Anda di halaman 1dari 29

TOKOH ILMUAN MUSLIM

( IBUNU RUSYDI, IBNU SINA, AL-KHAWARIZMI )


Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
SEJARAH PERADABAN ISLAM

Dosen Pengampu :
Drs.ZULKIFLI NELSON, M.E.d

OLEH :
KELOMPOK 8

Sevianty 11910820535
Suci Nur Rahmi 11910822922
Viona Idaratari 11910822938

KELAS PGMI VB
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1443 H/2021 M

1
KATA PENGANTAR

َّ ‫الر ْح ٰم ِن‬
‫الر ِح ْي ِم‬ َّ ‫ّٰللا‬
ِ ‫س ِم ه‬
ْ ‫ِب‬
Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TOKOH ILMUAN
MUSLIM ( Ibnu Rasydi, Ibnu Sina, dan Al-Kawarizmi)” yang disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Kami menugucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.ZULKIFLI NELSON, M.E.d. selaku
dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami sesuai bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritikan dan saran yang bisa membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan
makalah kami selanjutnya.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca khususnya
dalam pembelajaran Sejarah Peradaban Islam secara baik dan benar.

Pekanbaru, 20 November 2021

Kelompok Delapan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. IBNU RASDYI
1. Biografi Ibnu Rasydi ........................................................................... 3
2. Pemikiran Ibnu Rasydi ........................................................................ 5
3. Karya- Karya Ibnu Rasydi .................................................................. 9
4. Pengaruh Pemikiran Filsafat Ibnu Rasydui di Eropa .......................... 10
B. IBNU SINA
1. Biografi Ibnu Sina ............................................................................... 11
2. Penemuan Ibnu Sina dalam Bidang Kedokteran ................................ 13
3. Pemikiran Ibnu Sina Mengenai Filsafat Jiwa .................................... 16
4. Karya-Karya Ibnu Sina ....................................................................... 17
C. AL-KHAWARIZMI
1. Biografi Al-Khawarizmi ..................................................................... 19
2. Al-Khawarizmi di Dunia pendidikan .................................................. 20
3. Kepribadian al-Khawarizmi ................................................................ 21
4. Karya-Karya Al-Khawarizmi.............................................................. 21

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................................... 25
B. Saran ............................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejarah adalah memori umat. musuh umat selalu ingin menghapus memori yang
dimilikinya sampai memutuskan masa lalu, melupakan kegemilangan.serta menaburkan
tanah diatas tradisi dua peradapan musuhnya. Pada akhirnya umat yang di musuhi dan di
tuntut harus memulai lagi dari nol seperti umat yang tidak memiliki sejarah atau memoro
tersebut, mereka berusaha keras untuk merusak dan mendistori dengan informasi-
informasi yang salah, terbalik dan palsu. baik yang berhubungan dengan agama,
peradaban, sejarah, tokoh dan tradisi umat.. Dengan cara itulah cara umat yang
dikalahkan akan kehilangan akarnya. Sehingga, generasi yang baru menghina
pendahuluannya dan berjalan tanpa akar dan sejarah ( yusuf Al-Qaradhawi,2015;4)

Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan segala aspek kehidupan.


segalanya telah diatur sesuai dengan perintah dari Allah SWT. cakupan aspek yang diatur
itu di mulai dari bangun tidur sampai kita tidur lagi. Itu diatur agar kita bisa menjalani
kehidupan dengan teratur, baik, dan nermanfaat. Menuntut ilmu itu hukunmya wajib,
seperti yang telah diterangkan dala hadits; Rasulullah saw bersabda: ‘menuntut ilmu
wajib bagi setiap muslim ( baik muslimin atau muslimah)” ( H.R. Ibnu majah).

Keilmuan dalam islam tidak dapat terlepas dari sejarah yang ada pada
pengembangan keilmuan modern. dalam sejara ada beberapa ilmuan yang ahli pada
bidangnya masing-masing seperti ibnu rasydi dengan pemikiran filsafatnya , Ibnu sina
dengan keakhilannya dalam bidang kedokteran yang diberi gelar “Father of Doctor” dn
juga ada ilmuan Al-Khawarizmi yang ahli dalam bidang matematika.

oleh karena itu kita harus mengenai sejrah –sejrah yang mengenai tokoh-tokoh
ilmuan muslim yang telah ambil adil dalam penemuan dan pemgembangan imu
pengetahuan yang bisa kita nimati hingga saat ini .

dari latar belakang itu maka pada makalah ini kami akan membahas mengenai
tokoh – tokoh ilmuan muslim terfokus pada 3 tokoh yakni : Ibnu Rasydi , Ibnu Sina dan
Al-Khawarizmi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Biografi tokoh ilmuan Muslim ( Ibnu Rasydi ,Ibnu Sina dan Al-Khawarizmi )?
2. Bagaimana pemikiran tokoh ilmuan muslim tersebut ?
3. Apa saja yang ditemukan oleh ilmuan tersebut berdasarkan bidang masing ?
4. Apa saja karya-karya dari para tokoh ilmu tersebut?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mampu memberitahuakan biografi para took imuan ) ibnu rasydi , ibnu sina dan
al-khawrizmi
2. Mampu memberitahukan pemikiran tokoh ilmuan muslim tersebut.
3. Mampu menberutahukan penemuan yang ditemukan para ilmu dalam bidangnya
masing-masing
4. Mampu memberitahukan karya-karaya dari ibnu rasydi , ibnu sina dan al-
khawarizmi

2
BAB II

PEMBAHASAN

TOKOH-TOKOH ILMUAN MUSLIM

A. IBNU RUSYDI
1. Biografi Ibnu Rusydi

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibnu Ahmad bin Muhammad Ibn


Ahmad Ibn Rusyd atau Abu Al-Walid atau Averroes lahir di Cordova, 1126M
(520 H) Ia berasal dari keluarga ilmuan. Ayahnya dan kakeknya adalah para
pencinta ilmu dan merupakan ulama yang sangat disegani di Spanyol. Ayahnya
adalah Ahmad Ibnu Muhammad (487-563 H) adalah seorang fqih (ahli hokum
islam) dan pernah menjadi hakim di Cordova. Sementara kakeknya, Muhammad
Ibn Ahmad (wafat 520 H-1126 M) adalah ahli fiqh madzhab Maliki dan imam
mesjid Cordova serta pernah menjabat sebagai hakim agung di
Spanyol.Sebagaimana ayah dan kakeknya Ibnu Rusyd juga pernah menjadi hakim
agung di Spanyol.

Pendidikan awalnya dimulai dari belajar Al-Qur’an di rumahnya sendiri


dengan ayahnya. Selanjutnya ia belajar dasar-dasar ilmu keislaman seperti Fiqh,
Ushul Fiqh, Hadits, Ilmu Kalam, bahasa Arab dan Sastra. Dalam ilmu fiqih ia
belajar dan menguasai kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik.

Selain kepada ayahnya sendiri, ia juga belajar kepada Abu Muhammad


Ibn Rizq dalam disi[plin ilmu perbandingan hukum islam (fiqh ikhtilaf) dan
kepada Ibn Basykual dibidang hadits. Dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat
ia belajar kepada Abu Ja’far Harun al-Tardjalli (berasal dari Trujillo). Selain itu
gurunya yang berjasa dalam bidang kedokteran adalah Ibn Zhuhr.

Pada tahun 548 H/1153 M, Ibnu Rusyd pergi ke Marakesh (Marakusy)


Maroko atas permintaan Ibnu Thufail (w. 581 H/1185 M), yang kemudian
memperkenalakannya dengan khalifah Abu Ya’qub Yusuf. Dalam pertemuan
pertama anatara Ibn Rusyd dengan Khalifah terjadi proses Tanya jawab diantara
keduanya tentang asal-usul dan latar belakang Ibnu Rusyd, selain itu mereka juga
membahas tentang berbagai persoalan filsafat. Ibnu Rusyd menyangka bahwa
petanyaan ini merupakan jebakan khalifah, karna persoalan ini sangat kurasial dan
sensitif ketika itu.

Ternyata dugaan itu meleset.Khalifah yang pencinta Ilmu ini malah


berdiskusi dengan ibnu thufail tentang masalah-masalah di atas. Khalifah Abu
ya’kub dengan fasih dan lancar menjelasan persoalan-persoalan itu dan mengutif

3
pendapat-pendapat seperti plato dan aristoteles. Khalifah dan ibnu thufail, sama-
sama terlibat dalam diskusi yang berat.Terlihat bahwa khalifah yang memang
pencinta ilmu pengetahuan ini sangat menguasai persoalan ilmu filsafat pendapat-
pendapat mutakallimin atau teolog Plato dan Aristiteles. Ibnu Rusyd kagum pada
pengetahuan khalifah tentang filsafat. Karenanya ia pun berani menyatakan
pendapatnya sendiri. Pertemuan pertama ini ternyata membawa berkah bagi ibnu
Rusyd. Ia diperintahkan oleh khalifah untuk menterjemahkan karya-karya
aristoteles menafsirkannya. Pertemuan itu pun mengantarkan Ibnu Rusyd untuk
menjadi qodhi di sevile setelah dua tahun mengabdi ia pun diangkat menjadi
hakim agung di kordoba, selain tu pada tahun 1182 ia kembali keistana
muwahidun di marakhes menjadi dokter pribadi khalifah pengganti ibnu thufail.

Pada tahun 1184 khalifah Abu Yakub Yusuf meninggal dunia dan
digantikan oleh putranya Abu Yusuf Ibnu Ya’kub Al-Mansur. Pada awal
pemerintahannya khalifah ini menghormati Ibnu Rusyd sebagaimana perlakuan
ayahnya, namun pada 1195 mulai terjadi kasak-kusuk dikalangan tokoh agama,
mereka mulai menyerang para filsafat dan filosof. Inilah awal kehidupan pahit
bagi Ibnu Rusyd.Ia harus berhadapan oleh pemuka agama yang memiliki
pandangan sempit dan punya kepentingan serta ambisi-ambisi tertentu. Dengan
segala cara mereka pun memfitnah Ibnu Rusyd. Akhirnya Ibnu Rusyd diusir dari
istana dan dipecat dari semua jabatnnya. Pada tahun 1195 ia diasingkan ke
Lausanne, sebuah perkampungan yahudi yang terletak sekitar 50 km di sebela
selatan cordova. Buku-bukunya dibakar di depan umum, kecuali yang berkaitan
dengan bidang kedokteran, matematika serta astronomi yang tidak dibakar. Selain
Ibn Rusyd, terdapat juga beberapa tokoh fukaha’ dan sastrawan lainnya yang
mengalami nasib yang sama, yakni Abu ‘Abd Allah ibn Ibrahim (hakim di afrika),
Abu Ja’far al-Dzahabi, Abu Rabi’ al-Khalif dan Nafish Abu al-‘Abbas.

Setelah pemberontakan berhasil dipadamkan dan situasi kembali normal,


khalifah menunjukkan sikap dan kecenderungannya yang asli.Ia kembali
memihak kepada pemikiran kreatif Ibn Rusyd, sutau sikap yamg sebenarnya ia
warisi dari ayahnya. Khalifah al- Mansyur merehabilitasi Ibn Rusyd an
memanggilna kembali ke istana. Ibn Rusyd kembali mendapat perlakuan hormat.
Tidak lama setelah itu, pada 19 Shafar 595 H/ 10 Desember 1197 Ibn Rusyd
meninngal dunia di kota Marakesh. Beberapa tahun setelah ia wafat, jenazahnya
dipindahkan ke kampung halamannya, Cordova.

4
2. Pemikiran Ibnu Rusydi
a. Agama dan Filsafat

Masalah agama dan falsafah atau wahyu dan akal adalah bukan hal
yang baru dalam pemikiran islam, hasil pemikiran pemikiran islam tentang hal
ini tidak diterima begitu saja oleh sebagian sarjana dan ulama islam. Telah
tersebut diatas tentang reaksi Al-Ghazali terhadap pemikiran mereka seraya
menyatakan jenis-jenis kekeliruan yang diantaranya dapat digolongkan
sebagai pemikiran sesat dan kufur.

Terhadap reaksi dan sanggahan tersebut Ibnu Rusyd tampil membela


keabsahan pemikiran mereka serta membenarkan kesesuain ajaran agama
dengan pemikiran falsafah.Ia menjawab semua keberatan imam Ghazali
dengan argumen-argumen yang tidak kalah dari al-Ghazali sebelumya.

Menurut Ibnu Rusyd, Syara’ tidak bertentangan bertentangan dengan


filsafat, karena fisafat itu pada hakikatnya tidak lebih dari bernalar tentang
alam empiris ini sebagai dalil adanya pencipta. Dalam hal ini syara’pun telah
mewajibkan orang untuk mempergunakan akalnya, seperti yang jelas dalam
firman Allah : “Apakah mereka tidak memikirkan (bernalar)tentang kerajaan
langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah.” (Al-Araf: 185) dan
firman Allah suiarah Al-Hasyr: 2 yang artinya: “Hendaklah kamu mengambil
Itibar (ibarat) wahai orang-orang yang berakal”. Bernalar dan ber’itibar hanya
dapat dimungkinkan dengan menggunakan Qias akali, karena yang dimaksud
dengan I’tibar itui tiadak lain dari mengambil sesuatu yang belum diktahui
dari apa yang belum diketahui.

Qyas akali merupakan suatu keperluan yang tidak dapat dielakkan.


Setiap pemikir wajib mempelajari kaidah-kaidah kias dn dalil serta
mempelajari ilmu logika dan falsafah. Bernalar dengan kaidah yang benar
akan membawa kepada kebenaran yang diajarkan agama, karena kebenaran
tidak saling bertentangan, tapi saling sesuai dan menunjang.

Seperangkat ajaran yang disebut dalam al-Qur’an dan al-Hadits


sebagai sesuatu yang pada lahirnya berbeda dengan filsafat, sehingga difahami
bahwa filsafat itu bertentangan dengan agama.Dalam hal ini Ibnu Rusyd
menjawab dengan konsep takwil yang lazim digunakan dalam masalah-
masalah seperti ini.

Dalam Al-Qur’an ada ayat-ayat yang harus difahami menurut lahirnya,


tidak boleh dita’wilkan dan ada juga yang harus dita’wilakan dari pengertian
lahiriah.

5
Adapun jika keterangan lahiriahnya sesuai dengan keterangan filsafat,
ia wajib diterima menurut adanya. Dan jika tidak, ia harus dita’wilkan. Namun
ta’wil itu sendiri tidak sembarang orang dapat melakukannya atau
disampaikan kepada siapa saja.Yang dapat melakukan ta’wil itu adalah para
filosof atau sebagian mereka, yakni orang-orang yang telah mantap dalam
memahami ilmu pengetahuan.Adapun penyampaian ta’wil itu dibatasi pada
orang-orang yang sudah yakin, tidak kepada selain mereka yang ampang
menjadi kufur.

Agama islam kata Ibn Rusyd tidak mengandung dalam ajarannya hal-
hal yang bersifat rahasia, seperti ajaran trinitas dalam agama Kristen. Semua
ajarannya dapat dipahami akal karena akal dapat mengetahui segala yang
ada.Dari itu, iman dan pengetahuan akali merupakan kesatuan yang tidak
bertentangan, karena kebenaran itu, pada hakikatnya adalah satu.

Akan tetapi, dalam agama ada ajaran tentang hal-hal yang ghaib
seperti malikat, kebangkitan jasad, sifat-sifat surga dan neraka dan lain-lain
sebagainya yang tidak dapat diapahami akal, maka hal-hal yang seperti itu
kata Ibn Rusyd merupakan lambing atau simbolm bagi hakikat akali. Dalam
hal ini, ia menyetujui pendapat imam al-Ghazali yang mengatakan, wajib
kembali kepada petunjuk-petunjuk agama dalam hal-hal yang tidak mampu
akal memahaminya.

b. Metafisika
1) Dalil wujud Allah

Dalam membuktikan adanya Allah, Ibn Rusyd menolak dalil-dalil


yang pernah dkemukakan oleh beberapa golongan sebelumnya karena
tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Syara’, baik dalam
berbagai ayatnya, dan karena itu Ibn Rusyd mengemukakan tiga dalil yang
dipandangnya sesuai dengan al-Qur’an dalam berbagai ayatnya, dank
arena itu, Ibnu Rusyd mengemukakan tiga dalil yang dipandangnya sesuai,
tidak saja bagi orang awam, tapi juga bagi orang –orang khusus yang
terpelajar.

2) Dalil ‘inayah (pemeliharan)

Dalil ini berpijak pada tujuan segala sesuatu dalam kaitan dengan
manusi.Artinya segala yang ada ini dijadikan untuk tujuan kelangsungan
manusia.Pertama segala yang ada ini sesuai dengan wujud manusia. Dan
kedua, kesesuaian ini bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi memang
sengaj diciptakan demikian oleh sang pencipta bijaksana.

6
3) Dalil Ikhtira’ (penciptaan)

Dalil ini didasarkan pada fenomena ciptaan segala makhluk ini,


seperti ciptaan pada kehidupan benda mati dan berbagai jenis hewan,
tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Menurut Ibn Rusyd, kita mengamati
benda mati lalu terjadi kehidupan padanya,sehingga yakin adanya Allah
yang menciptakannya. Demikian juga berbagai bintang dan falak di
angkasa tundujk seluruhnya kepada ketentuannya. Karena itu siapa saja
yang ingin mengetahui Allah dengan sebenarnya, maka ia wajib
mengetahui hakikat segala sesuatu di alam ini agar ia dapat mengetahui
ciptaan hakiki pada semua realitas ini.

4) Dalil Gerak.

Dalil ini berasal dari Aristoteles dan Ibn Rusyd memandangnya


sebagi dalil yang meyakinkan tentang adanya Allah seperti yang
digunakan oleh Aristoteles sebelumnya.Dalil ini menjelaskan bahwa gerak
ini tidak tetap dalam suatu keadaan, tetapi selalu berubah-ubah. Dan
semua jenis gerak berakhir pada gerak pada ruang, dan gerak pada ruang
berakhir pada yang bergerak pad dzatnya dengan sebab penggerak
pertama yang tidak bergerak sama sekali, baik pada dzatnya maupun pada
sifatnya.

Akan tetapi, Ibn Rusyd juga berakhir pada kesimpulan yang


dikatakan oleh Aristoteles bahwa gerak itu qadim.

5) Sifat-sifat Allah.

Adapun pemikiran Ibn Rusyd tentang sifat-sifat Allah berpijak


pada perbedaan alam gaib dan alam realita. Untuk mengenal sifat-sifat
Allah, Ibn Rusyd mengatakan, orang harus menggunakan dua cara:
tasybih dan tanzih (penyamaan dan pengkudusan). Berpijak pada dasar
keharusan pembedaan Allah dengan manusia, maka tidak logis
memperbandingkan dua jenis ilmu itu.

c. Fisika
1) Materi dan forma

Seperti dalam halnya metafisika, ibnu rusyd juga di pengaruhi oleh


Aristoteles dalam fisika.Dalam teori Aristoteles, ilmu fisika membahas
yang ada (maujud) yang mengalami perubahan seperti gerak dan diam.
Dari dasarnya itu, ilmu fisika adalah materi dan forma.

2) Sifat-sifat jisim.

7
Adapun sifat-sifat jisim ada empat macam, yaitu: Gerak, Diam,
Zaman, Ruang

3) Bangunan alam.

Para filosof klasik mengatakan, bahwa bentuk bundar adalah yang


paling sempurna, sehingga gerak melingkar merupakan gerak yang paling
Afdol.Gerak inilah yang kekal lagi azali.Dengan sebab gerak ini, maka
jisim-jisim samawi memiliki bentuk bundar.Karena jisim-jisim ini
bergerak melingkar, maka alam semesta ini merupakan sesuatu planit yang
bergerak melingkar.Dan planit ini hanya satu saja, sehingga tidak ada
kekosongan.Demikianlah alam falak itu saling mengisi.

Jadi alam ini terdiri dari jisim-jisim samawi yang tunggal dan
benda-benda bumi yang terdiri dari percampuran emoat anasir melalui
falak-falak.Dari percampuran ini timbulah benda-benda padat, tumbuhan
hewan, dan akhirnya manusia.

d. Manusia

Dalam masalah manusia, Ibn Rusyd juga dipengaruhi oleh teori


Aristoteles. Sebagi bagian dari alam, manusia terdiri dari dua unsure materi
dan forma..jasad adalah materi dan jiwa adalah forma. Seperti halnya
Aristoteles, Ibnu Rusyd membuat definisi jiwa sebagai “kesempurnaan awal
bagi jisim alami yang organis.” Jiwa disebut sebagai kesempurnaan awal
untuk membedakan dengan kesempurnaan lain yangmerupakan pelengkap
darinya, seperti yang terdapat pada berbagai perbuatan. Sedangkan disebut
organis untuk menunjukan kepada jisim yang terdiri dari anggota-anggota.

e. Kenabian dan Mu’jizat

Allah menyampaikan wahyu kepada umat manusia melalui


rasulnya.Dan sebagai bukti bahwa orang itu Rasul Allah, ia harus membawa
tanda yang berasal darinya, dan tanda ini disebut mukjizat.Pada seorang rasul,
mukzizat itu meliputi dua hal yang berhubungan dengan ilmu dan yang
berhubungan dengan amal.Dalam hal yang pertama, rasul itu memberitahukan
jenis-jenis ilmu dan berbagai amal perbuatan yang tidak lazim diketahui oleh
manusia. Suatu hal yang diluar kebiasaan pengetahuan manusia, sehingga ia
tidak dapat mengetahuinya adalah bukti bahwa orang yang membawanya
adalah rasul yang menerima wahyu dari Allah, bukan dari dirinya.

Ringkasnya Ibnu Rusyd membedakan dua jenis mukjizat: mukjizat


ekstern yang tidak sejalan dengan sifat dan tugas kerasulan, seperti

8
menyembuhkan penyakit, membelah bulan dan sebagainya. Dan mukjizat
intern yang sejalan dangan sifat dan tugas kerasulan yang membawa syariat
untuk kebahagiaan umat manuisia.Mukjizat yangpertama yang berfungsi
sebagai penguat sebagai kerasulan.Sedangkan yang kedua sebagai bukti yang
kuat tentang kerasulan yang hakiki dan merupakan jalan keimanan bagi para
ulama dan orang awamsesuai dengan kesanggupan akal masing-masing.

f. Politik dan Akhlak

Seperti yang telah disebut oleh plato, Ibnu Rusyd mengatkan, sebagai
makhluk social, manusia perlu kepada pemerintah yang didasarkan kepada
kerakyatan. Sedangkan kepala pemerintah dipegang oleh orang yang telah
menghabiskan sebagian umurnya dalam dunia filsafat, dimana ia telah
mencapai tingkat tinggi .pemerintahan islam pada awalnya menurut Ibnu
rusyd adalah sangat sesuai dengan teorinya tentang revublik utama, sehingga
ia mengecam khalifah muawwiyah yang mengalihkan pemerintahan menjadi
otoriter.

Dalam pelaksanaan kekuasaan hendaknya selalu berpijak pada


keadilan yang merupakan sendinya yang esensial. Hal ini karena adil itu
adalah produk ma;rifat, sedangkan kezaliman adalah produk kejahilan.

3. Karya-Karya Ibnu Rasydi


Ibnu Rusyd adalah seorang ulama besar dan pengulas yang dalam filsafat
Aristoteles. Kegemarannya terhadap ilmu sukar dicari bandingnnya, karena
menurut riwayat, sejak kecil sampai tuanya ia tak pernah membaca dan menelaah
kitab, kecuali pada malam ayahnya meninggal dan dalam perkawinan dirinya.
Karangannya meliputi berbagai-bagai ilmu, seperti fiqih, usul, bahasa,
kedokteran, astronom politik, akhlak dan filsafat.Tidak kurang dari sepuluh ribu
lembar yang telah ditulisnya.Buku-bukunya adakalanya merupakan karangan
sendiri, atau ulasan atau ringkasan. Karma sangat tinggi penghargaannya terhadap
aristoteles, maka tidak mengherankan jik ia memberi perhatiannya yang besar
untuk mengulaskan dan meringkaskan filsafat Aristoteles. Buku-buku yang lain
yang diulasnya adalah buku Karangan Plato, Iskandar Aphrodisias, Plotinus,
Galinus, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dan Ibnu Bajjah.

Karya-karya aslinya dari Ibnu Rusyd yang penting, yaitu:

a. Tahafut al-Tahafut (The incoherence of the incoherence = kacau balau yang


kacau). Sebuah buku yang sampai ke Eropa, dengan rupa yang lebih terang,
daripada buku-bukunya yang pernah dibaca oleh orang Eropa sebelumnya.
Dalam buku ini kelihatan jelas pribadinya, sebagai seorang muslim yang saleh
dan taat pada agamanya. Buku ini lebih terkenal dalam kalangan filsafat dan

9
ilmu kalam untuk membela filsafat dari serangan al-ghazali dalam bukunya
yang berjudul Tahafut al-Falasifah.
b. Kulliyat fit Thib (aturan Umum Kedokteran), terdiri atas 16 jilid.
c. Mabadiul Falasifah, Pengantar Ilmu Filsafat. Buku ini terdiri dari 12 bab.
d. Tafsir Urjuza, Kitab Ilmu Pengobatan.
e. Taslul, Tentang Ilmu kalam.
f. Kasful Adillah, Sebuah buku Scholastik, buku filsafat dan agama.
g. Muwafaqatil hikmatiwal Syari’ah, persamaan filafat degan agama.
h. Bidayatul Mujtahid, perbandingan mazhab dalam fiqh dengan menyeutkan
alasan-alasannya masing-masing.
i. Risalah al-kharaj (tentang perpajakan)
j. Al-da’awi, dll.

4. Pengaruh Pemikiran Filsafat Ibnu Rasydi di Eropa


Ibn Rusyd lebih dikenal dan berpengaruh besar di Eropa sebagai intelek
yang telah menjembatani orang-orang Barat dalam mempelajari kembali filsafat
Yunani secara orisinil setelah lama terkubur di abad pertengahan. Sehingga
muncullah aufklarung (Renaissan) setelah lama terjadi kemandekan dan
pergulatan. Di sini Ibn Rusyd sebagai komentator terbesar karya Aristoteles
banyak berperan.
Pengaruh besar Ibn Rusyd tidak lepas dari metode dan pendekatan yang
dipakai dalam pemikiran filosofisnya.Ibn Rusyd yang datang di tengah-tengah
penguasaan dogma agama dan pertentangan besar agama (wahyu) dan filsafat
(akal) merekonsiliasikan antara agama dan wahyu atau mempertemukan
pertentangan tersebut dengan mengemukakan argument-argumen yang dapat
diterima akal dan kaum agamawan.Persamaan tujuan dalam pencarian kebenaran
menjadi senjata dalam menemukan benang merah pertentangan agama dan
filsafat.Sebagai agamawan Islam, Ibn Rusyd dalam filsafatnya mengetengahkan
justifikasi Alquran (agama) terhadap filsafat yang sebelumnya ditolak.Lewat
penyatuan akal dan wahyu ini lah pengaruh Ibn Rusyd terus membesar.
Menurut Ibrahim Madkur, ada beberapa alas an yang menyebabkan
perhatian Barat terhadap filsafat Ibn Rusyd demikian besar, yaitu; Ketertarikan
Frederick II sebagai pecinta ilmu pengetahuan dan filsafat terhadap komentar-
komentar Ibn Rusyd akan filsafat Arestoteles dan bagaiman dia dapat menjaga
kemurniannya setelah tercampur dengan Platonisme. Ketertarikan ini
mendorongnya untuk menerjemahkan dan menyebar luaskan pemikiran Ibn
Rusyd di Eropa.Selain itu, banyak orang-orang Yahudi penganut filsafat Ibn
Rusyd juga menerjemahkan pemikiran-pemikirannya.Dan sebagai komentator
besar Arestoteles, banyak para pengkaji filsafat membaca karyanya demi
mendapatkan keorisinilan pemikiran Arestoteles.

10
Pengaruh besar Ibn Rusyd di Eropa ditandai dengan lahirnya gerakan
Averroisme yang menghidupkan dan mengembangkan pemikiran filosofis Ibn
Rusyd. Meskipun apa yang mereka kembangkan pada akhirnya jauh berbeda
dengan pemikiran asli Ibn Rusyd. Hal ini tidak lebih dikarenakan perbedaan latar
belakang saja yang mempengaruhi pemikiran.Kelahiran aliran ini telah
membuktikan pengaruh besar Ibn Rusyd di Eropa.Meskipun banyak juga yang
menentang pemikiran Ibn Rusyd, seperti Thomas Aquinas, Raymond Lull, Albert
the Great dan lainnya. Bahkan para gerejawan berusaha membendung pengaruh
pemikiran rasional Averroisme dengan berbagai cara. Salah satu ancaman yang
paling tragis adalah ancaman pembunuhan dan penjara.

B. IBNU SINA
1. Biografi Ibnu Sina

Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Abu al-Ali Husein ibn Abdullah ibn
al-Hasan ibn Ali Ibnu Sina atau di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna. Ia
dilahirkan pada bulan Safar di desa Afsana, pada tahun (370-428 H/980-1037 M)
sebuah desa dekat dengan Bukhara (kini termasuk wilayah Uzbekkistan) pada
masa sebuah dinasti Persia di Asia Tengah. Ibunya yang bernama Setareh yang
berasal dari Bukhara. Ayahnya bernama Abbdullah ia adalah seorang sarjana
yang dihormati berasal dari Baklan (kini menjadi wilayah Afganistan), yaitu
sebuah kota penting di masa pemerintahan Dinasti Samaniyah. Abdullah sangat
berhati-hati dalam mendidik anaknya Ibnu Sina di (Bukhara).

Sejak kecil, Ibnu Sina memang menunjukan daya intelektualitas tinggi


serta ingatan yang kuat. Maka, bukan hal yang mengherankan jika ia mampu
menyerap ilmu dengan lebih baik dibanding teman- teman sebayanya. Bahkan di
usia muda ia telah mampu menyerap ilmu para gurunya. Dalam hal ini, guru-guru
Ibnu Sina berasal dari berbagai kalangan. Sebagai contoh, ia belajar aritmatika
dari seorang pedagang sayuran asal India di pasar. Hampir semua orang yang
berpengetahuan luas didekati oleh Ibnu Sina dan ia belajar dari mereka.

Di sinilah ia belajar (Bukhara), ke pada gurunya yang bernama Abu


Abdullah An-Naqili ia belajar banyak ilmu mulai dari Al-Qur‟an, sastra,
manithiq, kedokteran, fisika, metafisika, astronomi, dan lain- lain. Sejak usia
muda Ibnu Sina telah menguasai disiplin ilmu tersebut. Bahkan saat usia 10 tahun
Ibnu Sina telah hafal Al-Qur‟an.

Pribadi Ibnu Sina sangat unik. Saat masih remaja, ia membaca buku
metafisika yang di tulis oleh Aristoteles. Hanya saja, ia mengalami kesulitan
untuk memahaminya meskipun telah membacanya sebanyak 40 kali dan sudah

11
menghafalnya. Akhirnya, ia menemukan buku Al-Farabi yang mengulas tulisan
metafisika Aristoteles. Ia membelinya di sebuah kios kecil.

Ibnu Sina mulai mempelajari ilmu kedokteran pada usia 16 tahun.


Tidak hanya belajar teori, ia juga memperaktikanya, lalu Ibnu Sina pergi ke desa-
desa untuk mengobati orang miskin dan tidak mampu serta menjadi guru bagi
anak-anak mereka. Dari pengalaman itulah ia banyak menemukan metode dan
obat-obatan baru. Ia memperoleh status penuh sebagai dokter yang berkualitas
di usia 18 tahun. Di usia yang masih sangat muda tersebut ia semakin
bersemangat mempelajari berbagai bidang ilmu.

Ketenaraan Ibnu Sina sebagai dokter muda segera menyebar dengan cepat.
Terlebih, ia merawat banyak pasien tanpa membayar sedikit pun. Mendengar
ketenarannya, pada tahun 997, penguasa Samaniyah yang bernama Nuh II
memanggil Ibnu Sina untuk mengobati penyakitnya. Kemudian, Ibnu Sina
berhasil menyembuhkannya. Sebagai hadiah, Ibnu Sina diberi akses untuk
membaca buku-buku di perpustakaan Dinasti Samaniyah. Ketika itu, selain
belajar otodidak Ibnu Sina pun menulis, dan ia juga membantu ayahnya sebagai
pengelola keuangan.

Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal dunia.Dinasti


Samanaiyah kemudian hancur pada bulan desember 1004. Ibnu Sina memutuskan
meninggalkan tanah kelahirannya dengan berjalan ke Urgench (kini berada di
Turkmenistan). Di sana, Ibnu Sina sempat diangkat menjadi penjabat di
pemerintahan. Namun, karena hanya mendapat bayaranya tidak seberapa, ia
melepas jabatanya dan kembali mengembara ke berbagai tempat. Ia berjalan
melewati Nishapur dan Merv sampai ke perbatasan Khurasan demi mendapatkan
pekerjaan yang sesuai dengan minatnya.

Suatu ketika, Ibnu Sina sampai di Tabaristan. Ia diterima oleh Qabus


(penguasa setempat) sebagai pencari suaka. Namun, tak lamakemudian, yakni
pada tahun 1012, Qabus mati kelaparan akibat ulah pemberontak. Ibnu Sina
sendiri pada waktu itu dilanda penyakit yang cukup parah. Akhiranya, ia
mengembara lagi ke Goran yang merupakan daerah di dekat Laut Kaspia. Di
sana, Ibnu Sina bertemu dengan seorang teman yang baik hati. Teman itu
membelikan sebuah hunian sekaligus membangunkan lembaga pendidikan untuk
Ibnu Sina. Di tempat itu, Ibnu Sina memberi kuliah logika dan astronomi. Di sana
pula ia menulis sebagian dari Qanun fi al-Tib.

Tak lama setelah itu, Ibnu Sina kembali mengembara hinggamenetap di


Rey (kini menjadi bagian dari kota Teheran, Iran). Di sana, ia disambut oleh Majd
ad-Daulah, anak terakhir dari bupati Rey. Sekitar 30 karya pendek Ibnu Sina di

12
tulis di kota tersebut. Namun, tidak lama setelah itu terjadi permusuhan anatara
bupati Rey dengan putera keduanya bernama Sham al-Daulah. Hal ini memaksa
Ibnu Sina meninggalkan Rey dan mengembara lagi hingga ke Qazvin dan
menetap disana. Lalu Ibnu Sina meneruskan pengembaraannya hingga selatan
Hamadan. Ia memutuskan tinggal di tempat yang sudah dikuasai oleh Sham al-
Daulah tersebut. Di sana, ia menjadi pelayan sebuah keluarga kaya. Namun,
penguasa setempat mendengar kedatangannya. Ia pun di panggil untuk diangkat
sebagai petugas medis dan kemudian penjabat pemerintah. Namun, Ibnu Sina
banyak diserang oleh para ilmuan lain dan masyarakat umum karena
pemikirannya di anggap ortodoks. Pada akhirnya, penguasa memutuskan
untuk mengusir Ibnu Sina. Pada masa genting tersebut Ibnu Sina, masih setia
menulis dang mengajar pada malam hari secara diam-diam.

Karena keuangannya semakin menipis, Ibnu Sina menulis surat kepada


Abu Ja‟far, penguasa Isfahan, untuk menawarkan jasa. Lalu penguasa Hamadan
mengetahui korespondensi ini dan menemukan tempat persembunyian Ibnu Sina.
Kemudian, ia disekap dan dijebloskkan ke penjara tahun 1024. Ketika perang
usai, Ibnu Sina dikeluarkan dari penjara dan ditunjuk kembali oleh penguasa
Hamadan. Kemudian ibnu Sina melarikan diri Hamadan menuju Isfahan. Di
tempat itulah Ibnu Sina disebut secara terhormat oleh penguasa setempat.

Menjelang akhir hayatnya, Ibnu Sina menjadi pelayan penguasa Kakuyid


bernama Muhamad bin Rustam Dushmanziyar. Di sana, ia diangkat sebagai
dokter umum, penasihat sastra dan sains, bahkan sering diikutkan dalam
kampanye-kampanye politik. Suatu ketika, Ibnu Sina diangkat sebagai panglima
militer Isfahan dalam perang melawan Hamadan. Ia ditangkap oleh tentara
Hamadan dan dipukuli secara sadis sampai tidak mampu berdiri. Dan pada saat
itu penyakitnya kambuh, di tengah-tengah yang sakitnya parah kemudian Ibnu
Sina melepaskan jabatan resimen militer dan kembali ke Hamadan dalam
kondisinya yang sakit keras, Ibnu Sina sulit mencari tempat tinggal karena dibenci
oleh penguasa Hamadandan teman-temannya menyarankan agar ia mengambil
sikap moderat agar bisa diterima oleh orang-orang istana.

Namun, ia menolak dengan tegas saat sakitnya sudah amat parah, Ibnu
Sina memberikan semua harta bendanya kepada kaum miskin. Dan kemudian ajal
betul-betul menjemputnya pada bulan Juni pada tahun 1037. Lalu ia dimakamkan
di Hamadan, Iran. Dan meskipun umurnya hanya 58 tahun, kontribusi Ibnu Sina
bagi perkembangan ilmu pengetahuan termasuk psikologi sangat tidak ternilai
banyaknya. Dalam rangka memperingati 1000 tahun hari kelahirannya, melalui
event Fair Millenium di Teheran pada tahun 1955, Ibnu Sina dinobatkan sebagai
“Father of Doctor” untuk selama-lamanya.

13
2. Penemuan Ibnu Sina dalam Bidang kedokteran
Ibnu Sina memiliki kontribusi luarbiasa dalam kemajuan bidang
kedokteran dan berbagai cabangnya. Dia telah melakukan penelitian besar dan
mendapatkan penemuan penting yang diabadikan oleh sejarah kedokteran.
Berikut ini penemuan-penemuan Ibnu Sina di bidang kedokteran:
a. Dalam cara pengobatan
Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menemukan cara pengobatan
bagi orang sakit, dengan cara menyuntikkan obat ke bawah kulit.
b. Dalam mengobati orang ang tercekik kerongkongannya.
Ibnu Sina membuat penemuan dari pipa udara yang terbuat dari emas
dan perak, kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan diteruskan ke
kerongkongan untuk mengobati orang yang tercekik dan sulit bernafas. Cara
ini masih dipakai hingga sekarang untuk mengobati pasien-pasien dengan
penyakit sama. Alat tersebut juga digunakan dokter anaesthesia sekarang
untuk memasukkan gas bius dan oksigen ke dada pasien, akan tetapi alatnya
dibuat dari karet dan plastik.
c. Dalam mengobati kepala yang terluka
Ibnu Sina mengetahui hakekat ilmiah bahwa tulang tempurung kepala
apabila pecah tidak dapat melekat kembali seperti tulang lainnya pada badan,
melainkan akan tetap terpisah, dan hanya terikat dengan selaput yang kuat.
Ibnu Sina membagi pecahnya tempurung kepala kepada dua macam,
berdasarkan ada atau tidak adanya luka pada kepala:
1) Pecah tertutup: Pecah pada tempurung kepala seperti ini biasanya tidak
disertai luka, akan tetapi ini sangat berbahaya karena bisa berubah menjadi
tumor, dan menyebabkan tertahannya darah dan nanah. Dalam hal ini Ibnu
Sina mengatakan “Kebanyakan tumor terjadi pada kepala yan pecah tetapi
kulitnya tidak terkelupas. Apabila dilakukan pengobatan pada tumor dan
tidak dibelah barang kali akan merusak tulang dari bawah, sehingga si
penderita akan kehilangan akal dan gejala lainna, sehingga perlu untuk
dibelah.”
2) Pecah terbuka: Pecah pada tempurung kepala seperti ini biasanya disertai
luka. Parah atau tidaknya tergantung kepada besarnya luka dan kerasnya
benturan. Sehingga perlu diperhatikan apakah luka sebatas di kulit atau
sampai pada tulang. Selain itu, perlu memperhatiakn gangguan yang
dirasakan penderita.
d. Dalam mengobati penyakit dalam
Ibnu Sina dapat membedakan antara mulas pada ginjal dan mulas pada
lambung. Dia juga mampu membedakan antara peradangan paru-paru dengan
peradangan pada selaput otak. Dia adalah orang yang pertama kali
mendiagnosa secara akurat antara peradangan pada paru-paru, dan

14
pembengkakan pada hati. Selain itu, dia juga yang pertama kali berhasil
mengobati kram pada perut yang disebabkan faktor psikologis.
e. Penemuan penyakit parasitic
Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menemukan cacing
Ancylostoma yang juga disebut cacing lingkar. Ibnu Sina juga mendeteksi
adanya penyakit gajah yang disebabkan oleh cacing filaria dan menjelaskan
bagaimana penyebarannya di tubuh.
f. Dalam kedokteran makanan dan penyakit perut
Ibnu Sina menjelaskan tentang penyakit menular antrak yang dalam
bahasa Arab disebut al-huma al-fasisiyyah, dan cara pengobatannya. Da juga
menjelaskan tentang tuberkulosa paru-paru, dan penularannya melalui air dan
tanah.
g. Penyakit ginjal dan saluran kencing
Ibnu Sina menjelaskan tentang gangguan pada saluran kencing akibat
penumpukan zat kapur, dan dia mampu membedakan antara batu pada saluran
kencing ini dengan batu ginjal.
h. Pengobatan penyakit khusus wanita
Ibnu Sina membicarakan masalah kemandulan, menjelaskan tetang
demam yang diakibatkan nifas, aborsi, kanker yang berserabut, dan
tertutupnya saluran pada alat kelamin wanita. Ibnu Sina telah mengetahui hal
itu sejak dulu sebelum manusia mengenal mikroskop. Dia menjelaskan bahwa
ayah yang bertanggung jawab menentukan jenis kelamin janin.
i. Penyakit Saraf
Ibnu Sina menjelaskan tentang keadaan yang terjadi pada orang yang
mengidap penyakit saraf. Dia membedakan antara kelumpuhan saraf wajah
yang disebabkan oleh pengaruh otak, dan yang disebabkan oleh pengaruh
anggota badan tersebut. Dia juga menjelaskan tentang tidak berfungsinya otak
akibat penumpukan darah di dalamnya.
j. Penyakit kejiwaan
Ibnu Sina memiliki cara pengobatan yang efektif dalam menangani
benturan kejiwaan yang diakibatkan berbagai sebab. Ibnu Sina juga
memberikan nasihat agar melakukan pengobatan dengan cara-cara psikologis
untuk mengobati semua jenis penyakit secara umum.
k. Kedokteran mata
Buku Al-Qanun karangan Ibnu Sina merupakan buku pertama yang
menjelaskan tentang anatomi susunan urat yang menggerakkan mata dan
kelenjar air mata. Ibnu Sina mempelopori pengobatan pada gangguan saluran
air mata, dengan memasukkan alat yang telah diberi antiseptik.
l. Pengobatan tumor

15
Ibnu Sina berhasil melakkan diagnosa pada tumor kanker, dan dia adalah
orang yang pertama kali menemukan adanya tumor otak.
m. Metode Pembiusan
Ibnu Sina merupakan dokter yang pertama kali menggunakan obat bius
dalam melakukan pembedahan, dengan memanfaatkan obat-obatan herbal.
n. Pengukuran denyut nadi dan analisa kedokteran
Ibnu Sina sangat memperhatikan denyut nadi, dan menjadikannya sebagai
ukuran untuk mendiagnosa berbagai penyakit. Perhatiannya yang sangat besar
ini membuahkan tulisan 19 pasal dalam bukunya, Al-Qanun, tentang denyut
nadi, dan peranannya dalam diagnosa. Selain itu, dia juga menggunakan urine
sebagai media untuk diagnosa berbagai macam penyakit.
o. Bidang Farmasi
Ibnu Sina menemukan, dan menulis sebanyak 760 jenis obat-obatan. Dia
menganjurkan agar obat-obatan dikemas dalam bungkusan terlebih dahulu
sebelum diberikan kepada pasien.
3. Pemikiran Ibnu Sina Mengenai Filsafat Jiwa
Sebenarnya banyak sekali pemikiran Ibnu Sina mengenai Filsafat, tetapi
penulis pada kesempatan kali ini hanya akan mengambil salah satu dari
pembahasan Ibnu Sina mengenai Filsafat, yaitu tentang jiwa. Menurut Ibnu Sina,
jiwa adalah kesempurnaan awal, karena dengannya spesies (jins) menjadi
sempurna, sehingga menjadi manusia nyata. Kesempurnaan bagi Ibnu Sina adalah
sesuatu yang dengan keberadaannya tabiat jenis menjadi manusia. Artinya, jiwa
merupakan kesempurnaan awal bagi tubuh. Sebab, tubuh sendiri merupakan
prasyarat bagi definisi jiwa, lantaran dapat dinamakan jiwa jika aktual di dalam
tubuh dengan satu perilaku dari berbagai perilaku.
Secara garis besar, Ibnu Sina membagi pembahasan jiwa menjadi dua
bagian, yaitu fisika dan metafisika. Dalam pembahasan jiwa dari sisi fisika, Ibnu
Sina membicarakan tentang jiwa tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.
Jiwa tumbuh-tumbuhan mempunyai tiga daya : makan, tumbuh, dan
berkembang biak.
Jiwa binatang/hewan mempunyai dua daya : gerak (al-mutaharrikat) dan
menangkap (al-mudrikat). Daya yang terakhir dibagi menjadi dua, menangkap
dari luar (al-mudrikat min al-kharij) dengan pancaindera dan menangkap dari
dalam (al-mudrikat min al-dakhil) dengan indera bathin.
Jiwa manusia, yang disebut pula al-nafs al-nathiqat, mempunyai dua daya
: praktis (al-amilat) dan teoritis (al-alimat). Daya praktis hubungannya dengan
jasad, sedangkan daya teoritis hubungannya dengan hal-hal yang abstrak.
Dari segi metafisika, hal-hal yang dibicarakan Ibnu Sina adalah mengenai wujud
jiwa, hakikat jiwa, hubungan jiwa dengan jasad, dan kekekalan jiwa.

16
4. Karya-Karya Ibnu Sina
Abdul Halim Munthashir menyebutkan bahwa jumlah karya Ibnu Sina
mencapai 276 buah, baik berupa surat-surat, buku, maupun ensiklopedia yang dia
tulis selama masa hidupnya. Ibnu Sina memang tidak pernah berhenti dalam
berkarya, sesibuk apapun aktivitasnya. Berikut beberapa karya monumental Ibnu
Sina:
a. Kitab al-Qanun Fith Thib (Canon of Medicine)
Kitab ini merupakan ensiklopedia dalam bidang kedokteran, dan telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Buku ini merupakan rujukan terpenting
untuk mengajarkan ilmu kedokteran d Eropa hingga pasca masa kebangkitan.
Pengetahuan yang dimuat dalam buku ini mendapat pengakuan dari semua
dokter Eropa.

Buku ini terdiri dari lima bagian:

1) Bagian pertama, secara khusus membahas tentang masalah-masalah


kedokteran secara umum, seperti batasan-batasan kedokteran, dan
objeknya. Selain itu juga dibahas mengenai anatomi tubuh, berbagai
macam jenis penyakit, dan cara pengobatannya.
2) Bagian Kedua, memuat kosa kata dalam bidang kedokteran, atau obat-
obatan, dan efek pengobatannya.
3) Bagian ketiga, membahas tentang berbagai macam penyakit pada semua
anggota badan, dari kepala hingga kaki. Ibnu Sina menjelaskan gejala-
gejalanya, dan cara mendiagnosanya.
4) Bagian keempat, secara khusus memuat macam-macam penyakit
komplikasi yang menyerang lebih dari satu anggota badan. Dia juga
menjelaskan tentang tumor, patah tulang, beserta cara penanganannya.
5) Bagian kelima, secara khusus membahas tentang jenis obat-obatan buatan,
dan campurannya.
b. Al-Isyarat wat-Tanbiat. Buku ini adalah buku terakhir dan yang paling baik,
dan pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892 M, dan sebaginya
diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis. Kemudian diterbitkan di Kairo lagi
pada tahun 1947di bawah asuhan Dr. Sulaiman Dunia.
c. Al-Hikmat al-Masyriqiyyah. Buku ini banyak dibicarakjkan orang, karena
memuat bagian logika. Ada yang mengatakan bahwa isi buku tersebut
mengenai tasawuf, tetapi menurut Carlos Nallino, berisi filsafat Timur
sebagian imbangan dari filsafat Barat.
d. Kitab Arjuzah Ibnu SIna Ath-Thibbiyah
Kitab yang berupa sajak yang terdiri dari 1329 bait ini merupakan
ringkasan dari kitab Al-Qanun, sehingga dapat dijadikan buku harian dokter
yang mudah dihafal, dan dapat digunakan secara praktis. Buku ini juga

17
banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, dan menjadi pegangan dokter-
dokter Eropa pasca masa kebangkitan Eropa.
e. Mausu’ah Asy-Syifa’
Karya Ibnu Sina yang satu ini merupakan ensiklopedia berbagai
macam ilmu pengetahuan, seperti: Filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan
alam. Dalam buku ini, Ibnu Sina membahas tentang fnomena alam yang
penting seperti terbentuknya gunung, sebab-sebab terjadinya gempa bumi,
terbentuknya awan, dan kabut, terjadinya pengembunan, jatuhnya meteor,
munculnya pelangi, dan berbagai fenomena alam lainnya.
f. An-Najat. Buku ini merupakan ringkasan buku as-Syifa, dan pernah
diterbitkan bersama-sama dengan buku al- Qanun dalam ilmu kedokteran
pada tahun 1593 M di Roma dan pada tahun 1331 M di Mesir.

Karya-karya Lain Ibnu Sina

Berikut ini adalah karya-karya lain dari Ibnu Sina, yang mempunyai
kontribusi penting dalam berbagai disiplin ilmu:

a. Bidang logika, Isaguji, membahas ilmu logika Isagoge.


b. Fi Aqsam Al-Ulum al-Aqliyah, (On the Divisions of the Rational Sciences),
buku mengenai pembagian ilmu-ilmu rasional.
c. Bidang Metafisika, Illahiyyat (ilmu Ketuhanan)
d. Bidang psikologi, kitab an-Najat (book of deliverence) buku tetang
kebahagiaan jiwa.
e. Bidang Geologi, Fi ad-Din, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latina
menjadi Liber den Mineralibus, mengenai mineral.
f. Bidang syair, dan prosa, Al-Qashidah al-Ainiyyah, syair-syair tentang jiwa
manusia.
g. Bidang sastra Arab, Risalah fi Asbab Huduts al-Huruf, risalah tentang sebab-
sebab terjadinya huruf.
h. Cerita-cerita roman fiktif, Risalah ath-Thayr, cerita seekor burung.
i. Bidang politik, Risalah as-Siyasah, (book on politics).

Dari Uraian penjelasan di atas, kita dapat mengetahui kontribusi yang


diberikan Ibnu Sina kepada perkembangan ilmu pengetahuan di Dunia. Besarnya
kontribusi Ibnu Sina dapat dilihat dalam perkembangan kedokteran, Ilmu
kedokteran sebelumnya tidak ada, kemudian ditemukan oleh Ptolemaeus,
kemudian dihidupkan kembali oleh Gelenus. Setelah itu ilmu kedokteran
berserakan kembali, dan dihimpun oleh Ar-Razi, keilmuwan yang telah dihimpun
Ar-Razi itu kemudian disempurnakan oleh Ibnu Sina. Dapat dikatakan peran Ibnu
Sina di sini amat vital dalam menyempurnakan ilmu kedokteran.

18
Selain itu, kita juga tidak dapat menafikan kontribusi Ibnu Sina di
berbagai disiplin keilmuwan lain, jarang sekali ilmuwan yang mampu menguasai
berbagai disiplin ilmu dan berkontribusi di dalamnya layaknya Ibnu Sina.

C. Al-Khawarizmi
1. Biografi Al- Khawarizmi
Nama sebenar al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi.
Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin
Yusoff. Al-Khawarizmi telah dikanali di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-
Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara
ejaan lagi. Beliaulah yang menemukan Al Jabru wal Mukobala. (penjabaran dan
penyelesaian). Di nama latinkan menjadi Aljabar.
Beliau telah dilahirkan di Bukhara. Pada tahun 780-850M adalah zaman
kegemilangan al-Khawarizmi. al-Khawarizmi telah wafat antara tahun 220 dan
230M. Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan
abad ke-9M. Sumber lain menegaskan beliau di Khawarism, Usbekistan pada
tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.
Al-Khwarizmi diperkirakan hidup di pinggiran Baghdad pada masa
Khalifah al-Ma’mun (813 – 833) zaman Abasiyah, sebagai anggota Bayt al
Hikma Baghdad yang meneliti ilmu-ilmu pengetahuan dan terjemah yang
didirikan ayah al-Ma’mun. Pada masa Al-Khwarizmi hidup pula tokoh lain yang
juga ahli astronomi dan matematika seperti, Abu Ja’far Muhammad ibn Musa al-
Khwarizmi, salah satu dari tiga serangkai ‘Banu Musa ibn Shakir’ selain Abdullah
dan al-Khwarizmi sendiri. Hampir sebagian besar kesuksesan yang dicapai al-
Khwarizmi, seperti tulisan tentang astronomi dan aljabar didedikasikan untuk al-
Ma’mun. Di pihak lain, Khalifah yang dikenal juga seorang ilmuan tokoh
pengetahuan dan sahabat al-Khwarizmi ini memberikan perhatian pada karya al-
Khwarizmi dan memberikan berbagai penghargaan.
Al-Khwarizmi kemungkinan besar adalah satu-satunya ahli astronomi
yang diikutsertakan dalam proyek pimpinan al-Ma’mun untuk mengukur panjang
satu derajat lingkar bumi sepanjang garis busur. Sejak dia mengetahui bahwa
bumi berbentuk seperti bola, suatu nilai yang akurat untuk mengetahui lingkar
bumi telah dicapai, yaitu panjang satu derajat dikalikan dengan 360.
Al-Khwarizmi diungkapkan mencoba untuk membuat ramalan tentang
masa hidup Nabi Muhammad SAW melalui ilmu astronomi. Dia hitung secara
cermat waktu Nabi dilahirkan. Ia termasuk salah seorang ahli perbintangan yang
bekerjasama membuat sebuah Peta Dunia untuk memenuhi permintaan al-
Ma’mun, lalu terkenal dalam pembuatan Peta Ptolemy.

19
Sebagai “Bapak Ilmu Pengetahuan Aljabar” dia menulis buku berjudul
Algebra, yang kemudian diklasifikasi oleh para sejarawan matematika sebagai
Dasar-dasar Pengetahuan Matematika. Al-Khwarizmi adalah orang yang pertama
kali memperkenalkan ilmu aljabar dalam suatu bentuk dasar yang dapat
diterapkan dalam hidup sehari-hari. Hal ini berbeda dengan konsep aljabar
Diophantus yang lebih cenderung menggunakan aljabar untuk aplikasi teori-teori
bilangan. Penamaan tersebut bukan berasal dari tulisan karya Al-Khwarizmi dan
bukan “Aritmatika” yang merupakan tulisan Diophantus. Para ahli ilmu pasti
kuno (termasuk Yunani) mempertimbangkan bilangan sebagai suatu besaran. Ini
terjadi ketika Al-Khwarizmi memberi pemahaman angka sebagai sebuah
hubungan murni di era modern dimana ilmu pengetahuan aljabar salah satu
bagiannya.
Karya Al-Khwarizmi berjudul Kitab al-Jabr w’al-muqabalah (The Book of
Restoring and Balancing) menjadi titik awal aljabar dalam dunia Islam. Kata
aljabar ini digunakan di dunia Barat untuk obyek yang sama. Menurut Kasir
(1931), kata aljabar berasal dari tulisan Al-Khwarizmi yang mencantumkan ’al-
jab’ sebagai judulnya. Tulisan ini diterjemahkan (abad XII) ke dalam bahasa Latin
oleh Gerhard Cremona dan Robert Chester, dimana buku ini digunakan sebagai
buku wajib matematika dasar di Eropa hingga abad XVI.
Pengaruh lain yang berkait dengan ilmu matematika adalah suku kata
”algoritm” yang dikonotasi sebagai sebuah prosedur baku dalam menghitung
sesuatu. Kata ini berasal dari perubahan versi Al-Khwarizmi ke versi Latin
‘algorismi’, ‘algorism’ dan akhirnya menjadi ’algorithm’. Angka yang tertera
dalam setiap halaman tulisan adalah salah satu bukti peran Al-Khwarizmi dalam
aritmatika. Tulisan aritmatika berbahasa Arab yang pertama kali diterjemah ke
bahasa Latin berperan penting dalam perkembangan bilangan Arab dan sistem
bilangan yang diterapkan saat ini. Bahwa penggunaan sistem bilangan Arab dan
notasi penulisan basis sepuluh, telah diperkenalkan oleh Al-Khwarizmi, dapat
dikatakan sebagai suatu revolusi perhitungan di abad pertengahan bagi bangsa
Eropa.

2. Al- Kawarizmi di Dunia Pendidikan


Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi ialah seorang
tokoh Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan kemahiran beliau bukan
sahaja meliputi bidang syariat tapidi dalam bidang falsafah, logik, aritmetik,
geometri, muzik, kejuruteraan, sejarah Islam dan kimia. Al-Khawarizmi sebagai
guru aljabar di Eropah. Beliau telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangens
dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja
di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di
Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory iaitu tempat menekuni belajar

20
matematik dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercayai memimpin
perpustakaan khalifah. Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India dan
cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Beliau juga merupakan seorang
penulis Ensiklopedia Pelbagai Disiplin.
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang mula-mula memperkenalkan
aljabar dan hisab. Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam
bidang matematik dan menghasilkan konsep-konsep matematik yang begitu
popular sehingga digunakan pada zaman sekarang.

3. Kepribadian Al-Kawarizmi
Keperibadian al-Khawarizmi telah diakui oleh orang Islam dan juga Barat.
Al-Khawarizmi telah dianggap sebagai sarjana matematik yang masyhur oleh
orang Islam dan ia diperakui oleh orang Barat. Ini dapat dibuktikan bahawa
G.Sartonmengatakan “pencapaian-pencapaian yang tertinggi telah doperolehi oleh
orang-orang Timur….” Maka temasuklah al-Khawarizmi itu sendiri. Al-
Khawarizmi patu disanjungi kerana beliau adalah seorang yang pintar. Menurut
Wiedmann pula berkata….’ al-Khawarizmi mempunyai personaliti yang teguh
dan seorang yang bergeliga sains’. Setiap apa yang dinyatakan oleh penulis, ini
telah terbukti bahawa al-Khawarizmi mempunyai sifat keperibadian yang tinggi
dan sekaligus disanjung oleh orang Islam.

4. Karya-Karya Al-Kawarizmi
a. Aritmatika
Karya aritmatika Al-Khwarizmi berjudul “Kitab al-jam wa’l-tafriq bi-
hisab al-Hid (Book of Addition and Subtraction by the Method of Calculation)
kemungkinan ditulis setelah mengerjakan Algebra. Edisi bahasa Arab telah
hilang, tapi versi Latin ditemukan tahun 1857 di perpustakaan Universitas
Cambridge, diyakini merupakan karya Al-Khwarizmi yang diterjemahkan
Adelard of Bath pada abad XII. Buku ini diterbitkan oleh B. Boncompagni
dengan judul Algoritmi de numero indorum (Roma, 1857) dan lalu oleh Kurt
Vogel dengan judul Mohammed ibn Musa Alchwarizmi’s Algorithmus
(Aalen, 1963). Karya ini dikenal pelajaran pertama yang ditulis dengan
menggunakan sistem bilangan desimal, merupakan titik awal pengembangan
matematika dan sains. Pelajar di Eropa mengaitkan Al-Khwarizmi dengan
‘new aritmetic’ yang akhirnya menjadi basis notasi angka, dimana penulisan
angka Arab dikenal dengan istilah ’algorism’ atau ’algorithm’.
Hasil karya Al-Khwarizmi menjadi penting karena merupakan notasi
pertama menggunakan basis angka Arab dari 1 sampai 9,0 dan pola nilai-
penempatan. Ini dilengkapi pula dengan aturan-aturan yang diperlukan dalam
bekerja denga menggunakan bilangan notasi Arab dan penjelasan tentang

21
empat basis operasi perhitungan, yaitu; penambahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian. Ini juga mengakomodir bentuk-bentuk penulisan angka yang
lazim digunakan, yaitu penulisan dengan enam digit desimal dan penggunaan
tanda akar.
Diantara serangkaian notasi bilangan Arab yang diperkenalkan Al-
Khwarizmi, tidak terlalu signifikan dibanding notasi nol digit. Tanpa
keberadaan bilangan nol tabel-tabel yang memiliki kolom dalam satuan
puluhan, ratusan dan selanjutnya diperlukan untuk menempatkan satu satuan
bilangan sesuai fungsinya. Notasi nol disimbolkan dengan sebuah ruang
kosong dalam satu rangkaian angka, bentuk lingkaran kecil ini sebenarnya
merupakan salah satu temuan matematika yang terbesar. Notasi nol juga
membuka jalan bagi konsep penulisan bentuk positif dan negatif dalam
aljabar.
b. Aljabar
Buku “Kitab al-jam wa’l-tafriq bi-hisab al-Hid” yang ditulis Al-
Khwarizmi antara tahun 813- 833 berkait dengan teori persamaan linier dan
kuadrat dengan satu variabel yang tak diketahui sebagaimana dasar
perhitungan yang terkait bilangan binominal dan trinominal. Karya Al-
Khwarizmi ini diyakini merupakan buku pertama dalam sejarah dimana istilah
aljabar muncul dalam konteks disiplin ilmu, lebih jauh dipertegas dalam
pembukaan, formulasi dan kosakata yang secara teknis adalah kosakata baru.
Ilmu pengetahuan aljabar sendiri merupakan penyempurnaan terhadap
pengetahuan yang telah dicapai bangsa Mesir dan Babylonia. Kedua bangsa
ini telah memiliki catatan yang berhubungan dengan masalah aritmatika
aljabar dan geometri pada permulaan 2000 SM. Di dalam Arithmatica of
Diophantus tercatat tentang persamaan quadrat, namun belum terbentuk
secara sistematis, karena itu sebelum Al-Khwarizmi aljabar tak serius dan
sistematis dipelajari. Meski begitu terdapat perdebatan bahwa Al-Khwarizmi
berkiblat pada ilmu matematika Yunani, dan yang lain menyebut bangsa India
dan Babylonialah inspirator karya Al-Khwarizmi. Pertentangan opini itu tak
mampu membuktikan adanya hubungan antara karya Al-Khwarizmi dengan
sumber-sumber yang diperkirakan sebelumnya. Sejarawan matematika
mengakui, bahwa mustahil jika mereka ”… terfokus pada keaslian konsep dan
model aljabar oleh Al-Khwarizmi, yang tidak diangkat dari konsep aritmatika
sebelumnya, juga bukan dari karya Diophantus ”.
Bagian pertama tulisan Al-Khwarizmi menekankan teori-teori yang
berkait dengan subyeknya, memberi penerangan terhadap terminologi
penulisan dan konsep penulis. Bagian kedua, penekanan pada prosedur normal
yang mensahkan penggunaan perhitungan praktis untuk direduksi dengan
dasar-dasar aljabar. Bagian akhir berkenaan aplikasi aljabar bidang

22
perdagangan, penelitian lapangan, pengukuran geometri dan aplikasi hukum
waris Islam.
Dalam karya Algebra, ia gunakan istilah jadhr (roo) yang berasal dari
istilah radix / root, untuk penekanan awal. Menurut David E. Smith, ide
pencatuman kata ’akar’ dalam istilah matematika karena awalnya selalu
ditulis dalam tulisan Arab. Terjemah edisi Latin menyebut radix sebagai
istilah umum warisan peradaban Romawi yaitu Latus. Radix (root) berasal
dari kata jadhr dalam bahasa Arab, sedang Latus (side) merupakan sisi dari
suatu persegi geometri. Istilah ini tak memiliki sinonim dalam bahasa Yunani,
sebagai contoh, Diophantus menamakan suatu kumpulan dengan istilah the
number yang diartikan suatu kelompok besar dari satu satuan. Al-Khwarizmi
menggunakan istilah mal yang dimaksud adalah pengganti square yang tak
dapat diketahui meski terkadang digunakan untuk pengganti istilah thing.
Persamaan lain yang digunakan secara khusus adalah istilah simple number
yang disebut sebagai dirham.
Dengan menggunakan ketiga istilah tersebut, Al-Khwarizmi
membuat dalil bahwa semua jenis masalah yang ada dapat digolongkan pada
salah satu dari enam persamaan dasar seperti di bawah ini:
Akar sama dengan bilangan (bx = c).
Mal sama dengan akar (ax2 = bx).
Mal sama dengan bilangan (ax2 = c).
Bilangan dan mal sama dengan akar (c + ax2 = bx).
Bilangan sama dengan akar ditambah mal (c = bx + ax2).
Mal dama dengan bilangan ditambah akar (ax2 = c + bx).
Poin pertama dalam persamaan dasar adalah membuat kelengkapan
identifikasi terhadap kasus sederhana pada tingkat pertama. Keenam
persamaan tersebut menunjukkan bahwa Al-Khwarizmi tidak mengenal
keberadaan bialangan negatif atau bilangan nol sebagai suatu koefisien. Jika
diamati dari karyanya, dia tidak mencantumkan penandaan simbol tetapi
menjabarkan segalanya, termasuk bilangan-bilangan dalam bentuk perkataan.
Al-Khwarizmi mengenalkan bahwa terdapat dua hasil dari akar quadrat, tetapi
ia hanya menuliskan nilai positif, yang mungkin dapat menjadi hasil irasional.
Al-Khwarizmi membuat aturan (aljabar dan al-muqabalah) untuk
menyelesaikan masing-masing dari keenam persamaan dan memberi
penjelasan lengkap untuk memperkecil persoalan terhadap masing-masing
bentuk persamaan. Dalam bahasa matematika, istilah aljabar (pemulihan)
lebih cenderung mengacu kepada pengertian suatu nilai positif, seperti contoh
di dalam aljabar:
x2 = 40x – 4x2 dapat diubah menjadi bentuk aljabar 5x2 = 40x
Contoh lain dari buku Al-Khwarizmi adalah: 50 + x2 = 29 + 10x

23
Dengan proses al-muqabalah, direduksi menjadi 21 + x2 = 10x.
Kedua operasi tersebut digabungkan dengan operasi aritmatika seperti
perkalian, penambahan, pengurangan, dan pembagian dari bilangan nominal
dan binominal sebagaimana konsep dasar dari perhitungan konsep quadrat
yaitu dapat menyelesaikan berbagai masalah yang ada dalam karya Algebra
Al-Khwarizmi. Selanjutnya dari buku tersebut Al-Khwarizmi memberi contoh
penyelesaian bentuk ketiga yang digabung dengan persamaan quadrat, serta
jenis persamaan yang berbeda dengan bantuan angka-angka memakai ide
keseimbangan permukaan.

Pengaruh Karya Algebra

Ahli matematika pada masa Al-Khwarizmi dan saat ini memberi opini
tentang Algebra, antara lain Ibnu Turk, Thabit ibn Qurra, al-Sidnani, Sinan
ibn al-Fath, Abu Kamil dan Abu al-Wafa al-Buzjani. Karya Algebra juga
populer di Barat pada awal abad XII ketika para pelajar Eropa mulai
menerjemah dari bahasa Arab ke bahasa Lain, seperti Johannes Hispalensis
(fl.1140), Gherardo of Cremona (1114 – 1187), Adelard of Bath (fl.1120) dan
Robert of Chester (fl.1150).
Robert Bacon (1214 – 1294) dan Vincent de Beauvais (sekitar 1275)
menjadikan karya Al-Khwarizmi sebagai referensi dan mengambil beberapa
istilah yang ditemukan di buku itu, demikian pula Albertus Magnus (1208 –
1280) mengacu tabel yang ditulis Al-Khwarizmi. Sejarawan F. Woepcke
menyebut bahwa Leonardo Fibonacci mengutip model Al-Khwarizmi untuk
contoh soal tapi sebagian dari kasus tersebut kemungkinan berasal dari Abu
Kamil, tokoh dimana Fibonacci mengutip sebagian masalah dalam aljabar.
Buku Algebra memberi kesan mendalam pada karya Regiomontanus
(1436 – 1476), tidak saja mengacu pada akar quadrat (ars rei et census) tetapi
juga menggunakan teknik pengungkapan tertentu; ’restaurare defactus’
sebagai suatu contoh, dengan cara sama yang persis dengan pemahaman
dalam aljabar. Karpinski mencantumkan, kopi naskah Algebra yang
ditampilkan dalam kumpulan tulisan Plimpton menyerupai tulisan tangan dan
pemakaian singkatan yang digunakan Regiomontanus (Johannes Mueller).
Bahwa pengarus karya Al-Khwarizmi sangat besar pada naskah negara-negara
Barat dan Latin yang terlihat pada format tulisan dasar-dasar aljabar yang
dipelajari di Eropa.

24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ibnu Rasdy Nama lengkapnya adalah Muhammad ibnu Ahmad bin Muhammad
Ibn Ahmad Ibn Rusyd atau Abu Al-Walid atau Averroes lahir di Cordova, 1126M (520
H) Ia berasal dari keluarga ilmuan. Ayahnya dan kakeknya adalah para pencinta ilmu dan
merupakan ulama yang sangat disegani di Spanyol. Ibnu Rusyd adalah seorang ulama
besar dan pengulas yang dalam filsafat Aristoteles. Kegemarannya terhadap ilmu sukar
dicari bandingnnya, karena menurut riwayat, sejak kecil sampai tuanya ia tak pernah
membaca dan menelaah kitab, kecuali pada malam ayahnya meninggal dan dalam
perkawinan dirinya
Ibnu Sina atau yang lebih dikenal dunia Barat dengan nama Avicenna mempunyai
nama lengkap Abu Ali al-Huseyn bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina. Julukannya
adalah al-Ra’s (puncak gunung pengetahuan). Pemikiran-pemikiran Ibnu Sina di berbagai
disiplin ilmu banyak diadopsi oleh ilmuwan masa setelahnya, tidak hanya oleh ilmuwan
muslim tetapi juga ilmuwan Barat banyak yang mengadopsi pengetahuan dari karya-
karya Ibnu Sina. Dalam rangka memperingati 1000 tahun hari kelahirannya, melalui
event Fair Millenium di Teheran pada tahun 1955, Ibnu Sina dinobatkan sebagai “Father
of Doctor” untuk selama-lamanya.
Al-khawarizmi Nama sebenar al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-
khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin
Yusoff. Al-Khawarizmi telah dikanali di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-
Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi. Beliaulah
yang menemukan Al Jabru wal Mukobala. (penjabaran dan penyelesaian). Di nama
latinkan menjadi Aljabar. Beliau adalah tokoh Ilmuan muslim dalm bidnag matematika.

B. SARAN
Demikian makalah ini yang dapat kami sajikan, kami berharap makalah ini dapat
berkembang dengan berjalannya diskusi yang akan dijalankan. Kurang lebihnya kami
mohon maaf, untuk itu kepada para pembaca mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun demi sempurnanya makalah ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1986) h. 161-175

Ahmad Hanafi, Pengantar filsafat islam, (Bulan Bintang: Jakarta, 1991) h.

Arsyad, M. Natsir. 1995. Ilmmuwan Muslim Sepanjang Sejarah. Bandung: Mizan.

Dr. Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1999.

Dr. Oemar Amin Hoesin, Filsafat Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975.

Drs. Poerwantara, dkk., Seluk Beluk Filsafat Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994.

Dr. Sirajuddin Zar, Filsafat Islam (Filosof dan Filsafatnya), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2007

Hasyimsyah nasution, filsafat islam, radar jaya Jakarta 1999

Haque, M. Atiqul. 1995. Wajah Peradaban: Menelusuri Jejak Pribadi-Pribadi Besar Islam.
Bandung: Zaman Wacana Mulia.

Hitti, K. Philip. 2006. History of The Arabs. Jakarta: Serambi.

http://hafez.wordpress.com/2008/03/14/seri-biografi-tokoh-islam-al-khawarizmi/

http://fdka.wordpress.com/tag/referensi-pustaka/

Jaudah, Muhammad Gharib. 2007. 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar

Muhammad Iqbal, Ibnu Rusyd dan Averroisme, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004) h. 21-25

Mohamed Mohaini, Matematikawan Muslim Terkemuka, Salemba Teknika, Jakarta, 1991:16-


41).

Najati, Muhammad Utsman. 2002. Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, terj. Gazi
Saloom, Bandung Pustaka Hidayah.

Thawil Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, (Semarang; Dina Utama Semarang,
1993), h.86

26

Anda mungkin juga menyukai