MAKALAH KELOMPOK 4
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU DALAM HADIST
Oleh :
Nama NIM
Melisa Wulandari Putri : 202102901260028
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Ilmu...........................................................................3
B. Hukum Menuntut Ilmu Berdasarkan Hadist................................4
C. Keutamaan Orang Berilmu dalamHadits.....................................5
D. Etika Menuntut Ilmu....................................................................9
E. Manfaat Menuntut Ilmu...............................................................11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................12
B. Saran............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah ilmu dan
akal. Hanya manusia makhluk yang diberi ilmu pengetahuan, akal pikiran,
dan nafsu. Dengan akal manusia dapat mencari ilmu pengetahuan. Namun,
tidak ada manusia yang terlahir dan hidup di dunia ini langsung dalam
keadaan pandai. Mereka harus melewati tahapan belajar dan fase-fase
perkembangan otak sehingga manusia itu menjadi pandai.
Pendidikan pertama manusia adalah lingkungan keluarga, kemudian
sekolah dan masyarakat. Mereka memilih bidang yang mereka sukai dan
tekuni sehingga ahli dalam bidangnya. Ilmu dan zaman akan terus
berkembang sehingga manusia dituntut untuk dapat mengikutinya. Bagi yang
tidak dapat mengikutinya maka ia hanya akan menjadi penonton
perkembangan ilmu dan zaman.
Oleh karena itu, Islam mewajibkan kepada pemeluknya supaya menuntut
ilmu dari buaian sampai liang lahat. Jadi tidak ada kata terlambat untuk
mencari ilmu. Meskipun usia sudah tua, tetapi jika belum memahami suatu
ilmu hendaknya selalu berusaha menguasai ilmu itu, terutama ilmu agama.
dengan menguasai ilmu agama dan mengamalkannya berarti kita telah
berusaha untuk taat kepada Allah SWT sehingga akan mendapat kebahagiaan
dunia dan akhirat.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
2. Apa hukum menuntut ilmu berdasar hadits?
3. Apa keutamaan orang berilmu dalam hadits?
4. Apa saja etika menuntut ilmu?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu
2. Untuk mengetahui hukum menuntut ilmu dalam hadits
3. Untuk mengetahui keutamaan orang berilmu dalam hadits
4. Untuk mengetahui etika menuntut ilmu
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu
Al ‘Ilm (ilmu) berarti ma’rifah (pengetahuan) tentang sesuatu yang
diketahui dari dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya. Ia adalah
kata absrak atau masdhar dari Alima – ya’malu – ‘ilman.1
‘Alim yaitu orang yang tahu (subyek), sedang yang menjadi objek ilmu
disebut ma’lum atau yang diketahui.2
Secara istilah ilmu adalah segala pengetahuan atau kebenaran tentang
sesuatu yang datang dari Allah yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya dan
laam ciptaan-Nya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriyah dan
batiniyah.
Ilmu terbagi menjadi dharuury dan nadhary. Ilmu dharuury adalah ilmu
yang tidak memerlukan perenungan dan pemikiran mengeni segala sesuatu
yang telah ada dalam pikiran (al badahiyyaat) seperti pengetahuan tentang
sesuatu yang dapat dirasakan (mahsuusaat) dan dilihat (mar’iyyaat) yang
diketahui dengan panca indera yaitu pendengaran dan peglihatan, penciuman,
rasa dan raba.
Sedangka ilmu nadhary adalah ilmu yang memerlukan perenungan dan
pemikiran, baik yang diketahui melalui hati saja sepeti hal-hal ghaib,
misalnya mengenai keberadaan Allah, malaikat dan lain-lain, atau yang
diketahui melali hati dan indera.3
1
Abu Bakar Al Jazairy, Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia dan Akhirat (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2001) hlm.19.
2
Library, Diakses dari http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1-2004-
abdulfatah-658-BAB2_319-8.pdf. Pada Senin, 2 Oktober 2017 pukul 20.24 WIB
3
Abu Bakar Al Jazairy, loc,cit.
4
مس ِل ٍم
ِ ع ْل ِم ف ض عل ّاالُّه ْ وسل عن أَ َن س م ك رس
َ
ل يه َم ل ِر ْي ب ا ْل ة ى بن ا قَال ْو
ل ط ع ِل
َل
ك
ِ د ا ِ ز ِي ج َ و اللل ؤ َواالذَّهب وَ وا ضُعا ْل ْ ن ْ ي
َّ ْ ِعل م د ر أَ ِله
ل كمقَل ِرا ْل خ ْو ْؤلُ هر غ ه
ِ َ ِ
نَ ا ع
4
Faisal Rosidin Mukarom dan Ngatiman, Menelaah Ilmu Hadits (Solo : Aqila) hlm.140.
6
َُ ْ ما كة
لُه ا ل من ب ْي ط ا ْل ِع َّ َّل يخر ما من خا
ضع ت ل ِ ئ و ِته ي ل ْل َم ج ِر
ب
ضا ب ص نَ ع ه َما ي،ا
ر
7
حت أَ ج ِن
5
Abu Bakar Al Jazairy,op.cit.hlm.35.
8
ْ جاه ِد
من د خـ مـسجـَد ه َ لَّ خ َأ ْو ِل ِ م كان ل
م ُي را لّ ه نَ ا ـذَا يَت َم ل
ْي
كا ل
hadits ini, disebut sebagai suatu kebaikan dan suatu kebaikan tentu
tidak mengadung keburukan, karena keburukan tidak akan bercampur
dengan kebaikan sebagaimana terhadap dalam hadits shahih
Rasulullah SAW.6
4. Wajahnya akan cemerlang pada hari kiamat
ً هلالُ اْ م رأ: ص يقُ ن ِ مع رس :ْو ٍد رض قَال عن ا ْبـن
ضر لهال ْو ل ْول ت مس
س
. سِ مع َّ َف بلَّـَغُه ش كم ِ ُه َفر م بلَّـ َا و عى سا ِم
ْ َ َ
من ب ا م ْيًئا نا
س م
)قال و الترمذى و داود ابو: (صحيح حسن حديث
Hadits Abdullah bin Mas’ud RA, bahwa ia berkata: aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, “Allah mencemerlangkan seseorang yang
mendengar perkataanku dan ia memeliharanya kemudian
menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya, dan berapa
banyak orang yang menyampikan (ilmunya) lebihmenyadari
daripada orang yang mendengar.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Keutamaan ini dapat diterima oleh penuntut ilmu dan orang yang
mengajarkan ilmu kepada orang lain meskipun tingkat pemahamannya
belum mencapai tingkat tinggi, tetapi cukuplah baginya untuk
memelihara dan menjaga ilmu serta menyampaikannya kepada orang
6
Ibid,.hlm.36.
11
ْ ج وِ إن
ال ِ ريقًا ُع سل ّلال ِريقًا ي ط ب من سلَك
طر َّنة ْلما ك به من ط ط ل فيه
ق
ض ِ ا ْل ِع و ن م ل س ِ ر لَُه من ا ْل َال ت أَ ج ح ها
َ
ا ْل َي ا ِل ت ف ا ل ل ْل ِم ِئ م ك ض ت ر
غ إِ َة ع ِن
ط ب
ا
ض حيَتان ج ف ما و ن فَضل َِ في ال َ و ت ي اْ ْل
ا ْل ِء ي وا ْل ْر ا ومن
ِإ ْو
سم
عل ِ ئ ِر وا ب وِ إن
َ ِ ا ْل َعا ا ْل ا ِب كَف ا ْلقَ ِر لَ ْيلَةَ ا
ْل َب م ر ى ا ْل سا ِك ضل ِل ِم علَى ِد
ك
د
دي وَ َّل ما دره ورثُوا را نَ ا َ و ِّ ر ثُ و ا َْم ء ل
12
ا ْْلَ ْن ِب َيا ن و ِإ ا َيا ِء ْْلَ ْن ِب رَثُة و اء م ْلعُل ا
وا ِف ٍر من خذَُه خ ا ْل ِع
ذ ّظ
أ أ ْل َم
بح
Hadits Abu Darda RA, ia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, “barangsiapa pergi karena menginginkan ilmu dan
mempelajarinya karena Allah, maka Allah akan membukakan pintu
baginya menuju surga dan malaikat membentangkan sayapnya dan
meliputinya dari segenap penjuru serta malaikat-malaikat langit dan
hewan-hewan laut memohonkan ampunan dan rahmat baginya.
Seorang yang berilmu memiliki keutamaan dari seorang yang
7
ibid, hlm.37.
13
Orang alim degan ilmunya itu bermanfaat untuk dirinya dan orang
lain. Kemanfaatan untuk orang lain lebih bermanfaat dibanding orang
alim yang beribadah untuk dirinya sendiri. Sedangkan maksud
warisan disini adalah ilmu bukan harta dan benda. Para nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham, mereka mewariskan ilmu kepada
umatnya. Warisan ilmu adalah sebaik-baik warisan karena ilmu itu
sebagai alat bagaikan pisau untuk memotong sesuatu. Warisan harta
benda akan habis, sedangkan warisan ilmu akan kekal abadi dan jika
dibagikan atau diajarkan justru akan bertambah.
8
Ibid,.hlm.41.
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan demikian, dapat kami disimpulkan bahwa:
1. Pengertian ilmu
Al ‘Ilm (ilmu) berarti ma’rifah (pengetahuan) tentang sesuatu yang
diketahui dari dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya. Ia
adalah kata absrak atau masdhar dari Alima – ya’malu – ‘ilman.
Secara istilah ilmu adalah segala pengetahuan atau kebenaran tentang
sesuatu yang datang dari Allah yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya
dan laam ciptaan-Nya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriyah
dan batiniyah.
2. Hukum Menuntut Ilmu dalam Hadits
Rasulullah SAW mewajibkan umatnya agar menuntut ilmu, baik laki-
laki maupun perempuan dan baik yang membahas masalah duniawi
maupun ukhrawi
ض عل ك ّ ل
ِ ع ْل ِم ف ّعن أَ َن س م ك رس االُّه ْ وسل
َ
بن ا ال ْو ل يه َم ل ِر ْي ب ا ْل ة ى
ط ع ِل
َل
ؤ ِ د ا ِ ز ِي ج َ و اللل مس لِ و ضُعا ْل ْ ن ْ ي
ُ َواالذَّهب َّ ْ َ ِله
ٍم َوا ِعل ِم دَ ِر أ ه ل كمَقل ِرا ْل خ ْو ْؤل هر
نَ ا ع غ
B. Saran
Kita sebagai golongan terpelajar hendaknya kita lebih mendalam di dalam
mempelajari keutamaan dan pentingnya ilmu, baik yang bersumber dari al-
Qur’an, hadits kitab-kitab para ulama islam, maupun cendikiawan yang lain.
Hendaknya kita mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang telah kita
raih, agar keutamaannya tampak menghiasi diri kita dan orang-orang disekitar
kita.
Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya menuntut ilmu, maka
hendaknya kita tidak berhenti begitu saja dalam menuntut ilmu tetap
diharuskan sampai tubuh kita terkubur dalam liang lahat
19
DAFTAR PUSTAKA
Al Jazairy Abu Bakar, 2001.Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia dan
Akhirat .Jakarta: Pustaka Azzam
Mukarom Faisal Rosidin dan Ngatiman, Menelaah Ilmu Hadits ,Solo: Aqila