Disusun Oleh :
Kelas F
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan tanpa halangan suatu apapun. Kedua kalinya sholawat serta salam
senantiasa kami haturkan kepada Nabi Muhammad Saw yang mana kita nantika
syafaatnya besok di Yaumil Qiamah Aamiin…
Dalam kesempatan kali ini kami akan membahas makalah mengenai
“Tokoh-Tokoh Tasawuf di Indonesia”. Makalah ini merupakan salah satu tugas
mata kuliah Tasawuf. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta
arahan selama penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh sebab itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang membangun. Kritik yang sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................5
D. Manfaat...........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Tokoh-Tokoh Tasawwuf Indonesia................................................................................6
1. Tokoh Hamzah Al-Fansory.................................................................................6
2. Tokoh Syamsuddin As-Sumatrani......................................................................7
3. Tokoh Nuruddin Ar-Raniry...............................................................................9
4. Tokoh Abdul Rawf As-Singkil.........................................................................10
5. Tokoh Abdus Samad Al- Palimbani.................................................................11
6. Tokoh Muhammad Nafis Al- Banjari...............................................................13
7. Tokoh Muhammad Nawawi Al-Bantani...........................................................15
8. Tokoh (Hamka) H. Abdul Malik Karim Abdullah...........................................17
9. Tokoh Habib Luthfi bin Ali bin Yahya.............................................................19
BAB III KESIMPULAN...........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah islam dan berbagai cabangnya, termasuk sejarah tasawuf dan
pengikutnya sangat penting untuk diperkenalkan dan dibahas, diantaranya
adalah mengenai tokoh-tokoh dari ajaran tasawuf di Indonesia ini. Karena,
tasawuf terus mengalami perkembangan dan memberi pengaruh penting di
Indonesia. Sejak permulaan sejarah Islam di wilayah tersebut hingga hari ini,
selama beberapa abad permulaan sejarah, tasawuf memainkan peranan terbesar
dan paling menentukan dalam membentuk pandangan religius, spiritual, dan
intelektual di kepulauan Indonesia dan kepulauan disekitarnya. Disini kami
akan menjabarkan tentang tokoh-tokoh ulama tasawuf di Indonesia. Untuk itu,
kami memberi judul makalah ini dengan “TOKOH-TOKOH TASAWUF di
INDONESIA”.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Tokoh Hamzah Al-Fansory dan Ajarannya?
2. Siapakah Tokoh Syamsuddin As-Sumatrani dan Karya-Karyanya?
3. Siapakah Tokoh Nuruddin Ar-Raniry?
4. Siapakah Tokoh Abdul Rawf As-Singkil dan Ajarannya?
5. Siapakah Tokoh Abdus Samad Al- Palimbani dan Pendidikan beserta
Karyanya?
6. Siapakah Tokoh Muhammad Nafis Al- Banjari ?
7. Siapakah Tokoh Muhammad Nawawi Al-Bantani dan Dasar Pemikiran
Dan Bidang Teologi?
8. Siapakah Tokoh Hamka ?
9. Siapakah Tokoh Habib Luthfi dan Sudut Pandangnya mengenai Tasawuf?
4
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui Tokoh Hamzah Al-Fansory dan Ajarannya
2. Mengetahui Tokoh Syamsuddin As-Sumatrani dan Karya-Karyanya
3. Mengetahui Tokoh Nuruddin Ar-Raniry
4. Mengetahui Tokoh Abdul Rawf As-Singkil dan Ajarannya
5. Mengetahui Tokoh Abdus Samad Al- Palimbani dan Pendidikan beserta
Karyanya
6. Mengetahui Tokoh Muhammad Nafis Al- Banjari
7. Mengetahui Tokoh Muhammad Nawawi Al-Bantani dan Dasar Pemikiran
Dan Bidang Teologi
8. Mengetahui Tokoh Hamka
9. Mengetahui Tokoh Habib Luthfi dan Sudut Pandangnya mengenai Tasawuf
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita bisa mengetahui sedikit
banyak mengenai Tokoh-Tokoh Tasawuf di Indonesia beserta Ajarannya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dari sebuah buku, beliau diperkirakan hidup sebelum tahun 1630. Selama
hidupnya dalam pengembaraan intelektualnya, beliau pernah ke India, Persia
(Iran), Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraanya itu ia sempat
mempelajari ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, sejarah dan sastra arab. Selesai
menjalani pengembarannya beliau kembali ke kampung halamannya untuk
mengajarkan ilmunya di dayah (pesantren) oboh Rundeng, Subulussalam
(sekarang). Ada riwayat yang mengatatakan bahwa ia pernah sampai ke
semenanjung melayu dan mengembangkan tasawuf di negeri perak, perlis,
kelantan, terengganu, dan lain-lain, dan pengaruh beliau juga di dalam negeri
sampai ke buton sulawesi tenggara, lewat dua karyanya, Asrar al-arifin dan
syarbal-asyiqin. Dalam bidang tasawuf ia mengikuti tarekat Qadiriyah.
Pemikiran Al-Fansuri tentang tasawuf di pengaruhi oleh Ibn Arabi dalam
paham wahdatul wujudnya. Sebagai seorang sufi ia mengajarkan tasawuf
bahwa tuhan lebih dekat dari pada leher manusia sendiri dan bahwa tuhan
tidak bertempat sekalipun sering di katakan ia dimana-mana.1
1
www.sarjanaku.com, “Tokoh Tokoh Tasawuf di
Indonesia”, http://www.sarjanaku.com/2011/11/tokoh-tokoh-tasawuf-di indonesia.html?m=1
(diakses pada 19 November 2019, pukul 11.55).
6
Ajaran hamzah fansuri sebagai berikut:
Wujud, menurut beliau hanyalah satu walaupun kelihatannya banyak.
Dan wujud yang satu itu adalah yang berkulit dan berisi, atau mazhar
(kenyataan lahir). Wujud mempunyai tujuh martabat namun hakikatnya satu.
Semua benda yang ada sebenarnya merupakan manifestasi dari yang hakiki,
disebut Al-haqq ta'ala.
2. Syamsuddin As – Sumatrani
Syamsuddin Sumatrani adalah salah satu tokoh sufi terkemuka yang
telah turut mengguratkan corak esoteris pada wajah Islam di Aceh.
Sayangnya perjalanan hidup sang sufi ini sulit sekali untuk dirangkai secara
utuh. Hal ini selain karena tidak ditemukannya catatan otobiografisnya, juga
karena langkanya sumber-sumber akurat yang dapat dirujuk.
Diantara sumber tua yang dapat dijumpai mengenai potret Syamsuddin
Sumatrani adalah Hikayat Aceh, Adat Aceh, dan kitab Bustanu al-Salathin.
Itupun tidak memotret perjalanan hidupnya secara terinci. Meski demikian,
dari serpihan-serpihan data historis yang terbatas itu kiranya cukuplah bagi
kita untuk sekedar memperoleh gambaran akan kiprahnya berikut spektrum
pemikirannya.
Mengenai asal-usulnya, tidak diketahui secara pasti kapan dan di mana
ia lahir. Perihal sebutan Sumatrani yang selalu diiringkan di belakang
namanya, itu merupakan penisbahan dirinya kepada “negeri Sumatra” alias
Samudra Pasai. Sebab memang di kepulauan Sumatra ini tempo doeloe
pernah berdiri sebuah kerajaan yang cukup ternama, yakni Samudra Pasai.
Itulah sebabnya ia juga adakalanya disebut Syamsuddin Pasai.
Peranan dan Pengaruhnya
2
Ibid.
7
kitab Bustan al-Salathin sendiri tidak disingkapkan bagaimana perjalanan
Syamsuddin Sumatrani sehingga ia menjadi ulama yang paling dipercaya
dalam lingkungan istana kerajaan Aceh selama tiga atau empat dasawarsa.
Syamsuddin Sumatrani wafat pada tahun 1039 H/1630 M, dan selama
beberapa dasawarsa terakhir dari masa hidupnya ia merupakan tokoh agama
terkemuka yang dihormati dan disegani. Ia berada dalam lindungan dan
bahkan berhubungan erat dengan penguasa Kerajaan Aceh Darussalam.
Syamsuddin Sumatrani adalah satu dari empat ulama yang paling terkemuka.
Ia berpengaruh serta berperan besar dalam sejarah pembentukan dan
pengembangan intelektualitas keislaman di Aceh pada kisaran abad ke-l7 dan
beberapa dasawarsa sebelumnya. Keempat ulama tersebut adalah Hamzah
Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nuruddin Raniri, dan Abdur Rauf Singkel.
Karya-karyanya
8
f. Nur al-Daqa'iq, mengandung pembicaraan tentang rahasia ilmu makrifah
(martabat tujuh).
g. Thariq al-Salikin, Karya ini mengandung penjelasan tentang sejumlah
istilah, seperti wujud, 'adam, haqq, bathil, wajib, mumkin, mumtani’ dan
sebagainya.
h. Mir’at al-Iman atau Kitab Bahr al-Nur, Karya ini berbicara tentang
ma’rifah, martabat tujuh dan tentang ruh.
i. Kitab al-Harakah, Karya ini berbicara tentang ma’rifah atau martabat
tujuh.
Ajaran Tasawufnya
Syamsuddin Sumatrani dikenal sebagai seorang sufi yang mengajarkan
faham wahdatul wujud (keesaan wujud) dengan mengikuti faham wahdatul
wujud Ibnu Arabi. Istilah wahdatul wujud itu sendiri sebenarnya bukan
diberikan oleh Ibnu Arabi sendiri. Artinya, Ibnu Arabi tidak pernah
menyatakan bahwa sistem pemikiran tasawufnya itu merupakan paham
wahdatul wujud.
3. Nuruddin Ar – Raniry
Nama lengkapnya Nur Al-Din Muhammad Ibn Ali Ibn Hasanji Ibn
Muhammad Al-Raniry. Berasal dari gujarat India tahun kelahirannya sampai
sekarang belum dapat diketahui. Ia adalah syekh tarekat Rifa’iyyah yang
didirikan oleh ahmad Rifa’i. Beliau juga di katakan penerus tasawuf sunni.
Pemikiran-pemikiran Nuruddin Ar-Raniry yang di tunjukkan kepada
tokoh dan penganut wujudiyah, maupun pemikirannya secara umum dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Pertama, tentang Tuhan, masalah ketuhanan bersifat kompromis.3
9
bahwa alam merupakan sisi lahiriah dari hakikatnya yang batin, yaitu Allah,
namun ungkapan itu pada hakikatnya bahwa alam tidak ada yang ada
hanyalah wujud Allah.
Kedua, tentang alam. Menurutnya alam ini diciptakan Allah melalui
tajlli, ia menolak teori faidh ( emanasi) milik al-farabi.
Ketiga, tentang manusia, merupakan makhluk yang paling sempurna di
dunia ini. Sebab manusia merupakan khalifah Allah dibumi yang dijadikan
sesai dengan citranya. Dan mazhur (tempat kenyataan asma dan sifat Allah
paling lengkap dan menyeluruh)
Keempat, tentang wujudiyyah. Inti ajaran wujudiyyah Berpusat pada
wahdat al-wujud yang salah diartikan kaum wujudiyyah, dengan arti
kemanunggalan Allah dengan alam dapat membawa kekafiran. Ia
berpandangan bawa jika benar tuhan dan makhluk hakikatnya satu, maka
jadilah makhluk itu adalah tuhan.
Kelima, tentang hubungn syarit dan hakikat. Pemisahan antara
keduanya merupakan sesuatu yang tidak benar. Selain itu ia juga menekankan
kepada umat islam agar memahami secara benar akidah islamiyah.
4
Ibid.,
10
jelaslah alam berbeda dengan Allah. Beliau juga mempunyai pemikiran
tentang zikir, zikir menurut pandngannya usaha melepaskn diri dari lalai dan
lupa.
Ajaran tasawuf as-singkili yang lain bertalian dengan martabat
perwujudan. Menurutnya ada tiga martabat perwujudan.
Pertama, ahadiyah atau la ta’ayyun waktu itumasih merupakan hakikat
yang ghaib.
Kedua,martabat wahdah atau ta’ayun awwal. Sudah tercifta hakikat
muhammadiyyah sangat potensial bagi terciptanya alam.
Ketiga,martabat wahdiyyah atau ta’ayyun tsanidisebut juga a’ayan al-
tsabilah dan darisinilah alam tercipta.
5
Ibid.,
11
Dalam bidang syariat Islam dimulai dengan matan-matan fiqh menurut
Mazhab Imam Syafi. Di bidang tauhid dimulai dengan menghafal matan-
matan ilmu kalam/usuluddin menurut faham Ahlus Sunah wal Jamaah yang
bersumber dari Imam Syeikh Abul Hasan al-Asy’ari dan Syeikh Abu Mansur
al-Maturidi.
Beliau juga mempelajari ilmu sufi daripada Syeikh Muhammad bin
Samman, selain mendalami kitab-kitab tasawuf daripada Syeikh Abdul Rauf
Singkel dan Samsuddin Al-Sumaterani, kedua-duanya dari Acheh. Oleh
sebab dari sedari kecil beliau lebih banyak mempelajari ilmu tasawuf, maka
dalam sejarah telah tercatat bahawa beliau adalah ulama yang memiliki
kepakaran dan keistimewaan dalam cabang ilmu tersebut.
Karya-Karyanya
Sheikh Abdush Shamad al-Palimbani adalah yang paling menonjol di
bidang tasauf dengan dua buah karyanya yang paling terkenal dan masih
beredar di pasaran kitab sampai sekarang ini ialah Hidayatus Salikin dan
Siyarus Salikin. Antara kitab karangan Sheikh Abdush Shamad al-Palimbani :
6
Ibid.,
12
8. Ar-Risalatu fi Kaifiyatir Ratib Lailatil Jum’ah
9. Mulhiqun fi Bayani Fawaidin Nafi’ah fi Jihadi fi Sabilillah
10. Zatul Muttaqin fi Tauhidi Rabbil ‘Alamin
11. ‘Ilmut Tasawuf
12. Mulkhishut Tuhbatil Mafdhah minar Rahmatil Mahdah ‘Alaihis Shalatu
was Salam
13. Kitab Mi’raj, 1201 H/1786 M.
14. Anisul Muttaqin
15. Puisi Kemenangan Kedah.
7
Ibid.,
13
agama Islam di kota kelahirannya, Martapura. Di antara guru-gurunya yang
tercatat dalam bidang ilmu tasawuf di Haramain adalah: Syeikh Abdullah
bin Hijazi asy-Syarqawi al-Azhari, Syeikh Shiddiq bin Umar Khan, Syeikh
Muhammad bin Abdul Karim as-Samani al-Madani, Syeikh Abdur Rahman
bin Abdul Aziz al-Maghribi, Syeikh Muhammad bin Ahmad al-Jawhari,
Syeikh Yusuf Abu Dzarrah al-Mishri, Syeikh Abdullah bin Syeikh Ibrahim
al-Mirghani Syeikh Abu Fauzi Ibrahim bin Muhammad ar-Ra’is az-Zamzami
al-Makki, Karena kegigihannya dalam mempelajari ilmu tasauf Muhammad
Nafis akhirnya berhasil mencapai gelar “Syeikh al-Mursyid”, yaitu seorang
yang memahami, mengerti, mengamalkan serta mempunyai ilmu yang cukup
tentang tasawuf gelar yang menunjukkan bahwa ia mampu dan
diperkenankan serta diberi izin untuk mengajar tasawuf kepada orang lain.
Karena seringnya melakukan dakwah ke pedalaman ia hanya sempat
mengarang sedikit kitab. Yang sampai sekarang yang terlacak hanya dua buah
kitab saja yaitu: Kanzus Sa’adah, Yaitu kitab yang berisi tentang istilah-
istilah ilmu tasawuf. Kitab ini belum pernah dicetak masih berupa manuskrip.
Ad-Durrun Nafis, Yaitu kitab yang berisi tentang pengesaan perbuatan, nama,
sifat dan zat Tuhan.
Menurut seorang yang kasyaf mengatakan bahwa kitab ad-Durrun Nafis
berisi bagian dari ilmu para wali Allah, barangsiapa mempelajarinya, maka ia
akan dicatat oleh para wali sebagai bagian dari mereka. Ini merupakan salah
satu karamah dari penyusunnya yaitu Syeikh Muhammad Nafis.
Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari, seperti kebanyakan ulama
Melayu-Indonesia lainnya, mengikut Madzhab Syafi’i pada bidang fikih dan
Asy’ariyyah pada ilmu tauhid ia juga menggabungkan diri dengan Tarekat
Qadiriyyah, Syattariyyah, Samaniyyah, Naqsyabandyyah dan Khalwatiyyah. 8
8
Ibid.,
14
Syekh Nawawi Banten memiliki nama lengkap Abu Abd al-Mu'ti
Muhammad ibn Umar al- Tanara al-Jawi al-Bantani. Ia lebih dikenal dengan
sebutan Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani. Dilahirkan di Kampung
Tanara, Serang, Banten pada tahun 1815 M/1230 H. Pada tanggal 25 Syawal
1314 H/1897 M, Nawawi menghembuskan nafasnya yang terakhir di usia 84
tahun. Ia dimakamkan di Ma'la dekat makam Siti Khadijah, Ummul
Mukminin istri Nabi.
Dari silsilahnya, Nawawi merupakan keturunan kesultanan yang ke-12
dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu
keturunan dari putra Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I) yang bemama
Sunyararas (Tajul 'Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad
melalui Imam Ja'far As- Shodiq, Imam Muhammad al Baqir, Imam Ali Zainal
Abidin, Sayyidina Husen, Fatimah al-Zahra.
Latar belakang pendidikan Nawawi sebelum melancong ke Mekkah Ia
di didik langsung dalam dekapan orang tuanya di Tanara, terbukti sejak usia
kanak-kanak beliau sudah hafal al-Qur’an pada usia 15 tahun (1830 M),
hingga akhirnya diusianya yang relatif masih dini ia mendapat kesempatan
untuk pergi ke Mekkah menunaikan ibadah haji.
Di sana ia memanfaatkannya untuk belajar ilmu kalam, bahasa dan sastra
Arab, ilmu hadis, tafsir dan terutama ilmu fiqh. Setelah tiga tahun belajar di
Mekkah ia kembali ke Tanah kelahiran tahun 1833. Akan tetapi ia kembali
lagi ke makkah setelah di Indonesia mengalami penentangan dari para
colonial Belanda. 9
9
Ibid.,
15
Di Mekkah ia melanjutkan belajar ke guru-gurunya yang terkenal,
pertama kali ia mengikuti bimbingan dari Syeikh Khatib Sambas (Penyatu
Thariqat Qodiriyah-Naqsyabandiyah di Indonesia) dan Syekh Abdul Gani
Duma, ulama asal Indonesia yang bermukim di sana. Setelah itu belajar pada
Sayid Ahmad Dimyati, Ahmad Zaini Dahlan yang keduanya di Mekkah.
Sedang di Madinah, ia belajar pada Muhammad Khatib al-Hanbali. Kemudian
ia melanjutkan pelajarannya pada ulama-ulama besar di Mesir dan Syam
(Syiria).
Kemudian pada tahun 1860 Nawawi mulai mengajar di lingkungan
Masjid al-Haram. Hasil karya tulis Nawawi tercatat tidak kurang dari 99
buah, meliputi bidang fikih, tafsir, hadist, sejarah, tauhid, akhlak dan bahasa.
Salah satu karya Syeikh Nawawi yang memperoleh pengakuan dan
penghargaan ulama Mekkah dan Mesir adalah Tafsir al-Munir li Ma’alim at-
tanzih.
Karena karyanya yang tersebar luas dengan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami dan padat isinya ini nama Nawawi bahkan termasuk dalam
kategori salah satu ulama besar di abad ke 14 H/19 M. Karena
kemasyhurannya ia mendapat gelar: A'yan 'Ulama' al-Qarn aI-Ra M' 'Asyar
Li al-Hijrah,. AI-Imam al-Mullaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq, dan
Sayyid 'Ulama al-Hijaz.
10
Ibid.,
16
bahwa Allah memiliki sifat yang dapat diketahui dari perbuatannya, karena
sifat Allah adalah perbuatan-Nya. Dia membagi sifat Allah dalam tiga bagian:
a) Wajib (Wujud)
b) Mustahil ( ‘Adam )
c) Mungkin (mumkin)
Yang pertama, Sifat Wajib adalah sifat yang pasti melekat pada Allah dan
mustahil tidak adanya.
Yang kedua, Sifat mustahil adalah sifat yang pasti tidak melekat pada Allah
dan wajib tidak adanya.
Yang ketiga, Sifat mumkin adalah sifat yang boleh ada dan tidak ada pada
Allah.
Meskipun Nawawi bukan orang pertama yang membahas konsep
sifatiyah Allah, namun dalam konteks Indonesia Syeikh Nawawi inilah orang
yang berhasil memperkenalkan teologi Asya’riyah sebagai sistem teologi
yang kuat di negeri ini.
11
Ibid.,
17
untuk melawan khurafat, bid'ah, tarekat, dan kebatinan sesat di Padang
Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di
Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan
pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul
Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis
Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi
Muhammadiyah pada tahun 1946. Ia menyusun kembali pembangunan dalam
Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.
Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat
Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr.
Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia
tetapi beliau kemudiannya mengundurkan diri pada tahun 1981 karena
nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.
Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, Hamka merupakan
seorang wartawan, penulis, editor, dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka
menjadi wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan
Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau
menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau
menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga
pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan
Gema Islam.
Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti
novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar dan antara
novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks
sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan Merantau ke Deli. 12
12
Ibid.,
18
Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional
dan internasional seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa,
Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan
Malaysia, 1974; dan gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari
pemerintah Indonesia.
Hamka meninggal dunia pada 24 Juli 1981, namun jasa dan
pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam.
Ia bukan saja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan di negara
kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam Nusantara, termasuk Malaysia
dan Singapura, turut dihargai.
13
Kanafi Imam. “Tarekat Kebangsaan: Kajian Antopologi Sufi Terhadap Pemikiran
Nasionalisme Habib Lutfie”, http://repository.iainpekalongan.ac.id/id/eprint/39, diakses pada 11
November 2019.
19
al-Uraidhi, Imam Muhammad an-Naqib, Imam Isa an- Naqib ar-Rumi, Imam
Ahmad Al-Muhajir, Imam Ubaidullah, Imam Alwy Ba’Alawy, Imam
Muhammad, Imam Alwy, Imam Ali Khali Qasam, Imam Muhammad Shahib
Marbath, Imam Ali, Imam Al-Faqih al-Muqaddam Muhammd Ba’Alawy,
Imam Alwy al-Ghuyyur, Imam Ali Maula Darrak, Imam Muhammad Maulad
Dawileh, Imam Alwy an- Nasiq, Al-Habib Ali, Al-Habib Alwy, Al-Habib
Hasan, Al-Imam Yahya Ba’Alawy, Al-Habib Ahmad, Al-Habib Syekh, Al-
Habib Muhammad, Al-Habib Thoha, Al-Habib Muhammad al-Qodhi, Al-
Habib Thoha, Al- Habib Hasan, Al-Habib Thoha, Al-Habib Umar, Al-Habib
Hasyim, Al- Habib Ali, Al-Habib Muhammad Luthfi.
Untuk memasuki dunia thariqah, menurut Habib ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi. Syaratnya masuknya thariqah yang pertama niat,
bagaimana akan menjankan ihsan,”antabudallah kaanaka tarah wa inlam
takun tarah fainnahu yarak’’, menyembah Allah seolah engkau melihatNya,
jika tidak bias maka yakinlah Dia melihatmu. Yang kedua masuk Thariqah
untuk menghilangkan shifat goflah kita kepada Allah, artinya goflah, lalai
kita kepada Allah dan lalai kita kepada Rasulullah Saw. Kalau bisa
sebagaimana dulu Rasulullah sebelum turun wahyu, sering berpuasa tiga hari
di gua hiro, ada yang sepuluh hari ada dua puluh hari. Walaupun toh itu tidak
menjadi syarat, alangkah baiknya kalau mau puasa terlebih dahulu tiga hari.
Karena dengan puasa itu paling tidak akan bisa menekan nafsu kita. Karena
nafsu itu apapun kalau diajak melakukan yang baik tidak akan mau. Untuk
menekan ajakan nafsu yang kurang baik, mari kita tekan nafsu itu dengan
puasa tiga hari. Itu diantaranya syarat-syaratnya masuk Thariqah.
Menurut Habib Luthfi, tasawuf dapat dilihat dari tiga sudut pandang :
1) Tasawuf/tarekat ‘inda al akhlaq wa al adab, adalah tasawuf ditiinjau
sebagai etika, adab dan akhlaq. Hal ini bisa diterapkan sedini mungkin
untuk anak-anak. Terutama dalam makan, berpakaian, masuk kamar mandi
14
14
Ibid.,
20
dengan kaki kiri keluar kaki kanan, dan sebagainya. Ini adalah tasawuf
akhlaq wa al adab. Karena sumbernya tasawuf adalah min al akhlaq wa al
adab, dari pekerti dan tatakrama.
2) Tasawuf/tarekat ‘inda al-fuqaha, tasawuf dalam pandangan ahli fiqih.
Yaitu bagaimana para ahli fiqih ini tidak berhenti hanya secara fiqhiyyah
belaka. Contoh seorang yang menjalankan wudhu mau shalat, setelah
dipakai shalat whudunya dikemanakan..? kalau sufi tidak menganggapnya
selesai begitu saja. Tasawuf menuntut sejauh mana seseorang membawa
wudhunya tidak hanya sebatas untuk syarat sahnya kefardhuan yang sudah
dilaksanakan.
3) Tasawuf ‘inda ahl am’rifah, adalah tasawuf menurut para ahli ma’rifah.
Di sinilah banyak orang yang terjebak. Mereka yang perbendaharannya
belum mumpuni dalam dunia tasawuf, belum mencukupi, seringkali
terjebak. Akhirnya memunculkan analisa seolah- olah tasawuf berbau
Budha, Hindu dan sebagainya. Hal ini disebabkan ketidaktahuannya
tentang hakekat ilmu ma’rifah. Salah satu kitab yang mewakili model ini
adalah kitab al-hikam kaya Imam Ibn Athaillah al-Sakandary, juga
Futuhat al-Makiyyah, yang ditulis oleh Syekh al-Akbar Abu Bakar Ibn
‘Arabi.15
15
Ibid.,
21
BAB III
KESIMPULAN
Para Sufi ini telah sejak dahulu mengamalkan serta mengajarkan tasawwuf
kepada para pengikutnya. Walau mungkin terdapat beberapa sedikit perbedaan
antara ajaran mereka, tidaklah menjadi suatu masalah karena tujuannya sama yaitu
mendekat kepada Allah. Karena sesungguhnya perbedaan itu terjadi hanya karena
masing-masing para ahli sufi punya pandangan tersendiri tentang mendekat
kepada Allah tentunya sesuai kaidah-kaidah yang dibenarkan syariat.
Para tokoh seperti Hamzah Al-Fansory, Syamsuddin As-Sumatrani,
Nuruddin Ar-Raniry, Abdul Rawf As-Singkil, Abdus Samad Al- Palimbani,
Muhammad Nafis Al- Banjari, Hamka, Habib Luthfi adalah beberapa tokoh yang
popular dari masa lalu hingga kini. Bisa jadi masih banyak lagi tokoh diluar itu
yang ikut menyebarkan ajaran tasawwuf dan tarekat di Indonesia. Dan bisa jadi
pengikunya juga tak sedikit.
Dengan itu kita bisa belajar akan tokoh-tokoh sufi Indonesia yang tentunya
menjadi tambahan ilmu untuk kita, serta menambah wawasan kita tentang tokoh-
tokoh tasawwuf dan tarekat Indonesia. Meneladani akhlak dan berbagai ajaran
mereka juga penting dan bermanfaat bagi kita, tentunya juga dalam bimbingan
orang yang mengerti tentang Ilmu Tasawwuf.
22
DAFTAR PUSTAKA
23