Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Kewajiban Menuntut Ilmu


Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi

Dosen Pengampu:
M. Aliyul Wafa, M.Pd.

Oleh Kelompok 1:
1. Laili Inayatusshofa (2101012348)
2. Vivin Pines (2101012254)
3. Ahmad Yazidur Rozaq (2101012264)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
JOMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq,
beserta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam kami haturkan
kepada Sang Revolusioner Islam dan Dunia yakni Nabi Muhammad SAW,
semoga kita semua mendapatkan syafaat di hari Kiamat kelak. Kebahagiaan
tersendiri bagi kami yang telah menyelesaikan makalah Hadits Tarbawi ini yang
kami beri judul “Kewajiban Menuntut Ilmu”.
Penulisan makalah ini dilakukan sebagai bahan pembelajaran kepada
siapa saja yang membacanya, terlebih kepada kami yang membuatnya. Penulis
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
Terima kasih kepada dosen mata kuliah Hadits Tarbawi yang telah
memberikan tugas kepada kami dan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam menulis
makalah ini, tidak lepas dari berbagai kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menerima adanya kritik dan saran demi
kesempurnaan dan perbaikan makalah selanjutnya.

Jombang, 28 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Masalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Pengertian Ilmu .............................................................................. 3
B. Anjuran Menuntut Ilmu dalam Islam ............................................. 4
C. Keutamaan Menuntut Ilmu ............................................................ 4
D. Etika dalam Menuntut Ilmu ........................................................... 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11


A. Kesimpulan.................................................................................... 11
B. Kritik dan Saran ............................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menuntut ilmu merupakan kewajiban mendasar dalam agama Islam.
Dengan ilmu, manusia terbebas dari kebodohan. Ilmu juga telah menghantarkan
Nabi Muhammad SAW. memahami segala sesuatu, baik di dunia maupun di
akhirat. Oleh karena itu, ilmu bukan sekedar menghantarkan manusia pada
kesuksesan hidup di dunia saja, melainkan keselamatan hidup di akhirat kelak.
Dengan ilmu, manusia bisa mengetahui dan memahami segala sesuatu yang Allah
SWT ciptakan di dunia dan akhirat. Oleh karenanya, hukum mencari ilmu itu
wajib dan jika manusia membiarka dirinya dalam kebodohan adalah dosa.1
Dalam Islam, menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan
muslimah tanpa memandang usia. Manusia diharuskan menuntut ilmu sejak lahir
hingga akhir hayat.2 Karena dengan ilmu kedudukan manusia menjadi mulia.
Dengan ilmu, manusia juga bisa membedakan antara kebenaran dan kebatilan,
bisa memilah mana yang harusnya dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan
sesuai syariat Islam. Maka tidak heran jika Rasulullah SAW. sangat mendorong
umatnya untuk mencari ilmu kemana pun dan sampai kapanpun.3

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu ?
2. Bagaimana anjuran menuntut ilmu dalam Islam ?
3. Apa keutamaan dari menuntt ilmu ?
4. Bagaimana etika dalam menuntut ilmu ?

1
Moh. Roqib, Hadits Hadits Tarbawi, (Yogyakarta: Diva Press, 2017), hal. 38-39.
2
Nurlia Putri Darani, Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Perspektif Hadis, Jurnal Riset Agama, Vol. 1
No. 1, April 2021, hal. 133.
3
Moh. Roqib, Op.Cit, hal. 40.

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu.
2. Untuk mengetahui anjuran menuntut ilmu dalam Islam.
3. Untuk mengetahui keutamaan menuntu ilmu.
4. Untuk mengetahui etika dalam menuntut ilmu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu „alima-ya‟lamu-„ilman,
yang artinya adalah mengetahui. Ilmu merupakan sesuatu yang mempunyai
makna, dan memiliki lebih dari satu arti. Oleh karena itu, dalam memaknai
apa yang dimaksud dibutuhkan pemahaman yang mendalam. Dalam
pandangan Islam, ilmu adalah pengetahuan mendalam yang hanya bisa didapat
dari usaha yang serius (ijtihad) dari para ‘ulama atas permasalahan-permasalahan
duniawi dan ukhrawi yang dengan sumber yang merujuk kepada wahyu
Allah SWT.4
Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi dua macam, yaitu ilmu naqliyah
(ilmu yang berdasarkan pada otoritas) seperti ilmu al-Qur’an, hadits, tafsir, ilmu
kalam, dan tasawuf. Sedangkan ilmu „aqliyah (ilmu yang berdasarkan akal atau
dalil rasional) seperti filsafat (metafisika), matematika, fisika, dan masih banyak
lagi.5
Dalam hal ini, ilmu naqliyah dikategorikan sebagai ilmu fardu ‘ain yang
bisa dan harus dipelajari oleh setiap umat Islam. Sedangkan ilmu „aqliyah sebagai
ilmu fardhu kifayah karena berkaitan dengan fisik dan objek-objek yang
berhubungan dengannya, yang bisa dicapai melalui penggunaan daya
intelektual dan jasmaniah.6
Dari pembagian di atas, disimpulkan bahwa ilmu dalam Islam tidak
hanya meliputi ilmu-ilmu akidah dan syariah saja. Selain kedua ilmu
tersebut, kita masih berkewajiban untuk menuntut ilmu lainnya.

4
Riki Muhammad Fahmi, Menuju Ma’rifat dan Hakikat melalui Jihad dan Menuntut Ilmu: Studi
Syarah Hadis, Jurnal Riset Agama, Vol. 1 No.2, Agustus 2021, hal. 262.
5
Achmad Reza Hutama, Konsep Ilmu dalam Islam, Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol.
13 No. 2, Septembe 2015, hal. 226.
66
Ibid.

3
B. Anjuran Menuntut Ilmu dalam Islam
Ilmu dapat membebaskan manusia dari kebodohan, juga membuat manusia
memahami segala sesuatu yang telah Allah SWT ciptakan di alam semesta ini.
Oleh karena itu, mencari ilmu menjadi sangat penting bahkan wajib. Dan
barangsiapa sengaja membiarkan dirinya dalam kebodohan menjadi dosa.7

Artinya: Dari Anas bin Malik ra. berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Mencari
ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan” (HR. Ibnu
Majah)8
Rasulullah SAW adalah gudang dari ilmu Allah SWT. Para sahabat
terdahulu belajar langsung kepada Rasulullah SAW. beliau membimbung para
sahabat sesuai dengan kapasitas masing-masing. Maka dari itu, kita memiliki
kewajiban yang sama dengan para sahabat yaitu mencari ilmu ke berbagai tempat.
Dengan ilmu, manusia menapat kedudukan yang mulia lantaran mendapatkan
ridha Allah SWT, dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan.9

ۙ
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan
orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-
Nahl: 43)

C. Keutamaan Menuntut Ilmu


Banyak keutamaan yang diberikan kepada orang yang menuntut ilmu.
Dengan ilmu, manusia menjadi mulia dan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

7
Moh. Roqib, Op.Cit, hal. 39.
8
Nailul Huda dan M. Fathullah, Kajian dan Analisis Ta’lim Muta’alim Dilengkapi dengan Tanya
Jawab, (Kediri: Santri Salaf Press, 2015), hal. 34.
9
Moh. Roqib, Op.Cit, hal. 40.

4
ۙ
ۙ
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis-majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”10 (QS. Al-Mujadilah: 11)
Ilmu merupakan jalan terang yang menjadi jalan petunjuk bagi manusia
baik di dunia maupun di akhirat.

Artinya: Dari Abu Darda‟ ra. Berkata: aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: "Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu, Allah akan
permudahkan baginya jalan menuju surga. Dan sesungguhnya para Malaikat
akan membentangkan sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang
penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga
ikan yang ada di air. Sungguh, keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli
ibadah adalah ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para
ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun
dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka
ia telah mengambil bagian yang sangat besar." (HR. Abu Dawud)11

10
Wagiman Manik, Kewajiban Menuntut Ilmu, Jurnal Waraqat, Vol. 2 No. 2, Juli-Desember 2017,
hal. 160.
11
Ibid, hal. 162.

5
Artinya: Dari Anas bin Malik ra berkata, Rasulullah SAW. bersabda:
“Barangsiapa yang keluar dengan tujuan menuntut ilmu, maka ia berada pada
jalan Allah hingga pulang.” (HR. Tirmidzi)12
Begitu mulianya orang yang menuntut ilmu, hingga para malaikat
mendoakannya. Tentu saja sangat rugi jika kita melewatkan kesempatan untuk
menuntut ilmu di dunia, sebab orang yang berilmu di sisi Allah SWT sangatlah
terhormat, dosa-dosanya diampuni dan dengan ilmu, akan menyinari hidupnya di
dunia maupun di akhirat. Tanpa ilmu, kita akan mudah terjerumus ke dalam
kehinaan. Teruslah mencari ilmu seolah-olah kita dipandang hina jika tidak
memiliki ilmu

D. Etika dalam Menuntut Ilmu


Etika dalam menuntut ilmu menurut Imam Asy-Syekh Az-Zarnuji yang
terdapat dalam kitabnya Ta’lim Muta’alim13, antara lain:
1. Niat Ketika Akan Belajar
Sebagai seseorang yang sedang mencari ilmu atau pelajar
hendaknya berniat selama dalam belajar. Karena niat itu sebagai pangkal
dari segala perbuatan. Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW

“ Sesungguhnya amalan-amalan tergantung pada niat” Hadits ini shahih


Banyak terjadi perbuatan-perbuatan yang terlihat tidak pantas
mendapatkan pahala, akan tetapi karena disertai niat yang baik, akhirnya
perbuatan tersebut menjadi pantas untuk mendapat pahala. Dan
sebaliknya, perbuatan yang terlihat pantas mendapat pahala, akhirnya
perbuatan tersebut tidak mendapat pahala karena niat yang buruk.

12
Oktrigana Wirian, Kewajiban Belajar dalam Hadis RAsulullah SAW, Jurnal, Vol. 2, No. 2, Juli-
Desember 2017, hal. 135.
13
Nailul Huda dan M. Fathullah, Kajian dan Analisis Ta’lim Muta’alim Dilengkapi dengan Tanya
Jawab, (Kediri: Santri Salaf Press, 2015), hal. 34-364.

6
Maka dari itu, sebaiknya setiap pelajar (orang yang sedang mencari
ilmu) mempunyai niat yang sungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan
keridhaan Allah SWT agar mendapat pahaa di akhirat, menghilangkan
kebodohan yang ada pada dirinya dan kebodohan orang-orang yang masih
bodoh serta niat menghidupkan dan melestarikan agama Islam.
2. Memilih Ilmu, Guru, Teman dan Memiliki Kesabaran dalam Belajar
Sebagai seorang pelajar, dapat memilih ilmu yang baik dan yang
diperlukan untuk kehidupan agamanya dan dapat digunakan untuk
kehidupan yang akan datang. Selain itu, seorang pelajar hendaknya
mendahulukan ilmu tauhid untuk memahami tentang Allah SWT beserta
dalil yang jelas bukan hanya sekedar taklid.
Dalam memilih guru, hendaknya dapat memilih guru yang benar-
benar alim (pandai), wira’i dan yang lebih tua. Seorang yang menuntut
ilmu juga harus sabar dan tabah dalam belajar kepada guru yang
telah dipilihnya serta sabar dalam menghadapi berbagai cobaan.
Dalam menuntut ilmu, pilihlah teman yang rajin, wira’i, jujur, dan
mudah memahami masalah. Jauhilah teman yang malas, suka menganggur,
banyak bicara dan perilakunya rusak. Karena menularnya perilaku yang
buruk terhadap orang yang baik itu sangat cepat.
3. Memuliakan Ilmu dan Ahlinya (Guru)
Seseorang yang mencari ilmu tidak akan memperoleh ilmu dan
kemanfaatannya kecuali dengan memuliakan ilmu dan gurunya. cara
memuliakan guru di antaranya adalah tidak berjalan di depannya,
tidak duduk di tempat duduknya, tidak memulai bicara kecuali
mendapat izinnya, tidak menanyakan suatu pertanyaan ktika guru dalam
keadaan tidak enak, dan menjaga waktu jangan sampai mengetuk
pintunya. Hendaknya bersabar menunggu hingga keluar. Termasuk
memuliakan guru juga menghormati dan memuliakan anak-anak dan sanak
saudaranya.
Kemudian memuliakan ilmu dengan cara selalu dalam keadaan
suci saat memegang kitab atau sedang belajar, tidak menyelonjorkan kaki

7
pada kitab, meletakkan kitab tafsir di atas kitab-kitab yng lainnya, tidak
meletakkan sesuatu di atas kitab, menulis kitab dengan tulisan yang baik.
4. Sungguh-sungguh, Ketetapan, dan Mempunyai Minat yang Kuat
Orang yang mencari ilmu hendaknya rajin, sungguh-sungguh dan
tetap (kontinu). Karena dengan kesungguhan dan ketekunan akan
mendapatkan hasil yang maksimal. Bagi seorang pelajar, hendaknya
mempunyai waktu belajar tertentu untuk mengulang pelajarannya
khususnya di waktu awal dan akhir malam. Karena antara waktu Maghrib
dan Isya’ serta waktu sahur merupakan waktu yang penuh dengan berkah.
Orang yang mencari ilmu hendaknya tidak banyak tidur di waktu malam,
yaitu melaksanakan Qiyamullail agar mendapat kemuliaan kemudian
dilanjutkan untuk belajar atau melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Namun, bagi pelajar sedapat mungkin tidak sampai membuat
dirinya terlalu sengsara (memaksakan diri hingga payah) dan jangan pula
terlalu lemah hingga tidak mau berbuat apa-apa.
Orang yang mencari ilmu harus mempunyai niat (minat) yang kuat
dan tinggi dalam belajar. Karena hasil yang diperoleh dari niat dan minat
yang kuat pasti akan memuaskan.
5. Tertib dalam Belajar
Menetapkan suatu ketentuan mengenai permulaan belajar, yaitu
pada hari Rabu. Karena pada hari Rabu merupakan hari dijadikannya nur
(cahaya) yaitu hari yang tidak membawa berkah bagi orang kafir, tetapi
bagi orang mukmin. Maka Rabu adalah hari yang penuh berkah.
Seyogyanya ukuran perkiraan pelajaran yang diberikan pada
pelajar yang baru memulai belajar adalah sekiranya dapat dikuasai dengan
baik, kira-kira mampu diulang sampai dua kali. Selanjutnya tiap hari
ditambah sedikit demi sedikit sehingga saat sudah semakin banyak masih
mungkin untuk dikusai secara baik.
Bagi pelajar hendaknya mencatat ilmu yang telah diperoleh dan
dikuasai. Jangan sampai mencatat ilmu yang belum jelas atau belum

8
paham. Sebab yang demikian itu hanya akan menumpulkan otak dan
menghilangkan kecerdasan serta menyia-nyiakan waktu.
Bagi seorang pelajar juga perlu untuk berdiskusi, tukar pikiran, adu
penalaran dengan yang lainnya. Karena dengan begitu, disamping dapat
menguangi ilmu yang telah ada, juga dapat memperoleh ilmu yang belum
diketahui.
6. Tawakkal
Selama mencari ilmu, pelajar hendaknya selalu bertawakkal
kepada Allah SWT dan tidak risau memikirkan masalah rezeki dan
duniawi. Karena memikirkan perkara yang belum jelas akan merusak hati,
pikiran dan tubuh.
Dalam perjalanan mencari ilmu pasti akan bertemu dengan
kesulitan, karena mencari ilmu lebih berharga daripada perang.
Barangsiapa mau bersabar atas kesulitan dalam mencari ilmu, pasti akan
merasakan kelezatan ilmu melebihi semua kelezatan yang ada di dunia ini.
7. Memanfaatkan Waktu
Waktu yang lebih utama untuk belajar ialah pada masa muda,
waktu sahur dan waktu antara Maghrib dan Isya’. Namun sebaiknya
memanfaatkan seluruh waktu untuk belajar. Jika sudah merasa bosan
dengansatu ilmu, maka gantilah menekuni ilmu yang lain.
8. Mencari Faedah
Bagi orang yang mencari ilmu, dalam setiap waktunya hendaknya
dipergunakan untuk mencari faedah agar dapat memperoleh ilmu dengan
sempurna. Caranya adalah selalu membawa alat tulis untuk mencatat
segala yang didengar dan yang berhubungan dengan faedah ilmu. Karena
jika seseorang menghafal sesuatu bisa hilang, sedangkan dengan menulis
akan tetap ada.
Bagi pelajar jangan sampai menyia-nyiakan waktunya.
Memanfaatkan waktu malamnya tidak hanya untuk tidur dan
memanfaatkan waktu siangnya tidak untuk berbuat dosa. Bagi pelajar

9
hendaknya dapat menyempatkan dir untuk mendatangi para sesepuh dan
guru untuk mengambil faedah dari sesepuh dan guru tersebut.
9. Wira’i (Menjaga Diri dari Perkara Haram) Ketika Mencari Ilmu
Selama orang yang mencari ilmu itu wira’i, maka ilmunya kan
lebih bermanfaat, lebih mudah belajarnya dan memperoleh faedah yang
lebih banyak. Sebagian dari warak adalah menjaga diri dari kekenyangan,
terlau banyak bicara, banyak bicara (membicarakan sesuatu yang tidak
bermanfaat), menjaga dari orang yang rusak periakunya.
Sebaiknya orang yang mencari ilmu menghadap kiblat saat
mengaji atau belajar (kecuali darurat) dan mengharap restu dari orang
yang ahli berbuat kebaikan, disamping itu menjaga dari doa orang yang
teraniaya. Begitu juga untuk memperbanyak shalat sunnah dan dilakukan
dengan khusyuk, karena dapat mempermudah dalam memperoleh ilmu dan
keberhasilannya.
Sebagai peajar sebaiknya selalu membawa buku untuk mencatat
hal-hal yang perlu dicatat, agar suatu dapat muthala’ah (mempelajari)

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu „alima-ya‟lamu-„ilman, yang
artinya adalah mengetahui. Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi dua
macam, yaitu ilmu naqliyah (ilmu yang berdasarkan pada otoritas)
seperti ilmu al-Qur’an, hadits, tafsir, ilmu kalam, dan tasawuf dan ilmu
„aqliyah (ilmu yang berdasarkan akal atau dalil rasional) seperti filsafat
(metafisika), matematika, fisika, dan masih banyak lagi.
2. Ilmu dapat membebaskan manusia dari kebodohan, juga membuat manusia
memahami segala sesuatu yang telah Allah SWT ciptakan di alam semesta
ini. Oleh karena itu, mencari ilmu menjadi sangat penting bahkan wajib.
3. Banyak keutamaan yang diberikan kepada orang yang menuntut ilmu.
Dengan ilmu, manusia menjadi mulia dan diangkat derajatnya oleh Allah
SWT an para malaikat mendoakannya. Tentu saja sangat rugi jika kita
melewatkan kesempatan untuk menuntut ilmu di dunia, sebab orang yang
berilmu di sisi Allah SWT sangatlah terhormat, dosa-dosanya diampuni
dan dengan ilmu, akan menyinari hidupnya di dunia maupun di akhirat.
4. Etika menuntut ilmu dalam kitab Ta’lim Muta’alim antara lain adalah
menata niat ketika belajar, memilih ilmu yang baik dan yang diperlukan
untuk kehidupan agama dan kehidupan yang akan datang, memilih guru
yang benar-benar alim (pandai) dan wira’i juga memilih teman yang rajin,
wira’i dan jujur. Kemudian selalu memuliakan ilmu dan guru, bersungguh-
sungguh dalam belajar, tertib, selalu tawakkal kepada Allah,
memanfaatkan sebaik mungkin, selalu mencari faedah dengan cara
membawa alat tulis untuk mencatat dan wira’i ketika mencari ilmu.

11
B. Kritik dan Saran
Dengan terbentuknya makalah ini semoga kita semua dapat lebih
memahami tentang Kewajiban Menuntut Ilmu. Penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
supaya pembuatan makalah selanjutnya akan lebih lagi. Atas kritik dan saran dari
pembaca, penulis ucapkan terima kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Darani, Nurlia Putri. (2021). Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Perspektif Hadis.
Jurnal Riset Agama, 1(1). 133-144.

Fahmi, Riki Muhammad, (2021). Menuju Ma’rifat dan Hakikat melalui Jihad dan
Menuntut Ilmu: Studi Syarah Hadi. Jurnal Riset Agama, 1(2). 259-271.

Huda, Nailul dan M. Fathullah. (2015). Kajian dan Analisis Ta‟lim Muta‟alim
Dilengkapi dengan Tanya Jawab. Kediri: Santri Salaf Press.

Hutama, Achmad Reza. (2015). Konsep Ilmu dalam Islam. Jurnal Studi Agama
dan Pemikiran Islam, 13 (2). 223-234.

Khasanah, Wikhdatun. (2021). Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Islam. Jurnal


Riset Agama, 1(2). 296-307.

Manik, Wagiman. (2017). Kewajiban Menuntut Ilmu. Jurnal Waraqat, 2(2). 153-
169.

Roqib, Moh. (2017). Hadits Hadits Tarbawi. Yogyakarta: Diva Press.

Wirian, Oktrigana. (2017). Kewajiban Belajar dalam Hadis RAsulullah SAW.


Jurnal, 2(2). 120-137.

13

Anda mungkin juga menyukai