Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas limpahan
mengenai biografi ibnu miskawaih dan pemikirannya tentang akhlak ini dengan
sebaik mungkin. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
Nabi akhir zaman Nabi Muhammad Saw . Tidak lupa pula kami ucapkan terima
kasih kepada Bapak Dr. Moh. Amiril Mu’minin, M.Th.I selaku dosen mata
banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang yang berkenan dengan
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Sampul
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI IBNU MISKAWAIH................................................... 2
1. Biografi Ibnu Miskawaih .......................................................... 2
2. Karya-karya Ibnu Miskawaih..................................................... 2
B. PEMIKIRAN IBNU MISKAWAIH TENTANG AKHLAK.......... 3
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 5
B. Kritik dan Saran............................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika dan jiwa merupakan salah satu pokok bahasan dalam filsafat.
Etika merefleksikan bagaimana manusia harus hidup agar ia berhasil sebagai
manusia. Karena itu tidak mengherankan bahwa hampir semua filsuf besar juga
menulis dalam bidang etika. Mengapa etika dan jiwa dibahas dalam filsafat dan
disepakati merupakan cabang filsafat, etika dalam cabang filsafat tidak
mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia
harus bertindak, tetapi tindakan manusia itu, keadaan manusia itu sendiri
dimaknai dengan jiwa, berarti etika dan jiwa merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Bahkan dipahami bahwasanya etika lahir dari jiwa.
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah kita bisa mengenal siapa itu Ibnu
Miskawaih dan bisa lebih tau bagaimana tapak tilas kehidupannya , mengenal
akhlak
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ibnu maskawih ia mempunyai nama lengkap abu Ali Al-kasim ahmad bin
yakqub bin maskawih ia lahir di rayy. Ia telah menjelajahi banyak cabang ilmu
pengetahuan dan filsafat, namun pada akhirnya ia lebih memusatkan perhatiannya
pada sejarah dan akhlak. Dalam bidang ilmu sejarah beliau berguru kepada Abu
Bakr ahmad bin kamil al-Qadi (350 H/960M) terutama tarikh ath thabari, Ibnu al-
khammar seorang mufassir kenamaan karya-karya Aristoteles adalah gurunya
dalam bidang filsafat.
Beliau belajar sejarah ,terutama tarikh At-thabari, kepada abi bakr ahmad ibn
kamil al-Qadi (350H/960M), beliau juga belajar filsafat kepada Seo mufassir
kenamaan karya-karya ariestoteles, yaitu ibn al-khammar. Miskawih juga
mengkaji ilmu kimia bersama abu ath-thayyib Ar-razi, seorang ahli kimia. 1
Miskawih menulis sejumlah topik yang luas, seperti yang dilakukan banyak
orang pada zamannya. Adapun karya-karya dalam tulisan Abdul Aziz dahlan
yang mendasarkan pada para penulis masa lalu adalah sebanyak 18 buah judul
yang kebanyakan berbicara/membahas tentang jiwa dan akhlak. Lain halnya
dengan yaqut ia memberikan 13 daftar buah karya miskawih, untuk bahan rujukan
penulis rinci sebagai berikut.
2
2. Al-fauz Al-asghar[tentang keberhasilan kecil]
3. Tajarib Al-umam [tentang pengalaman bangsa-bangsa sejak awal
sampai kemasa hidupnya.
4. Uns Al-tauhid [kumpulan anekdot, syair, pribahasa, dan kata-kata
mutiara.
5. Tartib as- Sa’adah [tentang akhlak dan politik]
6. Al- Mustafa [syair-syair pilihan]
7. Jawidan khirad [kumpulan ungkapan bijak]
8. Al- jami,
9. As-siyar [tentang aturan hidup]
10. Tahzib Al-akhlak [pendidikan akhlak]
11. Ajwibah wa Al-as’ilah fi an-nafs wa al-aql [tanya jawab tentang
jiwa] 2
Etika adalah prilaku tentang apa yang baik dan buruk Dalam Bahasa Arab
etika disebut juga dengan ilmu Akhlak, karena Akhlak juga dipakai untuk
menilai perbuatan manusia. Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaga
yang kata asalnya khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,
atau tabiat.3
.Karya etika Miskawaih , diantaranya Tahdzib Al-Akhlaq . Karya Miskawaih
ini mencoba menunjukkan bagaimana kita dapat memperoleh watak-watak
yang lurus untuk menjalankan tindakan-tindakan yang secara moral benar
terorganisasi dan tersistem . Dasar argumentasinya adalah tinjauannya tentang
sifat dasar jiwa, yang diambil dari plato, sebagai entitas atau substansi yang
berdiri sendiri, yang berbeda dengan gagasan Aristotelian mengenai jiwa.4
Dalam mukadimah karya tulisnya, Tahdzib al-Akhlaq, Ibnu Miskawaih
menyatakan bahwa tujuan menulis buku tersebut adalah untuk
mengembangkan nilai moralitas dalam jiwa. Jalan terbaik untuk mewujudkan
moralitas adalah memahami lebih dulu seluk-beluk jiwa. Dalam konsepsi
Miskawaih, jiwa dilukiskan sebagai sesuatu yang bersifat imaterial, bukan
2
Ibid, hlm 112
3
Faisal Abdullah,”Konsepsi Ibnu Miskawaih Tentang Moral, Etika Dan Akhlak Serta Relevansinya Bagi
Pendidikan Islam”, JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education Vol. 3, No. 1, April 2020,
hlm 43.
4
Dedi Supriyadi, M.Ag., Ibid, hlm 114
3
bagian tubuh, tidak membutuhkan tubuh, tidak dapat ditangkap oleh indera
jasmani, dan merupakan substansi sederhana. Ibnu Miskawaih membuktikan
keberadaan jiwa dengan mengemukakan argumentasi adanya fakta tentang
penerimaan atau rekaman kesadaran manusia terhadap pelbagai bentuk yang
berasal dari benda-benda jasmani atau empirik, dan juga terhadap ide-ide
rasional yang abstrak. Bila yang merekam atau menerima bersifat jasmani,
tentu hal tersebut mustahil terjadi sebab benda jasmani hanya dapat menerima
satu bentuk dalam satu waktu, dan hanya bisa menerima bentuk-bentuk yang
berbeda pada waktu yang berlainan. Rekaman/penerimaan kesadaran diri
manusia pada bentuk-bentuk konkret dan abstrak berlangsung secara
berkesinambungan, dan tidak terjadi pergantian bentuk bentuk lama oleh
bentuk-bentuk yang baru diterima. Oleh karena itu, jelas bahwa yang
menerima atau merekam bukanlah sesuatu yang bersifat jasmani, melainkan
substansi yang imaterial yang dikenal dengan sebutan jiwa.
Menurut Miskawaih, faktor yang membedakan jiwa manusia dengan jiwa
binatang ialah adanya potensi akal dalam jiwa manusia, sedang potensi akal
tidak untuk memiliki pengetahuan teoritis (memiliki gambaran yang benar
tentang realitas) dan pengetahuan praktis (pengetahuan tentang perbuatan baik
dan buruk sehingga mendorong untuk berbuat baik dan menghindari
perbuatan buruk). Kebaikan dan kebahagiaan manusia terletak pada
mengaktualnya potensi akal dalam jiwa secara sempurna. Manusia yang
paling sempurna kemanusiaannya ialah manusia yang paling benar aktivitas
berpikirnya dan mulia ikhtiarnya. Manusia paling utama adalah manusia yang
paling mampu mewujudkan perilaku yang membedakan dirinya dari binatang.
Karena itu, manusia wajib bersungguh-sungguh mewujudkan kebaikan dan
menolak kejahatan. Dalam rangka mewujudkan kebaikan-kebaikan itu,
manusia perlu membangun kerja sama dengan manusia lainnya, demi
tercapainya sebuah kerja sama , manusia harus saling mencintai dan
menyadari bahwa kesempurnaan , kebaikan, dan kebahagiaan tidak tercapai
tanpa kebersamaan5
5
Dr. Amroeni Drajat, Filsafat Islam (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm 44-46
4
Akhlak dapat kita ketahui mengandung empat unsur, yaitu; (1) adanya.
Tindakan baik atau buruk: (2) adanya kemampuan untuk melaksanakan; (3)
adanya pengetahuan tentang perbuatan yang baik dan yang buruk dan (4)
adanya kecendrungan jiwa terhadap salah satu perbuatan baik atau yang
buruk.6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akhlaq merupakan suatu keadaan jiwa. Keadaan jiwa ini yang
membuat manusia berbuat tanpa berpikir atau dipertimbangkan secara
mendalam. Akhlaq dibagi menjadi dua, pertama barsifat alamiah dan
bertolak dari jiwa. Kedua, yang tercipta melalui kebiasaan dan latihan.
Pada mulanya, keadaan ini terjadi karena dipertimbangkan dan
dipikirkan, namun kemudian melalui praktik terus menerus, menjadi
karakter. Kedua watak tersebut menurut Ibnu Miskawaih pada
hakekatnya tidak alami, meskipun kita diciptakan dengan menerima
watak, akan tetapi watak tersebut dapat diusahakan melalui pendidikan
dan pengajaran. Ibnu Miskawaih menegaskan bahwa pendidikan
akhlak didasarkan atas doktrin jalan tengah. Menurutnya jalan tengah
diartikan sebagai keseimbangan, moderat, harmoni, utama, mulia atau
posisi tengah antara dua ekstrim baik dan buruk yang ada dalam jiwa
manusia
B. KRITIK DAN SARAN
6
Faisal Abdullah,”Konsepsi Ibnu Miskawaih Tentang Moral, Etika Dan Akhlak Serta Relevansinya Bagi
Pendidikan Islam”, JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education Vol. 3, No. 1, April 2020,
hlm 43.
5
Namun penulis makalah sadar, bahwa makalah yang telah dibuat ini
tidak sempurna dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya.
Hal ini penulis makalah meminta kritik dan sarannya kepada pembaca
makalah ini terutama kepada Dr. Moh. Amiril Mu’minin, M.Th.I selaku
dosen pengampu mata kuliah Filsafat Islam Karena menurut penulis
makalah tidak ada sesuatu yang membangun tanpa saran dan kritik dari
pembaca terutama saran dan kritik dari kepada Dr. Moh. Amiril
Mu’minin, M.Th.I selaku Dosen pengampu mata kuliah Filsafat Islam
dari saran dan kritik ini bisa penulis jadikan sebuah motivasi untuk
pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA