Anda di halaman 1dari 16

Tugas kelompok DosenPembimbing

Tafsir & Hadits Tarbawi Herlina, S. AG., M.AG.

MAKALAH
Tentang

Hadits Tentang Ilmu Pengetahuan & Keutamaan Orang Yang Berilmu

Oleh:

DEA GUSPA (11910823791)


DESY TIKA SULISTIANI (11910823798)
KHAIRUNNISA (11910823833)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt. karena dengan rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hadits Tentang Ilmu Pengetahuan &
Keutamaan Orang Yang Berilmu“ yang dibimbing oleh Ibu Herlina, S. AG.,
M.AG.. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Ibu Herlina, S. AG., M.AG. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Dan Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 15 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan masalah............................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Hadits Tentang Ilmu Pengetahuan ................................................... 3


B. Keutamaan Orang Yang Berilmu ..................................................... 6
C. Hubungan Hadits Dengan Pendidikan ........................................... 10

BAB III : PENUTUPAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai,


sepenting-penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling
bermanfaat, dari pada selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya
dan keutamaan akan diperoleh oleh orang yang memburunya. Allah SWT
berfirman :
)9 :‫قُ ْل ه َْل يَ ْست َ ِوي الَّذِينَ يَ ْعلَ ُمونَ َواَلَّذِينَ ََل يَ ْعلَ ُمونَ (الزمر‬
Artinya: “Katakanlah (Wahai Muhammad!): ‘Adakah sama orang-orang
yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?’”. (QS. Az-Zumar:
9)
Dengan ayat ini Allah SWT, tidak mau menyamakan orang yang
berilmu dan orang yang tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan
keutamaan ilmu itu sendiri dan manfaat dan keutamaan yang akan didapat
oleh orang yang berilmu. 1
Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai perang yang
sangat penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
memberikan kemudahan bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu
maupun kehidupan bermasyarakat. Menurut al-Ghazali dengan ilmu
pengetahuan akan diperoleh segala bentuk kekayaan, kemuliaan,
kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh
seseorang sebagai buah dari ilmu pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari
hubungannya dengan sesama manusia, para binatangpun merasakan
bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia miliki. 2 Dari sini,
dengan jelas dapat disimpulkan bahwa kemajuan peradaban sebuah bangsa
tergantung kemajuakemajuan ilmu pengetahuan yang melingkupi.

1
Al-Mawardi, “Adab al-Dun-ya wal al-Din”, Beirut: Dar Iqra’, 1985, hlm. 36
2
Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Beirut: Darul Ma’rifah, tt, vol. 1 hlm.12

1
B. Rumusan Masalah
a. Apa Saja Hadits Tentang Ilmu Pengetahuan ?
b. Apa Saja Hadits Keutamaan Orang Yang Berilmu ?
c. Apa Hubungan Hadits Dengan Pendidikan?

C. Tujuan
a. Agar Mengetahui Hadits Tentang Ilmu Pengetahuan
b. Agar Mengetahui Hadits Keutamaan Orang Yang Berilmu
c. Agar Mengetahui Hubungan Hadits Dengan Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits Tentang Ilmu Pengetahuan


Ilmu adalah isim Masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui,
mengenal, merasakan, dan meyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya
gambaran atau bentuk sesuatu dalam akal. 3
Karena pentingnya ilmu dan banyaknya faidah yang terkandung di
dalamnya, para ulama menyimpulkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib,
sesuai dengan jenis ilmu yang akan di tuntut.
1. Hadits Pertama
َ َ‫ض ُع ْالع ِْل ِم ِع ْند‬
‫غي ِْر‬ ِ ‫علَى كُ ِل ُم ْسل ٍِم َو َو‬ َ ‫طلَبِ ْالع ِْل ِم فَ ِر ْي‬
َ ٌ ‫ضة‬ َ : ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ُ ‫َو قَالَ َرسُ ْو ُل هللا‬
)‫ (رواه ابن مجاه‬.‫َب‬ َ ‫ا َ ْه ِل ِه َك ُمقَ ِل ِد ْال َخن َِازي ِْر ْال َج ْوه ََر َو للُّؤْ لُ َؤ َو الذَّه‬

“dan Rosulullah Saw. Telah bersabda : Menuntut ilmu adalah wajib bagi
setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada orang yang bukan
ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan orang yang
menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi
dengan beberapa permata, dan emas. (H.R. Ibnu Majah,Al-Baihaqi,Anas bin
Malik dan lain lain serta Al-Mundiri 28/1)

Tafsir mufrodat hadits tentang hukum menuntut ilmu


: ‫ووضع العلم‬ dan orang yang meletakkan ilmu, maksudnya orang yang
menempatkan ilmu
: ‫ عند غير اهله‬kepada orang yang bukan ahlinya, orang yang bukan faknya
: ‫ كمقلد الخنازير‬seperti babi yang dikalungi emas( sesuatu yang tidak pantas
untuk dilakukan dan akhirnya tidak ada gunanya )

Asbabul Wurud
Tidak Ada

3
Kementrian Waqaf dan Urusan Islam Kuwait, Ensiklopedia Fiqih, Kairo: Dar As-
Shofwah, 2007, juz. 30 hlm. 291

3
Syarah Hadits
Hadits tentang hukum menuntut ilmu merupakan penjelasan tentang
hukum mencari ilmu bagi setiap orang Islam laki laki maupun perempuan,
yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan lain lain. Akan tetapi
hadits tersebut diberi tanda lemah oleh imam Syuyuti. 4
Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadits tersebut adalah wajib.
Karena melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun
akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa mempunyai
ilmu. Bahkan dalam kitab taklimul muta’allim dijelaskan bahwa yang
menjadikan manusia memiliki kelebihan diantara makhluk – makhluk Allah
yang lain adalah karena manusia memilki ilmu. 5
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadits, maka
terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-
laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong
menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan.
Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan
menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu
terdapat dalam hadits Nabi Muhammad saw.
Dan janganlah memberikan ilmu kepada orang yang enggan
menerimanya, karena orang yang enggan menerima ilmu tidak akan mau
untuk mengamalkan ilmu itu bahkan mereka akan menertawakannya. 6
Dalam hadits lain juga telah disebutkan bahwa :
)‫ (رواه مسلم‬0‫اطلب العلم من المحد الى اللهد‬
“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat” (H. R. Muslim)

4
Al-Mundiri Hafidz.2000.Terjemah Attarghib wat tarhib.Surabaya.Al-Hidayah.hlm.01
5
Az-zarnuzi.Ta’limul Muta’allim.Surabaya:Al-Hidayah.hlm.04
6
Al-Mundiri Hafidz.2000.Terjemah Attarghib wat tarhib.Surabaya:Al-Hidayah.hlm.02

4
2. Hadits Kedua

‫ ان هللا‬:‫ يقول‬.‫م‬.‫ سمعت رسول هللا ص‬:‫حديث عبد هللا بن عمر بن العاص رضي هللا عنه قال‬
‫و يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من الناس و لكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى اذا لم يترك عالما‬
)‫اتخذ الناس رءوسا جهاَل فسئلو فأفتو بغير علم فضلو و اضلو (متفق عليه‬

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash. Katanya : aku pernah
mendengar Rosulullah bersabda : Allah tidak mengambil ilmu islam itu
dengan cara mencabutnya dari manusia sebaliknya Allah mengambilnya
dengan mengambil para ulama sehingga tidak tertinggal walaupun seorang.
Manusia melantik orang jahil menjadi pemimpin, menyebabkan apabila
mereka ditanya mereka memberi fatwa tanpa berdasarkan kepada ilmu
pengetahuan , akhirnya mereka sesat dan menyesatkan orang lain pula (H.R.
Bukhori – Muslim )

Tafsir Mufrodat
• ‫ انتزاعا‬Allah tidak menarik kembali ilmu pengetahuan dengan
mencabutnya dengan maksud mencabutnya dari hati sanubari manusia
• ‫حتى اذا لم يترك عالما‬sehingga Allah tidak menyisakan orang alim
seorangpun, maksudnya orang yang berilmu meninggal dan yang tersisa
hanyalah orang-orang bodoh
• ‫فافتو بغير علم‬mereka memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan

Asbabul Wurud
Tidak ada

Syarah Hadits
Rosulullah mengucapkan hadits ini pada saat Haji Wada’.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tabrani dari hadits
Abu Umamah bahwa pada saat haji Wada’ Nabi bersabda : “Pelajarilah ilmu
sebelum datang masa punahnya ilmu”.
Arabi berkata “Bagaimanakah cara ilmu itu datang dan dimusnahkan? Beliau
bersabda : “Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama ( orang yang
menguasai ilmu)”

5
Hadits ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin
yang bodoh, dan peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah
pemimpin yang benar – benar mengetahui dan larangan bagi orang-orang
yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadits
ini juga dijadikan alasan oleh para ulama bahwa pada zaman sekarang ini
tidak ada lagi seorang mujtahid. 7

B. Keutamaan Orang Yang Berilmu


Begitu banyak ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang menunjukkan
keutamaan orang-orang yang berilmu atas ahli ibadah yang tidak berilmu.
Pepatah mengatakan bahwa ilmu lebih utama daripada harta karena ilmu akan
menjaga pemiliknya sedangkan harta, pemiliknyalah yang harus menjaganya.
Dan sesungguhnya, iman seseorang kepada Allah dan hari akhir itu haruslah
dibangun di atas ilmu. Tidak mungkin seseorang dapat memiliki iman kepada
hal-hal tersebut tanpanya. Tanpa ilmu, seseorang hanya akan beragama tanpa
memiliki dasar yang kuat dan hanya ikut-ikutan saja. Akhirnya imannya akan
mudah goyah oleh syubhat-syubhat yang kini begitu merajalela.
1. Hadist pertama
Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam , beliau bersabda : ‫اب‬ َ َ ‫ث ْال َكثِي ُِْر أ‬
َُ ‫ص‬ ُِ ‫ل ْالغَ ْي‬
ُِ َ ‫ِي للاُ بِ ُِه مِنَُ ْاله َدى َو ْالع ِْل ُِم َك َمث‬
َُ ‫َمثَلُ َما بَعَثَن‬
ُ‫ت ْال َما َء‬ ُْ ‫ َوكَان‬،‫ب ْال َكثِي َْر‬
َ ‫َت مِ ْن َها أ َ َجادِبُ أ َ ْم‬
ُِ َ‫سك‬ َُ ‫َل َ َو ْالع ْش‬
ُ َ ‫ت ْالك‬
ُِ َ ‫ فَأ َ ْن َبت‬،‫ت ْال َما َء‬ ُِ َ‫ فَكَانَُ ِم ْن َها نَ ِقيَّةُ قَبِل‬،‫أ َ ْرضًا‬،
‫ل ت ْمسِكُ َما ًُء‬ َُ ‫ ِإنَّ َما ه‬،‫طائِفَةًُ أ ْخ َرى‬
َُ ُ‫ِي قِ ْي َعان‬ َ ‫ت ِم ْن َها‬
ُْ ‫صا َب‬َ َ ‫ َوأ‬،‫سقَ ْوا َوزَ َرع ْوا‬ َ ‫اس فَش َِرب ْوا َو‬ َُ َّ‫فَنَفَ َُع للاُ ِب َها الن‬
ُْ ‫ َو َمثَلُ َم‬،‫ع َّل َم‬
ُ‫ن َل ْمُ َي ْرفَ ْع‬ َ ‫ فَ َعل َُِم َو‬،ِ‫ي للاُ ِبه‬ ُْ ‫للاِ َونَفَعَ ُه َما َب َعث َ ِن‬ ُ َ ‫ فَذَلِكَُ َمث‬،ً‫ت ك ََل‬
ُ ُ‫ل َم ْنُ فَق ُهَ ِف ْيُ ِدي ِْن‬ ُ ‫َو َلُ ت ْن ِب‬
‫ي أ ْرس ِْلتُ بِ ُِه‬ ُْ ‫ل ه َدى للاُِ الَّ ِذ‬ ً ْ‫بِذَلِكَُ َرأ‬
ُْ َ‫ َولَ ُْم يَ ْقب‬،‫سا‬

Artinya; Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allâh mengutusku


dengannya laksana hujan deras yang membasahi tanah. Ada tanah subur yang
dapat menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan
rerumputan yang banyak. Ada tanah kering yang dapat menampung air, lalu
Allâh memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga mereka

7
Al-asqolani,Ibnu Hajar.2002.Fathul Baari

6
bisa meminumnya, mengairi tanaman, dan bercocok tanam. Hujan itu juga
menimpa jenis (tanah yang) lain yaitu yang tandus, tidak dapat menampung
air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Itulah perumpamaan orang yang
mendalami agama Allâh, lalu ia mengambil manfaat dari apa yang Allâh
mengutus aku dengannya, sehingga ia berilmu lalu mengajarkannya. Dan
perumpamaan orang yang tidak peduli dengannya dan tidak menerima
hidayah Allâh yang aku diutus dengannya.

Tafsir Mufrodat
• ُ َ ‫ َمث‬: matsalu maksudnya adalah sebuah sifat yang menakjubkan
‫ل‬
(sehingga menjadi perumpaman), bukan matsalu yang berarti pepatah.
• ‫ ا َ ْله َدى‬: al-hudâ yaitu petunjuk yang akan mengantarkan kita kepada
tujuan.
• Sedangkan ُ‫( ا َ ْلع ِْلم‬al-‘ilmu) yang dimaksud di sini adalah mengetahui dalil-
dalil syar’i
• ُ‫ ا َ ْلغَيْث‬: al-ghaits yaitu hujan yang hanya mendatangkan kebaikan. 8
• ً‫ نَ ِقيَّ ُة‬: naqiyyatan yaitu tanah subur. Kata ً‫ نَ ِقيَّ ُة‬diambil dari kata ُ‫( اَلنَّ َقاء‬an-
naqaa-u), dan lafazh ini merupakan sifat bagi maushuf (benda yang
disifati) yang tidak disebutkan.
• ُ‫ت‬ ُ ‫ا َ ْلقَب ْو‬
ْ َ‫ قَ ِبل‬: qabilat yaitu menyerap. Lafazh ini berasal dari kata ‫ل‬
(menerima).
• ُ‫ ا َُْلك ََل‬: al-kala-u yaitu tumbuh-tumbuhan. Ditulis dengan huruf hamzah
tanpa dipanjangkan bacaannya.
• َ ‫ َو ْالع ْش‬: wal ‘usyba yaitu dan rumput-rumputan. Redaksi kalimat ini yaitu
ُ‫ب‬
menyebutkan sesuatu yang khusus setelah yang umum. Karena lafazh
ُ َ ‫ ا َ ْلك‬digunakan untuk tumbuhan yang basah maupun kering. Sementara
َ ‫َل‬
َُ ‫ ا َ ْلع ْش‬khusus digunakan untuk tumbuhan yang basah saja.
lafazh ‫ب‬
• ُ‫ أ َ َجادِب‬: ajâdibu yaitu tanah kering yang tidak dapat meresap air tapi dapat
menampung air. Kata ini adalah bentuk jamak dari ُ‫( ُأ َ ْج َدب‬ajdabu).

8
Lisânul ‘Arab (II/667).

7
• ُ‫طائِفَة‬ ْ ‫( ق‬qith’atun), yaitu bagian.
َ : thaa-ifatun yakni ُ‫ِطعَة‬
• ُ‫ قِ ْي َعان‬: qî’ânun yaitu tandus. Kata ini adalah bentuk jamak dari kata ‫قَاع‬,
yaitu tanah datar licin yang tidak bisa ditumbuhi tanaman.
• َُ‫ فَقه‬: faquha yaitu mendalami pemahaman. Yakni menjadi orang yang
faqih (berilmu). Ibnut Tin berkata, “Kami meriwayatkannya dengan
membaca kasrah pada qaf (‫)قِهَُ ََف‬, sedangkan membacanya dengan
dhammah (‫ )قهَُ ََف‬adalah lebih tepat.”9

Asbabul Wurud
Tidak Ada

Syarah Hadits
Al-Qurthubi rahimahullah (wafat th. 671 H) dan lainnya berkata,
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah perumpamaan bagi
agama yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa ini dengan hujan yang
turun merata pada saat manusia membutuhkannya. Begitulah keadaan
manusia sebelum beliau diutus. Sebagaimana hujan dapat menghidupkan
negeri yang mati, demikian pula ilmu-ilmu agama dapat menghidupkan hati
yang mati.”10 Ibnul Qayyim rahimahullah (wafat th. 751 H) berkata dalam
menjelaskan hadits ini, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengumpamakan ilmu dan hidayah yang dibawanya dengan hujan, karena
keduanya membawa kehidupan, manfaat, makanan, obat, dan seluruh
mashlahat bagi manusia. Semuanya itu (tidak ada kehidupan dan keteraturan
padanya kecuali) dengan ilmu dan hujan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga mengumpamakan hati dengan tanah yang terkena air hujan, karena tanah
adalah tempat yang dapat menampung air, lalu tumbuhlah bermacam
bermacam tanaman yang bermanfaat, sebagaimana hati yang menampung
ilmu kemudian berbuah dan tumbuh sampai terlihat keberkahannya dan
buahnya.

9
Fat-hul Bâri (I/176-177), cet. Daarul Fikr.
10
Lihat Fat-hul Bâri (I/177).

8
2. Hadist yang kedua

‫ع ْن‬َ ِ‫ع ْن ْال َع ََلء‬


َ ‫سعِي ٍد َوا ْب ُن ُحج ٍْر قَالُوا َحدَّثَنَا ِإ ْس َمعِي ُل َي ْعنُونَ ابْنَ َج ْعف ٍَر‬ َ ‫َحدَّثَنَا َيحْ َيى ْب ُن أَي‬
َ ‫ُّوب َوقُت َ ْي َبةُ ْب ُن‬
‫مِن ْاْلَج ِْر مِثْ ُل‬
ْ ُ‫عا ِإلَى هُدًى َكانَ لَه‬ َ َ‫سلَّ َم قَا َل َم ْن د‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ أ َ َّن َر‬
َ ‫أ َ ِبي ِه‬
‫اْلثْ ِم مِثْ ُل آث َ ِام َم ْن‬
ِ ْ ‫علَ ْي ِه م ِْن‬
َ َ‫ض ََللَ ٍة َكان‬
َ ‫عا إِلَى‬َ َ‫ش ْيئًا َو َم ْن د‬ ِ ‫مِن أ ُ ُج‬
َ ‫ور ِه ْم‬ ِ ‫أ ُ ُج‬
ُ ُ‫ور َم ْن تَبِعَه ُ ََل يَ ْنق‬
ْ َ‫ص ذَلِك‬
)‫ش ْيئًا (مسلم‬ َ ‫مِن آثَامِ ِه ْم‬
ْ َ‫ص ذَلِك‬ ُ ُ‫تَبِعَهُ ََل يَ ْنق‬

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa’id
dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma’il yaitu
Ibnu Ja’far dari Al ‘Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa
mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala
yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala
mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan,
maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”

Asbabul Wurud Hadits


Dalam hadits yang lain dengan redaksi yang berbeda dan maksud
yang sama, bahwa menunjukkan kebada jalan kebaikan atau mengajaknya
untuk berbuat baik, maka ganjaranya itu sama dengan mengerjakan kebaikan.
Suatu ketika seorang sahabat menghadap Rasulullah SAW, dia bertanya
kepada rasul “Bawalah aku kepada kebaikan?”, maka Rasul pun
memberikanya sebuah perintah untuk senantiasa berbuat baik dan mengajak
kepada kebaikkan, bagi mereka ganjaran yang sama menjalankan kebaikan. 11

Syarah Hadits
Hadis ini menerangkan bahwa ganjaran bagi merka yang mengajarkan
sebuah kebaikan tidak akan terputus ketika mengejak saja, bahkan pahala
kebaikan itu akan tetap mengalir selama yang diajak tadi melakukan apa yang
diperintahkan. Posisi guru sebagai pemberi ilmu dan ajaran baik kepada

11
Ibn Hamzah al-Husaini al-Hanafi, Asbabul Wurud, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), Jilid 3.

9
murid akan sangat mulia dan berharga, karena setiap kali murid melakukan
apa yang disampaikan oleh guru maka sebesar itu pula balasan yang didapat
guru. Tentunya hadits ini menggugah bagi siapa saja untuk tidak segan-segan
memberikan nasehat baik dan ajaran baik kepada siapapun, karena pahala dan
kebaikan itu akan sangat bernilai bukan hanya buat dia, tetapi buat yang
mengajak dan mengajrkan kebaikkan. Kemulian yang sangat luar biasa bagi
seorang yang menjarkan ilmu.

C. Hubungan Hadits Dengan Pendidikan


Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muawwiyah r.a., yaitu :
)‫من يرد هللا به خيرا يفقهه في الدين (متفق عليه‬
Artinya :
Dari Muawiyah r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Barangsiapa yang
dikehendaki oleh Allah kebaikan, maka Dia akan memberinya pemahaman
tentang agama”. (Muttafaq Alaihi).
Melihat dari matan hadits tersebut yang menceritakan tentang
kebaikan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya dengan jalan menuntut
dan mendalami ilmu-ilmu agama sehingga manusia diberi Allah pemahaman
tentang agamanya. Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi muslim,
dalam artian bahwa ilmu-ilmu yang bermanfaat dan membawa kemaslahatan
dan manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Dengan ilmu derajat manusia
bisa terangkat dan mulia seperti yang di ungkapkan dalam al-Qur’an surat al-
Mujadalah ayat 11 yang artinya niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ibnu Taimiyah yaitu,
“Tidak mungkin suatu perbuatan menjadi amal saleh jika orang yang
melakukannya tidak berilmu dan paham atas apa yang ia lakukan”. Pengertian
ilmu yang dikemukakan oleh Ibu Taimiyah mencakup ilmu tentang kebaikan
dan kemunkaran itu sendiri, yakni bisa membedakan antara keduanya dan
berilmu tentang hal-hal yang diperintah dan yang dilarang oleh agama (Al-

10
Quran dan hadits). Sedangkan Umar bin Abdul Aziz mengatakan,
“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka apa yang
dirusaknya lebih banyak dari apa yang diperbaikinya”. Lebih lanjut hadits
Mu’adz Bin Jabal Rasulullah Saw bersabda, ‘Ilmu adalah imam amalan, dan
amalan mengikutinya.’ Sesungguhnya niat dan amalan jika tidak
berlandaskan ilmu maka itu adalah kebodohan, kesesatan dan mengikuti hawa
nafsu…dan inilah perbedaan antara orang-orang jahiliyah dan orang-orang
Islam,”
Kata “Kebaikan” dalam hadits ini adalah manivestasi dari ilmu,
karena ilmu mendatangkan kebaikan bagi orang yang menuntutnya. Untuk
memperoleh ilmu tentunya dengan proses pendidikan yang harus ditempuh
oleh para penuntut ilmu. Dalam khazanah keilmuan dikenal dua istilah yang
cukup populer yaitu pendidikan dan pengajaran. “pada umumnya pendidikan
lebih menekankan pada aspek dalam diri manusia, sedangkan pengajaran
lebih banyak bersentuhan dengan aspek luar”. Lebih lanjut Zakiyah Deradjat
menyebutkan ada tiga landasan utama dalam pendidikan Islam. Pertama : Al-
Qur’an, kedua : As-Sunnah, ketiga : Ijtihad.
Dalam kenyataannya, banyak orang yang berilmu, maka perilakunya
akan baik, ahlaknya baik dan lebih tenang, dalam arti lain dalam menghadapi
hidup ini tidak menjadi beban baginya, karena mereka tahu bahwa dengan
ilmu hidup lebih mudah dan meyakinkan. Dalam kaitan inilah hadits tersebut
menyatakan bahwa orang yang memiliki ilmu akan di beri Allah kebaikan,
kebaikan dalam agamanya, hidupnya dan urusan dunianya.

BAB III
PENUTUP

11
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang utama, mulia dan penting. Oleh
sebab itu semua harus menyadari tentang hal ini, untuk membentuk
keshalehan individu dan keshalehan dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Paling tidak setiap pendidik pada lembaga pendidikan manapun
harus mampu menyadari akan keutamaan dan pentingnya ilmu, lalu
menyalurkannnya kepada peserta didik, sehingga manfaat dan fungsi ilmu
pengetahuan dapat dirasakan secara menyeluruh, bukan sekadar formalitas
belaka.
Firman Allah dalam al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah serta
pandangan ulama, sebagaimana dipaparkan di atas adalah bukti kongkrit
akan keutamaan, kemulian dan pentingnya ilmu bagi seluruh sendi
kehidupan. Ia adalah kunci bagi kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan
akhirat.
B. Saran
Seperti yang telah disampaikan dimuka bahwa semua orang harus
menyadari dan meyakini akan keutamaan dan pentingnya ilmu, terutama
bagi kalangan pendidik. Untuk selanjutnya penulis merumuskan saran-saran
sebagai berikut:
• Hendaknya kita lebih mendalam di dalam mempelajari keutamaan
dan pentingnya ilmu, baik yang bersumber dari al-Qur’an, hadits,
kitab-kitab para ulama islam, maupun para cendekiawan yang lain.
• Hendaknya kita mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang telah
kita raih, agar keutamaannya tampak menghiasi diri kita dan orang-
orang di sekitar kita.
• Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya ilmu, maka
hendaknya kita tidak berhenti begitu saja dalam menuntut ilmu.
Sesuai dengan sabda Rasulullah bahwa menuntut ilmu tetap
diharuskan sampai tubuh kita terkubur dalam liang lahat.
DAFTAR PUSTAKA

12
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. Ihya’ Ulum al-Din. Beirut. Darul
Ma’rifah. TT.
Al-Mawardi, Ali bin Muhammad bin Habib. Adab al-Dun-ya wal al-Din.
Beirut: Dar Iqra. 1985.
Al-Hanaf., Ibn Hamzah al-husaini, Asbabul Wurud. Jakarta: kalam Mulia,
2011.
Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya. Al-
Hidayah
Az-zarnuzi. Ta’limul Muta’allim. Surabaya: Al-Hidayah
Ibn Hajar al-Asqolani, Bulungul Marom.

Suyudi, M. 1999. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Yogyakarta :


Penerbit Mikraj
Dra. Zuhairini. Filsafat pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Kementrian Waqaf dan Urusan Islam Kuwait. Ensiklopedia Fiqih. Kairo: Dar
As-Shofwah. 2007.

13

Anda mungkin juga menyukai