MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf
Yang di ampu oleh Bapak Moch. Cholid Wardi, M. H. I
Oleh:
KELOMPOK 12
1. Abigail syavinlla ardian
2. Muhammad Adzkara
3. Faiz Nur Aziz Fadhilah
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C.Tujuan........................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Menurut Alwi Shihab, kehadiran Syekh Siti Jenar dengan ajaran dan syahahat-
nya yang dipandang sesat, dapat dijadikan sebagai tahap pertama
perkembangan tasawuf falsafi di Indonesia. Alwi menamakannya sebagai
tahap perkenalan. Pembunuhan terhadap Syekh Siti Jenar agaknya telah
meredupkan cahaya perkembangan tasawuf falsafi di Indonesia dalam waktu
yang lama, sampai kemudian munculnya Hamzah dan Syamsuddin di
Sumatera.
Hamzah fansuri adalah keturunan melayu yang dilahirkan di fansur nama lain
dari barus, Kualitas pendidikan yang cukup baik di aceh menjadikan hamzah
dapat mempelajari ilmu-ilmu agama seperti; fiqih,tauhid,akhlak,tasawuf,dan
juga ilmu umum seperti; kesustraan,sejarah dan logika. Selesai mengikuti
pendidikan ke timur tengah, khususnya Persia dan Arab, sehingga dia dapat
menguasai bahasa Arab dan Persia, mungkin juga bahasa Urdu. Dalam hal
tasawuf falsafi diperkirakan Hamzah mempelajari dari Iraqi, murid Sadr al-
Din al-Qunawi, murid kesayangan Ibnu Arabi.
Kedua tokoh dengan ajaran yang saling melengkapi ini bagaimanapun juga
telah mengajarkan dan secara sempurna tentang tasawuf falsafi yang
kemudian diikuti oleh banyak pengikutnya di nusantara dan indonesia.
Tasawuf akhlaki adalah aplikasi tasawuf dalam akhlak mukmin yang terpancar
dari bathinnya sehingga berpengaruh kepada seluruh tingkah lakunya.
Tasawuf akhlaki menuntut keikhlasan yang murni semata-mata karena Allah.
Sikap jiwa dididik agar memandang segala sesuatunya karena Allah dan akan
kembali kepada Allah. Tasawuf akhlaki memagari dirinya dengan Al-Qur’an
dan sunah dan menjauhi penyimpangan-penyimpangan yang menuju kepada
kesesatan dan kekafiran. Tasawuf tipe ini disebut “Tasawuf Suni” (al-
tashawwuf al-sunni).
Dibanding dengan tasawuf sunni, tasawuf falsafi lebih kaya dengan ide- ide
dan pikiran- pikiran tentang Tuhan dan alam metafisk. Ide- ide yang oleh para
sufinya dipandang tidak bertentangan dengan ajaran al-Qur’an dan Sunnah,
termasuk dalam hal ini ungkapan syahadat-nya.
Ketika tasawuf telah melembaga menjadi organisasi terekat, akhirnya terekat memiliki
pertambahan jumlah penganut yang sangat cepat, meskipun ini hampir selalu berarti penganut
awam. Bagi terekat sebagai sebuah organisasi pertambahan ini tentulah merupakan hal yang
positf dalam artian semakin membesarnya organisasi . Untuk kasus indonesia, meskipun
sebagai sebuah lembaga dan metode terekat sudah mulai menyebar sejak abad ke- 16, terekat
sebagai organisasi baru mulai kelihatan pada penghujung abad ke- 18 dan menjadi fenomena
pada abad berikutnya.
Di sisi lain , dengan semakin banyaknya penganut awam dalam terekat (dan ini adalah
konsekuensi logis dari pertumbuhannya sebagai organisasi), maka tumbuh pulalah
kecenderungan (kepengikutan) total kepada para pemimpin terekat. Dan ini meskipun
mungkin sering dianggap sebagai kemandegan pengembangan konseptual, tetapi justru
mendukung kemudahan mobilisasi massal pada saat yang dibutuhkan.
Tarikat menurut Abdullah Ujong Rimba adalah cara atau kaifiyat mengerjakan sesuatu
amalan untuk mencapai satu tujuan. Cara atau kaifiyat dimaksud adalah cara sebagaimana
yang telah di rancang dan ditata sedimikan rupa oleh sufi – sufi besar dan guru – guru tarikat
sendiri yang sudah demikian banyak jumlahnya. Namun, semua kelompok tarikat yang
berkembang yang berkembang tersebut mengamalkan tiga ajaran dasar yang sama
sebagaimana disinggung di atas yaitu takhalil, tahalil dan tajalil.
Sebagai pembetukan dari tasawuf akhlaki dan ‘amali maka pengalaman ajaran tarikat ini
menggunakan pendekatan pendekatan akhlak dan amalan tertentu yaitu zikir dan doa.
Pengalaman ajaran tersebut bertujuan untuk mencapai hakikat atau kasyaf sehingga semakin
dekat dengan allah. Pelaksanaan amalannya sendiri harus dibawah bimbingan dan kontrol
seorang guru atau mursyid untuk menempuh jalan dalam mencapai hakikat, maka tarikat ini
dinamakan juga dengan tarikat suluk. Pribadi yang saleh dan berakhlak mulia. Perbuatan
yang demikian itu dilakukan dengan sengaja, sadar, pilihan sendiri dan bukan karena karena
paksaan. Sehingga hasil perubahan akhlaknya lebih permanen karena dikerjakan oleh orang
sadar apalagi dewasa.
TOKOH – TOKOH TASAWUF DI INDONESIA
1. Dzu Al-Nun Al-Misri : pencipta teori ma’rifat
Abu al-fayd Tauban bin ibrahim bin ibrahim bin muhammad al-Anshari (772-860M) yang
dijuluki sahib al-Hut (pemilik ikan). Ia dikenal sebagai sufi yang mengembangkan teori
tentang malrifat. Malrifat dalam bentuk terma sufistik memiliki pengertian yang berbeda
dengan istilah -ilm, yakni sesuatu yang bisa diperoleh melalui jalan usaha dan proses
pembelajaran.