Disusun Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
OKTOBER 2022
i
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
TTD
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
A. latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Di masa silam, masa kini dan masa yang akan datang kedudukan
pendidikan akan tetap berada pada posisi penting, karena pendidikan dapat
diandalkan sebagai alat untuk memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan
manusia, baik secara individu maupun dalam bermasyarakat. Apalagi di era global
yang penuh dengan persaingan,tingginya kadar ketidakpastian, dan semakin
Adirasakannya keterbatasan akan mendorong setiap orang untuk semakin berhati-
hati dalam berpikir dan bertindak dalam berbagai urusan, khususnya dalam bidang
pendidikan yang menuntut kecermatan dalam perencanaan,kesungguhan dalam
pelaksanaan, ketepatan dalam memilih metode, dan kejelian dalam evaluasi, agar
upaya mencapai tujuan berjalan dengan baik.Oleh karena itu, memahami filsafat
pendidikan Islam menjadi penting.
Allah SWT memberikan salah satu yang istimewa yaitu akal. Sudah jelas,
sifat akal bagi manusia adalah selalu ingin tahu terhadap segala sesuatu termasuk
dirinya sendiri.Pengetahuan yang dimiliki manusia bukan di bawah sejak lahir
karena manusia ketika dilahirkan belum mengetahui apa-apa. Dua sumber
pengetahuan yang di peroleh manusia, yaitu pengetahuan yang di peroleh melalui
wahyu dan pengetahuan yang di peroleh melalui panca indra.
Sama halnya dengan Ibnu Miskawaih seorang anak yang tumbuh
berkembang seperti manusia umumnya, yang selalu mencari kebe naran baik
melalui penelitian, pelatihan untuk mendapatkan berbagai pengalaman dan dari
cara interaksi ia Berinspirasi untuk mengkaji lebih dalam tentang segala sesuatu
yang berlaku tentang kehidupan manusia, baik menyangkut kehidupan manusia
dan alam sekitar nya. Sehingga dalam berbagai literaturnya ia juga menulis
tentang kajian.
kedokteran, Sejarah, Bahasa dll. Sehingga Ibnu Miskawaih tumbuh
menjadi seorang filosof Muslim yang termaktub dalam sejarah Islam. Ia juga
1
memiliki tempat dalam sejarah pemikiran Islam. Ibnu Miskawaih hidup ditengah
situasi masyarakat yang memprihatinkan, kehidupan lingkungan nya yang di
warnai praktek praktek amoral seperti perzinahan, perjudian,pemerkosaan, dll.
Keadaan ini menjadi alasan kenapa Ibnu Miskawaih ingin berkonsentrasi
mengkaji ilmu yang menyangkut etika atau moral manusia karena dengan adanya
moral yang baik akan tercipta suasana masyarakat yang damai sejahtera.
B. Rumusan masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mempelajari sejarah dari Abu Bakar Ahmad Ibn Kamil al-Qadhi,
mempelajari filsafat dari Ibn al-Akhmar, dan mempelajari kimia
dari Abu Tayyib. Karena keahliannya dalam berbagai ilmu, Iqbal
mengelompokkanya sebagai orang pemikir, moralis, dan sejarawan
parsi paling terkenal .1
Dalam bidang pekerjaan Ibn Miskawaih adalah
bendaharawan, sekretaris, pustakawan, dan pendidik anak para
pemuka dinasti Buwahi. Selain akrab dengan penguasa, juga
banyak bergaul dengan ilmuan seperti Abu Hayyan at-Tauhidi,
Yahya ‘Adi dan Ibn Sina. Selain itu Ibn Misakawaih juga dikenal
sebagai sejarwan besar yang kemasyhurannya melebihi para
pendahuluanya, at-Thabari (w. 310 H./ 923 M.)selanjutnya juga ia
dikenal sebagai dokter, penyair dan ahli bahasa.
Keahlian Ibn Miskawaih dalam berbagai bidang ilmu
tersebut antara lain dibuktikan dengan karya tulisannya berupa
buku dan artikel. Ibnu Miskawaih seorang yang tekun dalam
melakukan percobaan-percobaan untuk mendapatkan ilmu-ilmu
baru. Selain itu, beliau dipercayakan oleh penguasa untuk
mempelajari dan mendidik anak-anak pejabat pemerintah, hal ini
tentu menunjukkan bahwa Ibn Miskawaih dikenal keilmuan oleh
masyarakat luas ketika itu.2
Ibn Miskawaih juga digelari guru ketiga (al-Mualimin
atTsalits) setelah al-Farabi yang digelari guru kedua (al-Mualimin
alTsani) sedangkan yang dianggap guru pertama (al-Mualimin al-
Awwal) adalah Aristoteles. Sebagai bapak etika dalam kitabnya
Tahdzib al-Akhlak wa Tathir al-A’raq (pendidikan budi dan
pembersihan akhlak).
1
.Abuddun Natta, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 2003), hal.5
2
Muhammad Yusuf, Falsafah al-Akhlaq fi al-Islam, (Kairo, Muassasat alKhaniji 1963), hal. 54
4
Sementara itu sumber filsafat etika Ibn Miskawaih berasal
dari filsafat Yunani, peradaban Persia, ajaran syariat Islam, dan
pengalaman pribadi. Ibn Miskawaih adalah seorang teoritas dalam
hal-hal akhlaq artinya ia telah mengupas filsafat akhlaqiyah secara
analisa pengetahuan. Ini tidaklah berarti bahwa Ibn Miskawaih
tidak berakhlaq, hanya saja persoalannya di tinjau dari segi
pengetahuan semata-mata.
Ibnu Maskawaih menghasilkan beberapa karya yang
bermanfaat bagi umat, di antaranya adalah kitab Tahdzibul Akhlaq
wa Tathhirul A'raaq yang terkenal. Selain itu menyusun kitab
Tartib as Sa'adah yang berisi tentang akhlak dan politik. Kemudian
menulis syair pilihan yang dikumpulkan dalam kitab Al-
Musthafa,menulis Jawidan Khirad berisi kumpulan ungkapan
bijak, dan kitab As-syaribah yang membahas tentang minuman.
Bahkan menulis juga tentang sejarah dalam kitab Tajarib Al-
Umam berisi tentang pengalaman bangsa-bangsa yang menjadi
acuan sejarah dunia hingga tahun 369 H.Selain itu, Ibnu
Maskawaih dikenal juga sebagai bapak etika Islam. Ia telah
merumuskan dasar-dasar etika di dalam kitabnya Tahdzib al-
Akhlaq wa Tathir al-A’raq(pendidikan budi dan pembersihan
akhlaq).
Tidak hanya itu, ada juga buku dan artikel yang berhasil
ditulis oleh Ibn Miskawaih. Semua karyanya tidak luput dari
kepentingan pendidikan akhlak (tahzib al-akhlak), diantara
karyanya adalah :
a) . al-Fauz al-Akbar (Kemenagan Besar)
b) . Al-Fauz al-Asghar (Kemenagan Kecil)
c) . Tajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar
yang ditulis pada tahun 369/979 M)
d) .Usman al-Farid (kumpulan anekdot, syair, pribahasa dan
katakata mutiara).
5
e). Tartib al-sa’adah (tentang akhlak dan politik) al-
Musthafa (syairsyair pilihan).7
f) . Jawidan Khairad (kumpulan ungkapan bijak)
g). Al-jami’ (Tentang jemaah)
h) . Al-Syiar (tentang aturan hidup)
i) . Tentang pengobatan sederhana (mengenai kedokteran)
j) . Tentang komposisi Bajat (mengenai seni memasak)
k) . Kitab al-Asyribah (menegenai minuman).
l) . Tahzib al-Akhlaq (mengenai akhlaq)
m).Risalah fi al-Ladzdzat wa-Alam fi jauhar al-Nafs
(naskah di instanbul, Raghib Majmu’an no. 1463, lembar
57a-59a)
6
pun yang setara dengan-Nya. Ada tanpa diadakan dan ada Nya
tidak bergantung kepada yang lain. Sementara yang lain
membutuhkan-Nya.Hal ini tampak bahwa Tuhan menurut Ibn
Miskawaih adalah zat yang tidak berjasim, azali dan pencipta.
Untuk membuktikan adaya Tuhan, Ibn Miskawaih tidak
memungut pemikiran Aristoteles sebagai dilakukan oleh filsuf
sebelumnya. Tuhan menurutnya adalah penggerak pertama yang
tidak bergerak dan pencipta yang tidak berubah-ubah karena
itu.Tuhan yang secara mutlak bebas dari materi, secara mutlak
tidak berubah,dan kebebasan sempurna Tuhan dari materialitaslah
yang membuat kita tidak mungkin menggambarkan-Nya dengan
istilah apa pun.3
Menurut Ibn Miskawaih, entitas pertama yang mancar dari
Tuhan ialah “Aql Fa’al (Akal Aktif). Akal Aktif ini tanpa
perantarasesuatu pun.Kekal, sempurna, dan berubah. Dari Akal
Aktif ini timbul jiwa dan dengan perantaraan jiwa pula timbul
planet (alfalak). Pancaran yang terus-menerus dan tuhan dapat
memelihara tatanan di alam ini, ini sekiranya pancaran Tuhan
dimaksud terhenti, maka berakhirlah kemaujudan dan kehidupan di
alam ini.
B. Kenabian
3
.Muhammad Iqbal, Metafisika Persia, Suatu sumbangan untuk sejarah filsafat islam, Trj. Joebaar Ayoeb,
( Bandung, Mizan, 1990), hal.53-54
7
Menurut Ibn Miskawaih, Nabi adalah manusia pilihan yang
memperoleh hakikat-hakikat kebenaran, karena pengaruh Akal
Aktif atas daya imajinasinya. Hakikat-hakikat yang sama diperoleh
juga oleh filsuf. Perbedaan terletak pada cara memperolehnya.
Para filsuf memperoleh kebenaran dari bawah ke atas, yaitu
dari daya indrawi naik ke daya khayal, dan naik lagi ke daya pikir
sehingga dapat berhubungan dan menangkap hakikat-hakikat
kebenaran dari Akal Aktif. Sedangkan para Nabi memperoleh
langsung dari Akal Aktif sebagai rahmat Tuhan.
Jadi, sumber kebenaran yang diperoleh oleh Nabi dan filsuf
adalah sama, yaitu Akal Aktif. Pemikiran ini sejalan dengan Al-
Farabi. Oleh karena kebenaran itu satu, baik yang pada Nabi
maupun yang pada filsuf, maka yang paling awal menerima dan
mengikuti apa yang dibawa Nabi adalah filsuf. Nabi membawa
ajaran yang tidak bertentangan dengan akal. Manusia perlu kepada
Nabi membawa ajaran yang tidak bertentangan hal-hal yang
bermanfaat yang dapat membawanya kepada kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
C. Moral
8
Karena itu kebiasaan atau latihan-latihan dan pendidikan
dapat membantu seseorang untuk memiliki sifat-sifat terpuji
tersebut, sebaiknya juga akan membawa orang kepada sifat-sifat
tercela.
Ibn Miskawaih menolak pendapat sebagai pemikir Yunani
yang mengatakan akhlak yang berasal dari watak tidak mungkin
berubah. Oleh Ibn Miskawaih ditegaskan kemungkinan perubahan
akhlak itu terutama melalui pendidikan.Dengan demikian, dijumpai
ditengan masyarakat ada orang yang memiliki akhlak yang dekat
pada malaikat dan ada pula yang lebih dekat kepada hewan.
Mengingat pentingnya pembinaan akhlak, Ibn Miskawaih
memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan anak-anak.
Menyebutkan bahwa masa kanak-kanak merupakan mata rantai
jiwa hewan dengan jiwa manusia berakal.Pada jiwa anak
berakhirlah ufuk hewani, dan ufuk manusiawi dimulai.Karena itu,
anak-anak harus dididik akhlak mulia dengan menyesuaikan
rencana-rencananya dengan urutan daya-daya yang ada keinginan,
anak-anak dididik dalam hal adab makan, minum, dan berpakaian,
serta lainnya.
Lalu sifat berani, kendali diri diterapakn untuk
mengarahkan daya marah. Kemudian daya berpikir dilatih dengan
menalar,sehingga akal pada akhirnya dapat menguasai segala
tingkah laku.
D. Jiwa
4
Ahmmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), p. 61
9
Mengenai perbedaan jiwa dengan jasad Ibn Miskawaih
mengemukakan argumen-argumen. Jiwa memiliki tiga daya, yaitu daya
berpikir, daya keberanian, dan daya keinginan. Tiga daya itu masing-
masing melahirkan sifat kebajikan. Yaitu hikmah, keberanian, dan
kesederhanaan.
10
dengan tujuan pendidikan, materi, pendidik dan anak didik,lingkungan dan
metode pendidikan.
a. Tujuan Pendidikan
F. Materi Pendidikan
11
3. Hal-hal yang wajib bagi hubungan sesama manusia.
12
G. Pendidik dan Anak Didik
1. Bisa dipercaya
2. Pandai
3. Dicintai.
H. Lingkungan Pendidikan
13
I. Metode Pendidikan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Biografi Ibnu Maskawaih Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Khozim
Ahmad ibn Muhammad bin Yakub bin Miskawaih, dikenal dengan Ibnu
5
Nur Hamim, “Pendidikan Akhlak: Komparasi Konsep Pendidikan Ibnu Maskawaih dan Imam Ghazali”,
dalam Jurnal Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman, Vol. XVIII, No. 1, 2014, 22.
14
Miskawaih, wafatnya pada tanggal 9 Shafar 421 H yang bertepatan dengan
tanggal 16 Pebruari 1032 M. Ia banyak memperoleh prestasi sampai
dijuluki 'Adhud Al-Baulah
Pemikiran ibnu Miskawaih Sama dengan para tokoh islam yang lain,
pemikiran Ibn Misakawaih juga sangat bermanfaat untuk manusia pada
umumnya dan umat islam pada khususnya.Diantara pemikiran beliau
adalah:
Jiwa menurut Ibn Miskawaih adalah substansi rohani yang kekal, tidak
hancur dengan kematian jasad.Kebahagian dan kesengsaraan di akhirat
nanti hanya dialami oleh jiwa.
15
kebahagiaan, kemakmuran, keberhasilan, sukses, kesempurnaan,
kesenangan dan kecantikan (keindahan).
Namun demikian yang perlu dicatat bahwa karena tujuan yang ingin
dicapai adalah menuju kejalan Allah, maka apapun bentuk materi yang
diajarkan akan senantiasa membantu manusia untuk menuju ke arah
taqorrub kepada Tuhannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
.Abuddun Natta, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri
Kajian
Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003),
hal.5
.Muhammad Yusuf, Falsafah al-Akhlaq fi al-Islam, (Kairo,
Muassasat alKhaniji 1963), hal. 54
.Muhammad Iqbal, Metafisika Persia, Suatu sumbangan untuk
sejarah filsafat islam, Trj. Joebaar Ayoeb, ( Bandung, Mizan,
1990), hal.53-54
Ahmmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1986), p. 61
.Nur Hamim, “Pendidikan Akhlak: Komparasi Konsep Pendidikan
Ibnu Maskawaih dan Imam Ghazali”, dalam Jurnal Ulumuna:
Jurnal Studi Keislaman, Vol. XVIII, No. 1, 2014, 22.
17