Anda di halaman 1dari 26

ONTOLOGI DAN WILAYAH KAJIAN DAKWAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah
Jurusan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Darud Da’wah
Wal Irsyad Mangkoso

Oleh:
Kelompok 5
M. Lutfi Zulmahdi (230231033)
Sidang (230231020)
Rusdi (230231027)

Dosen Pengampu: Suharna Ismail, S.H.I., M.H.

PRODI AHWAL SYAKHSIYYAH JURUSAN SYARIAH SEKOLAH


TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) DDI MANGKOSO
KABUPATEN BARRU
TAHUN 2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt., atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq,
serta inayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Rasulullah saw., yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan menuju
jalan yang diridhoi oleh-Nya.

Terimah kasih kepada Dosen kami yaitu Ustadzah Suharna Ismail, S.H.I., M.H selaku
pengasuh mata kuliah Karya Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
perkuliahan kepada kami. Sehingga kami bisa mengetahui tata caranya dalam dalam menyusun
makalah yang berjudul Antologi dan Wilayah Kajian Dakwah.
Dalam pembuatan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin membuat
makalah ini agar sesuai dengan kaidah penulisan karya tulis ilmiah. Tetapi, karena kami manusia
yang sangat terbatas maka tidak menutup kemungkinan akan ada kesalahan dalam menyusunnya.
Maka, kami mengharapkan dari Ustadzah agar tak lelah membimbing kami agar kedepannya,
ketika kami menyusun karya tulis ilmiah tidak ada kekeliruan.

Mangkoso, 13 Januari 2024

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Makalah.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah dan Ilmu Dakwah...........................................................2

B. Objek Ilmu Dakwah.......................................................................................13

C. Program Studi dan Objek Formal Ilmu Dakwah............................................14

D. Ruang Lingkup Dakwah................................................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................21

B. Saran ..............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah mempunyai peran sangat penting dalam menyebarkan agama islam. Bahkan
dakwah adalah tugas mulia yang diemban para Nabi utusan Allah swt., dalam menyebarkan
ajaran Allah, agar manusia dapat mentauhidkan Allah di muka bumi. Olehnya itu, mempelajari
Dakwah dan Ilmu Dakwah itu sangatlah penting.

Maka dengan adanya makalah ilmu dakwah ini dapat membantu bagi siapa saja yang
menginginkannya. Terutama mereka yang menggeluti dunia dakwah. Sebab, makalah ini
menyajikan bagaimana dakwah itu dikemas menjadi indah. Agar pendengar yang mendengarkan
ceramah kita tidak bosan. Sebab dakwah tanpa dilandasi ilmu yang mumpuni bisa membuat
pendengar bosan mendengarkan apa yang kita sampaikan. Bukan isinya yang kadang tidak
disenangi bagi para pendagar ketika menyampaikan dakwah, tetapi bisa diakibatkan cara
penyampaiannya kurang menarik

Dalam makalah ini juga dijelaskan bahwa dakwah bukan hanya sekedar di mimbar,
diseminar-seminar, tapi juga di media sosial. Sebab banyak manusia saat ini yang menghabiskan
waktunya untuk bersosial media, sehingga tak sedikit banyak melalaikan akibat media sosial
tersebut. Sehingga media sosial disalahgunakan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan norma agama. Maka untuk membendung hal tersebut dakwah di media sosial sangatlah
dibutuhkan di era ini.

Semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi siapa saja membacanya. Terutama
bagi kami selaku penyusun.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dakwah dan ilmu dakwah?

2. Bagaimana memahami objek ilmu dakwah?

3. Bagaimana memahami ruang lingkup dakwah?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk memahami dakwah dan ilmu dakwah.

2. Untuk mengetahui objek ilmu dakwah.

3. Untuk mengetahui ruang lingkup dakwah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ontologi dan Wilayah Kajian Dakwah

Ontologi pada awalnya merupakan cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan
hakikat hidup. Dalam perkembangannya ontology membicarakan tentang apa yang ingin
diketahui dari suatu disiplin ilmu. Ontologi dalam ilmu dakwah adalah menjawab pertanyaan apa
itu dakwah dan hal apa yang dibicarakan sekitar objek kajian dakwah.

Objek kajian ilmu secara umum adalah sesuatu yang bersifat empiris mengenai alam,
yaitu manusia ,hewan dan tumbuh tumbuhan. Dari kajian fisik sehingga lahir ilmu eksasta dan
kajian tentang hubungan mansuia satu sama lain melahirkan ilmu sosial. Sementara memahami
apa itu dakwah, maka menggunakan dua pendekatan yaitu normative dan empiris. Dakwah
dipahami dari Alqur’an dan Hadist, hal ini dinamakan dengan pendekatan normatif-dedukatip.
Sementara memahami perilaku manusia sebagai penerima dakwah disebut pendekatan empiris
atau indukatif.1

A. Dakwah dan Ilmu Dakwah

Dakwah merupakan misi penyebaran Islam sepanjang sejarah dan sepanjang zaman.
Kegiatan tersebut dilakukan melalui lisan (bil lisan), tulisan (bil kitabah), da perbuatan (bil hal).
Ini artinya dakwah menjadi misi abadi untuk sosialisasi nilai-nilai islam dan Upaya rekontruksi
masyarakat sesuai dengan adagium islam rahmatan lil alamin yaitu Rahmat bagi alam semesta
atau Rahmat bagi sejagat. Model masyarakat yang ingin diwujudkan adalah umat terbaik atau
istilah Al Qur’an khairu ummah dimana aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar berjalan dan terjalin
secara berkelanjutan. Nabi Muhammad telah berhasil membangun umat terbaik pada zamannya
sebagaimana pengakuan Al qur’an.

Di era globalisasi saat ini peluang dakwah juga menghadapi banyak tantangan yang
sangat berat, terutama dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Oleh sebab itu,
kajian terhadap pengembangan konsep dakwah dan evaluasi terhadap Gerakan (harakah)
dalwah dewasa ini harus dilakukan secara intensif.
1
Jujun S. Suriasumanty, Ilmu Dakwah Perspektip (Cet. 1; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1983), h. 5.

3
Para ilmuwan muslim sudah lama menaruh perhatian terhadap kajian dakwah baik
melalui pendekatan normatif maupun empiris, sehingga berbagai konsep mengenai unsur,
metode dan strategi dakwah telah dirumuskan. Sejak tahun 80 an kajian ilmu dakwah mendapat
perhatian yang serius dari kalangan sarjana muslim Indonesia di Indonesia. Saat ini kajian
tersebut semakin meningkat sehingga kalangan akademisi maupun masyarakat pada umumnya
telah dapat memahami dan menerima dakwah sebagai salah satu disiplin ilmu yang berdiri
sendiri.

Dakwah tidak lagi dipahami arti sempit, yaitu sebagai ceramah,tabligh atau pidato di atas
mimbar. Secara keilmuan, Ilmu Dakwah telah sejajar dengan ilmu-ilmu sosial lainnya karena
sudah jelas aspek antologi, epistemologi dan aksiologinya.

Adalah penting dan menjadi keharusan dalam mempelajari suatu disiplin, memulainya
dengan memahami Pengertian atau Batasan istilah dari ilmu tersebut. Ilmu dan Ilmu Dakwah
adalah berbeda.

1. Definisi Dakwah
Kata dakwah menurut bahasa (etimologi) berasal dari bahasa Arab yaitu, ‫دعا‬-‫ يدع‬- ‫دعوة‬
kata tersebut mempunyai makna menyeru, memanggil, mengajak dan melayani. 2 Sementara
dalam bentuk perintah atau fi’il ‘amr yaitu ‫ ادع‬yang berarti ajaklah atau serulah.

a. Kata Da’a (‫)دعا‬

Perkataan da’a (‫ )دعا‬adalah fi’il madhi, yaitu kata kerja masa lalu. Kata ini disebutkan
dalam Al Qur’an pada sepuluh surah dan sebelas ayat. Kata da’a (‫ )دعا‬memiliki beberapa makna
yaitu memohon, meminta, berdoa, dan memanggil.

Namun hanya tiga ayat yang mengandung makna dakwah, yaitu surah Al Anfal/8: 24, Ar
Rum/30: 25, dan Fushilat/41: 33.

1) QS. Al Anfal/8: 24.3

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْس َتِج ْيُبْو ا ِهّٰلِل َوِللَّرُسْو ِل ِاَذ ا َدَعاُك ْم ِلَم ا ُيْح ِيْيُك ْۚم َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َيُح ْو ُل َبْيَن اْلَم ْر ِء َو َقْلِبٖه َو َاَّنٓٗه ِاَلْيِه ُتْح َش ُرْو َن‬
Terjemahnya:

2
Mahmud Yunus, Pedoman Dakwah Islamiyyah (Cet. 1; Jakarta: Hidakarya agung, 1995), h. 127.
3
Kementrian Agama, QS Al Anfal8: 24 (Cet. 1; Bandung: Cordoba, 2020), h. 179.

4
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia
menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-
Nyalah kamu akan dikumpulkan.
2) QS. Ar-Rum/30: 25.4

‫َو ِم ْن ٰا ٰي ِتٖٓه َاْن َتُقْو َم الَّس َم ۤا ُء َو اَاْلْر ُض ِبَاْمِر ٖۗه ُثَّم ِاَذ ا َدَعاُك ْم َدْع َو ًۖة ِّم َن اَاْلْر ِض ِاَذ ٓا َاْنُتْم َتْخ ُرُج ْو َن‬
Terjemahnya:
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan
kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi,
seketika itu kamu keluar (dari kubur).
3) QS. Fushilat/41: 33.5

‫َو َم ْن َأْح َس ُن َقْو اًل ِّمَّم ن َدَعٓا ِإَلى ٱِهَّلل َو َع ِم َل َٰص ِلًح ا َو َقاَل ِإَّنِنى ِم َن ٱْلُم ْسِلِم يَن‬

Terjemahnya:
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang menyerah diri?.
b. Kata Yad’uw (‫)يدعو‬

Kata Yad’uw (‫ )ي††دعو‬merupakan fiil mudhori yaitu perbuatan yang sedang atau akan
dilaksanakan. Kata tersebut dalam betuk tunggal (mufrad), sementara dalam bentuk jamak
adalah yad’uwna (‫ )يدعون‬dan kata ini disebut dalam Al Qur’an sebanyak 21 ayat pada 20 surah.

Kata yad’uwna (‫ )ي†††دعون‬dalam makna dakwah terdapat dalam dua belas ayat.
Sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad Musthafa Baraghi (1883-1952). Ajakan kepada yang bathil
dijelaskan dalam Sembilan ayat dan hanya 3 ayat saja dalam makna ajakan kepada kebaikan
yaitu surah Al Imron: 104, Al-An’am: 52 dan Al-Kahf: 28.

1) QS. Al Imron/3: 104.


‫ٰۤل‬
‫َو ْلَتُك ْن ِّم ْنُك ْم ُاَّم ٌة َّيْدُع ْو َن ِاَلى اْلَخ ْيِر َو َيْأُم ُرْو َن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر ۗ َو ُاو ِٕىَك ُهُم اْلُم ْفِلُح ْو َن‬
Terjemahnya:
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung.

4
Kementrian Agama, QS Ar-Rum/30:25 (Cet. 1; Bandung: Cordoba, 2020), h. 407.
5
Kementrian Agama, Qs Fussilat/41:33 (Cet. 1; Bandung: Cordoba, 2020), h. 480.

5
2) QS. Al-An’am/6: 52.6

‫َو اَل َتْطُرِد اَّلِذ ْيَن َيْدُع ْو َن َر َّبُهْم ِباْلَغٰد وِة َو اْلَعِش ِّي ُيِر ْيُد ْو َن َو ْج َهٗه ۗ َم ا َع َلْيَك ِم ْن ِح َس اِبِهْم ِّم ْن َش ْي ٍء َّو َم ا ِم ْن ِح َس اِبَك َع َلْيِهْم ِّم ْن َش ْي ٍء‬
‫ّٰظ‬
‫َفَتْطُر َدُهْم َفَتُك ْو َن ِم َن ال ِلِم ْيَن‬

Terjemahnya:
Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang
hari, mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit
pun terhadap perbuatan mereka dan mereka tidak memikul tanggung jawab sedikit pun
terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan engkau (berhak) mengusir mereka, sehingga
engkau termasuk orang-orang yang zalim.
3) QS. Al-Kahf/18: 28.7

‫َو ٱْص ِبْر َنْفَس َك َم َع ٱَّلِذ يَن َيْدُعوَن َر َّبُهم ِبٱْلَغَد ٰو ِة َو ٱْلَعِش ِّى ُيِر يُدوَن َو ْج َهُهۥۖ َو اَل َتْعُد َعْيَناَك َع ْنُهْم ُتِر يُد ِز يَنَة ٱْلَح َيٰو ِة ٱلُّد ْنَياۖ َو اَل ُتِطْع‬
‫َم ْن َأْغ َفْلَنا َقْلَب ۥُه َعن ِذ ْك ِر َنا َو ٱَّتَبَع َهَو ٰى ُه َو َك اَن َأْم ُر ۥُه ُفُر ًطا‬

Terjemahnya:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti
hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
c. Kata Dakwah (‫)دعوة‬.

Kata Dakwah (‫ )دعوة‬merupakan isim Masdar. Kata tersebut disebutkan dalam al qur’an
sebanyak lima kali, yaitu dalam surat al Baqarah/2: 186, Yunus: 14, ar-Rad: 14, Ibrohim: 44, dan
ar-Rum: 30. Dari lima ayat tersebut, dua ayat bermakna doa dan tiga bermakna dakwah.

1) QS. Ar-Rad/13: 14.

‫َل ۥُه َدْع َو ُة ٱْلَح ِّقۖ َو ٱَّلِذ يَن َيْدُعوَن ِم ن ُدوِنِهۦ اَل َيْس َتِج يُبوَن َلُهم ِبَش ْى ٍء ِإاَّل َك َٰب ِس ِط َك َّفْيِه ِإَلى ٱْلَم ٓاِء ِلَيْبُلَغ َفاُه َو َم ا ُهَو ِبَٰب ِلِغ ِهۦۚ َو َم ا ُدَعٓاُء‬
‫َٰل‬
‫ٱْلَٰك ِفِر يَن ِإاَّل ِفى َض ٍل‬

Terjemahnya:
Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang
mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka,
melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya
sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat)
orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.
6
Kementrian Agama, QS Al-An’am/6:52 (Cet. 1; Bandung: Cordoba, 2020), h. 133.
7
Kementrian Agama, QS Al-Kahf/18:28 (Cet.1; Bandung: Cordoba, 2020), h. 297.

6
2) QS. Ibrohim/14: 44.

‫َو َأنِذ ِر ٱلَّناَس َيْو َم َيْأِتيِهُم ٱْلَعَذ اُب َفَيُقوُل ٱَّلِذ يَن َظَلُم و۟ا َرَّبَنٓا َأِّخ ْر َنٓا ِإَلٰٓى َأَج ٍل َقِر يٍب ُّنِج ْب َدْع َو َتَك َو َنَّتِبِع ٱلُّر ُس َل ۗ َأَو َلْم َتُك وُنٓو ۟ا َأْقَس ْم ُتم‬
‫ِّم ن َقْبُل َم ا َلُك م ِّم ن َز َو اٍل‬

Terjemahnya:
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang
azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami, beri
tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit,
niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul". (Kepada
mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-
kali kamu tidak akan binasa?
3) QS. Ar-Rum/30: 25.

‫َو ِم ْن ٰا ٰي ِتٖٓه َاْن َتُقْو َم الَّس َم ۤا ُء َو اَاْلْر ُض ِبَاْمِر ٖۗه ُثَّم ِاَذ ا َدَعاُك ْم َدْع َو ًۖة ِّم َن اَاْلْر ِض ِاَذ ٓا َاْنُتْم َتْخ ُرُج ْو َن‬
Terjemahnya:
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan
kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi,
seketika itu kamu keluar (dari kubur).
d. kata ‘ud’u (‫)ادع‬

Kata dakwah dalam bentuk perintah atau fi’il amr dikenal dengan kata ‘ud’u (‫)ادع‬.
Dalam AlQur’an kata tersebut terdapat pada delapan surah dan dua belas ayat.
Untuk memahami dakwah secara terminologi (istilah), para ahli atau ulama telah
memberikan batasan sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing. Dari sekian banyak
definisi berikut ini dianggap dapat mewakili dari definisi yang ada.
1) Syekh Ali Mahfuzh mendefinisikan dakwah sebagai berikut.
‫حث النس على الخير و الهدى و االمر بالمعروف والنهى عن المنكرليفوزوا بسعادة العاجل و االجل‬
Artinya:
Mendorong (memotivasi) manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk
dan menyuruh mereka berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar agar
mereka memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.8
2) Menurut A. Hasjmy, Dakwah Islamiyah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan
mengamalkan Aqidah dan Syariat islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan
diamalkan oleh pendakwah itu sendiri.9

8
Ali Mahfuzh, Hidayat al-Mursyidin (Cet. 1; Al Qahirah: Dar al-Kitabah, 1952), h. 17.
9
A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al Qur’an (Cet. 1; Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 18.

7
Definsi diatas telah cukup memberikan pemahaman yang luas tentang pengertian, unsur,
bentuk dan cakupan dakwah. Hal itu ditegaskan sebagai berikut.
Pertama, dakwah tidak sama atau identik dengan tabligh, ceramah dan khotbah. Akan
tetapi, mencakup komunikasi dakwah dengan pesan-pesan agama melalui (bil lisan), (bil
khitobah) dan dengan perbuatan dan bakti sosial (bil hal).
Kedua, dalam pelaksanaan dakwah melihat semua unsur sebagai suatu system yaitu dai
(mubaligh), mad’uw atau orang yang diajak.
Ketiga, sasaran dakwah (mad’uw) meliputi individu, keluarga dan masyarakat.
Keempat secara emplisit definisi di atas juga mengisyaratkan bahwa dakwah harus di
organisir dan direncanakan dengan baik.
Secara holistik harus dipahami bahwa dakwah merupakan tugas kerisalahan, yang
menuntut setiap pribadi Muslim untuk ikut berperan. Tugas ini termasuk persoalan penting
dalam Islam, sebagai upaya agar umat manusia masuk ke jalan Allah (system islam) secara
menyeluruh (kaffah).

2. Istilah Yang Identik Dengan Dakwah

Dalam Al-Qur`an ditemukan sejumlah kata atau istilah yang semakna dan identik dengan

dakwah. Kata-kata tersebut seperti dibahas berikut ini.

a. Tablig

Kata tablig dengan berbagai turunanya di temukan sebanyak 14 kali dalam Al-Qur`an

dan mmiliki makna menyampaikan. Pada sisi lain tabligh merupakan satu dari empat sifat Nabi

Muhammad Saw. kata tersebut dengan berbagi tafsirnya di temukan dalam Al-Qur`an sebagai

berikut:

1) Kata Balligh

Allah swt. Berfirman dalam QS. Al-Maidah/5:67.

‫ٰٓيَاُّيَها الَّرُسْو ُل َبِّلْغ َم ٓا ُاْنِزَل ِاَلْيَك ِم ْن َّرِّبَك ۗ َو ِاْن َّلْم َتْفَعْل َفَم ا َبَّلْغ َت ِر ٰس َلَتٗه ۗ َوُهّٰللا َيْعِص ُم َك ِم َن الَّناِۗس ِاَّن َهّٰللا اَل َيْهِد ى اْلَقْو َم‬
‫اْلٰك ِفِر ْيَن‬
Terjemahnya:

8
Hai rasul, sampaikan apa yang di turunkan kepadamu dari tuhanmu. Dan jika
tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
2) Kata balagh

Dalam tafsir Al-Mishbah sesuai dengan tuntutan ayat bermakna menympaikan. Hal itu

menjadi tugas rasul atau nabi Muhammad Saw. untuk menyampaikan rislah atau agama. Di

antara ayat tersebut adalah sebagai beikut

a) QS. Al Imron/3: 20.

‫َفِاْن َح ۤا ُّج ْو َك َفُقْل َاْس َلْم ُت َو ْج ِهَي ِهّٰلِل َو َمِن اَّتَبَعِن ۗ َو ُقْل ِّلَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِكٰت َب َو اُاْلِّمّٖي َن َء َاْس َلْم ُتْم ۗ َفِاْن َاْس َلُم ْو ا َفَقِد اْهَت َد ْو اۚ َو ِاْن‬
٢٠ ࣖ ‫َتَو َّلْو ا َفِاَّنَم ا َع َلْيَك اْلَبٰل ُغ ۗ َو ُهّٰللا َبِصْيٌۢر ِباْلِع َباِد‬
Terjemahnya:
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran islam), maka katakanlah:
Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang
mengikutiku. Dan katakanlah krpada orang-orang yang telah diberi Al kitab dan
kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk islam”. Jika mereka
masuk islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka
berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan
Allah maha melihat hamba-hamba-Nya.

b) QS. al-Maidah/5: 99.10

‫َم ا َع َلى الَّرُسْو ِل ِااَّل اْلَبٰل ُغ ۗ َوُهّٰللا َيْع َلُم َم ا ُتْبُد ْو َن َو َم ا َتْكُتُم ْو َن‬
Terjemahnya:
Kewajiban rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang
kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.

c) QS. Yasin/36: 17.

‫َو َم ا َع َلْيَنٓا ِااَّل اْلَبٰل ُغ اْلُمِبْيُن‬

Terjemahnya:
Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan
jelas.
Berdasarkan penjelasan diatas, sebenarnya istilah tabligh lebih sempit maknanya dari

pada kata dakwah. Dengan kata lain, tabligh adalah bagian dari dakwah karena tabligh hanya

10
Kementrian Agama, QS Al Maidah/5:99 (Cet.1; Bandung: Cordoba, 2020), h. 124.

9
dalam bentuk lisan dan tidak termasuk dakwah bil-kitabah dan bil-hal di dalamnya. Sedangkan

dakwah mencakup dakwah bil-lisan, bil-kitabah dan bil-hal.

b. Kata Amar Ma`ruf Nahi Munkar

Istilah al-amr bi al-ma`ruf wa al-nahyi ‘an al-munkar atau yang lazim disebut dengan

amar ma`ruf nahi munkar mengandung arti memerintahkan yang makruf dan mencegah yang

mungkar. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara dakwah dengan amar ma`ruf nahi munkar.

Dua kata tersebut merupakan persoalan yang berbeda atau perkataan yang berlawanan, yaitu

yang pertama amr bi al-ma`ruf dan yang kedua al-nahy ‘an al-munkar.
Dalam Al-Qur`an istilah al-amr bi al-ma`ruf wa al-nahyi ‘an al-munkar antara lain

terdapat dalam QS. al-Imran/3: 104.


‫ٰۤل‬
‫َو ْلَتُك ْن ِّم ْنُك ْم ُاَّم ٌة َّيْدُع ْو َن ِاَلى اْلَخ ْيِر َو َيْأُم ُرْو َن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر ۗ َو ُاو ِٕىَك ُهُم اْلُم ْفِلُح ْو َن‬

Terjemahnya:
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dalam Al-Qur`an juga ditemukan disebutkan secara terbalik, yaitu ya`muruna bi al-

munkar wa yanhawna‘an al-ma`ruf, yaitu memerintahkan berbuat munkar dan melarang berbuat

makruf. Seperti yang disebutkan dalam QS. at-Taubah/9: 67.

‫َاْلُم ٰن ِفُقْو َن َو اْلُم ٰن ِفٰق ُت َبْعُض ُهْم ِّم ْۢن َبْع ٍۘض َي ْأُم ُرْو َن ِب اْلُم ْنَك ِر َو َيْنَه ْو َن َع ِن اْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْقِبُض ْو َن َاْي ِدَيُهْۗم َنُس وا َهّٰللا َفَنِس َيُهْم ۗ ِاَّن‬
٦٧ ‫اْلُم ٰن ِفِقْيَن ُهُم اْلٰف ِس ُقْو َن‬
Terjemahnya:
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama),
mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf
dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada
Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik
itulah orang-orang yang fasik.
1) Kata al-Amr bi al-Ma`ruf

Menurut Muhammad Wafa, kata amr bermakna ucapan yang ditujukan kepada orang

yang diperintah untuk melakukan sesuatu perkara. 11 Adapun kata ma`ruf menurut ‘Abd al-jabbar

11
Muhammad Wafa, Dilalah Awamiri wa al-Nahi fi al-Kitab wa al-sunnah (Cet. 1; Alqohiroh: Muhammadiyah,
1984), h. 14.

10
adalah semua perbuatan yang pelakunya mengetahui akan kebaikannya atau sesuatu yang

menunjukkan kebaikan. Sedangkan munkar adalah semua perbuatan yang pelakunya

mengetahui akan keburukannya atau sesuatu yang menunjukkan keburukan.12


2) Kata Al-Nahyi ‘an al-Munkar
Kata munkar yang disebutkan secara terpisah dengan kata ma`ruf, antara lain pada QS.
Al-Nahl/16: 90.
‫ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ِباْلَعْد ِل َو اِاْل ْح َس اِن َو ِاْيَتۤا ِئ ِذ ى اْلُقْر ٰب ى َو َيْنٰه ى َع ِن اْلَفْح َش ۤا ِء َو اْلُم ْنَك ِر َو اْلَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُرْو َن‬
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.
Dalam kaitan ini, Allah Swt. Memuji orang-orang yang menyeru pada kebaikan dan
melarang kemungkaran dan mencela mereka yang tidak melakukanya, seperti firman Allah swt.
QS Al-Maidah/5: 78-79.
‫ َك اُنْو ا اَل َيَتَن اَهْو َن‬٧٨ ‫ُلِع َن اَّلِذ ْيَن َك َفُرْو ا ِم ْۢن َبِنْٓي ِاْسَر ۤا ِءْيَل َع ٰل ى ِلَس اِن َداٗو َد َو ِع ْيَس ى اْبِن َم ْر َيَم ۗ ٰذ ِلَك ِبَم ا َع َصْو ا َّو َك اُنْو ا َيْع َتُد ْو َن‬
‫َعْن ُّم ْنَك ٍر َفَعُلْو ُۗه َلِبْئَس َم ا َك اُنْو ا َيْفَعُلْو َن‬
Terjemahnya:
Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan
Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui
batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat.
Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.

c. Tabsyir dan Indhar


Kata tabsyir semakna dengan kata targhib, yang berarti memberi kabar gembira bagi
orang beriman dan beramal saleh. Sedangkan kata indhar memiliki makna yang sama dengan
perkataan targhib, yang berarti peringatan bagi orang kufur dan melanggar perintah Allah Swt.
Al-Qur`an secara tegas mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw. diutus untuk membawa berita
gembira (tabsyir) dan peringatan (indzar). Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Saba`/34: 28.
‫َو َم ٓا َاْر َس ْلٰن َك ِااَّل َك ۤا َّفًة ِّللَّناِس َبِش ْيًر ا َّو َنِذْيًر ا َّو ٰل ِكَّن َاْك َثَر الَّناِس اَل َيْع َلُم ْو َن‬
Terjemahan:

12
Abd al-Jabbar, al-Ushul al-Khomsah Alqohiroh (Cet. 1; Maktabah: Wahbah,1965), h. 141.

11
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat
manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Memberi kabar gembira harus dilakukan lebih dahulu dari pada memberi peringatan.
Memberi kabar gembira bagi orang beriman dan berbuat baik serta memberi peringatan
(ancaman) bagi orang yang kufur dan melanggar perintah Allah harus juga melihat kondisi dan
situasi yang tepat. Tabsyir (reward) dan indzar (punishment), dalam tinjauan psikologi dipandang
suatu pendekatan yang mengandung nilai persuasif.

d. Kata Maw’izhah ((‫مو عظة‬

Kata maw’izhah ((‫ مو عظة‬disebut dalam Al-Qur’an pada enam surah dan tujuan ayat.
Ayat-ayat tersebut adalah QS. al-baqarah/2: 66 dan 275, QS. Al-Imran/5: 138, QS al-Maidah/5:
46, QS. al-A’raf/: 145, QS. an-Nahl/16: 125, dan QS. an-Nur/24: 34. Sedangkan makna
maw’izhah (( ‫ مو عظة‬menurut M. Quraish Shihab seperti terlihat pada tabel berikut.

NO Nama Surah Nomor Ayat Makna


1. al-Baqarah 66 Pelajaran
275 peringatan
2. al-Imran 138 Peringatan
3. al-Maidah 46 Pengajaran
4. al-A’raf 145 Pelajaran
5. an-Nahl 125 Pengajaran
6. an-Nur 34 Nasihat

Di antara ayat tersebut contohnya adalah QS. al-Baqarah/2: 66.


‫َفَجَع ْلٰن َها َنَك ااًل ِّلَم ا َبْيَن َيَد ْيَها َو َم ا َخ ْلَفَها َو َم ْو ِع َظًة ِّلْلُم َّتِقْيَن‬
Terjemahn:
Maka, Kami jadikan (yang demikian) itu sebagai peringatan bagi orang-orang pada masa
itu dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
bertakwa.

e. Kata Nashihat

12
Kata yang berhubungan dengan nasihat dalam berbagai turunannya disebutkan dalam al-
Qur’an sebanyak enam kali. Kata nasihun (‫ )ناصح‬yang berarti penasihat, disebut satu kali pada
QS. al-A’raf: 68.
‫ُاَبِّلُغُك ْم ِرٰس ٰل ِت َرِّبْي َو َاَن۠ا َلُك ْم َناِصٌح َاِم ْيٌن‬
Terjemahnya:
Aku sampaikan kepadamu risalah-risalah (amanat) Tuhanku dan aku terhadap kamu
adalah penasihat yang tepercaya.
f. Kata Zikra
Kata zikra (‫ )ذكر‬disebut dalam Al-Qur’an dalam 33 surah dan 61 ayat. Adapun dari
61 ayat tersebut yang bermakna dakwah ada 18 ayat saja selain kata zikra terdapat terdapat
kata zakkir dan muzakkir kata zakkir adalah fi’il amr yang berarti berilah peringatan,
sedangkan kata muzakkir adalah isim fa’il, yaitu pelaku suatu perbuatan dan dalam konteks
ini sebagai pemberi peringatan.
Banyak istilah yang semakna dengan dakwah, menunjukan bahwa manusia harus
senantiasa diseru, diajak, dibimbing, dirikan nasehat dan diperingatkan agar hidupnya
terpola sesuai dengan tuntutan Allah SWT.
3. Definisi Ilmu Dakwah
Kajian dakwah sebagai suatu disiplin ilmu, dari waktu ke waktu semakin mendapat
perhatian dari sarjana atau pakar dakwah kajiannya mencoba memperjelas tentang apa yang
harus dikaji dari dakwah (antologi), bagaimana cara memperolehnya Ilmu Dakwah
(epistemologi) dan untuk apa ilmu itu dipergunakan (aksiologi).
Di bawah ini beberapa pendapat para pakar rumusan tentang definisi Ilmu Dakwah di
bawah ini yaitu:
a. Toha Jahja Omar membedakan ilmu dakwah menjadi dua macam. Pertama, definisi
secara umum, yaitu suatu ilmu pengtahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan-tuntunan,
bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui dan
melaksanakan suatu ideologi, pendapat, dan pekkerjaan tertentu. Kedua, ia
mendefinisikan ilmu dakwah menurut islam, yaitu mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan
kebahagian mereka di dunia dan akhirat.13

13
Toha Jahja, Ilmu Dakwah (Cet. 1; Jakarta; Widjaya, 1971), h. 1.

13
b. Amrullah Ahmad, ilmu dakwah adalah kumpulan pengetahuan yang berasal dari Allah
yang dikembangkan ummat ilam dalam susunan yang sistematis dan terorganisir dengan
baik mengenai manhaj melaksanakan kewajiban dakwah dengan tujuan berikhtiar
mewujudkan khairu ummah.14
c. Ahmad Subandi mengatakan ilmu dakwah adalah suatu pengetahuan mengenai
alternatif-alternatifdan sarana-sarana yang terbuka bagi terlaksananya komunikasi
mengajak dan memanggil ummat manusia kepada agama islam, memberikan informasi
mengenai amar ma’ruf nahi mungkar agar tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat,
dan supaya terlaksana ketentuan Allah.15

Berdasarkan pengertian ilmu dakwah kita dengan mudah membedakan dakwah dan
ilmu dakwah. Dakwah lebih menekankan kepada praktik atau operasional, sedangkan ilmu
dakwah adalah membicarakan dakwah dari sudut teritis atau konsep keilmuan yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengembangan dakwah.

B. Objek Ilmu Dakwah

Suatu disiplin ilmu dianggap mampu berdiri sendiri jika memenuhi empat syarat penting.
Pertama, ilmu tersebut bersifat universal, berarti relevan dan dapat diterapkan dalam berbagai
konteks dan budaya. Kedua, ilmu tersebut memiliki objek tersendiri yang dapat diverifikasi atau
diuji kebenarannya, sehingga dapat diakui sebagai suatu bidang ilmu yang valid. Ketiga, ilmu
tersebut bersifat pragmatis atau memiliki nilai guna yang nyata bagi kehidupan umat manusia,
sehingga mampu memberikan manfaat konkret dalam masyarakat. Keempat, ilmu tersebut
memiliki objek formal yang khusus, yang membedakannya dari disiplin ilmu lainnya.

Dalam ilmu pengetahuan, objek kajian biasanya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu objek
materiil dan objek formal. Objek materiil adalah substansi atau materi yang menjadi fokus dari
suatu disiplin ilmu, sedangkan objek formal adalah sudut pandang atau cara kajian yang khusus
yang membedakannya dari disiplin ilmu lainnya.

Ilmu Dakwah juga memiliki dua objek kajian, yaitu objek materiil dan objek formal,
yang akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:

14
Amirullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial (Cet. 1; Yogyakarta: Prima Duta, 1983), h. 38.
15
Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah (Cet. 1; Bandung: Syahida,1994), h. 46.

14
1. Objek Materiil

Objek materiil Ilmu Dakwah adalah Al-Qur'an dan Sunnah. Pandangan ini sejalan dengan
pemahaman bahwa Islam adalah agama dakwah yang bersumber utama dari Al-Qur'an sebagai
kitab suci dan Hadis sebagai sumber kedua yang berisi ajaran dan pedoman bagi umat Islam.
Tidak hanya Ilmu Dakwah, banyak ilmu keislaman lainnya juga memiliki Al-Qur'an sebagai
objek materiil yang sentral, seperti Ulum Al-Qur'an, Asbabun Nuzul, dan Ilmu Tafsir. Dari objek
materiil ini, kajian-kajian khusus dikembangkan sesuai dengan fokus masing-masing, yang
dikenal sebagai objek formal.

2. Objek Formal

Objek formal Ilmu Dakwah adalah suatu proses yang membedakannya dari disiplin ilmu
lainnya. Secara spesifik, objek formal Ilmu Dakwah adalah proses pengolahan, penyampaian,
dan penginternalisasian pesan-pesan keagamaan dalam seluruh aspek perilaku manusia dalam
masyarakat yang memiliki dimensi religius. Ini mencakup berbagai kegiatan seperti mengajak
dengan lisan (tablig Islam), dakwah melalui aksi sosial (dakwah bil-hal), pengorganisiran dan
manajemen dakwah Islam, serta bimbingan dan penyuluhan Islam.

Kegiatan dakwah mencakup berbagai aspek yang mencakup mengajak dengan lisan,
melaksanakan aksi sosial, mengorganisir dan mengelola kegiatan dakwah secara efisien, serta
memberikan bimbingan dan penyuluhan Islam, terutama kepada individu atau kelompok kecil
dalam masyarakat Muslim yang menghadapi berbagai permasalahan kehidupan. Semua ini
merupakan bagian integral dari kajian Ilmu Dakwah.16

C. Program Studi dan Objek Formal Ilmu Dakwah

Secara lebih tegas, Ilmu Dakwah mempunyai aspek kajian khusus yang dikelompokkan
berdasarkan program studi pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Saat ini (existing) terdapat
empat program studi, yaitu Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Program
Studi Manajemen Dakwah (MD), Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dan
Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI). Kemudian sehubungan dengan konversi

16
Abdullah, Ilmu Dakwah: Kajian, Epistemologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah. (Cet. 2; Depok: PT Raja
Grapindo Persada, 2019), h. 25.

15
IAIN ke UIN, sebagiannya telah membuka program studi Ilmu Komunikasi dan program studi
lainnya untuk menyahuti perkembangan zaman.

a. Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

Kajian masalah yang berkaitan dengan prodi ini fokus pembahasan adalah teori-teori
pembangunan, ekonomi dan kewiraswastaan. Semuanya dididekati dengan ajaran Islam.
Penguasaan tentang Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) serta
kemampuan mempertemukan keduanya menjadi penting. Lulusan dari prodi ini diharapkan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui dakwah bil-hal. Sebagai lapangan
pengabdian alumni prodi ini, mereka diharapkan dapat bekerja pada (1) Kementerian Dalam
Negeri, (2) Kementerian Sosial, (3) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Non
Government Organization (NGO), dan (4) sebagai pengusaha Muslim.

b. Program Studi Manajemen Dakwah (MD)

Kajian pada prodi ini hal-hal yang berkaitan dengan manajemen Islami Selain ilmu
manajemen, fokus pembahasan prodi Manajemen Dakwah adalah lembaga-lembaga atau
institusi keagamaan. Lulusan dari jurusan ini, diharapkan mampu mengelola lembaga
dakwah dan institusi keagamaan secara profesional Sehingga diharapkan lembaga. organisasi
dan sistem kekerabatan dalam masyarakat dapat dikelola dengan baik, sesuai dengan fungsi
manajemen. Bidang pengabdian dari alumni prodi ini antara lain (1) pengurus organisasi
keagamaan, (2) pengurus partai politik dan politikus, (3) pengurus Badan Amil Zakat (BAZ)
dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). (4) karyawan pada Bank Syariah. (5) pengurus koperasi.

c. Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

Mata kuliah yang dipelajari pada program studi ini dititikberatkan pada komunikasi,
jurnalistik, psikologi, teknik pidato (retorika) dan mengenai media komunikasi (media
massa). Secara umum, dua hal yang menjadi titik fokus KPI, yaitu dakwah bil-lisan dan bil-
kitabah. Dakwah bil-lisan, membicarakan persoalan tablig, dakwah melalui mimbar atau
dakwah jamaah dan dakwah melalui tulisan Lulusan (output) yang dihasilkan dari jurusan ini
diharapkan memiliki dua kemampuan (keahlian), yaitu kemampuan retoris dan jurnalis. Bila
dua kemampuan tersebut dapat dimiliki, maka lapangan pengabdian yang dapat dimasuki
adalah: (1) wartawan, (2) penulis, yaitu penulis buku, artikel (artikel keagamaan dan opini).

16
(3) pegawai pada perusahaan percetakan, (4) pimpinan perusahaan percetakan, (5) dai atau
mubalig (khatib), (6) presenter dan MC (master of ceremony), (7) penyiar televisi dan radio.

d. Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)

Kajian yang berkaitan dengan teknik terapi terhadap masyarakat yang menghadapi masalah,
baik individu, keluarga dan kelompok kecil dalam masyarakat melalui bimbingan dan
penyuluhan Islam Eksistensi kajian dan praktik dari program studi ini menjadi sangat penting
saat ini. Sebab masyarakat modern menghadapi banyak persoalan dalam hidupnya, dan
sangat menonjol adalah depresi dan stres. Teori-teori mengenai bimbingan dan penyuluhan
(guide and counselling), menjadi fokus, di samping ilmu psikologi. Kompetensi yang harus
dimiliki oleh output jurusan ini sekurang-kurangnya ahli dalam psikoterapi Islam.
Berdasarkan kepada kompetensi tersebut, maka lapangan pengabdian bagi mereka adalah
sebagai rohaniawan dan konselor pada: (1) rumah sakit, (2) lembaga pemasyarakatan, (3)
panti asuhan, (4) psikolog pada perusahaan.17

D. Ruang Lingkup Dakwah

Dari waktu ke waktu pengertian dan ruang lingkup serta pemikiran dakwah terus-

menerus mengalami perkembangan yang sangat pesat Dulu dakwah hanya diartikan secara

praktis, yaitu sama dengan tablig dan dipahami sebagai penyampaian ajaran Islam melalui lisan

semata. Namun kini perkembangan pemikiran dakwah Islam mengalami kemajuan yang amat

pesat. Dalam terminologi modern dakwah telah dipahami sebagai upaya rekonstruksi masyarakat

sesuai dengan cita-cita sosial Islam. Semua bidang kehidupan dapat dijadikan arena dakwah dan

seluruh kegiatan hidup manusia bisa dan harus digunakan sebagai sarana dan alat dakwah.

Tuntutan Al-Qur'an agar orang beriman, beragama secara kaffah, yaitu tuntutan

menjadikan semua bidang kehidupan untuk pengabdian dan penyerahan diri secara total kepada

Allah Swt. Seperti disebutkan oleh M. Amien Rais bahwa kegiatan politik, juga kegiatan

ekonomi, usaha-usaha sosial, gerakan-gerakan budaya, kegiatan-kegiatan ilmu dan teknologi.

17
Abdullah, Ilmu Dakwah: Kajian, Epistemologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah. (Cet. 2; Depok: PT Raja
Grapindo Persada, 2019), h. 28.

17
kreasi seni, kodifikasi hukum dan lain sebagainya, bagi seorang Muslim adalah menjadi alat

dakwah. Pada setiap bidang itu, harus dikembangkan dan ditegakkan serta dikelola sesuai dengan

prinsip-prinsip Islam.

Seiring dengan perkembangan terminologi, maka ruang lingkup dakwah pun menjadi

berkembang. Dakwah secara umum telah dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu dakwah

secara lisan, melalui tulisan dan dakwah melalui aksi sosial, dakwah pembangunan dan dengan

keteladanan atau secara bersama-sama atau beru lazim disebut dakwah bil-hal

1. Dakwah Bil-Lisan

Dakwah secara lisan sesungguhnya telah memiliki usia yang sangat tua, yaitu setua umur

manusia. Ketika Nabi Adam megajak anaknya Qabil dan Habil untuk menaati perintah Allah

Swt., maka Nabi Adam telah berdakwah secara lisan. Demikian juga Nabi dan Rasul yang lain

telah melakukan hal yang sama, di samping berdakwah melalui tulisan dan keteladanan. Nabi

Muhammad pada permulaan kerasulannya juga berdakwah secara lisan, meskipun pada saat yang

sama beliau secara simultan melakukan dakwah bil-hal dan kemudian juga berdakwah dengan

tulisan (bil-kitabah)

Dakwah bil-lisan yang hampir sinonim dengan tablig secara umum dibagi kepada dua

macam. Pertama, dakwah secara langsung atau tanpa media, yaitu antara dai dan mad'uw

berhadapan wajah (face to face). Dalam ilmu komunikasi hal semacam ini disebut komunikasi

primer. Kedua, dakwah yang menggunakan media (channel), yaitu antara dai dan mad'u tidak

saling berhadapan dan model komunikasi seperti ini disebut dengan komunikasi sekunder.

Dakwah melalui media seperti televisi (TV), radio, film, tape dan media lainnya.

Kedua model dakwah yang disebutkan di atas, untuk masa depan harus terus

dikembangkan baik volumenya dan terutama kualitas dan efisiensinya. Dakwah bil-lisan secara

tatap muka, kini telah mengalami perkembangan dan masih diperlukan upaya-

upaya sosialisasinya.

18
Kemudian dakwah tanpa media (face to face), juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu

dakwah yang ditujukan kepada kelompok (jamaah) dan kepada person mad'uw atau yang dikenal

dengan dakwah fardiyah melalui komunikasi interpersonal. Dakwah yang ditujukan kepada

kolektif umat Islam (jamaah), seperti: pengajian atau ceramah rutin, khotbah, peringatan hari-

hari besar Islam (PHBI) dan bentuk-bentuk pertemuan lainnya yang bersifat kolektif

Dakwah dalam bentuk ini harus terus dilanjutkan dan dikembangkan baik kuantitas

maupun kualitasnya. Karena penanaman keyakinan, pemahaman dan kesadaran beragama pada

satu sisi lebih tepat melalui kegiatan dakwah tatap muka. Kegiatan dakwah dalam bentuk ini
memiliki beberapa keunggulan, yaitu

1. Dai dapat lebih memahami kondisi objektif mad'uwnya;

2. Respons dari mad'uw dapat diterima secara langsung oleh dai;

3. Dai dapat menyesuaikan materi ceramah dengan tingkat pendidikan dan daya nalar mad'uw,

4. Dapat terjalin hubungan yang lebih harmonis antara dai dan mad'uw.

Dakwah di samping harus memanfaatkan berbagai media komunikasi modern, juga harus

tetap mempertahankan komunikasi lisan. Khotbah Jum'at misalnya sebagai suatu bentuk dakwah

tatap muka, keberadaannya tidak dapat diubah dengan bentuk lainnya, karena syariat telah

menetapkan demikian pelaksanaannya.18


2. Dakwah Bil-Kitabah.

Dakwah Islam tidak hanya terbatas pada kegiatan dakwah bil-lisan (oral), akan tetapi

juga dakwah melalui tulisan (bil-kitabah). Dakwah bil- kitabah bukanlah bentuk dakwah yang

baru muncul kepermukaan, ketika pertama sekali ditemukan mesin cetak (press), melainkan telah

dilaksanakan oleh Rasulullah Saw, lima belas abad yang silam.

Menurut catatan sejarah, pada tahun keenam Hijrah Nabi Muhammad saw. mulai

mengembangkan wilayah dakwahnya. Cara yang dilakukan antara lain dengan mengirim surat
18
Abdullah, Ilmu Dakwah: Kajian, Epistemologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah. (Cet. 2; Depok: PT Raja
Grapindo Persada, 2019), h. 31.

19
kepada para pemimpin dan raja-raja pada waktu itu, yang isinya Nabi mengajak mereka untuk

memeluk Islam. Tidak kurang delapan buah surat dikirim Nabi kepada kepala negara dan raja

yang diantar langsung oleh delapan orang sahabat yang sangat bijak."

Di bawah ini adalah salah satu surat Nabi Muhammad saw. Yang dikirim kepada

Muqauqis, penguasa Mesir dan Iskandariyah.

Terjemahnya isi surat tersebut adalah:


“Atas Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba
Allah dan pesuruh-Nya, kepada Muqauqis pembesar Mesir Semoga keutamaan bagi
orang yang mengikuti petunjuk. Kemudian daripada itu maka sesungguhnya saya
menyerukan kepadamu dengan seruan Islam. Islamlah! Agar engkau selamat Tuhan akan
memberikan kepadamu pahala berlipat dua kali. Adapun apabila engkau berpaling maka
atasmu dosa orang-orang (rakyat) Mesir. Wahai Ahli Kitab, mari bersama-sama
berpegang kepada kalimat yang bersamaan antara kami dan kamu, yaitu bahwa tiada
yang kita sembah selain Allah, dan tidak ada kita persekutukan-Nya dengan sesuatu. Dan
janganlah kita menjadikan satu dengan yang lain sembahan selain Allah. Maka apabila
mereka berpaling, katakanlah "Bersaksilah kamu sekalian bahwa sesungguhnya kami
adalah orang Islam".

3. Khotbah Bill-Hal.

Dakwah bil-hal merupakan istilah yang dimunculkan di Indonesia, sama halnya dengan

istilah halal bihalal. Kedua istilah tersebut tidak dikenal di Arab Saudi, juga di negara-negara

Islam lainnya. Diperkirakan istilah dakwah bil-hal dimunculkan sekitar tahun 70-an. Namun

belum ditemukan rujukan yang menjelaskan siapa sebenarnya penggagas pertama

istilah tersebut.

Manurut H.S. Projokusumo, bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mulai mempopulerkan

istilah dakwah bil-hal pada Musyawarah Nasional (Munas) tahun 1985. Kemudian tahun 1987

telah memasukkan dakwah bil-hal menjadi salah satu program dalam Rapat Kerja Nasionalnya.

Diketahui bahwa dalam perspektif MUI, tujuan dakwah bil-hal antara lain untuk meningkatkan

harkat dan martabat umat, terutama kaum dhuafa atau mereka yang berpenghasilan rendah "

20
Sedangkan di Malaysia, istilah dakwah bil-hal diucapkan oleh Mahathir Mohamad pada

tahun 1996, ketika memberikan kata sambutan di Perhimpunan Agung Riseap ke-9 di Kuala

Lumpur, Malaysia pada 6 September 1996. Mahathir ketika itu juga mengatakan bahwa dakwah

bil hal merupakan pendekatan baru dalam kegiatan dakwah.19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dakwah adalah menyeru, memanggil, mengajak dan melayani.

19
Abdullah, Ilmu Dakwah: Kajian, Epistemologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah. (Cet. 2; Depok: PT Raja
Grapindo Persada, 2019), h. 33.

21
2. Ilmu Dakwah adalah Kumpulan pengetahuan yang berasal dari Allah yang
dikembangkan umat Islam dalam susunan yang sistematis dan terorganisir mengenai
manhaj melaksanakan kewajiban Dakwah dengan tujuan berikhtiar mewujudkan Khairu
Ummah.

3. Objek Dakwah itu terbagi dua; yakni, Objek Materiil dan Objek Formal.

4. Ruang Dakwah, yakni dengan lisan, dengan tulisan dan dengan keadaan.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah tentu masih banyak kekurangannya. Karena pada hakikatnya
kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Olehnya, besar harapan kami
manakala kami ada kekeliruan untuk kiranya diberikan nasehat agar kedepan, ketika kami
menyusun makalah bisa lebih baik. Jazakallah khayr.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Ilmu Dakwah: Kajian, Epistemologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah. Cet. 2; Depok:
PT Raja Grapindo Persada, 2019.

Agama, Kementrian. Al Qur’an dan Terjemahan. Cet. 1; Bandung: Cordoba, 2020.

22
Aljabbar, Abd. al-Ushul al-Khomsah Alqohiroh. Cet. 1. Maktabah Wahbah, 1965.

Hasjmy, A. Dustur Dakwah Menurut Al Qur’an. Cet. 1; Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

Lathif, Abdul. Kuasai Shorof-Tasrif. Cet. 1; Sukoharjo, Ahsan Media, 2016.

Natsir, M. Fiqhud Dakwah. Cet. 1; Jakarta: Dewan Dakwah, 1983.

Qutb, Sayyid. Fi Zhilalil al-Qur’an. Cet. 1; Beirut: Dar al-Syuruq, 1986.

Suriasumanty, Jujun S. Ilmu Dakwah Perspektip. Cet. 1; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1983.
Wafa, Muhammad. Dilalah Awamiri wa al-Nahi fi al-Kitab wa al-sunnah. Cet. 1; Alqohiroh:
Muhammadiyah, 1984.

23

Anda mungkin juga menyukai