Anda di halaman 1dari 11

Kata Pengantar

Alhamdulillah, senantiasa kita panjatkan puja dan puji syukur kepada


Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman, islam,
kesehatan, dan waktu sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan
tugas penulisan makalah tentang “Hadits Tentang Ilmu Pengetahuan dan
Keutamaan Orang Berilmu”.
Tidak lupa shalawat serta salam selalu kita curahkan untuk nabi agung
kita, yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan edukasi jasmaniah
dan bathiniah untuk seluruh umat manusia yang diperintahkan Allah SWT selama
23 tahun, yang merupakan petunjuk paling benar dan lurus, yakni syariah agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi
seluruh alam semesta.
Adapun tugas kelompok penulisan makalah ini merupakan bentuk dari
pemenuhan tugas mata kuliah Hadits Tarbawi. Pada makalah ini akan dibahas hal-
hal yang berkenaan dengan hadits tentang ilmu pengetahuan dan keutamaan orang
berilmu. Kami berharap apa yang telah kami bahas pada makalah ini dapat
memberikan beberapa wawasan serta bermanfaat bagi kami sebagai penulis serta
untuk para pembaca.

Sukabumi, 21 September 2020

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................2

C. Tujuan Masalah................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian dan Keutamaan Ilmu.......................................................................3

B. Hadits-Hadits yang Menjelaskan Pentingnya Ilmu..........................................4

C. Pandangan Ulama Tentang Urgensi Ilmu.........................................................5

D. Keutamaan Orang Yang Berilmu.....................................................................6

BAB III....................................................................................................................8

PENUTUP...............................................................................................................8

A. Simpulan...........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-
penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari
pada selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan
diperoleh oleh orang yang memburunya. Allah SWT berfirman :
           . . .
   
“… adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak
berilmu? Sesungguhnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima
pelajaran”. (QS. Az-Zumar: 9)

Dengan ayat ini, Allah SWT tidak menyamakan orang yang berilmu dan
orang yang tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu itu
sendiri dan hanya akan didapat oleh orang yang berilmu. Allah akan mengangkat
derajat orang-orang dengan ilmu, lalu menjadikan mereka dalam kebaikan sebagai
pemimpin dan pemberi petunjuk yang diikuti, dan megamalkan setiap perbuatan
yang dilakukan. 1
Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai peran yang sangat
penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan
bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat.
Menurut al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk
kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Apa yang
dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu pengetahuan, bukan hanya
diperoleh dari hubungannya dengan sesama manusia, para binatangpun merasakan
bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia miliki. Dari sini, dengan jelas

1
Imam Ghazali, Mukhtasar Ihya Ulumuddin, (Jakarta : Pustaka Amani. 1995), hal. 3.

1
2

dapat disimpulkan bahwa kemajuan peradaban sebuah bangsa tergantung


kemajuan ilmu pengetahuan yang melingkupi.2

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi ilmu menurut bahasa dan isthilah?
2. Seperti apakah dalil tentang ilmu?
3. Bagaimana pandangan para ulama tentang urgensi ilmu?
4. Apa saja keutamaan orang yang berilmu?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi menurut bahasa dan isthilah.
2. Mengetahui beberapa dalil tentang ilmu.
3. Mengetahui pandangan para ulama tentang urgensi ilmu.
4. Mengetahui keutamaan orang yang berilmu.

2
Ibid.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Keutamaan Ilmu


Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, ‘alama, ya’lamu,
‘ilman yang berarti tahu atau mengetahui. isim masdar dari ‘alima yang berarti
mengetahui, mengenal, merasakan, dan menyakini. Dari kata tersebut muncul
istilah lain dari, yaitu ta’lim yang merupakan masdar dari kata ‘allama yang
berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan.3 Secara istilah, ilmu yaitu sesuatu yang
dengannya akan tersingkap secara sempurna segala sesuatu yang dibutuhkan.
Ilmu pada hakikatnya berasal dari pengetahuan, namun sudah disusun
secara sistematik dan diuji kebenarannya menurut metode ilmiah dan dinyatakan
valid atau sahih. Adapun pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui,
namun belum disusun secara sistematik dan belum diuji kebenarannya menurut
metode ilmiah, dan belum dinyatakan valid atau sahih. Dengan demikian, ilmu
adalah pengetahuan yang bersifat ilmiah.4
Karena pentingnya ilmu dan banyaknya faidah yang terkandung di
dalamnya, para ulama menyimpulkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, sesuai
dengan jenis ilmu yang akan dituntut. Inilah hukum dasar menuntut ilmu,
berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Menunut ilmu hukumnya wajib bagi orang
Islam laki-laki dan orang islam perempuan”.
Tidak sampai di situ, Islam selalu menekankan bahwa ilmu dibarengi
dengan amal saleh demi terwujudnya ilmu yang berkah dan bermanfaat 5. Karena
semua amal perbuatan yang wajib disertai dan didasari dengan ilmu, maka amal

3
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia. 2008), hal. 14.
4
Abuddin Nata, Islam dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Prenamedia Group. 2018), hal. 8.
5
Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, (Yogyakarta : PT. Gama
Media, 2002), hal. 26.

3
4

yang dilakukan akan terkendali dengan ilmu, dan terlihat baik atau buruknya amal
yang dikerjakan.6

B. Hadits-Hadits yang Menjelaskan Pentingnya Ilmu


Hadits-hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu sangatlah banyak, para
ulama ahli hadits pada umumnya menuliskan bab tersendiri yang menjelaskan
pentingnya ilmu.
Sabda Rasulullah SAW, “Orang-orang yang berilmu adalah ahli waris
para nabi.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Tentu sudah diketahui, bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan tidak ada
kemuliaan di atas kemulian mewarisi kedudukan kenabian tersebut.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Seutama-utama manusia ialah seorang
mukmin yang berilmu. Jika ia dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan jika ia
tidak dibutuhkan maka ia dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri”.(HR. Al-
Baihaqi).7
Hadits ini menjelaskan bagaimana keutamaan ilmu bagi seseorang, di
mana ia akan memberikan manfaat dan dibutuhkan oleh orang-orang di
sekitarnya. Bahkan jika seorang yang berilmu terangsingkan dari kehidupan
sekitarnya, ilmu yang ia miliki akan memberikan manfaat kepada dirinya sendiri,
dan menjadi penghibur dalam kesendiriannya.
Tentang pentingnya ilmu Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa dikehendaki
bagi oleh Allah, maka Allah memberi kepahaman untuknya tentang ilmu”. (HR.
Bukhari dan Muslim).
Hadits ini adalah hadits yang urgen, di mana seolah-olah Allah
menggantungkan kebaikan seseorang terhadap kepahamannya terhadap agama,
dalam arti kualitas dan kuantitas ilmunya dalam masalah agama. Dari sini dapat
diketahui bahwa ilmu adalah penting, karena ia menjadi penentu baik dan buruk
seseorang. Dengan ilmu ia akan membedakan salah dan benar, baik dan buruk dan
halal dan haram.
6
Labib Mz, 55 Wasiat Rasulullah SAW, (Jakarta : CV. Bintang Pelajar, 1987), hal. 25.
7
Imam Ghazali, Mukhtasar Ihya Ulumuddin, (Jakarta : Pustaka Amani. 1995), hal. 1.
5

Dalam riwayat lain, “Dari Shofwan bin ‘Asal al-Murodi r.a berkata: aku
dating kepada Nabi SAW, sedang beliau berada di masjid dalam keadaan
bertelekan pada selimut berwarna merah, maka aku berkata kepada beliau:
wahai Rasulullah, sesungguhnya aku datang untuk menuntut ilmu, kemudian
beliau bersabda: selamat datang orang yang menuntut ilmu, sesungguhnya para
malaikat mengelilingi dengan sayapnya terhadap orang yang menuntut ilmu,
kemudian sebagian dari mereka naik pada sebagian sehngga sampai ke langit
dunia karena senangnya terhadap sesuatu yang ia cari”. (HR. Thabrani dan
Ahmad).8
Para malaikat ingin menghiasi para pencari ilmu dan mengusap mereka
dengan sayap-sayapnya. Ilmu menghidupkan hati dan menerangi pandangan yang
gelap serta menguatkan badan yang lemah. Dengan ilmu, hamba mencapai
kedudukan orang-orang yang salehh serta derajat yang tinggi. Orang yang
mendapat ilmu adalah orang yang bahagia, sedang orang yang tidak
mendapatkannya adalah orang yang sengsara.9

C. Pandangan Ulama Tentang Urgensi Ilmu


Imam As-Syafi’i mengatakan, “Barang siapa menghendaki (kebaikan) dunia,
maka hendaknya ia menggunakan ilmu, dan barang siapa menghendaki kebaikan
akhirat, maka hendaknya menggunakan ilmu, dan barang siapa menghendaki
keduanya, maka hendaknya menggunakan ilmu”.
Menurut Imam al-Ghazali, ilmu pengetatahuan itu indah, mulia dan utama.
Tetapi, selama keutamaan itu sendiri masih belum dipaham, dan yang diharapkan
dari keutamaan itu masih belum terwujud, maka tidak mungkin diketahui bahwa
ilmu adalah utama. Dari segi akal, jelaslah bahwa ilmu itu sesuatu yang utama,
karena ilmu berperan sebagai mediator untuk sampai kepada Allah dan menjadi
dekat dengan-Nya. 10
Ali bin Abi Thalib berkata kepada Kumail yang artinya, “Wahai Kumail,
ilmu itu lebih utama daripada harta karena ilmu itu menjagamu, sedangkan kamu
8
Labib Mz, 55 Wasiat Rasulullah SAW, (Jakarta : CV. Bintang Pelajar, 1987), hal. 23.
9
Imam Ghazali, Mukhtasar Ihya Ulumuddin, (Jakarta : Pustaka Amani. 1995), hal. 3.
10
Ibid.
6

menjaga harta. Ilmu adalah hakim, sedang harta adalah yang dihakimi. Harta
menjadi berkurang jika dibelanjakan, sedangkan ilmu akan berkembang dengan
diajarkan kepada orang lain”
Al-Mawardi mengatakan bahwa, ilmu amatlah luas, jika dipelajari tidak
akan pernah selesai, selama bumi masih berputar, selama hayat di kandung badan,
selama itu pula manusia memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya cukup
pada perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus
menerus belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu senantiasa menyesuaikan
dengan alam dan perkembangan zaman. Jika manusia berhenti belajar sementara
zaman terus berkembang maka manusia akan tertinggal oleh zaman sehingga
tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama pada zaman
sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang dituntut untuk
memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan.

D. Keutamaan Orang Yang Berilmu


Begitu banyak ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang menunjukkan
keutamaan orang-orang yang berilmu atas ahli ibadah yang tidak berilmu. Dan
sesungguhnya, iman seseorang kepada Allah dan hari akhir itu haruslah dibangun
di atas ilmu. Tidak mungkin seseorang dapat memiliki iman kepada hal-hal
tersebut tanpanya. Tanpa ilmu, seseorang hanya akan beragama tanpa memiliki
dasar yang kuat dan hanya ikut-ikutan saja. Akhirnya imannya akan mudah goyah
oleh syubhat-syubhat yang kini begitu merajalela.
Dalam al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “…Allah akan mengangkat (derajat)
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat…” (Al-Mujaadalah: 11).
Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan, bukan saja di kampung akhirat, tetapi juga di muka bumi. Yang
dimaksud dengan ilmu tersebut bukan hanya ilmu ibadah, tetapi juga ilmu yang
berfaedah, untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat. 11
Tidurnya orang yang berilmu lebih ditakuti daripada sholatnya orang yang
tidak berilmu. Hal ini bisa terjadi karena tidurnya orang yang berilmu pastilah
11
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1993), hal. 814.
7

bertujuan untuk istirahat agar dia mampu beribadah lagi kemudian. Selain itu,
orang yang mengamalkan ilmunya akan tidur dengan mengamalkan sunnah-
sunnah Rasulullah di dalamnya sehingga tidurnya tersebut akan bernilai ibadah.
Sedangkan, ibadahnya orang yang bodoh akan rawan terhadap bid’ah dan justru
menjadikan syetan menyukainya.
Dalam Islam, mereka yang tekun mencari ilmu lebih dihargai daripada
mereka yang beribadah sepanjang waktu. Kelebihan ahli ilmu daripada ahli ibadah
adalah seperti kelebihan Rasulullah atas orang Islam sebelumnya. Di kalangan
kaum muslimin, hadist ini sangat populer sehingga mereka memandang bahwa
mencari ilmu merupakan bagian integral dari ibadah.12
Dalam Islam, nilai keutamaan dari pengetahuan berikut penyebarannya
tidak pernah diragukan. Nabi menjamin bahwa yang berjuang dalam rangka
menuntut ilmu akan diberikan banyak kemudahan oleh Tuhan menuju surga. 13
Para pengikut atau murid Rasulullah telah berhasil meneruskan dan menerapkan
ajaran tentang semangat mencari ilmu. Motivasi religius ini juga dapat ditemukan
dalam tradisi rihla. Suatu tradisi ulama yang disebut ar-rihla fi thalab al-ilm
(perjalanan dalam rangka mencari ilmu), adalah bukti sedemikian besarnya rasa
keingintahuan di kalangan para ulama. Umumnya, kegiatan ini dilakukan oleh
mereka yang mempelajari hadits, seperti Imam Bukhori.14

12
Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, (Yogyakarta : PT.
Gama Media, 2002), hal. 25.
13
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Ghazali, Ayyuha al-Walad, (Kairo : Dar al-I’tisam,
1983), hal. 33.
14
Ibid, hal. 26.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, ‘alama, ya’lamu, ‘ilman
yang berarti tahu atau mengetahui. isim masdar dari ‘alima yang berarti
mengetahui, mengenal, merasakan, dan menyakini. Dari kata tersebut muncul
istilah lain dari, yaitu ta’lim yang merupakan masdar dari kata ‘allama yang
berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan. Secara istilah, ilmu yaitu sesuatu yang
dengannya akan tersingkap secara sempurna segala sesuatu yang dibutuhkan.
2. Hadits-hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu sangatlah banyak, para ulama
ahli hadits pada umumnya menuliskan bab tersendiri yang menjelaskan urgensi
ilmu.
3. Firman Allah dalam al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah serta pandangan
ulama, sebagaimana dipaparkan di atas adalah bukti kongkrit akan keutamaan,
kemulian dan pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan. Ia adalah kunci
bagi kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

4. Begitu banyak ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan


orang-orang yang berilmu atas ahli ibadah yang tidak berilmu. Dan
sesungguhnya, iman seseorang kepada Allah dan hari akhir itu haruslah
dibangun di atas ilmu. Tidak mungkin seseorang dapat memiliki iman kepada
hal-hal tersebut tanpanya. Tanpa ilmu, seseorang hanya akan beragama tanpa
memiliki dasar yang kuat dan hanya ikut-ikutan saja. Akhirnya imannya akan
mudah goyah oleh syubhat-syubhat yang kini begitu merajalela.

8
DAFTAR PUSTAKA

Imam Ghazali. 1995. Mukhtasar Ihya Ulumuddin. Jakarta : Pustaka Amani.

Ramayulis, H. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia.

Nata, Abuddin, 2018. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Prenamedia Group.

Mas’ud, Abdurrahman. 2002. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik.


Yogyakarta : PT. Gama Media.

Yunus, Mahmud. 1993. Tafsir Qur’an Karim. Jakarta : PT. Hidakarya Agung.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Ghazali. 1983. Ayyuha al-Walad. Kairo :


Dar al-I’tisam.

Mz, Labib. 1987. 55 Wasiat Rasulullah SAW. Jakarta : CV. Bintang Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai