Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH HADIS YANG BERKAITAN DENGAN KEILMUAN

Mata Kuliah : Hadis Pendidikan


Dosen Pengampu : Hendrayadi

Disusun Oleh :
Sutrisna Noviyanto 221012100074
Hilda suci 221012100105
Mar'ah 221012100082
Andre 221012100438

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS


PAMULANG TAHUN AJARAN 2022/202
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena tanparahmat dan ridhoNya kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini

dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih

kepada bapak Hendrayadi selaku dosen pengampu perencanaan pendidikan

islam yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga

mengucapkan terima kasih pada teman-teman kamiyang selalu setia membantu

dalam hal mengumpulkan data dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami

miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan

bahkan kritik yang membangun dariberbagai pihak.

Bekasi, 14 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
2.1 Pengertian hadist tentang perintah menuntut ilmu ........................................... 3
2.2 Tujuan Menuntut ilmu .................................................................................... 4
2.3 Keutamaan dalam menuntut ilmu ................................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14
2.3 Kesimpulan.............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan utama untuk kemajuan manusia. Oleh karena

itu, Islam memberikan perhatian khusus pada masalah tersebut. Islam mensyariatkan

pendidikan tidak hanya menghasilkan manusia-manusia yang cerdas akal, tetapi juga

manusia yang berbudi luhur.

Pendidikan pula sangat berpusat pada kemajuan kontemporer, suatu perkara yang

menjadikan ukuran perlombaan dan persaingan masa kini di kalangan bangsa adalah

kemampuan sebuah bangsa dalam menyiapkan generasigenerasinya guna bersaing

dengan karya ilmiah, teknologi, dan akhlak yang menggeluti kehidupan di masa kini.

Manusia sebagai mahluk tuhan adalah mahluk pribadi sekaligus mahluk sosial,

susila dan religi. Sifat kodrati manusia sbg mahluk pribadi,sosial,susila dan religi harus

di kembangkan secara seimbang,selaras dan serasi.perlu disadari bahwa manusia

hanya mempunyai arti hidup secara lanyak jika ada diaantara manusia lainnya.tanpa

ada manusia lain atau hidup bermasyarakat,seseorang tidak dapat menyelenggarakan

hidupnya dengan baik.

Untuk Meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendidikan,baik

pendidikan yang pormal,informal maupun nonformal.pendidikan merupakan bagian

1
penting dari kehidupan manusia dengan mahluk hidup lainnya.’’Hewan’’juga belajar,

tetapi lebih di tentukan oleh instingnya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan

rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang berarti. anak

menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak ini sudah dewasa dan

berkeluarga, mereka akan mendidik anak-anaknya sendiri. begitu juga di sekolah dan

perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.

Salah satu permasalahan yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah

pendidikan. dalam al Qur’an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan

pendidikan sangat penting. jika al Qur’an dikaji lebih mendalam, maka kita akan

menemukan beberapa prinsip pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi

untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu. (Beni &

Akhidayat, 2009)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka kami rumuskan permasalahan sebagai


berikut:
1. Hadis tentang Perintah menuntut ilmu ?
2. Tujuan menuntut ilmu ?
3. Keutamaan orang yang berilmu ?

1.3 Tujuan Masalah

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Menyebutkan Hadist-hadist tentang perintah menuntut ilmu
2. Untuk menjelaskan apa tujuan utama dalam menuntut ilmu

2
3. Untuk menjelaskan keutamaan dalam menuntut ilmu

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian hadist tentang perintah menuntut ilmu

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim, baik laki-laki

maupun perempuan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah Shalallahu Alaihi

Wassalam mewajibkan manusia agar tidak pernah berhenti belajar selama hidupnya

melalui Al-Qur’an, sunah, maupun hadits tentang menuntut ilmu.

Selain termasuk pahala beribadah, menuntut ilmu termasuk amalan baik yang

tidak akan terputus. Hal ini juga telah disampaikan oleh Nabi Muhammad Shalallahu

Alaihi Wassalam:

‫ب امن ٰايَة فَتَ َعلَّ َم تَغد َُو اِلَن‬


‫سنَة اعبَادَةا امن خَير للاا اكتَا ا‬
َ

“Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kaki di waktu pagi (maupun

petang) kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka

pahalanya lebih baik daripada ibadah satu tahun”.

ُ َ‫طل‬
‫ب‬ َ ‫ضة ال اعل ام‬ ‫َك ُمقَ ال اد أَه ال اه غَي ار اعندَ ال اعل ام َو َو ا‬
َ ‫اض ُع ُمس الم ُك ال َعلَى فَ اري‬

‫ير‬ ‫َب َواللُّؤلُ َؤ ال َجوه ََر ال َخن ا‬


‫َاز ا‬ َ ‫َوالذَّه‬

3
Artinya: “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan siapa yang

menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata,

mutiara, dan emas di sekitar leher hewan.” (HR Ibnu Majah).

Ketik sudah turun perintah Allah SWT yang mewajibkan suatu hal, yang harus

dilakukan umat Muslim adalah sami’na wa atha’na (kami dengan dan kami taat).

Dalam hadist lainnya Rasulullah SAW bersabda :

َّ
َ ‫الطب َرا اني َرواهُ ) ال ُمعَ ال امي ُكم َولَ َيلَوا تَ َعلَّ ُمو َاو َع ال ُمو َاوت ََوا‬
‫ضعُوا ال ُمعَ ال امي ُكم‬

Artinya: “Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan

hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang

mengajarkanmu.” (HR Thabrani).

Ilmu agama memang menjadi prioriats untuk dipelajari. Namun, bukan berarti

ilmu-ilmu lain bias diabaikan. Dalam salah satu hadist disebutkan, bahwa menuntut

ilmu apa pun juga merupakan jihad di jalan Allah SWT. (Walz, 2023)

2.2 Tujuan Menuntut ilmu

Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim ataupun muslimah.

Khususnya ilmu yang membahas tentang Iman, Islam, dan Ihsan, yakni tauhid, fiqh,

dan tasawuf. Ilmu ini adalah ilmu pokok.

4
Selebihnya ada ilmu yang dikategorikan fardhu kifayah, seperti Ilmu Falak dan

Ilmu Mawaris, juga ada ilmu-ilmu yang sifatnya sekunder, maka dari itu ada yang

dihukumi sunnah, mubah, makruh, bahkan haram seperti ilmu sihir dan perdukunan.

Ada banyak sekali jenis dan klasifikasi ilmu. Sehingga ada orang yang ahli di bidang-

bidang tertentu. Dalam dunia modern, juga ada ilmu-ilmu eksak, sosial, ekonomi,

budaya, politik, desain, dan lainnya. Luasnya ilmu membuat tidak satupun di muka

bumi ini yang menguasai semua ilmu secara mendetail. Al-Qur’an mengisyaratkan

bahwa andai seluruh lautan dijadikan tinta dan ranting dijadikan pena, niscaya tidak

akan mampu menuliskan ilmu Allah. Di ayat yang lain disebutkan, bahwa ilmu yang

diberikan kepada seluruh manusia ini tidak banyak, tetapi sedikit. Namun siapa yang

diberikan ilmu (hikmah), maka ia diberikan kebaikan yang banyak.

Ibnu Khaldun mengatakan, “ilmu dan mengajar adalah satu keniscayaan

dalam membangun manusia. Manusia itu sama dengan semua binatang ditinjau dari

segi sifat-sifat kehewanan, seperti perasaan, gerakan, makanan, dan sebagainya; akan

tetapi perbedaan antara keduanya adalah pikiran. Dari pikiran ini terjadilah ilmu

pengetahuan dan berbagai temuan”.

Dengan ilmu, seseorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang

buruk, mana yang membawa mudharat dan mana yang membawa manfaat. Sesudah

berilmu itu barulah keadaan mereka berubah dari biadab menjadi sopan dan beradab.3

Masalah mendasar yang sedang dihadapi umat sekarang ini adalah masalah hubungan

ilmu dan adab/sopan santun. Banyak orang yang punya ilmu pengetahuan sudah mulai

5
menjauhi adab, bahkan sudah melupakan adab. Akhlak mulia sudah mulai menipis

bagi kalangan ilmuan dan orang cerdik pandai dalam dunia ilmu pengetahuan.

Akibatnya terjadilah suatu keadaan yang oleh Syeh Muhammad Naquib Al-Attas,

bahwa disebut the loss of adab (hilangnya adab).

Hasil akhirnya adalah ditandai dengan lahirnya para pemimpin yang bukan saja

tidak layak memimpin umat, melainkan juga tidak memiliki akhlak yang luhur dan

tidak memiliki kapasitas intelektual dan spiritual mencukupi, sehingga akan membawa

kerusakan diberbagai sektor kehidupan, baik kerusakan individu, masyarakat, bangsa

dan negara.

Kita membutuhkan ilmu yang membawa kepada kemaslahatan, ilmu yang

bermanfaat, yakni hasil integrasi antara ilmu dan adab. Keduanya saling menguatkan.

Menyatu terpadu bagaikan sebuah koin mata uang yang mempunyai dua sisi dan tidak

dapat dipisahkan dalam kebermaknaan yang satu tergantung pada yang lainnya. Ilmu

tanpa adab bagaikan pohon tanpa buah, dan adab tanpa ilmu bagaikan orang berjalan

tanpa arah.

Ilmu dan adab harus bersinergi, tidak boleh dipisah-pisahkan. Berilmu tanpa

adab adalah dimurkai (al-maghduubi 'alaihum), dan beradab tanpa ilmu adalah

kesesatan (al-dhalliin).

Imam Al-Ghazali menjelaskan kedudukan yang tinggi bagi seorang alim yang

mengamalkan ilmunya, yaitu ia disebut sebagai orang besar di kerajaan langit. Ia

bagaikan matahari yang menerangi alam. Dia mempunyai cahaya dalam dirinya, dan

6
ia adalah seperti minyak wangi yang mewangikan orang lain, karena ia memang

wangi. Maka siapa saja yang menyibukkan dirinya dalam aktifitas mengajar, berarti ia

telah memilih pekerjaan yang besar dan penting, oleh sebab itu seorang berilmu

haruslah menjaga tingkah lakunya dan segala kewajibannya. (Ghazali, 2004)

Menarik sekali kalimat yang tertuang dalam kitab Adab al-'Alim wa al-

'Muta'allim yang ditulis oleh pendiri Nahdlatul Ulama KH. Muhammad Hasyim

Asy’ari, “at-tauhid yujib al-iman, fa man la imana lahu la tauhida lahu, wa al-imanu

yujib al-syari'ah, fa man la syari'ata lahu, la imana lahu wa la tauhida lahu, wa al-

syari'atu yujibu al-daba, fa man la adaba lahu, laa syari'ata lahu wa la imana lahu

wa la tauhida lahu”. (Khaldun, 2009)

Adapun menurut akidah dan kaidah Islam, seorang yang punya ilmu

pengetahuan hendaknya memiliki adab. Tanpa adab, dirinya akan terjatuh dalam cerca

dan cela, karena Ilmu yang ada pada dirinya tidak membawa manfaat. Oleh karena itu,

adab merupakan hal yang amat penting yang harus diperhatikan, agar ilmu yang

dimilikinya menjadi penghias kebaikan dan kebajikan, dan jadi teladan bagi kehidupan

banyak orang. Adab mengantarkan ke dalam derajat keagungan, seperti firman Allah

dalam Surah Al-Mujadalah Ayat 11, yakni:

‫س ُحوا لَ ُكم اقي َل ااذَا ٰا َمنُوا الَّذاينَ ٰياَيُّ َها‬ َ ‫ح فَاف‬


َّ َ‫س ُحوا ال َمجٰ ال اس افى تَف‬ ‫س ا‬
َ ‫َيف‬

ٰ ‫ش ُزوا قاي َل َوااذَا لَ ُكم‬


ُ‫ّللا‬ ٰ َ‫اُوتُوا َوالَّذاينَ امن ُكم ٰا َمنُوا الَّذاين‬
ُ ‫ّللاُ يَرفَ اع فَان‬
ُ ‫ش ُزوا ان‬

ٰ ‫َخ ابير تَع َملُونَ اب َما َو‬


‫ّللاُ دَ َرجٰ تۗ ال اعل َم‬

7
Ibn Jama’ah (ulama besar mazhab Syafi’i) dalam kitab Tadzkirah alSami' wa

al-Mutakallim fi al-adab al-'Alim wa al-Muta'allim menjelaskan, bahwa derajat yang

tinggi pada seseorang didapatkan dengan iman dan ilmu. Dengan adab seseorang yang

memiliki ilmu pengetahuan akan selalu mendekatkan diri kepada Allah, iman pada

Allah, dan merasa diawasi oleh Allah (muraqabatullah), baik ketika sendirian, maupun

pada saat ada di tengah-tengah banyak orang. (Jama’ah, 2012) Akhlaknya tetap

terjaga, baik lisannya, perbuatannya, pemikirannya serta amanah keilmuannya.Firman

Allah dalam Surah Al-Anfal Ayat 27, yakni:

‫ّللاَ تَ ُخونُوا َِل ٰا َمنُوا الَّذاينَ ٰياَيُّ َها‬


ٰ ‫سو َل‬ َّ ‫َواَنتُم اَمٰ ٰنتا ُكم َوتَ ُخونُوا َو‬
ُ ‫الر‬

َ‫تَعلَ ُمون‬

Ayat ini dijelaskan oleh Ibnu Jama’ah, bahwa muraqabatullah menjadikan

seseorang yang punya ilmu pengetahuan tidak akan berprilaku khianat atas ilmu yang

diamanahkan kepadanya, karena khianat ilmu berarti sama dengan mengkhianati

Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, penjelasan tentang pemahaman terhadap

pengertian adab dalam dunia pendidikan mempunyai sedikit berbeda dengan karakter.

Pendidikan adab adalah pendidikan akhlak Al-Karimah, sifat dan sikap terpuji. Orang

yang berakhlak mulia adalah mengikuti akhlak Rasul dan akhlak Rasul adalah

AlQur’an (Wa kana khuluquhu Al-Qur'an). Allah SWT memuji akhlak yang dimiliki

oleh Rasul (Wa innaka la'alaa khuluqin azhiim). Rasul tidak pernah berkata apapun

kecuali atas bimbingan dari wahyu Allah (Wa ma yanthiqu 'anil hawa in huwa illa

8
wahyu yuuhaa). Sehingga, orang yang hanya berkarakter belum cukup. Dimensinya

masih bernilai kemanusiaan saja (makhluk).

Itulah sebabnya dalam Islam, antara ilmu, amal, dan adab harus menyatu. Bila

tidak, maka khawatir terjatuh dalam ancaman yang disebutkan Al-Qur’an dan banyak

Hadits. Sabda Nabi Muhammad SAW, “Barangsiapa yang bertambah ilmunya, namun

tidak bertambah hidayah (amalnya), maka tidaklah ada yang bertambah melainkan

bertambah jauh dari Allah SWT. Bahkan Rasulullah SAW berdo’a:

‫و يرفع َل عمل و يخشع لَ قلب من و ينفع َل علم من بك أعوذ إني اللهم‬

‫يسمع لَ دعاء‬

Ilmu yang dipandu dengan ke Imanan inilah yang mampu melanjutkan warisan

berharga berupa ketakwaan kepada Allah SWT. Pentingnya adab bagi orang yang

berilmu dalam bertradisi intelektual Islam, maka ia telah menjadi perhatian para ulama

salaf untuk melahirkan karya monumental dalam merumuskan konsep ilmu dan adab,

dengan kajian yang mendalam dan komprehensif.

2.3 Keutamaan dalam menuntut ilmu

Selain itu, karena ilmu merupakan suatu hal yang berharga, kamu harus

mengetahui juga nih, tiga keutamaan dalam menuntut ilmu. Di antaranya:

9
Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan meninggikan derajat orang yang berilmu.

Hal ini telah dijelaskan dalam arti surat Al-Mujadalah ayat 11, yaitu “Allah

mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu

beberapa derajat.”

Ilmu adalah warisan para nabi dan rasul. Hal itu karena ilmu adalah sesuatu

yang abadi, sedangkan harta hanya bersifat fana yang tidak kekal dan dapat habis

kapan saja.

Ilmu akan memberikan manfaat meskipun kita telah meninggal. Hal ini karena

ilmu tersebut tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, melainkan juga berguna bagi

orang lain.

Islam mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Bahkan ayat pertama

yang turun kepada Rasulullah SAW saat menjadi nabi adalah salam surat Al-‘Alaq

yang memiliki arti ‘Bacalah.’ (QS Al’alaq: 1).

Keutamaan ilmu, belajar dan mengajarkan ilmu sangat penting dalam Islam.

Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu

Majah no. 224). Dalam islam keutamaan menuntut ilmu juga disampaikan seperti

berikut :

a. Orang Berilmu Diangkat Derajatnya

10
Ini adalah keutamaan menuntut ilmu yang pertama, dalam Alquran Allah SWT

berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang

yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11).

Jika ditelaah lebih lanjut, ada tafsiran atau arti dari ayat ini. Seperti salah satunya

menurut Imam Syaukani berkata : “Dan makna ayat ini bahwasanya Allah mengangkat

beberapa derajat orang-orang beriman dari orang-orang yang tidak beriman, dan

mengangkat beberapa derajat orang-orang yang berilmu (dan beriman) dari orang-

orang yang hanya beriman. Maka barang siapa yang memadukan antara iman dan ilmu

maka Allah mengangkatnya beberapa derajat karena imannya lalu Allah mengangkat

derajatnya karena ilmunya”.

b. Ilmu adalah Warisan Para Nabi

Rasulullah SAW bersabda: “Dan sesungguhnya para Nabi tidak pernah

mewariskan uang emas dan tidak pula uang perak, akan tetapi mereka telah

mewariskan ilmu (ilmu syar’i) barang siapa yang mengambil warisan tersebut maka

sungguh ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR Ahmad).

c. Orang Berilmu akan Diberi Kebaikan Dunia dan Akhirat

Kedudukan ilmu dalam Islam begitu mulia. Ia yang berilmu pasti diberi

kebaikan dan kemudahan dalam menjalankan kehidupannya di dunia maupun di

akhirat.

11
Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barangsiapa yang menginginkan urusan dunia,

maka wajiblah baginya berilmu. Dan barangsiapa yang ingin urusan akhirat (selamat

di akhirat) maka wajiblah ia memiliki ilmu juga. Dan barangsiapa yang menginginkan

keduanya, maka hendaklah ia memiliki ilmu tentangnya juga.” (HR Bukhari dan

Muslim).

d. Orang Berilmu Dimudahkan Jalannya ke Surga

Surga adalah idaman setiap muslim. Bahkan, ia menjadi janji dari Allah SWT

bagi banyak amalan shalih yang dilakukan oleh umat Islam. Oleh karena itu, menuntut

ilmu bisa menjadi salah satu jalan yang bisa kita lakukan untuk menuju surga. Hal ini

sebagaimana sabda Rasulullah SAW beliau bersabda :

‫سلَكَ َو َمن‬ َ ‫س‬


َ ‫ط اريقا‬ َ ُ‫ط اريقا با اه لَهُ للا‬
ُ ‫ اعلما فاي اه يَلتَ ام‬، ‫س َّه َل‬ َ ‫ال َجنَّ اة إالَى‬

“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah

memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR Bukhari dan Muslim). (Utara, 2022)

12
e. Orang Berilmu Memiliki Pahala yang Kekal

Siapa yang tidak ingin terus mendapatkan pahala meski telah meninggal. Ilmu

akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia telah meninggal. Hal ini akan

didapati bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sebab, ilmu

tersebut bukan hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga untuk orang lain.

Disebutkan dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, ia

berkata kepada Rasulullah SAW :

‫سانُ َماتَ إاذَا‬


َ ‫اْلن‬ َ َ‫صدَقَة امن ثَ ََلثَة امن إا َِّل َع َملُهُ انق‬
‫ط َع ا‬ ‫صا الح َو َولَد با اه يُنتَفَ ُع َو اعلم َج ا‬
َ ‫اريَة‬ َ

ُ ‫لَهُ يَد‬
‫عو‬

Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga

perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang

sholeh” (HR. Muslim no. 1631).

13
BAB III
PENUTUP
2.3 Kesimpulan

1. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim, baik laki-laki

maupun perempuan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah Shalallahu

Alaihi Wassalam mewajibkan manusia agar tidak pernah berhenti belajar

selama hidupnya melalui Al-Qur’an, sunah, maupun hadits tentang menuntut

ilmu.

Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kaki di waktu pagi kemudian

mempelajari satu ayat dari Kitab Allah , maka pahalanya lebih baik daripada

ibadah satu tahun.

Artinya: Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan

hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang

mengajarkanmu.» . Ilmu agama memang menjadi prioriats untuk dipelajari.

2. Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim ataupun muslimah.

Khususnya ilmu yang membahas tentang Iman, Islam, dan Ihsan, yakni tauhid,

fiqh, dan tasawuf. Ilmu ini adalah ilmu pokok.

Selebihnya ada ilmu yang dikategorikan fardhu kifayah, seperti Ilmu Falak dan

Ilmu Mawaris, juga ada ilmu-ilmu yang sifatnya sekunder, maka dari itu ada

14
yang dihukumi sunnah, mubah, makruh, bahkan haram seperti ilmu sihir dan

perdukunan. Ada banyak sekali jenis dan klasifikasi ilmu.

Sehingga ada orang yang ahli di bidang-bidang tertentu. Dalam dunia modern,

juga ada ilmu-ilmu eksak, sosial, ekonomi, budaya, politik, desain, dan

lainnya. Luasnya ilmu membuat tidak satupun di muka bumi ini yang

menguasai semua ilmu secara mendetail. Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa

andai seluruh lautan dijadikan tinta dan ranting dijadikan pena, niscaya tidak

akan mampu menuliskan ilmu Allah. Di ayat yang lain disebutkan, bahwa ilmu

yang diberikan kepada seluruh manusia ini tidak banyak, tetapi sedikit. Namun

siapa yang diberikan ilmu ,

maka ia diberikan kebaikan yang banyak. Ibnu Khaldun mengatakan, "ilmu

dan mengajar adalah satu keniscayaan dalam membangun manusia. Manusia

itu sama dengan semua binatang ditinjau dari segi sifat-sifat kehewanan,

seperti perasaan, gerakan, makanan, dan sebagainya; akan tetapi perbedaan

antara keduanya adalah pikiran. Dari pikiran ini terjadilah ilmu pengetahuan

dan berbagai temuan". Dengan ilmu, seseorang bisa membedakan mana yang

baik dan mana yang buruk, mana yang membawa mudharat dan mana yang

membawa manfaat. Sesudah berilmu itu barulah keadaan mereka berubah dari

biadab menjadi sopan dan beradab.3 Masalah mendasar yang sedang dihadapi

umat sekarang ini adalah masalah hubungan ilmu dan adab/sopan santun.

15
Banyak orang yang punya ilmu pengetahuan sudah mulai menjauhi adab,

bahkan sudah melupakan adab. Akhlak mulia sudah mulai menipis bagi

kalangan ilmuan dan orang cerdik pandai dalam dunia ilmu pengetahuan.

Akibatnya terjadilah suatu keadaan yang oleh Syeh Muhammad Naquib Al-

Attas, bahwa disebut the loss of adab . Ibn Jama’ah dalam kitab Tadzkirah

alSami' wa al-Mutakallim fi al-adab al-'Alim wa al-Muta'allim menjelaskan,

bahwa derajat yang tinggi pada seseorang didapatkan dengan iman dan ilmu.

Ayat ini dijelaskan oleh Ibnu Jama’ah, bahwa muraqabatullah menjadikan

seseorang yang punya ilmu pengetahuan tidak akan berprilaku khianat atas

ilmu yang diamanahkan kepadanya, karena khianat ilmu berarti sama dengan

mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, penjelasan tentang

pemahaman terhadap pengertian adab dalam dunia pendidikan mempunyai

sedikit berbeda dengan karakter. Pendidikan adab adalah pendidikan akhlak

Al-Karimah, sifat dan sikap terpuji. Orang yang berakhlak mulia adalah

mengikuti akhlak Rasul dan akhlak Rasul adalah AlQur’an .

Allah SWT memuji akhlak yang dimiliki oleh Rasul . Ilmu yang dipandu

dengan ke Imanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa

ketakwaan kepada Allah SWT.

16
3. Ini adalah keutamaan menuntut ilmu yang pertama, dalam Alquran Allah SWT

berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan

orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11).

Jika ditelaah lebih lanjut, ada tafsiran atau arti dari ayat ini. Seperti salah

satunya menurut Imam Syaukani berkata : “Dan makna ayat ini bahwasanya

Allah mengangkat beberapa derajat orang-orang beriman dari orang-orang

yang tidak beriman, dan mengangkat beberapa derajat orang-orang yang

berilmu (dan beriman) dari orang-orang yang hanya beriman. Maka barang

siapa yang memadukan antara iman dan ilmu maka Allah mengangkatnya

beberapa derajat karena imannya lalu Allah mengangkat derajatnya karena

ilmunya”.

Kalung Permata : ‫ال َخنَازيْرُُال َجوهَر‬


Mencari : ُ‫طلب‬ ْ ‫ َي‬-ُ‫ب‬ َ
َُ ‫ط َل‬
Emas : ُُ‫ُذَهَب‬
Belajarlah ُِ ‫ُتَعَ ّلم ْوا( ْال ِف ْعلُاأل َ ْم‬
:ُُ)‫ر‬

Mudah : ُُ‫س ْهل‬


َ
Jalanُُُُ : ُ‫ط ََ ِريْق‬
Mati : ُ‫ات‬
َ ‫َم‬
Terputus : َ َ‫إِ ْنق‬
ُ‫ط َع‬

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Beni, A. S., & Akhidayat, H. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (Vol. 1). Bandung: CV
Pustaka Setia.
Ghazali, A. (2004). Bidayah Al hidayah . Semarang : Toha Putra.
Jama’ah, I. ( 2012). Tadzkirah as-Sami wa al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-

Muta’allim. Beirut: Dar al-Basyair al-Islamiyah,.

Khaldun, I. (2009). Mukaddimah Ibnu Khaldun,. Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah.


Utara, A.-A. A.-S. (2022). 5 Keutamaan Menuntut Ilmu Menurut Pandangan Islam.
11-15.
Walz, I. N. (2023, 11). Penerapan Kandungan Hadis Tentang Menuntut Ilmu Dan
Menghargai Waktu Dalalam Kehidupan Sehari. pp. 11-15.

19
20

Anda mungkin juga menyukai