Anda di halaman 1dari 22

i

MAKALAH KELOMPOK 4
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU DALAM HADIST

Oleh :
Nama NIM
Melisa Wulandari Putri : 202102901260028

Dosen Pengampu : Muhammad Hamdi M.Pd I

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL HAKIM
2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat-Nya


penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Hadits tentang kewajiban
menuntut ilmu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
penulis buku yang digunakan sebagai referensi dalam pembuatan makalah, dosen
pengampu matakuliah Hadits, kawan-kawan yang acap kali berbagi wawasan,
serta berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini.


Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesemurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi semua pihak.

Kediri, 25 Maret 2023


iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................i

HALAMAN KATA PENGANTAR...........................................................ii

HALAMAN DAFTAR ISI.........................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................1


B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu...........................................................................3
B. Hukum Menuntut Ilmu Berdasarkan Hadist................................4
C. Keutamaan Orang Berilmu dalamHadits.....................................5
D. Etika Menuntut Ilmu....................................................................9
E. Manfaat Menuntut Ilmu...............................................................11
BAB III PENUTUP

A. Simpulan......................................................................................12
B. Saran............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 15
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah ilmu dan
akal. Hanya manusia makhluk yang diberi ilmu pengetahuan, akal pikiran,
dan nafsu. Dengan akal manusia dapat mencari ilmu pengetahuan. Namun,
tidak ada manusia yang terlahir dan hidup di dunia ini langsung dalam
keadaan pandai. Mereka harus melewati tahapan belajar dan fase-fase
perkembangan otak sehingga manusia itu menjadi pandai.
Pendidikan pertama manusia adalah lingkungan keluarga, kemudian
sekolah dan masyarakat. Mereka memilih bidang yang mereka sukai dan
tekuni sehingga ahli dalam bidangnya. Ilmu dan zaman akan terus
berkembang sehingga manusia dituntut untuk dapat mengikutinya. Bagi yang
tidak dapat mengikutinya maka ia hanya akan menjadi penonton
perkembangan ilmu dan zaman.
Oleh karena itu, Islam mewajibkan kepada pemeluknya supaya menuntut
ilmu dari buaian sampai liang lahat. Jadi tidak ada kata terlambat untuk
mencari ilmu. Meskipun usia sudah tua, tetapi jika belum memahami suatu
ilmu hendaknya selalu berusaha menguasai ilmu itu, terutama ilmu agama.
dengan menguasai ilmu agama dan mengamalkannya berarti kita telah
berusaha untuk taat kepada Allah SWT sehingga akan mendapat kebahagiaan
dunia dan akhirat.
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
2. Apa hukum menuntut ilmu berdasar hadits?
3. Apa keutamaan orang berilmu dalam hadits?
4. Apa saja etika menuntut ilmu?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu
2. Untuk mengetahui hukum menuntut ilmu dalam hadits
3. Untuk mengetahui keutamaan orang berilmu dalam hadits
4. Untuk mengetahui etika menuntut ilmu
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu
Al ‘Ilm (ilmu) berarti ma’rifah (pengetahuan) tentang sesuatu yang
diketahui dari dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya. Ia adalah
kata absrak atau masdhar dari Alima – ya’malu – ‘ilman.1
‘Alim yaitu orang yang tahu (subyek), sedang yang menjadi objek ilmu
disebut ma’lum atau yang diketahui.2
Secara istilah ilmu adalah segala pengetahuan atau kebenaran tentang
sesuatu yang datang dari Allah yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya dan
laam ciptaan-Nya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriyah dan
batiniyah.
Ilmu terbagi menjadi dharuury dan nadhary. Ilmu dharuury adalah ilmu
yang tidak memerlukan perenungan dan pemikiran mengeni segala sesuatu
yang telah ada dalam pikiran (al badahiyyaat) seperti pengetahuan tentang
sesuatu yang dapat dirasakan (mahsuusaat) dan dilihat (mar’iyyaat) yang
diketahui dengan panca indera yaitu pendengaran dan peglihatan, penciuman,
rasa dan raba.
Sedangka ilmu nadhary adalah ilmu yang memerlukan perenungan dan
pemikiran, baik yang diketahui melalui hati saja sepeti hal-hal ghaib,
misalnya mengenai keberadaan Allah, malaikat dan lain-lain, atau yang
diketahui melali hati dan indera.3

1
Abu Bakar Al Jazairy, Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia dan Akhirat (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2001) hlm.19.
2
Library, Diakses dari http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1-2004-
abdulfatah-658-BAB2_319-8.pdf. Pada Senin, 2 Oktober 2017 pukul 20.24 WIB
3
Abu Bakar Al Jazairy, loc,cit.
4

B. Hukum Menuntut Ilmu


Apabila kita memerhatikan Al-Qur’an dan Hadits banyak sekali anjuran
bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu
agar menjadi omanusia yang ceras dan jauh dari kejahiliyahan (kebodohan).
Menuntut ilmu merupakan usaha mengubah akhlak baik dengan cara
bertanya, melihat atau mendengar.

‫مس ِل ٍم‬
‫ِ ع ْل ِم ف ض عل‬ ّ‫االُّه ْ وسل‬ ‫عن أَ َن س م ك رس‬
َ
‫ل يه َم ل ِر ْي ب ا ْل ة ى‬ ‫بن ا قَال ْو‬
‫ل‬ ‫ط‬ ‫ع‬ ‫ِل‬
َ‫ل‬
‫ك‬
‫ِ د ا ِ ز ِي ج َ و اللل ؤ َواالذَّهب‬ ‫وَ وا ضُعا ْل ْ ن ْ ي‬
َّ ْ ‫ِعل م د ر أَ ِله‬
‫ل كمقَل ِرا ْل خ ْو ْؤلُ هر‬ ‫غ ه‬
ِ َ ِ
‫نَ ا‬ ‫ع‬

220) ‫(رواهابن ماخه‬


“Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:, “menuntut
ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu
bukan pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan, dan
emas ke leher babi.” (HR. Ibnu Majah: 220)

Pada hadits ini Rasulullah menjelaskan tenang kewajiban menuntut ilmu.


Agama Islam sangat memerhatikan ilmu oengetahuan karena dengan ilmu
pengetahuan manusia bisa berkarya dan beribadah lebih sempurna. Begitu
pentingya ilmu sampai Rasulullah SAW mewajibkan umatnya agar menuntut
ilmu, baik laki-laki maupun perempuan dan baik yang membahas masalah
duniawi maupun ukhrawi. Umat islam wajib menuntut ilmu agama seperti
akidah, fiqh, baca tulis Al-Quran dan lain sebagainya.
Dengan ilmu-ilmu itu umat islam dapat beribadah lebih sempurna. Selain
itu, umat islam juga diperintahkan mempelajari ilmu untuk kemaslahatan
hidup di dunia, seperti ilmu ekonomi, matematika, ilmu sosial, dan lain
sebagainya. Mencari ilmu yang diwajibkan Allah SWT adalah mencari ilmu
dengan niat untuk menjunjung tinggi ajaran Allah SWT.4
5

4
Faisal Rosidin Mukarom dan Ngatiman, Menelaah Ilmu Hadits (Solo : Aqila) hlm.140.
6

C. Keutamaan Menuntut Ilmu Dan Penuntutnya


Sarana yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan biasanya menjadi
mulia ketika tujuan yang hendak dicapainya juga muliaketika tujuan yang
dicapai tersebut mulia maka sarananya pun mulia. Demikian pula sebaliknya,
ketik tujuan yang hendak dicapainya hina dan kotor, maka sarana yang
dipergunakannya pun hina dan kotor.
Dari perspektif (sudut pandang) ini, ilmu yang merupakan sesuatu yang
mulia dan agung, maka menuntut ilmu merupakan perbuatan yang mulia dan
penuntutya sebagai orang yang paling mulia dan utama.
Hadits-hadits dan riwayat berikut menjelaskan dan menguatkan hal ini :
1. Memudahkan jalan menuju Surga

‫ي ْلتَ م س ْيه‬ ‫قَا َ وم سل‬ ‫وعن أَ ِبى ه رَة رس‬


ِ َ
‫ط ِر ْيقًا‬ ‫هلال ن ك‬ ‫ر أَن ْول‬
:‫ل‬ ‫ْي‬
)‫ر لَى ال ج ة (رواه مسلم‬ ُ‫هلالُ لَه‬ ‫ع ْل ما‬
ِ
‫ْيقًا‬ ‫سهل‬ ,
‫َّن‬ ‫ط‬
“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim)
Hadits ini, disamping menunjukkan keutamaan ilmu, juga
menunjukkan keutamaan penuntutnya. Karena ketika seorang hamba
menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, ia telah melakukan
perjalanan menuju surga. Apakah ada orang yang lebih baik daripada
orang yang menempuh jalan menuju surga? Dan barangsiapa
menempuh sesuatu di atas jalannya (yang benar) maka ia akan sampai
pada tujuannya5.
2. Para malaikat ridha apa yang dikerjakannya

ُ‫َ ْ ما كة‬
‫لُه ا ل‬ ‫من ب ْي ط ا ْل ِع َّ َّل‬ ‫يخر‬ ‫ما من خا‬
‫ضع ت ل ِ ئ‬ ‫و‬ ‫ِته ي ل ْل َم‬ ‫ج‬ ‫ِر‬
‫ب‬
‫ضا ب ص نَ ع‬ ‫ ه َما ي‬،‫ا‬
‫ر‬
7
‫حت‬ ‫أَ ج ِن‬

Hadits dari Zar bin Hubaisy yang menjelaskan bahwa ia mendatangi

5
Abu Bakar Al Jazairy,op.cit.hlm.35.
8

Shofwan bin ‘Asil Al Muradi RA, ia berkata, “Apa yang


menyebabkan engkau datang kepadaku? Aku menjawab, “Aku ingin
mencari ilmu.” Ia berkata, “Sesungguhnya aku telah mendengar
Rasulullah SAW bersabda, ”tiada seorang pun yang keluar dari
rumahnya untuk menuntut ilmu melainkan malaikat meletakkan
sayapnya karena meridlai apa yang ia lakukan.” (HR. Turmudzi, Ibu
Majah, Hakim dan Ibnu Hibban)
3. Akan mendapat pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah

‫ِل ّال صلَّى َّ ُل ْ وسلَّ َم‬ ‫ رس‬:‫ل‬ ‫أَ َن س م ك‬ ‫من خرج‬


‫يه‬ ‫ا‬ ‫قَال ْول‬ ‫عن بن ا قَا‬
‫ع‬ ‫ِل‬
َ‫ل‬
‫لهال حتَ يْ رجع‬ ‫ْي‬ ‫َو‬ ‫ِ ف ط ا ْل ِع‬
‫ى‬ ‫ل‬ ‫ِفى ه‬ ‫ى ل ْل ِم ب‬
‫س‬
‫ِب‬
“Dari Anas ra ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : Orang yang
keluar untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan Allah (sabilillah)
sampai ia pulang.” (HR. Tirmidzi)

‫ْ جاه ِد‬
‫من د خـ مـسجـَد ه َ لَّ خ َأ ْو ِل ِ م كان ل‬
‫م‬ ‫ُي را لّ ه‬ ‫نَ ا ـذَا يَت َم‬ ‫ل‬
‫ْي‬
‫كا‬ ‫ل‬

ُ‫ِ ر ذ كان َّ ن ظ لَى ما س لَه‬ ‫له و ن َ ل‬ ‫ِ في ْ ي‬


‫لَ ْي‬ ‫ا ِر‬ ‫ِلك لغَ ْي‬ ‫ل َم د ُه‬ ‫ل‬
‫كال‬ ‫خـ‬ ،‫ا‬ ‫س‬
‫ِب‬
Hadis Abu Hurairah RA, ia mengatakan bahwa ia mendengar
Rasulullah SAW ersabda, “barangsiapa datang ke masjidku ini hanya
untuk suatu kebaikan yang ia pelajari atau diajarkannya (kepada
orang lain) maka ia sederajat dengan para pejuang (mujahidin) di
jalan Allah, dan barangsiapa datang (ke masjidku ini) bukan untuk itu
9
maka ia sama dengan orang yang melihat kenikmatan orang lain.”
(HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)

Hadits ini mengisyaratkan keutamaan penuntut ilmu, bahwa ia


disejajarkan dengan seorang mujahid yang berjuang di jalan Allah,
maka apakah ada seseorang yang lebih tama dari seorang mujahid
yang berjuang di jalan Allah? Dalam hadits ini ada petunjuk lain
mengenai keutamaan orang yang mengajarkan ilmu. Ilmu dalam
10

hadits ini, disebut sebagai suatu kebaikan dan suatu kebaikan tentu
tidak mengadung keburukan, karena keburukan tidak akan bercampur
dengan kebaikan sebagaimana terhadap dalam hadits shahih
Rasulullah SAW.6
4. Wajahnya akan cemerlang pada hari kiamat
ً‫ هلالُ اْ م رأ‬: ‫ص يقُ ن‬ ‫ِ مع رس‬ :‫ْو ٍد رض قَال‬ ‫عن ا ْبـن‬
‫ضر‬ ‫لهال ْو ل‬ ‫ْول‬ ‫ت‬ ‫مس‬
‫س‬
. ‫سِ مع َّ َف بلَّـَغُه ش كم ِ ُه َفر م بلَّـ َا و عى سا ِم‬
ْ َ َ
‫من‬ ‫ب‬ ‫ا م‬ ‫ْيًئا‬ ‫نا‬
‫س‬ ‫م‬
)‫قال و الترمذى و داود ابو‬: ‫(صحيح حسن حديث‬
Hadits Abdullah bin Mas’ud RA, bahwa ia berkata: aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, “Allah mencemerlangkan seseorang yang
mendengar perkataanku dan ia memeliharanya kemudian
menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya, dan berapa
banyak orang yang menyampikan (ilmunya) lebihmenyadari
daripada orang yang mendengar.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Isyarat tentang keutamaan penuntut ilmu dalam hadits ini tampak


jelas sebab Nabi SAW menyebut orang yang menuntut ilmu dan yang
mengajarkannya kepada orang lain sebagai orang yang wajahnya
cerah cemerlang pada hari kiamat. Ini merupakan seruan nabi yang
akan dikabulkan dengan masuk ke dalam surga dan melihat wajah
Allah SWT sebagaimana Allah berfirman, “Wajah-wajah (orang-
orang mu’min)pada hari itu berseri-seri. Kepad Rabb-nya lah mereka
melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23)

Keutamaan ini dapat diterima oleh penuntut ilmu dan orang yang
mengajarkan ilmu kepada orang lain meskipun tingkat pemahamannya
belum mencapai tingkat tinggi, tetapi cukuplah baginya untuk
memelihara dan menjaga ilmu serta menyampaikannya kepada orang

6
Ibid,.hlm.36.
11

lain, yang mungkin saja ia meyampaikannya kepada orang yang


memiliki pemahaman lebih tinggi.7
5. Selalu berada dijalan Allah SWT

‫لهال حتَ يْ رجع‬ ‫ْي‬ ‫من خرج ِفى ط ِ ع ْل ِم َ و‬


‫ى‬ ‫ل‬ ‫ل فَ ب ا ى ه‬
‫س‬
‫ْل‬
‫ِب‬
“Orang yang keluar untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan
Allah (sabilillah) sampai ia pulang.” (Hadits Tirmidzi)

Isyarat keutamaan ilmu dan keutamaan orang yang berilmu


dijelaskan dalam uangkapan bahwa jika seseorang (penuntut ilmu)
keluar untuk mencari ilmu maka ia seperti orang yang keluar untuk
berjihad di jalan Allah, sehingga menuntut ilmu tersebut akan
mendapat keutamaan seperti keutamaan jihad.
6. Orang berilmu dan tak berilmu seperti bulan dan bintang serta para
ulama adalah pewaris para Nabi

‫ْ ج وِ إن‬
‫ال‬ ‫ِ ريقًا‬ ُ‫ع سل ّلال‬ ‫ِريقًا ي ط ب‬ ‫من سلَك‬
‫طر َّنة‬ ‫ْلما ك به من ط‬ ‫ط ل فيه‬
‫ق‬
‫ض ِ ا ْل ِع و ن م ل س ِ ر لَُه من‬ ‫ا ْل َال ت أَ ج ح ها‬
َ
‫ا ْل َي ا ِل ت ف‬ ‫ا ل ل ْل ِم‬ ‫ِئ م ك ض ت ر‬
‫غ‬ ‫إ‬ِ ‫َة ع ِن‬
‫ط ب‬
‫ا‬
‫ض حيَتان ج ف ما و ن فَضل‬ َ‫ِ في ال َ و ت ي اْ ْل‬
‫ا ْل ِء‬ ‫ي‬ ‫وا ْل‬ ‫ْر‬ ‫ا ومن‬
‫ِإ‬ ‫ْو‬
‫سم‬
‫عل ِ ئ ِر وا ب وِ إن‬
َ ِ ‫ا ْل َعا ا ْل ا ِب كَف ا ْلقَ ِر لَ ْيلَةَ ا‬
‫ْل َب م ر ى ا ْل سا ِك‬ ‫ضل‬ ‫ِل ِم علَى ِد‬
‫ك‬
‫د‬
‫دي وَ َّل ما دره ورثُوا‬ ‫را نَ ا‬ َ ‫و ِّ ر ثُ و ا‬ َ‫ْم ء ل‬
12
‫ا ْْلَ ْن ِب َيا ن‬ ‫و ِإ‬ ‫ا‬ ‫َيا ِء ْْلَ ْن ِب‬ ‫رَثُة و‬ ‫اء م‬ ‫ْلعُل ا‬
‫وا ِف ٍر‬ ‫من خذَُه خ‬ ‫ا ْل ِع‬
‫ذ ّظ‬
‫أ أ‬ ‫ْل َم‬
‫بح‬
Hadits Abu Darda RA, ia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, “barangsiapa pergi karena menginginkan ilmu dan
mempelajarinya karena Allah, maka Allah akan membukakan pintu
baginya menuju surga dan malaikat membentangkan sayapnya dan
meliputinya dari segenap penjuru serta malaikat-malaikat langit dan
hewan-hewan laut memohonkan ampunan dan rahmat baginya.
Seorang yang berilmu memiliki keutamaan dari seorang yang
7
ibid, hlm.37.
13

beribadah seperti bulan pada malam bulan purnama dibandingkan


dengan bintang yang terkecil di langit, dan para ulama adalah
pewaris para nabi, sedangkan para nabi tidak mewariskan satu dinar
atau dirham pun kepada mereka, tetapi nabi-nabi telah mewariskan
ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya (ilmu) maka ia telah
mengambil keberuntungannya.” (HR. Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu
Majah dan Ibnu Hibban)

Orang alim degan ilmunya itu bermanfaat untuk dirinya dan orang
lain. Kemanfaatan untuk orang lain lebih bermanfaat dibanding orang
alim yang beribadah untuk dirinya sendiri. Sedangkan maksud
warisan disini adalah ilmu bukan harta dan benda. Para nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham, mereka mewariskan ilmu kepada
umatnya. Warisan ilmu adalah sebaik-baik warisan karena ilmu itu
sebagai alat bagaikan pisau untuk memotong sesuatu. Warisan harta
benda akan habis, sedangkan warisan ilmu akan kekal abadi dan jika
dibagikan atau diajarkan justru akan bertambah.

D. Etika Menuntut Ilmu


Ilmu merupakan suatu yang muia, maka bagi seseorang yang menuntut
ilmu hendaknya memiliki etika dan ketentuan yang harus diindahkannya.
Berikut beberapa point yang harus diperhatikan:
1. Kemurnian
yaitu seorang penuntut ilmu hendaknya bertujuan mengetahui
(ma’rifah) Allah Ta’ala, mengetahui jalan dan cara untuk sampai kepada-
Nya dan memelihara ilmunya dengan mengaplikasikannya
(mengamalkannya) dalam setiap perbuatannya bagi setiap umat Islam
yang merupakan fondasi kehidupan mereka, inilah yang dimaksud
menghidupkan islam dengan ilmu.8

8
Ibid,.hlm.41.
14

Seseorang hendaknya mengajarkan ilmunya kepada orang lain demi


mendapatkan ridha Allah SWT. Sedangkan menuntut ilmu demi untuk
mendapatkan popularitas, harta dan jabatan dunia hal itu tidak dianjurkan
dan bukan tujuan dari menuntut ilmu. Dalam hadits Abu Dawud :

‫من الدُّ ْن َيا ل‬ ‫من طلَب ع م ْ غ وج ِ ّ الَى لَ ُي ص ب به‬


‫ْم ضا‬ ‫عر‬ ‫ت ْي‬ ‫ْلما ما بت به ه لال‬
‫يجد عرف َ ت ي ْو ِم ا ْل ِق َيا مة‬
‫ا ْل ّن‬
‫ج‬
“orang yang mencari ilmu yang seharusnya dimaksudkan untuk
mendapatkan ridha Allah Azza wa Jalla tetapi ia tidak memelajari ilmu itu
kecuali untuk mendapatkan kehormatan dunia, maka ia tidak akan
menemukan bau surga pada hari kiamat.”
2. Berakhlak mulia dan memiliki sifat terpuji
Penuntut ilmu harus berakhlak mulia dan menghiasi dirinya dengan
tatakrama yang mulia pula, memiliki sifat yang terpuji dan tabiat yang
diridhai Allah SWT. Maka seorang penuntut ilmu harus memiliki sifat
zuhud (menjauhkan diri dari hal-hal keduniawian) di dunia, qana’ah
(kepuasan batin) yang jauh dari berlebih-lebihan, sabar, jujur, ketenangan
dan ketentraman.
3. Menjauhkan diri dari sifat tercela
Seorang penuntut ilmu harus menjauhkan diri dari sifat riya’, iri hati,
kesombongan dan kebanggaan pada diri sendiri. Tidak boleh menganggap
kecil dan meremehkan orang lain. Jika hal tersebut terdapat pada seorang
penuntut ilmu maka cahaya dan keagungannya akan hilang dan tergolong
orang yang merugi baik dunia maupun akhirat.
4. Mempelajarinya secara perlahan
Seorang penuntut ilmu hendaknya mempelajari ilmu sedikit demi
sedikit, karena jika ia memelajarinya dalam jumlah yang banyak maka
akan cepat hilang.
15

5. Mencari ilmu dengan baik


Seorang penuntut ilmu hendaknya mencari ilmu yang paling baik dan
lebih diwajibkan, yang paling baik manfaatnya dan yang dapat
mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai keridhaan-Nya.
6. Tidak boleh malu bertanya, apabila ada persoalan yang belum paham
Seorang penuntut ilmu tidak boleh malu bertanya kepada pengajarnya
atau kepada orang lain yang lebih ahli dalam setiap persoalan yang belum
dipahaminya.
7. Harus banyak menghafal
Seorang penuntut ilmu harus banyak menghafal dan menjadikannya
pegangan dan juga ditulis. Penyair mengatakan: ilmu itu bagaikan
binatang buruan dan tulisan adalah ikatannya, ikatlah buruanmu dengan
tali yang kencang.

E. Manfaat Menuntut Ilmu


1. Akan mendapat kebaikan berlipat ganda
“Hai, Abu zar, keluarmu dari rumah dipagi hari untuk mempelajari satu
ayat dari kitab Allah itu lebih baik dari pada engkau mengerjakan shalat
seratus rakaat”. (HR Ibnu Majah)
2. Akan dimudahkan jalan menuju surga
“Barang siapa yang menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga.”(HR at Thirmidzi)
3. Perilaku orang yang menuntut ilmu
16

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Dengan demikian, dapat kami disimpulkan bahwa:
1. Pengertian ilmu
Al ‘Ilm (ilmu) berarti ma’rifah (pengetahuan) tentang sesuatu yang
diketahui dari dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya. Ia
adalah kata absrak atau masdhar dari Alima – ya’malu – ‘ilman.
Secara istilah ilmu adalah segala pengetahuan atau kebenaran tentang
sesuatu yang datang dari Allah yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya
dan laam ciptaan-Nya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriyah
dan batiniyah.
2. Hukum Menuntut Ilmu dalam Hadits
Rasulullah SAW mewajibkan umatnya agar menuntut ilmu, baik laki-
laki maupun perempuan dan baik yang membahas masalah duniawi
maupun ukhrawi

‫ض عل ك ّ ل‬
‫ِ ع ْل ِم ف‬ ّ‫عن أَ َن س م ك رس االُّه ْ وسل‬
َ
‫بن ا ال ْو ل يه َم ل ِر ْي ب ا ْل ة ى‬
‫ط‬ ‫ع‬ ‫ِل‬
َ‫ل‬
‫ؤ‬ ‫ِ د ا ِ ز ِي ج َ و اللل‬ ‫مس لِ و ضُعا ْل ْ ن ْ ي‬
‫ُ َواالذَّهب‬ َّ ْ ‫َ ِله‬
‫ٍم َوا ِعل ِم دَ ِر أ ه ل كمَقل ِرا ْل خ ْو ْؤل هر‬
‫نَ ا‬ ‫ع غ‬

220) ‫(رواهابن ماخه‬


“Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:, “menuntut
ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan
ilmu bukan pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara,
intan, dan emas ke leher babi.” (HR. Ibnu Majah: 220)
17

3. Keutamaan Orang Berilmu dalam Hadits


a. Memudahkan jalan menuju Surga
b. Para malaikat ridha apa yang dikerjakannya
c. Akan mendapat pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah
d. Wajahnya akan cemerlang pada hari kiamat
e. Selalu berada dijalan Allah SWT
f. Orang berilmu dan tak berilmu seperti bulan dan bintang serta para
ulama adalah pewaris para Nabi
4. Etika Menuntut Ilmu
a. Kemurnian
b. Berakhlak mulia dan memiliki sifat terpuji
c. Menjauhkan diri dari sifat tercela
d. Mempelajarinya secara perlahan
e. Mencari ilmu dengan baik
f. Tidak boleh malu bertanya, apabila ada persoalan yang belum paham
g. Harus banyak menghafal
5. Manfaat Menuntut Ilmu
a. Akan mendapat kebaikan berlipat ganda
b. Akan dimudahkan jalan menuju surga
c. Perilaku orang yang menuntut ilmu
18

B. Saran
Kita sebagai golongan terpelajar hendaknya kita lebih mendalam di dalam
mempelajari keutamaan dan pentingnya ilmu, baik yang bersumber dari al-
Qur’an, hadits kitab-kitab para ulama islam, maupun cendikiawan yang lain.
Hendaknya kita mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang telah kita
raih, agar keutamaannya tampak menghiasi diri kita dan orang-orang disekitar
kita.
Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya menuntut ilmu, maka
hendaknya kita tidak berhenti begitu saja dalam menuntut ilmu tetap
diharuskan sampai tubuh kita terkubur dalam liang lahat
19

DAFTAR PUSTAKA

Al Jazairy Abu Bakar, 2001.Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia dan
Akhirat .Jakarta: Pustaka Azzam

Library, 2 Oktober 2017 http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14


/jtptiain-gdl-s1-2004-abdulfatah-658-BAB2_319-8.pdf.

Mukarom Faisal Rosidin dan Ngatiman, Menelaah Ilmu Hadits ,Solo: Aqila

Anda mungkin juga menyukai