Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TAREKAT DI INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Akhlaq dan Tasawuf

Dosen Pengampu : Bapak Fidian Abron, M.Pd

Oleh:

1. Della Mariska (2171020015)

2. Dimas Suhendra (2171020061)

3. Nur Afti Qomala (2171020094)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Akhlak dan Tasawuf Teori yang di bimbing
oleh Bapak Fidian Abron, M.Pd, dengan judul “Tarekat di Indonesia”, Sesuai dengan waktu yang
telah di tentukan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita yaitu Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan seperti saat sekarang.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu di karenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.

Lampung, 9 Mei 2022

Kelompok 12

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5
A. Pengertian Tarekat ............................................................................................................... 5
B. Sejarah Timbul dan Perkembangan Tarekat ........................................................................ 5
C. Corak Tarekat di Indonesia .................................................................................................. 7
D. Macam-macam Aliran Tarekat ............................................................................................ 9
1. Thoriqoh Naqsabandiyah ................................................................................................. 9
2. Thoriqoh Qadariyah ....................................................................................................... 11
3. Thoriqoh Sadziliyah ....................................................................................................... 12
4. Tarikat Rifaiyah.............................................................................................................. 12
5. Tarikat Khalawatiyah ..................................................................................................... 13
6. Tarikat Khalidiyah.......................................................................................................... 14
7. Tarikat Sammaniyah ...................................................................................................... 14
8. Tarikat ‘Aidrusiyah ........................................................................................................ 15
9. Tarikat Al-Haddad.......................................................................................................... 15
10. Tarikat Tijaniyah ........................................................................................................ 15
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf yang dikembangakan sebagai pengalaman spiritual oleh para ahlinya,
adalah penerapan praktis dan perilaku Islam yang sebenarnya, yaitu Islam sebagai
penyerahan diri secara total kepada Tuhan semesta alam. Tasawuf menempati posisi sentral
di antara tiga aspek dasar Islam: tauhid, syari’at, dan akhlak. Jika hakekat misi Islam adalah
penyempurnaan akhlak dan moral, seperti dilukiskan dalam salah satu hadits Nabi Saw.,
pelestarian tasawuf, merupakan pelestarian Islam itu sendiri.
Untuk mendekatkan diri pada Tuhan maka harus menempuh jalan ikhtiar, salah satu
jalan ikhtiar yaitu dengan mendalami lebih jauh ilmu tasawuf. Untuk mengetahui sesuatu
maka pasti ada ilmunya, banyak dikalangan orang awam yang kurang mengetahui tentang
ilmu mengenal Tuhan (Tarekat). pengertian tentang tarekat yaitu,Tariqah adalah khazanah
kerohanian (esoterisme), dalam Islam dan sebagai salah satu pusaka keagamaan yang
terpenting. Karena dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum muslimin serta
memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembinaan mental beragama
masyarakat. Masuknya tarekat ke Indonesia bersama dengan masuknya Islam ketika
wilayah Nusantara masih terdiri dari kerajaan-kerajaan melalui perdagangan dan kegiatan
dakwah.
Demikanlah, para sufiyah membuat sistem “tariqah”, mengadakan latihan-latihan
jiwa, membersihkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela atau mazmumah dan mengisinya
dengan sifat-sifat terpuji/mahmudah dan memperbanyak zikir dengan penuh ikhlas semata-
mata untuk memperoleh keadaan “tajalli” yakni bertemu dengan Tuhannya sebagai bagian
terakhir dan terbesar.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan tarekat ?
b. Bagaimana sejarah timbul dan perkembangan tarekat ?
c. Corak Tarekat di Indonesia
d. Sebutkan macam-macam aliran tarekat ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tarekat
Kata tarekat berasal dari bahasa Arab “al-thariq” yang berarti jalan yang ditempuh
dengan jalan kaki. Dari pengertian ini kemudian kata tersebut digunakan dalam konotasi
makna cara seseorang melakukan suatu pekerjaan, baik terpuji maupun tercela. Menurut
istilah tasawuf sendiri, tarekat ialah perjalanan khusus bagi para sufi yang menempuh jalan
menuju Allah Swt. Perjalanan yang mengikuti jalur yang ada melalui tahap dan seluk-
beluknya. Kata tarekat, secara umum mengacu pada metode latihan atau amalan (zikir,
wirid, muraqabah), juga pada institusi guru dan murid yang tumbuh bersamanya.
Hubungan seorang pembimbing (mursyid) dengan yang dibimbing (murid) dan
yang dibimbing dengan yang lainnya lama kelamaan mengikat satu persaudaraan thariqot
yang disebut dengan persaudaraan shufi. Akhirnya thariqot tidak hanya dikonotasikan pada
suatu metode praktis tetapi dikonotasikan sebagai lembaga bimbingan calon shufi, yang
elemennya adalah guru (syekh, mursyid), murid, tempat (yang disebut dengan zawiyah),
perjanjian antara guru dan murid (baiat), do’a dan wirid khusus, adanya penyebaran oleh
bekas murid setelah mendapat ijazah dari gurunya dengan silsilah yang diakui
kebenarannya sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Guru didalam tarikat adalah orang
yang paling berpengaruh. Ia mempunyai wewenang (otoritas) yang sangat luas.

B. Sejarah Timbul dan Perkembangan Tarekat


Sebenarnya membicarakan tarekat, tentu tidak bisa terlepas dengan tasawuf karena
pada dasarnya Tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf. Di dunia Islam tasawuf telah
menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri.
Landasan tasawuf yang terdiri dari ajaran nilai, moral dan etika, kebajikan, kearifan,
keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu kehkusyuan telah terpancang kokoh. Sebelum ilmu
tasawuf ini membuka pengaruh mistis keyakinan dan kepercayaan sekaligus lepas dari
saling keterpengaruhan dengan berbagai kepercayaan atau mistis lainya. Sehingga kajian

5
tasawuf dan tarekat tidak bisa dipisahkan dengan kajian terhadap pelaksananya di
lapangan.
Ajaran Islam dibawa oleh Nabi Muhammad yang pada masa awal dilaksanakan
secara murni. Ketika Rasulullah wafat, cara beramal dan beribadah para sahabat dan
thabi’in masih tetap memelihara dan membina ajaran Rasul, disebut amalan salaf al-shalih.
Pada abad pertama Hijriyah mulai ada perbincangan tentang teologi. Abad kedua
Hijriyah mulai muncul tasawuf. Tasawuf terus berkembang dan meluas mulai terkena
pengaruh luar. Salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India maupun
Persia. Muncullah sesudah abad ke- 2 Hijriyah golongan sufi yang mengamalkan amalan-
amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah. Para sufi kemudian
membedakan pengertian syari’ah, thariqat, haqiqat, dan makrifat. Menurut mereka syari’ah
itu untuk memperbaiki amalan-amalan lahir, thariqat untuk memperbaiki amalan-amalan
batin (hati), haqiqat untuk mengamalkan segala rahasia yang ghaib, sedangkan
makrifatadalah tujuan akhiryaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat maupun
perbuatanNya.
Awal kemunculan tarekat adalah pada abad ke-3 dan ke-4 H, yang sejalan dengan
kemunculan tasawuf. Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat
sebagai kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah
tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada
abad itu. Mula-mula muncul tarekat Qodiriyah yang dikembangkan oleh syeikh Abdul
Qodir Jaelani di Asia tengah Tibristan tempat kelahiran dan oprasionalnya, kemudian
berkembang ke Baghdad, Irak, Turki, Arab Saudi sampai ke Indonesia, Singapura,
Malaysia, Thailan, India, Tiongkok. Muncul pula tarekat Rifa’iyah di Maroko dan Aljazair.
Disusul tarekat Suhrawardiyah di Afrika utara, Afrika tengah, Sudan dan Nigeria. Tarekat-
tarekat itu kemudian berkembang dengan cepat melalui murid-murid yang diangkat
menjadi khalifah, mengajarkan dan menyebarkan ke negeri-negeri Islam, bercabang dan
beranting hingga banyak sekali.
Pada perkembangannya, kata tarekat mengalamipergeseran makna. Jika pada
awalnya tarekat berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam memndekatkan diri
kepada Allah, maka pada tahap selanjutnya istilah tarekat digunakan untuk menunjuk pada
suatu metode psikologi yang dilakukan oleh guru tasawuf (mursyid) kapada muridnya

6
untuk mengenal Tuhan secara mendalam. Dari sinilah, terbentuklah suatu tarekat, dalam
pengertian “jalan menuju Tuhan di bawah bimbingan seorang guru”. Ada tarekat yang
dipandang sah (mu’tabarah) dan ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghair
mu’tabarah). Penjelasan dari keduanya yaitu: Suatu tarekat dianggap sah jika memiliki
mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam tarekat tersebut dapat
dipertanggungjawabkan secara syari’at. Sebaliknya, jika suatu tarekat tidak memiliki mata
rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran tarekat tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara syari’at maka ia dianggap tidak memiliki dasar keabsahan
dan oleh karenanya disebut tarekat yang tidak sah (ghair al-mu’tabarah).

C. Corak Tarekat di Indonesia


Kata tarekat, umumnya mengacu pada metode latihan atau amalan, seperti dzikir,
wirid, muroqobah, juga mengenai institusi guru dan murid yang tumbuh bersamanya.
Betapapun variasi namanya, tarekat tetap mempunyai satu tujuan, yaitu moral yang mulia.
Tidak ada perbedaan prinsipil antara satu tarekat dan tarekat lainnya. Perbedaan hanya
terletak pada jenis dzikir dan wirid dan cara pelaksanaannya. Tarekat yang berkembang
pada umumnya, terutama setelah abad ke-6, merupakan kesinambungan tasawuf Sunni al-
Ghazali.
Corak ini berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Para ulama nusantara yang
menuntut ilmu di Mekkah dapat dipastikan membawa ijazah dari para gurunya dan
mengajarkan tarekat tertentu di Indonesia. Martin van Bruinessen menuliskan dalam
bukunya, bahwa pada tahap awal penulisan buku di Indonesia, ada satu segi yang sangat
mencolok di Indonesia, yaitu tulisan-tulisan paling awal ulama Indonesia bernafaskan
semangat tasawuf. Seperti pendapat orang, karena tasawuf inilah menjadi sebab utama
orang Indonesia memeluk Islam. Islamisasi di Indonesia mulai pada masa corak pemikiran
tasawuf menjadi corak yang dominan dalam dunia Islam.
Tarekat di Indonesia mempunyai corak yang sama seperti tarekat pada umumnya.
Tarekat tidak hanya mempunyai fungsi keagamaan, namun juga mempunyai sistem
keterikatan kekeluargaan. Semua anggotanya menganggap diri mereka bersaudara satu
sama lain. Sebagian raja di nusantara juga menggunakan tarekat sebagai legitimasi untuk
memperoleh kekuasaan. Beberapa tarekat kecil di Indonesia, seperti tarekat Wahidiah dan

7
Shiddiqiyah di Jawa Timur dan tarekat Syahadatain di Jawa Tengah, merupakan tarekat
lokal yang mengembangkan ajaran-ajaran dan amalan-amalan guru tertentu. Adapun
tarekat besar lainnya, seperti tarekat Khalwatiyah di Sulawesi Selatan, Syattariyah di
Sumatra Barat dan Jawa, Syadziliyah di Jawa Tengah, Qadiriyah, Rifa’iyah, Idrisiyah,
Tijaniyah, dan Naqsyabandiyah, merupakan cabang-cabang dari gerakan sufi
internasional.
Diterimanya tarekat di masyarakat Indonesia terlihat dari kebanyakan ulama yang
pulang setelah menuntut ilmu di Hijaz menganut tarekat dan berpegang teguh pada al-
Qur’an dan Sunnah. Oleh sebab itu, seperti yang telah disinggung di atas, bentuk tarekat di
Indonesia merupakan kesinambungan dari tasawuf Sunni al-Ghazali. Tarekat seperti
Naqsyabandiyah dan Khalwatiyah yang merupakan cabang gerkan sufi internasional
masuk dalam golongan ini. Perlu diperhatikan dalam hal ini mengenai perbedaan tarekat
dan ilmu kejawen. Kurangnya perhatian kepada perbedaan ini, menghasilkan pandangan
negatif terhadap tarekat.
Kemudian pada tarekat yang bersifat lokal, dalam arti tidak meruntut pada salah
satu tarekat populer di negeri lain, seperti Wahidiyyah dan Shiddiqiyah, ada yang diterima
menurut syari’at berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah, dan tidak sedikit pula ada yang keluar
dari jalur Islam. Walaupun mereka mengaku beragama dan berkomitmen terhadap Islam,
namun ajaran dan prinsip serta praktek mereka sebagian bertentangan dengan Islam. Tidak
sedikit dari aliran kebatinan yang membonceng kepada tarekat guna mengambil simpati
masyarakat kepada tarekat dengan mengambil nama Islam untuk kemudian menjelekkan
citra tarekat.
Untuk sebab itu, para ulama di Indonesia mendirikan organisasi tarekat mu’tabaroh
yang merumuskan kriteria apa saja untuk menentukan tarekat mu’tabarah. Para ulama
berusaha membentengi agar aktivitas tarekat tidak terjerumus kepada kerancuan kebatinan.
Para ulama berusaha menghapus praktik yang menyimpang, seperti praktik khusus untuk
memperoleh kekuatan supranatural dengan melakukan hubungan dengan arwah. Beberapa
kriteria yang dirumuskan adalah, pertama, sepenuhnya berdasarkan syari’at Islam dan
pelaksanaannya. Kedua, berpegang teguh kepada salah satu mazhab fiqih empat. Ketiga,
mengikuti haluan ahlus Sunnah wal jama’ah. Keempat, memiliki ijazah dengan sanad
muttashil, yaitu silsilah guru yang terus bersambung hingga Nabi Muhammad saw.\

8
D. Macam-macam Aliran Tarekat
Jumlah Tarekat sebenarnya sangatlah banyak, akan tetapi yang memiliki anggota
yang cukup banyak tersebar di Indonesia sampai saat ini adalah:
1. Thoriqoh Naqsabandiyah
Pendiri Thoriqoh Naqsabandiyah ialah Muhammad bin Baha’uddin Al-Huwaisi Al
Bukhari (717-791 H) dilahirkan di sebuah desa Qashrul Arifah, kurang lebih 4 mil dari
Bukhara tempat lahir Imam Bukhari. Ia berasal dari keluarga dan lingkungan yang baik. Ia
mendapat gelar Syaikh yang menunjukan posisinya yang penting sebagai seorang
pemimpin spiritual. Setelah ia lahir segera dibwa oleh ayahnya kepada Baba al-Samasi
yang menerimanya dengan gembira. Ia belajar tasawuf kepada Baba al-Samasi ketika
berusia 18 tahun. Kemudian ia belajar ilmu tarekat pada seorang quthb di Nasaf, yaitu Amir
Sayyid Kulal al-Bukhari. Kulal inilah ia pertama belajar tarekat yang didirikannya. Selain
ituNaqsyabandi pernah belajar juga pada seorang arif bernama al-Dikkirani selama sekitar
satu tahun. Ia pun pernah bekerja untuk Khalil penguasa Samarkand, kira-kira selama dua
belas tahun.
Ulama sufi yang lahir di desa Hinduwan – kemudian terkenal dengan Arifan.
Pendiri Thorikoh Naqsabandiyah ini juga dikenal dengan nama Naksyabandi yang berarti
lukisan, karena ia ahli dalam memberikan gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib. Kata
‘Uwais’ ada pada namanya, karena ia ada hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni, lalu
mendapat pendidikan kerohanian dari wali besar Abdul Khalik Al-Khujdawani yang juga
murid Uwais dan menimba ilmu Tasawuf kepada ulama yang ternama kala itu, Muhammad
Baba Al-Sammasi.
Thoriqoh Naqsabandiyah mengajarkan zikir-zikir yang sangat sederhana, namun
lebih mengutamakan zikir dalam hati daripada zikir dengan lisan. Pokok-pokok ajaran
Thoriqoh Naqsabandiyah:
• Berpegang teguh dengan akidah ahli Sunnah
• Meninggalkan Rukhshah
• Memilih hukum yang azimah
• Senantiasa dalam muraqabah
• Tetap berhadapan dengan Tuhan

9
• Senantiasa berpaling dari kemegahan dunia.
• Menghasilkan makalah hudur (kemampuan menghadirkan Tuhan dalam hati)
• Menyendiri di tengah-tengah ramai serta menghiasi diri dengan hal-hal yang memberi
faedah.
• Berpakaian dengan pakaian orang mukmin biasa.
• Zikir tanpa suara
• Mengatur nafas tanpa lali dari Allah
• Berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad SAW

Ada enam dasar yang dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan dalam
Thorikoh ini, yaitu:
1. Tobat
2. Uzla (Mengasingkan diri dari masyarakat ramai yang dianggapnya telah mengingkari
ajaran-ajaran Allah dan beragam kemaksiatan, sebab ia tidak mampu memperbaikinya)
3. Zuhud (Memanfaatkan dunia untuk keperluan hidup seperlunya saja)
4. Taqwa
5. Qanaah (Menerima dengan senang hati segala sesuatu yang
6. dianugerahkan oleh Allah SWT)

Hukum yang dijadikan pegangan dalam Thoriqoh Naqsabandiyah ini juga ada
enam, yaitu:
1. Zikir
2. Meninggalkan hawa nafsu
3. Meninggalkan kesenangan duniawi
4. Melaksanakan segenap ajaran agama dengan sungguh-sungguh
5. Senantiasa berbuat baik (ihsan) kepada makhluk Allah SWT
6. Mengerjakan amal kebaikan

Syarat-syarat untuk menjadi pengikutnya :


1. I’tiqad yang benar
2. Menjalankan sunnah Rasulullah

10
3. Menjauhkan diri dari nafsu dan sifat-sifat yang tercela
4. Taubat yang benar
5. Menolak kezaliman
6. Menunaikan segala hak orang
7. Mengerjakan amal dengan syariat yang benar

2. Thoriqoh Qadariyah
Pendiri Tarekat Qadiriyah adalah Syeikh Abduk Qadir Jailani, seorang ulama yang
zahid, pengikut mazhab Hambali. Ia mempunyai sebuah sekolah untuk melakukan suluk
dan latihan-latihan kesufian di Baghdad. Pengembangan dan penyebaran Tarekat ini
didukung oleh anak-anaknya antara lain Ibrahim dan Abdul Salam. Thoriqoh Qodariyah
berpengaruh luas di dunia timur. Pengaruh pendirinya ini sangat banyak meresap di hati
masyarakat yang dituturkan lewat bacaan manaqib. Tujuan dari bacaan manaqib adalah
untuk mendapatkan barkah, karena abdul Qadir jailani terkwenal dengan keramatnya.
Tarekat ini menempati posisi yang amat penting dalam sejarah spiritualitas Islam karena
tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal munculnya
berbagai tarekat di dunia Islam. Kendati struktur organisasinya baru muncul beberapa
decade setelah kematiannya, semasa hidup sang Syaikh telah memberikan pengaruh yang
amat besar pada pemikiran dan sikap umat Islam. Dia dipandang sebagai sosok ideal dalam
keunggulan dan pencerahan spiritual. Namun, generasi selanjutnya mengembangkan
sekian banyak legenda yang berkisar pada aktivitas spiritualnya, sehingga muncul berbagai
kisah ajaib tentang dirinya.

Dasar pokok ajaran Thariqoh Qadariyah yaitu:


• Tinggi cita-cita
• Menjaga kehormatan
• Baik pelayanan
• Kuat pendirian
• Membesarkan nikmat Tuhan

11
3. Thoriqoh Sadziliyah
Pendiri Tarekat Sadziliyah adalah Abdul Hasan Ali Asy-Syazili, seorang ulama dan
sufi besar. Menurut silsilahnya, ia masih keturunan Hasan, putra Ali bin Abi Thalib dan
Fatimah binti Rasulullah SAW. Ia dilahirkan pada 573 H di suatu desa kecil di kawasan
Maghribi. Ali Syazili terkenal sangat saleh dan alim, tutur katanya enak didengar dan
mengandung kedalaman makna. Bahkan bentuk tubuh dan wajahnya, menurut orang-orang
yang mengenalnya, konon mencerminkan keimanan dan keikhlasan. Sifat-sifat salehnya
telah tampak sejak ia masih kecil. Pokok ajaran Thoriqoh Sadziliyah yaitu:
• Bertaqwa kepada Allah ditempat sunyi dan ramai
• Mengikutu sunnah dalam segala perbuatan dan perkataan
• Berpaling hati dari makhluk waktu berhadapan dan membelakang
• Ridho dengan pemberian Allah sedikit atau banyak
• Kembali kepada Allah baik senang maupun sedih.

Adapun pemikiran-pemikiran tarekat al-Syaziliyyah tersebut adalah:


a. Tidak menganjurkan kepada murid-muridnya untuk meninggalkan profesi dunia
mereka
b. Tidak mengabaikan dalam menjalankan syari’at Islam
c. Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud pada dasarnya
mengosongkan hati dari selain Tuhan.
d. Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi miliuner yang kaya raya, asalkan
hatinya tidak bergantung pada hartayang dimilikinya.
e. Tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah dan menempatkan diri sesuai
dengan ketentuan Allah Swt.

4. Tarikat Rifaiyah
Pendirinya Tarikat Rifaiyah adalah Abul Abbas Ahmad bin Ali Ar-Rifai. Ia lahir di
Qaryah Hasan, dekat Basrah pada tahun 500 H (1106 M), sedangkan sumber lain
mengatakan ia lahir pada tahun 512 H (1118 M). Sewaktu Ahmad berusia tujuh tahun,
ayahnya meninggal dunia. Ia lalu diasuh pamannya, Mansur Al-Batha’ihi, seorang syeikh
Trarekat. Selain menuntut ilmu pada pamannya tersebut ia juga berguru pada pamannya

12
yang lain, Abu Al-Fadl Ali Al Wasiti, terutama tentang Mazhab Fiqh Imam Syafi’i. Dalam
usia 21 tahun, ia telah berhasil memperoleh ijazah dari pamannya dan khirqah 9 sebagai
pertanda sudah mendapat wewenang untuk mengajar.
Ciri khas Tarekat Rifaiyah ini adalah pelaksanaan zikirnya yang dilakukan
bersama-sama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu.
Zikir tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan dimana mereka dapat
melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan, antara lain berguling-guling dalam
bara api, namun tidak terbakar sedikit pun dan tidak mempan oleh senjata tajam.

5. Tarikat Khalawatiyah
Tarikat Khalawatiyah ialah suatu cabang dari tarikat Suhrawadiyah yang didirikan
di Bagdad oleh Abdul Qadir Suhrawardi dan Umar Suhrawardi, yang tiap kali menamakan
dirinya golongan Siddiqiyah, karena mereka menganggap dirinya berasal dari keturunan
Khalifah Abu Bakar. Bidang usahanya yang terbesar terdapat di Afghanistan dan India.
Memang keluarga Suhrawardi ini termasuk keluarga Sufi yang ternama. Abdul Futuh
Suhrawardi terkenal dengan nama Syeikh Maqtul atau seorang tokoh sufi yang oelh kawan-
kawannya diberi gelar ulama, dilahirkan di Zinjan, dekat Irak pada tahun 549 H.
Suhrawardi yang lain bernama Abu Hafas Umar Suhrawardi, juga seorang tokoh sufi
terbesar di Bagdad, pengarang kitab “Awariful Ma’arif”, sebuah karangan yang sangat
mengagumkan dan sangat menarik perhatian Imam Ghazali, sehingga seluruh kitab itu di
muat pada akhir karya “Ihya Ulumuddin” yang oleh tarikat Suhrawardiyah serta cabang-
cabangnya dijadikan pokok pegangan dalam suluknya, dan Suhrawardani ini meninggal
pada tahun 638 H .
Ajaran-ajaran dasar Tarekat Khalwatiyah adalah:
a. Yaqza: kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah Swt
b. Taubah: mohon ampun atas segala dosa
c. Muhasabah: menghitung-hitung atau introspeksi diri.
d. Inabah: berhasrat kembali kepada Allah
e. Tafakkur: merenung tentang kebesaran Allah Swt
f. I’tisam: selalu bertindak sebagai khalifah Allah di bumi
g. Firar: lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna

13
h. Riyadah: melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya
i. Tasyakur: selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memuji-Nya
j. Sima’: mengosentrasikan seluruh anggota tubuh dalam mengikuti perintah-perintah
Allah terutama pendengaran.

6. Tarikat Khalidiyah
Cabang Naqsabandiyah di Turkestan mengaku berasal dari tarekat Thaifuriyah dan
cabang-cabang yang lain terdapat di Cina, Kazan, Turki, India, dan Jawa. Disebutkan
dalam sejarah, bahwa tarekat itu didirikan oleh Bahauddin 1334 M. Dalam pada itu ada
suatu cabang Naqsabandiyah di Turki, yang berdiri dalam abad ke XIX, bernama
Khalidiyah.
Menurut sebuah kitab dari Baharmawi Umar, dikatakan, bahwa pokok-pokok tarekat
Khalidiyah Dhiya’iyah Majjiyah, diletakkan oleh Syeikh Sulaiman Zuhdi Al-Khalidi, yang
lama bertempat tinggal di Mekkah. Kitab ini berisi silsilah dan beberapa pengertian yang
digunakan dalam tarekat ini, setengahnya tertulis dalam bentuk sajak dan setengahnya
tertulis dalam bentuk biasa. Dalam silsilah dapat dibaca, bahwa tawassul tarekat inidimulai
dengan Dhiyauddin Khalid.

7. Tarikat Sammaniyah
Nama tarikat ini diambil daripada nama seorang guru tasawwuf yang masyhur,
Muhammad bin Abd al-Karim al-Madai al-yafi’i al Samman [1130-1189/1718-1775]. Ia
lahir di Madinah dari keluarga Quraisy. Di kalangan murid dan pengikutnya, ia lebih
dikenal dengan al-Sammani atau Muhammad Samman. Syekh Samman sebenarnya tidak
hanya meguasai bidang tarekat saja tetapi bidang-bidang ilmu Islam lainnya. Seorang guru
terikat yang ternama di Madinah, pengajarannya banyak dikunjungi orang-orang Indonesia
di antaranya berasal dari Aceh, dan oleh karena itu terikatnya itu banyak tersiar di Aceh,
bisa disebut terekat sammaniyah. Ia meninggal di Madinah pada tahun 1720 M. Sejarah
hidupnya dibukukan orang dengan nama Manaqib Tuan Syeikh Muhammad Samman,
ditulis bersama kisah Mi’raj Nabi Muhammad, dalam huruf arab, disiarkan dan dibaca
dalam kalangan yang sangat luas di Indonesia sebagai bacaan amalan dalam kalangan
rakyat.

14
8. Tarikat ‘Aidrusiyah
Salah satu daripada tarekat yang masyhur dalam kalangan Ba’alawi ialah
Al’aidurusiyah, terutama dalam tasawuf aqidah. Hampir tiap-tiap buku tasawuf menyebut
nama Al- aidrus sebagai salah seorang sufi yang ternama. Keluarga Al’Ahidus banyak
sekali melahirkan tokoh-tokoh Sufi yang terkemuka, diantaranya, di antaranya S. Abdur
Rahman Bin Mustafa Al’Aidus, yang pernah menjadi pembicaraan Al-Jabarti dalam
sejarahnya. Al-Jabarti menerangkan, bahwa S.Abdur Rahman berlimpah-limpah ilmunya,
ahli yang mempertemukan hakekat dan syariat sejak kecil ia telah menghafal Al’Quran 30
jus.

9. Tarikat Al-Haddad
Sayyid Abdullah bin Alwi Muhammad Al-Haddad dianggap salah seorang qutub
dan arifin dalam ilmu Tasawuf. Banyak ia mengarang kitab-kitab mengenai ilmu tasawuf
dalam segala bidang, dalam aqidah, tarekat, dsb. Bukan saja dalam ilmu tasawuf, tetapi
juga dalam ilmu-ilmu yang lain banyak ia mengarang kitab. Kitabnya yang bernama :
“Nasa’ihud Diniyah”, sampai sekarang merupakan kitab-kitab yang dianggap penting.
Muraqabah termasuk wasiat Al-Haddad yang penting. Muraqabah artinya selalu diawasi
Tuhan, dan orang yang sedang melakukan suluk hendaknya selalu Muraqabah dalam gerak
dan diamnya, dalam segala masa dan zaman, dalam segala perbuatan dan kehendak, dalam
keadaan aman dan bahaya, di kala lahir dan di kala tersembunyi, selalu menganggap
dirinya berdampingan dengan Tuhan dan diawasi oleh Tuhan. Jika beribadah itu seakan-
akan dilihat Tuhan, jika ia tidak melihat Tuhan pun, niscaya Tuhan dapat melihat dia dan
memperhatikan segala amal ibadahnya. Ak-Hadad mengatakan bahwa Muraqabah itu
termasuk maqam dan manzal, ia termasuk maqam ihsan yang selalu dipuji-puji oleh nabi
Muhammad.

10. Tarikat Tijaniyah


Salah satu terekat yang terdapat di Indonesia di samping tarekat-tarekat yang lain
ialah tarekat Tijaniyah, didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad al Tijani [1150-
1230H/1737-1815] yang lahir di Ain Madi,Aljazair Selatan, dan meninggal di Fez,

15
Maroko, dalam usiaa 80 tahun.12 Syaik Ahmad Tijani diyakini oleh kaum Tijaniyah
sebagai wali agung yang memiliki derajat tertinggi, dan memiliki banyak keramat,13
karena didukung oleh faktor geneologis, tradisi keluarga, dan proses penempaan dirinya.
Dalam tahun beberapa rekat ini masuk ke Indonesia tidak diketahui orang-orang secara
pasti, tetapi sejak tahun 1928 mulai terdengar adanya gerakan ini di Cirebon. Seorang Arab
yang tinggal di Tasikmalaya, bernama Ali bin Abdullah At-Tayib Al-Azhari, berasal dari
Madinah, menulis sebuah kitab yang berjudul “Kitab Munayatul Murid” (Tasikmalaya,
1928 M), berisi beberapa petunujk mengenai hakikat ini, dan kitab itu terdapat tersebar
luas di Cirebon khususnya, dan di Jawa barat umumnya. Pendirinya seorang ulama dari
Algeria, bernama Abdul Abbas bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijani, lahir di ‘Ain Mahdi
pada tahun 1150 H, (1737-1738 M). Diceritakan bahwa dari bapaknya ia keturunan Hasan
bin Ali bin Abi Thalib, sedang nama Tijani adalah dari Tijanah dari keluarga ibunya.
Terekat ini mempunyai wirid yang sangat sederhana, dan wazifah yang sangat mudah.
Wiridnya terdiri dari istighfar seratus kali, shalawat seratus kali, dan tahlil seratus kali.
Boleh dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Di Cirebon tarekat Tijani ini pernah
tersiar dengan suburnya di bawah pimpinan Kiyai Buntet dan saudaranya Kiyai Anas di
desa Martapada, dekat kota Cirebon.

16
BAB III

PENUTUP

Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudra, yang memungkinkan
terjadinya perubahan sejarah yang sangat cepat. Keterbukaan menjadikan pengaruh luar
yang tidak dapat dihindari. Pengaruh yang diserap dan kemudian disesuaikan dengan
budaya yang dimilikinyam, maka lahirlah dalam bentuk baru yang khas Indonesia.
Misalnya : Lahirnya tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dua tarekat yang disatukan
oleh Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasy dari berbagai pengaruh budaya yang mencoba
memasuki relung hati bangsa Indonesia, kiranya Islam sebagai agama wahyu berhasil
memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam berhasil tetap eksis di tengah
keberadaan dan dapat dijadikan symbol kesatuan. Berbagai agama lainnya hanya
mendapatkan tempat disebagian kecil rakyat Indonesia. Keberadaan Islam di hati rakyat
Indonesia dihantarkan dengan penuh kelembutan oleh para sufi melalui kelembagaan
tarekatnya, yang diterima oleh rakyat sebagai ajaran baru yang sejalan dengan tuntutan
nuraninya
Tarikat yang berkembang di Indonesia adalah:
1. Thoriqoh Naqsabandiyah
2. Thoriqoh Qadariyah
3. Thoriqoh Sadziliyah
4. Tarikat Rifaiyah
5. Tarikat Khalawatiyah
6. Tarikat Khalidiyah
7. Tarikat Sammaniyah
8. Tarikat ‘Aidrusiyah
9. Tarikat Al-Haddad
10. Tarikat Tijaniyah

17
DAFTAR PUSTAKA

https://wawasansejarah.com/tarekat-tarekat-yang-berkembang-di-indonesia/

http://menzour.blogspot.com/2018/05/makalah-tentang-tarekat.html

https://joelbuloh.blogspot.com/2020/11/macam-macam-tarekat-di-indonesia-dan.html

18

Anda mungkin juga menyukai