat, maka jawabannya
adalah. Filsafat mulai dari keragu-raguan sementara agama mulai dari
keimanan. Ciri yang membedakan Filsafat islam dari pendekatan tradisional
dan teologis adalah pada metode yang digunakannya. Kalau dalam yang
disebut belakangan metode yang digunakannya bersifat dialetik, maka dalam
filsafat islam meski sama-sama rasional logis, metode yang diterapkan adalah
demonstran. Kaum filosof membangun argumentasinya melalui pijakan apa
yang dipercayai dan disepakati secara umum sebagai premis-premis
kebenaran primer.
Pada akhirnya filsafat islam dilihat sebagai gabungan antara pemikiran
liberal dan agama. Ia disebut pemikiran liberal dalam hal pengandalannya
pada kebenaran-kebenaran premier dan metode demonstran untuk
menggabung argumentasi-argumentasinya.1
Sedangkan yang dimaksud Filsafat Islam yaitu, hasil pemikiran filosof
tentang ketuhanan, kenabian, kemanusiaan dan alam yang di sinari ajaran
Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis serta
memaparkan secara luas tentang teori ada, menunjukan pandangan tentang
ruang, waktu, materi, dan kehidupan. Filsafat islam berupaya memadukan
antara wahyu dengan akal, antara aqidah dengan hikmah, antara agama
dengan filsafat dan menjelaskan kepada manusia bahwa wahyu tidak
bertentangan dengan akal.2
B. Biografi Al-Razi
1
Haidar Bagir 2005, Buku Saku Filsafat Islam (Bandung: Mizan Digital Publishing, 2005),
hlm 77-83.
2
Dr. Asep Sulaiman, M. Pd Mengenal Filsafat Islam (Bandung: Fadillah Press 2016) hlm 4.

3
Al-Razi adalah filosof muslim terkemuka yang muncul sesudah Al-
Kindi, nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Ar-
Razi dikenal sebagai dokter, filsuf, kimiawan, dan pemikir bebas, (250-313
H/864-925).3 Al-Razi dilahirkan di Rayy yang merupakan bagian selatan kota
Teheran Iran yaitu pada hari pertama bulan sya’ban sekitar tahun 250 H/864
M. Di kota Ray ini ia belajar kedokteran kepada Ali ibn Rabban al-Thabari
(192-240 H/808-855 M), belajar filsafat kepada Al-Balkhi, seorang yang
senang mengembara, menguasai filsafat, dan ilmu-ilmu kuno. Ia juga belajar
matematika, astronomi, sastra, dan kimia.
Sepanjang abad pertengahan ia merupakan dokter terbesar pada
zamannya, Sebagian dari riwayat bahkan menyebutnya sebagai dokter
pertama yang mengunakan kimia dalam tradisi pengobatan. Pada tradisi
tersebut beliau sangat mahir dalam mengolah dan meracik obat dengan ilmu
kimia yang dimilikinya. dan orang-orang barat memanggilnya dengan sebutan
“Rhazes”.
Propesi yang pernah ditekuni pada masa mudanya ialah menjadi
tukang intan (Baihaqi), penukar uang (ibn abi Usaibi’ah), dan pemain musik
kecapi (ibn Juljul, Sa’id, ibn Khalikan, Usaibi’ah, al-Safadi) yang pertama
meninggalkan musik untuk belajar alkimia.4 Selain al-Razi sang ahli filsafat,
ada lagi beberapa nama tokoh lain yang juga dipanggilkan al-Razi, yakni Abu
Hatim al-Razi, Fakhruddin al-Razi dan Najmuddin al-Razi. Oleh karena itu,
agar dapat membedakan al-Razi, sang filosof ini dari tokoh-tokoh lain, perlu
ditambahkan dengan sebutan Abu Bakar, yang merupakan nama kun-yah-nya
(gelarnya).5
Al-Razi berdomisili di Iran, yang sebelumnya terkenal dengan sebutan
Persia, sejak lama sudah dikenal dengan sejarah peradaban manusia. Kota ini
3
Dedi Supriyadi, 2010. Pengantar Filsafat Islam, Bandung: CV Pustaka Setia., hlm 68.
4
M. M. Syarif, 1963. Para Filosof Muslim, Bandung: Penerbit Mizan., hlm. 31.
5
Sirajuddin Zar, 2004. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada., hlm. 113.

4
merupakan tempat bertemunya berbagai peradaban, terutama peradaban
Yunani dan Persia. Oleh karena itu tidak mengherankan kota-kota di Persia
(Iran) ini telah mengenal peradaban yang tinggi sebelum bangsa Arab
mengenalnya. Agaknya suasana lingkungan ini termasuk yang mendorong
bakat Al-Razi tampil sebagai seorang intelektual.6 Disiplin ilmu Ar-Razi
meliputi ilmu falak, matematika, kimia, kedokteran dan filsafat. Ia lebih
dkenal sebagai ahli kimia dan ahli kedokteran dibandingkan sebagai seorang
filosof.
Pada masa Manshur ibn Ishaq ibn Ahmad ibn As’ad sebagai Gubernur
Ray, Al-Razi diserahi kepercayaan memimpin rumah sakit selama enam tahun
(290-296 H). Pada masa ini juga Ar-Razi menulis buku al-Thibb al-Mansuri
yang dipersembahkan kepada Manshur ibn Ishaq ibn Ahmad. Dari Ray
kemudian Ar-Razi pergi ke Baghdad, dan atas permintaan Khalifah Al-
Muktafi (289-295 H), yang berkuasa pada waktu itu, ia memimpin lembaga
ilmiah dan rumah sakit Maristan di Baghdad.
Karangannya yang terkenal ialah “ Tentang Cacar dan Campak” yang
di terjemahkan dalam berbagai bahasa di Eropa.7 Sepulangnya dari Bagdad, ia
kembali ke Rayy dan disana ia mempunyai banyak murid. Sebagai mana yang
di tuturkan al- Nadim dalam Fihrist, bahwa al-Razi kemudian menjadi syekh
“dengan kepala besar menyerupai karung” yang di kelilingi oleh banyak
murid.8 Al- Razi adalah orang yang murah hati, sayang pada pasien-
pasiennya, dermawan kepada orang-orang miskin, karena itu ia memberikan
pengobatan sepenuhnya tanpa meminta bayaran sedikitpun.
Kemasyhuran Al-Razi sebagai seorang dokter tidak saja di dunia
Timur, tetapi juga di Barat. Ia kadang dijuluki The Arabic Galen.Jika tidak

6
Sirajuddin Zar, 2004. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada., hlm. 114.
7
Harun Nasution, 2008, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, cet 12,
hlm.12.
8
Syarif, ed., 1996, Para Filosof Muslim, Bandung: Mizan, cet. 8, hlm. 32.

5
bersama murid dan pasiennya, ia selalu menghabiskan waktunya untuk
menulis dan belajar. Mungkin ini yang menyebabkan penglihatannya
berangsur-angsur melemah dan akhirnya ia menjadi buta. Ada yang
mengatakan sebab kebutaanya karena banyak makan buncis (Baqilah).
Penyakitnya bermula dari rabun dan akhirnya menjadi buta sama sekali. Ia
pun menolak untuk di obati. Dan mengatakan bahwa pengobatan itu akan sia-
sia belaka, karena sebentar lagi ia akan meninggal dunia. Beberapa hari
kemudian ia meninggal dunia pada tanggal 5 Sya’ban 313 H/ 27 Oktober 925
M.9

C. Karya-Karya Tulis Ar-Razi

Al-Razi termasuk seorang filosof yang rajin belajar dan menulis


sehingga tidak mengherankan ia banyak menghasilkan karya tulis. Dalam
autobiografinya pernah ia katakan, bahwa ia telah menulis tidak kurang dari
200 buah karya tulis dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Namun menurut
Ibnu Nadhim karya Al-Razi adalah 122 buku, 25 surat, dan satu makalah, jadi
jumlah seluruhnya 148 buah.10Akan tetapi Ibnu Abi Usaibi’ah menyebutkan
bahwa Al-Razi memiliki 236 karya buku, tetapi beberapa diantaranya tidak
jelas pengarangnya.11 Adapun karya tulisnya dalam bidang kimia yang
terkenal ialah Kitab Al-Asrar yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin oleh
Geard fo Cremon. Dalam bidang medis karyanya yang terbesar ialah Al-Hawi
yang merupakan ensiklopedia ilmu kedokteran, diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin dengan judul Continens yang tersebar luas dan menjadi buku
pegangan utama di kalangan kedokteran Eropa sampai abad ke 17 M.12
Bukunya di bidang kedokteran ialah Al-Mansuri Libel Al-Mansoris 10 jilid

9
Syarif, ed., 1996, Para Filosof Muslim, Bandung: Mizan, cet. 8, hlm. 33.
10
M.M, Syarif, Para Filosof Muslim, 36.
11
Ibid, 71.
12
Majid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam, 17.

6
disalin ke dalam berbagai bahasa barat sampai akhir abad 17 M. Adapun
Kitab Al-Judar wa Al-Hasbah tulisannya yang berisikan analisis tentang
penyakit cacar dan campak beserta pencegahannya, diterjemahkan orang ke
dalam berbagai bahasa barat dan terakhir kedalam bahasa Inggris tahun 1847
M, dan dianggap buku bacaan wajib ilmu kedokteran barat. Adapun buku
karya Ar-Razi yang penting antara lain:

1. Kitab Al-Hawi (Liber Continens).


2. Kitab Al Mansuri Fi al-Tibb (Liber Medicinalis ad Almansorem).
3. Kitab Man la Yahduruhu Al-Tabib (Book of Who is not Attended by a
Physician or A medical Advisor for the General Public).
4. Kitab Būr’ al-Sā’ah (Cure in an Hour).
5. Kitab al-Tibb ar-Ruhani (Book of Spiritual Medicine).
6. Kitab al-Judari wa al-Hasbah (The Book of Smallpox and Measles).
7. Kitab al-Murshid (The Guide).
8. Al Shakook ala Jalinoos, (The Doubt on Galen).
9. Al Syrah al-Falsafiah (The Philosophical Approach).
10. Kitab Sirr Al-Asrar (Book of Secret of Secrets).13
D. Pemikiran Filsafat Al-Razi
Al-Razi tidak memiliki sistem filsafat yang teratur, tetapi melihat masa
hidupnya, ia mesti dipandang sebagai pemikir yang tegar dan liberal di dalam
Islam, dan mungkin di sepanjang sejarah pemikiran manusia. Di antara
pemikiran al-Razi , yaitu:14
1. Dengan akal, kita dapat memperoleh manfaat yang sebanyak-banyaknya;
akal adalah karunia terbaik Tuhan kepada kita. Dengan akal, kita melihat
segala yang berguna bagi kita dan yang membuat hidup kita baik, dengan

13
Ann Saudi Med , 27 (4), July-August 2007.
14
Agus Mubarak, EKSISTENSI WAHYU, INJIL, DAN AL-QUR’AN MENURUT
MUHAMMAD IBNU ZAKARIA AL-RĀZĪ, Vol. XVI, No. 1. 2014

7
akal kita dapat mengetahui yang gelap, yang jauh, dan yang tersembunyi
dari kita. Dengan akal, kita dapat memperoleh pengetahuan tentang
Tuhan, suatu pengetahuan tertinggi yang dapat kita peroleh. Jika akal
sedemikian mulia dan penting, maka kita tidak boleh melecehkannya; kita
tidak boleh menentukannya, sebab Ia adalah penentu, atau
mengendalikannya, sebab ia adalah pengendali, atau memerintahnya,
sebab ia adalah pemerintah; tetapi kita harus merujuk kepadanya dalam
segala hal dan menentukan segala masalah dengannya; kita harus sesuai
dengan perintahnya. Hanya akal logislah yang merupakan kriteria tunggal
pengetahuan dan perilaku. Tak ada kekuatan irasional dapat dikerahkan.
2. Ia menentang kenabian 10 dengan alasan-alasan, yaitu:
a. Akal sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang
jahat, yang berguna dan yang tak berguna. Dengan akal semata kita
dapat mengetahui Tuhan dan mengatur kehidupan kita sebaik-baiknya.
Lalu mengapa dibutuhkan nabi?.
b. Tiada pembenaran bagi pengistimewaan beberapa orang untuk
membimbing semua orang, sebab semua orang lahir dengan
kecerdasan yang sama; perbedaannya bukanlah karena pembawaan
alamiah, tetapi karena pengembangan dan pendidikan.
c. Para nabi saling bertentangan. Bila mereka berbicara atas nama Tuhan
yang sama, mengapa terdapat pertentangan? Ia mengatakan bahwa
tidaklah masuk akal bahwa Tuhan mengutus para nabi, karena mereka
melakukan banyak kemudharatan. Setiap bangsa percaya hanya kepada
para nabinya, dan menolak keras yang lain, yang megakibatkan
terjadinya banyak peperangan keagamaan dan kebencian antar bangsa
yang memeluk berbagai agama yang berbeda.
3. Ia menentang wahyu. Tiada tempat bagi wahyu atau intuisi mistis. Ia
mengkritik secara sistematik kitab-kitab wahyu al-Qur’an dan Injil. Ia
mencoba mengkritik yang satu dengan mengunakan yang lainnya.

8
Misalnya, ia mengkritik agama Yahudi dengan faham-faham Mani,
Kristen dengan Islam, dan kemudian ia mengkritik al-Qur’an dengan
Injil.13 Ia terutama menolak mukjizat al-Qur’an, baik karena gayanya
maupun karena isinya dan menegaskan bahwa adalah mungkin menulis
kitab yang lebih baik dalam gaya yang lebih baik. Ia lebih menyukai buku-
buku ilmiah daripada kitabkitab suci, sebab buku-buku ilmiah lebih
berguna bagi kehidupan manusia daripada kitab-kitab suci. Buku-buku
kedokteran, geometri, astronomi dan logika lebih berguna daripada Injil
dan al-Qur’an. Penulis-penulis buku-buku ilimiah ini telah menemukan
kenyataan dan kebenaran melalui kecerdasan mereka sendiri tanpa
bantuan para nabi. Ilmu pengetahuan berasal dari tiga sumber: pemikiran,
yang didasarkan pada logika; tradisi dari para pendahulu kepada para
pengganti yang didasarkan pada bukti meyakinkan dan akurat seperti
sejarah dan naluri yang menuntun manusia tanpa memerlukan banyak
pemikiran.
4. Ia menentang kecenderungan berpikir irasional.
5. Ia mengatakan bahwa ruh yang hidup itu abadi tetapi bodoh. Karena
kebodohannya, ruh mencintai materi dan membuat bentuk darinya untuk
memperoleh kebahagiaan bendawi. Tetapi materi menolak; sehingga
Tuhan campur-tangan untuk membantu ruh. Bantuan inilah sehingga
Tuhan membuat dunia dan menciptakan di dalamnya bentuk-bentuk yang
kuat, yang di dalamnya ruh dapat memperoleh kebahagiaan jasmani.
Kemudian Tuhan menciptakan manusia dan dari zat ketuhanan-Nya, Ia
menciptakan intelegensi manusia guna menyadarkan ruh dan
menunjukkan kepadanya bahwa dunia ini bukanlah dunia sejatinya.
6. Menurutnya, materi itu kekal dengan bukti, yaitu: pertama, penciptaan
adalah bukti; dengan demikian mesti ada penciptanya. Apa yang
diciptakan itu ialah materi yang terbentuk. Tetapi, mengapa kita
membuktikan bahwa Pencipta ada terlebih dahulu dari yang dicipta? Dan

9
bukannya yang diciptakan itu yang lebih dahulu ada? Bila benar bahwa
wujud tercipta (atau lebih tepat: dibuat/masnû’) dari sesuatu dengan
kekuatan agen, maka kita dapat mengatakan bahwa apabila agen ini kekal
dan tak dapat diubah dengan kehendak-Nya, maka yang menerima tindak
kekuatan ini tentu kekal sebelum ia menerima tindak tersebut.
Penerimanya adalah materi. Jadi materi itu kekal. Kedua, berlandaskan
ketidakmungkinan penciptaan dari ketiadaan. Penciptaan, katakanlah,
yang membuat sesuatu dari ketiadaan, lebih mudah daripada
menyusunnya. Diciptakannya manusia oleh Tuhan dalam sekejap lebih
mudah daripada menyusun mereka dalam 40 tahun. Pencipta yang bijak
tidak lebih menghendaki melaksanakan apa yang lebih jauh dari tujuan-
Nya daripada yang lebih dekat, kecuali apabila Dia tidak mampu
melakukan apa yang lebih mudah dan lebih dekat. Kesimpulannya bahwa
keberadaan segala sesuatu pasti disebabkan oleh Pencipta dunia lewat
penciptaan dan bukan lewat penulisan. Tetapi apa yang kita lihat terbukti
sebaliknya. Segala sesuatu di dunia ini dihasilkan oleh susunan dan bukan
oleh penciptaan. Bila demikian, maka Ia tidak mampu menciptakan dari
ketiadaan, dan dunia ini mewujud melalui susunan sesuatu yang asalnya
adalah materi.17 Al-Râzî menambahkan bahwa induksi alam semesta
membuktikan hal ini. Bila tiada sesuatu pun mewujud di dunia ini kecuali
sesuatu yang lain, maka berarti alam ini dibuat dari sesuatu yang lain, dan
sesuatu yang lain ini adalah materi. Karenanya materi itu kekal; pada
dasarnya ia bukan tersusun tetapi tersendiri.
7. Menurut al-Râzî, karena materi menempati ruang, maka ada ruang yang
kekal. Ia membedakan ruang menjadi dua macam: ruang universal dan
mutlak, dan ruang tertentu atau relatif. Yang pertama tak terbatas, dan
tidak bergantung kepada dunia dan segala yang ada di dalamnya. Sebagai
bukti ketidakterbatasan ruang, al-Râzî mengatakan bahwa wujud yang
memerlukan ruang tidak dapat mewujud tanpa adanya ruang, meski ruang

10
bisa mewujud tanpa adanya wujud tersebut. Ruang tak lain adalah tempat
bagi wujud-wujud yang membutuhkan ruang. Yang berisi keduanya, yaitu
wujud, atau bukan wujud. Bila wujud, maka ia harus berada di dalam
ruang, dan di luar wujud adalah ruang atau tiada ruang; bila tiada ruang,
maka ia adalah wujud dan terbatas. Bila bukan wujud, ia berarti ruang.
Karenanya, itu tak terbatas. Bila orang berkata bahwa ruang mutlak ini
terbatas, maka ini berarti bahwa batasnya adalah wujud. Karena setiap
wujud itu terbatas, sedang setiap wujud berada di dalam ruang, maka
ruang bagaimanapun tak terbatas. Yang tak terbatas itu adalah kekal,
karenanya ruang itu kekal.
8. Menurut al-Râzî, waktu itu kekal. Ia merupakan substansi yang mengalir.
AlRâzî menentang mereka (Aristoteles dan pengikut-pengikutnya) yang
berpendapat bahwa waktu adalah jumlah gerak benda, karena jika
demikian, maka tidak mungkin bagi dua benda yang bergerak untuk
bergerak dalam waktu yang sama dengan dua jumlah yang berbeda. Al-
Râzî membagi waktu menjadi dua macam, yaitu: waktu mutlak dan waktu
terbatas. Waktu mutlak adalah keberlangsungan. Ia kekal dan bergerak.
Sedang waktu terbatas adalah gerak lingkungan-lingkungan, matahari dan
bintang-bintang. Bila Anda berpikir tentang gerak keberlangsungan, maka
Anda dapat membayangkan waktu mutlak, dan ia itu kekal. Jika Anda
membayangkan gerak bola bumi, berarti Anda membayangkan waktu
terbatas.
9. Ia berpendapat bahwa seorang filosof harus moderat, tidak terlalu
menyendiri, tidak terlalu memperturutkan hawa nafsu. Ada dua batas
dalam hidup ini: batas tertinggi dan batas terendah. Batas tertinggi adalah
batas yang tidak boleh dilampaui oleh para filosof, yaitu berpantang dari
kesenangan yang dapat diperoleh hanya dengan melakukan ketidakadilan
dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan akal. Sedang batas
terendah ialah memakan sesuatu yang tidak membahayakan atau

11
menyebabkan sakit dan memakai pakaian yang cukup untuk melindungi
kulitnya, dan sebagainya. Di antara kedua batas itu, orang dapat hidup
tanpa ketakterlayakan.
10. Menurut al-Râzî, setelah mati, sesuatupun terjadi pada manusia karena ia
tak merasakan apa-apa lagi. Selama hidupnya, manusia selalu merasa
sakit, tetapi setelah mati, ia tak akan merasa sakit selamanya. Sebaiknya
orang yang menggunakan nalar menghindari rasa takut mati, karena bila ia
mempercayai kehidupan lain, maka ia tentu gembira, karena melalui
kematian ia pergi ke dunia lain yang lebih baik. Bila ia percaya bahwa
tiada sesuatupun setelah mati, maka ia tak perlu cemas. Betapapun orang
tidak perlu merasa cemas akan kematian, karena tidak ada alasan untuk
merasa cemas.

E. Analisis Pemakalah
Al-Razi adalah seorang intelektual muslim,yang pemikirannya banyak
mendapat tantangan dari ulama-ulama sezamannya. Pola fikirnya yang
rasional dianggap menyimpang dari agama, namun perlu diteliti kebenaranya,
karena dalam buku-bukunya, tidak ditemukan hal-hal yang kontroversial.
Buku-buku yang beredar dan dianggap karangannya, berisi penolakan wahyu
dan kenabian,dianggap palsu dan diragukan keaslianya.
Filsafat Lima Kekalnya, kalau diteliti secara mendalam tidak
meremehkan ke Esaan Allah, bahkan lebih melogikakan keberadaan alam
raya ini, dan tidak bertentangan dengan Alqur’an.
Posisi Al-Razi yang tidak menguntungkan ini, disebabkan adanya
kecemburuan sebahagian ulama kepadanya, sehingga mereka menuduhkan
yang bukan-bukan dan banyak bukunya yang di hancurkan.
Tugas dan kewajiban ilmuan Islamlah di zaman modern ini untuk
menggali, mencari dan menganalisa alur fikiran Al-Razi, sehingga ia yang

12
diagungkan dunia Barat itu mampu kita tempatkan sebagai pemikir islam
yang jenius dan bermartabat.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Ar-Razi dikenal sebagai
dokter filosof, kimiawan, dan pemikir bebas, (250-313 H/864-925). Lahir di
Rayy yang merupakan bagian selatan kota Teheran Iran yaitu pada hari
pertama bulan sya’ban sekitar tahun 250 H/864 M. Di kota Ray ini ia belajar
kedokteran kepada Ali ibn Rabban al-Thabari (192-240 H/808-855 M),
belajar filsafat kepada Al-Balkhi. Sebagai Filosof ia mempunyai banyak karya
yang ditulis.  Buku-buku tersebut dikelompokkan sebagai berikut:
(a) ilmu kedokteran
(b) ilmu fisika
(c) logika(d) matematika dan astronomi
(e) komentar, ringkasan, dan ikhtisar
(f) filsafat dan ilmu pengetahuan hipotesis
(g) metafisika
(h) teologi
(i) ateisme
(k) campuran.
Diantara buku Al-Razi yang dapat disebutkan disini, sebagai berikut: Al-
Asrar, bahasan bidang kimia yang pernah diterjemahkan dalam bahasa Latin
oleh Greard Of Cremon. Al-Hawi, Ensiklopedi kedokteran yang masih
dipakai sampai abad ke-16 di Eropa, diterjemahkan dalam bahasa Latin
dengan judul Continens. Al-Razi memberi perhatian dan kepercayaan yang
cukup besar kepada akal. Indikasi kearah ini dapat dilihat bahwa ia menulis
tentang akal pada bab tersendiri dalam bukunya al-tibb al-ruhani. Namun,
tidak sampai ia meletakkan wahyu dibawah akal, apalagi tidak percaya pada
wahyu. Filsafatnya terkenal dengan doktrin lima yang kekal: Tuhan, Jiwa

14
Universal, Materi Pertama, Ruang Absolut dan Zaman Absolut, Al-Razi
adalah filosof yang hidup ketika manusia saat itu mendewa-dewakan akal.
Keterlibatan Al-Razi dalam filsafat telah banyak mengilhami para pemikir
lain, termasuk filosof yang sezaman dengan beliau.

15
Daftar Pustaka :

Ann Saudi Med , July-August 2007. 27 (4)


Mubarak, Agus.2014 EKSISTENSI WAHYU, INJIL, DAN AL-QUR’AN
MENURUT MUHAMMAD IBNU ZAKARIA AL-RĀZĪ, Vol. XVI, No. 1.
Nasution, Harun 2008, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta : Bulan
Bintang.

Supriyadi,Dedi 2010, Pengantar Filsafat Islam, Bandung: CV Pustaka Setia.

Syarif, ed., 1996, Para Filosof Muslim, cet. 8. Bandung : Mizan.

Syarif,M. M. 1963. Para Filosof Muslim, Bandung: Penerbit Mizan.

Zar, Sirajuddin 2004. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

16

Anda mungkin juga menyukai