Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HADITS TARBAWI

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU PENGETAHUAN


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu:
H. Ahmad Munadirin, M.Pd.I.

Disusun oleh :
1. Khafidhotul Mukaromah (23111989)
2. Karisma Fitri Wulandari (23111990)
3. Salfama Nabilatul Ahkla (23111999)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STIK KENDAL
2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah sentiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Hadits Tarbawi, dengan materi
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU PENGETAHUAN.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki, oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.

Kendal,12 Maret 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1

BAB II ................................................................................................................. 2

PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

A. Pengertian Ilmu............................................................................................ 2

B. Hukum Menuntut Ilmu ................................................................................. 2

C. Keutamaan Menuntut Ilmu Dan Penuntutnya ............................................... 3

D. Etika Menuntut Ilmu .................................................................................... 7

E. Manfaat Menuntut Ilmu ................................................................................ 9

BAB III .............................................................................................................. 10

PENUTUP ......................................................................................................... 10

A. Simpulan ................................................................................................... 10

B. Saran.......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 11

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah ilmu dan
akal. Hanya manusia makhluk yang diberi ilmu pengetahuan, akal pikiran, dan
nafsu. Dengan akal manusia dapat mencari ilmu pengetahuan. Namun, tidak
ada manusia yang terlahir dan hidup di dunia ini langsung dalam keadaan
pandai. Mereka harus melewati tahapan belajar dan fase-fase perkembangan
otak sehingga manusia itu menjadi pandai.
Pendidikan pertama manusia adalah lingkungan keluarga, kemudian sekolah
dan masyarakat. Mereka memilih bidang yang mereka sukai dan tekuni
sehingga ahli dalam bidangnya. Ilmu dan zaman akan terus berkembang
sehingga manusia dituntut untuk dapat mengikutinya. Bagi yang tidak dapat
mengikutinya maka ia hanya akan menjadi penonton perkembangan ilmu dan
zaman.
Oleh karena itu, Islam mewajibkan kepada pemeluknya supaya menuntut
ilmu dari buaian sampai liang lahat. Jadi tidak ada kata terlambat untuk mencari
ilmu. Meskipun usia sudah tua, tetapi jika belum memahami suatu ilmu
hendaknya selalu berusaha menguasai ilmu itu, terutama ilmu agama. dengan
menguasai ilmu agama dan mengamalkannya berarti kita telah berusaha untuk
taat kepada Allah SWT sehingga akan mendapat kebahagiaan dunia dan
akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
2. Apa hukum menuntut ilmu berdasar hadits?
3. Apa keutamaan orang berilmu dalam hadits?
4. Apa saja etika menuntut ilmu?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu
2. Untuk mengetahui hukum menuntut ilmu dalam hadits
3. Untuk mengetahui keutamaan orang berilmu dalam hadits
4. Untuk mengetahui etika menuntut ilmu
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu
Al ‘Ilm (ilmu) berarti ma’rifah (pengetahuan) tentang sesuatu yang diketahui
dari dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya. Ia adalah kata absrak
atau masdhar dari Alima – ya’malu – ‘ilman.1
‘Alim yaitu orang yang tahu (subyek), sedang yang menjadi objek ilmu
disebut ma’lum atau yang diketahui. 2
Secara istilah ilmu adalah segala pengetahuan atau kebenaran tentang
sesuatu yang datang dari Allah yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya dan
laam ciptaan-Nya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriyah dan
batiniyah.
Ilmu terbagi menjadi dharuury dan nadhary. Ilmu dharuury adalah ilmu
yang tidak memerlukan perenungan dan pemikiran mengeni segala sesuatu
yang telah ada dalam pikiran (al badahiyyaat) seperti pengetahuan tentang
sesuatu yang dapat dirasakan (mahsuusaat) dan dilihat (mar’iyyaat) yang
diketahui dengan panca indera yaitu pendengaran dan peglihatan, penciuman,
rasa dan raba.
Sedangkan ilmu nadhary adalah ilmu yang memerlukan perenungan dan
pemikiran, baik yang diketahui melalui hati saja sepeti hal-hal ghaib, misalnya
mengenai keberadaan Allah, malaikat dan lain-lain, atau yang diketahui melalui
hati dan indera.3

B. Hukum Menuntut Ilmu


Apabila kita memerhatikan Al-Qur’an dan Hadits banyak sekali anjuran
bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu agar
menjadi manusia yang cerdas dan jauh dari kejahiliyahan (kebodohan).
Menuntut ilmu merupakan usaha mengubah akhlak baik dengan cara bertanya,
melihat atau mendengar.

1
Abu Bakar Al Jazairy, Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia dan Akhirat (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2001) hlm.19.
2
Library, Diakses dari http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1-
2004abdulfatah-658-BAB2_319-8.pdf. Pada Senin, 2 Oktober 2017 pukul 20.24 WIB
َ ‫اض ُع ا ْلع ِْل ِم ِع ْند‬
ِ ‫علَى كُ ِل ُم ْسل ٍِم َو َو‬ َ ٌ ‫ضة‬ َ ‫ب ْالع ِْل ِم فَ ِر ْي‬ َ ‫سلَّ َم‬
ُ َ‫طل‬ َ ُ ‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِكِ قَا َل َرسُ ْو ُل هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ
َ ‫ير ْال َج ْوه ََر َو الللُّؤْ لُ َؤ َوا الذَّه‬
‫َب‬ ِ ‫غي ِْر أ َ ْه ِل ِه َك ُمقَلَّ ِد ْال َخن َِاز‬
َ
(‫) رواها بن ماخه‬220)

“Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:, “menuntut ilmu
adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan
pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan, dan emas ke
leher babi.” (HR. Ibnu Majah: 220)
Dalam hadits ini Rasulullah menjelaskan tentang kewajiban menuntut ilmu.
Agama Islam sangat memerhatikan ilmu pengetahuan karena dengan ilmu
pengetahuan manusia bisa berkarya dan beribadah lebih sempurna. Begitu
pentingya ilmu sampai Rasulullah SAW mewajibkan umatnya agar menuntut
ilmu, baik laki-laki maupun perempuan dan baik yang membahas masalah
duniawi maupun ukhrawi. Umat islam wajib menuntut ilmu agama seperti
akidah, fiqh, baca tulis Al-Quran dan lain sebagainya.
Dengan ilmu-ilmu itu umat islam dapat beribadah lebih sempurna. Selain
itu, umat islam juga diperintahkan mempelajari ilmu untuk kemaslahatan hidup
di dunia, seperti ilmu ekonomi, matematika, ilmu sosial, dan lain sebagainya.
Mencari ilmu yang diwajibkan Allah SWT adalah mencari ilmu dengan niat
untuk menjunjung tinggi ajaran Allah SWT. 3

C. Keutamaan Menuntut Ilmu Dan Penuntutnya


Sarana yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan biasanya menjadi
mulia ketika tujuan yang hendak dicapainya juga mulia, ketika tujuan yang
dicapai tersebut mulia maka sarananya pun mulia. Demikian pula sebaliknya,
ketika tujuan yang hendak dicapainya hina dan kotor, maka sarana yang
dipergunakannya pun hina dan kotor.
Dari perspektif (sudut pandang) ini, ilmu yang merupakan sesuatu yang
mulia dan agung, maka menuntut ilmu merupakan perbuatan yang mulia dan
penuntutya sebagai orang yang paling mulia dan utama.
Hadits-hadits dan riwayat berikut menjelaskan dan menguatkan hal ini :

3
Faisal Rosidin Mukarom dan Ngatiman, Menelaah Ilmu Hadits (Solo : Aqila) hlm.140.

3
1. Memudahkan jalan menuju Surga
‫ط ِريقًا ي‬ َ ‫ َو َم ْن‬: ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ أ َ َّن َرسُ ْو َل هللاِ قَا َل‬
َ َ‫سلَك‬ َ ‫ط ِريقًا‬
َ ‫ََو‬ َ ُ‫َّللا ُ لَه‬ َ ‫ِس فِي ِه ع ِْل ًما‬
َّ ‫س َّه َل‬ ُ ‫ْلتَم‬
(‫ِإلَى ْال َجنَّ ِة )رواه مسلم‬
“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim)
Hadits disamping menunjukkan keutamaan ilmu dan keutamaan
penuntutnya. Karena ketika seorang hamba menempuh suatu jalan
dalam rangka mencari ilmu, ia telah melakukan perjalanan menuju
surga. Apakah ada orang yang lebih baik daripada orang yang
menempuh jalan menuju surga? Dan barangsiapa menempuh sesuatu di
atas jalannya (yang benar) maka ia akan sampai pada tujuannya 4.
2. Para malaikat ridha apa yang dikerjakannya
‫بلْطَي ِهِتْيَب ْن ِم ُجُرْخَي ٍجِرا َخ ْن ِم اَم‬
ُ ُ ‫ا َ َهتَحِن ْ َجأ ُةَكِئََلَمْلا ُهَل ْتَعَضَو ََّّلِإ َمْل ِعْلا‬، ‫ُعَنْصَي اَمِب ا ًضِر‬
Hadits dari Zar bin Hubaisy yang menjelaskan bahwa ia mendatangi
Shofwan bin ‘Asil Al Muradi RA, ia berkata, “Apa yang menyebabkan
engkau datang kepadaku? Aku menjawab, “Aku ingin mencari ilmu.”
Ia berkata, “Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah SAW
bersabda, ”tiada seorang pun yang keluar dari rumahnya untuk
menuntut ilmu melainkan malaikat meletakkan sayapnya karena
meridlai apa yang ia lakukan.” (HR. Turmudzi, Ibu Majah, Hakim dan
Ibnu Hibban)
3. Akan mendapat pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah
‫صلَّى الل‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ب ْالع ِْل ِم فَ ُه َو َََ َم ْن خ ََر َج‬
ِ َّ ‫ قَالَ َرسُ ْو ُل‬: َ‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِكِ قَال‬ َ ‫سلَّ َم فِي‬
ُ َ‫طل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ه‬
‫َّللا َحتَّى يَ ْر ِج َع‬
ِ َّ ‫سبِ ْي ِل‬
َ ‫فِي‬
“Dari Anas ra ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : Orang yang
keluar untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan Allah (sabilillah)
sampai ia pulang.” (HR. Tirmidzi)
‫ َو َم ْن دَ َخلَهُ ِلغَي ِْر ذَ ِلكَ ََ َم ْن دَ َخ َل َمس ِْجدَنَا َهذَا ِل َيت َ َعلَّ َم َخي ًْرا أ َ ْو ِليُ َع ِل َمهُ َكانَ ك‬،‫َّللا‬ َ ‫ْال ُم َجا ِه ِد فِي‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
ُ‫ْس لَه‬
َ ‫َكانَ كَالنَّاظِ ِر إِلَى َما َلي‬
Hadis Abu Hurairah RA, ia mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah
SAW ersabda, “barangsiapa datang ke masjidku ini hanya untuk suatu

4
Abu Bakar Al Jazairy,op.cit.hlm.35.

4
kebaikan yang ia pelajari atau diajarkannya (kepada orang lain) maka
ia sederajat dengan para pejuang (mujahidin) di jalan Allah, dan
barangsiapa datang (ke masjidku ini) bukan untuk itu maka ia sama
dengan orang yang melihat kenikmatan orang lain.”
(HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)
Hadits ini mengisyaratkan keutamaan penuntut ilmu, bahwa ia
disejajarkan dengan seorang mujahid yang berjuang di jalan Allah,
maka apakah ada seseorang yang lebih tama dari seorang mujahid yang
berjuang di jalan Allah? Dalam hadits ini ada petunjuk lain mengenai
keutamaan orang yang mengajarkan ilmu. Ilmu dalam hadits ini,
disebut sebagai suatu kebaikan dan suatu kebaikan tentu tidak
mengadung keburukan, karena keburukan tidak akan bercampur
dengan kebaikan sebagaimana terhadap dalam hadits shahih
Rasulullah SAW. 5
4. Wajahnya akan cemerlang pada hari kiamat
ُ ‫ش ْيئًا فَ َبلَّغَه‬ َ َ ‫ام َرأ‬
َ ‫س ِم َع مِ نَّا‬ َّ َ‫ ن‬: ‫ت َرسُ ْو َل هللاِ ص َيق ُ ْو ُل‬
َّ ‫ض َر‬
ْ ُ ‫َّللا‬ َ :‫ض قَا َل‬
ُ ‫س ِم ْع‬ ِ ‫ع ِن اب ِْن َم ْسعُو ٍد َر‬
َ
ِ‫سامِع‬
َ ‫مِن‬ َ ‫س ِمعَهُ فَ ُربَّ ُمبَلِغ أ َ ْو‬
ْ ‫عى‬ َ ‫ َك َما‬.
‫ حديث حسن صحيح‬:‫)ابو داود والترمذى وقال‬
Hadits Abdullah bin Mas’ud RA, bahwa ia berkata: aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, “Allah mencemerlangkan seseorang yang
mendengar perkataanku dan ia memeliharanya kemudian
menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya, dan berapa banyak
orang yang menyampikan (ilmunya) lebih menyadari daripada orang
yang mendengar.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Isyarat tentang keutamaan penuntut ilmu dalam hadits ini tampak
jelas sebab Nabi SAW menyebut orang yang menuntut ilmu dan yang
mengajarkannya kepada orang lain sebagai orang yang wajahnya cerah
cemerlang pada hari kiamat. Ini merupakan seruan nabi yang akan
dikabulkan dengan masuk ke dalam surga dan melihat wajah Allah

5
Ibid,.hlm.36.

5
SWT sebagaimana Allah berfirman, “Wajah-wajah (orangorang
mu’min)pada hari itu berseri-seri. Kepad Rabb-nya lah mereka
melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23)
Keutamaan ini dapat diterima oleh penuntut ilmu dan orang yang
mengajarkan ilmu kepada orang lain meskipun tingkat pemahamannya
belum mencapai tingkat tinggi, tetapi cukuplah baginya untuk
memelihara dan menjaga ilmu serta menyampaikannya kepada orang
lain, yang mungkin saja ia meyampaikannya kepada orang yang
memiliki pemahaman lebih tinggi. 6
5. Selalu berada dijalan Allah SWT
‫ىتَح ََِّّللا ِلْ ِيبَس يِف َوُهَف ِمْل ِعْلا ُبَلَط يِف َجَر َخ ْنَم‬
َّ ‫َعِج ْ َري‬
“Orang yang keluar untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan
Allah (sabilillah) sampai ia pulang.” (Hadits Tirmidzi)
Isyarat keutamaan ilmu dan keutamaan orang yang berilmu
dijelaskan dalam uangkapan bahwa jika seseorang (penuntut ilmu)
keluar untuk mencari ilmu maka ia seperti orang yang keluar untuk
berjihad di jalan Allah, sehingga menuntut ilmu tersebut akan mendapat
keutamaan seperti keutamaan jihad.
6. Orang berilmu dan tak berilmu seperti bulan dan bintang serta para
ulama adalah pewaris para Nabi
َ َ ‫ق ْال َجنَّ ِة َو ِإ َّن ْال َم ََلئِ َكةَ لَت‬
‫ض ُع أَجْ نِ َحت َ َها‬ ُ ‫ط ِريقًا م ِْن‬
ِ ‫ط ُر‬ َ ‫ب فِي ِه ع ِْل ًما‬
َ ‫س َلكَ هللاُ ِب ِه‬ ْ ‫ط ِريقًا َي‬
ُ ُ‫طل‬ َ َ‫سلَك‬ َ ‫َم ْن‬
‫ب ْالع ِْل ِم َو ِإ َّن ْال َعال َِم لَ َي ْست َ ْغف ُِر لَهُ َم ْن فِي الس‬ َ ‫َرضًا ِل‬
ِ ‫طا ِل‬ ِ ََ ‫ض َو ْالحِ يتَا ُن فِي‬ ِ ‫ت َو َم ْن فِي ْاْل َ ْر‬ ِ ‫َم َوا‬
‫ض ِل ْالقَ َم ِر‬ ْ َ‫ع َلى ْالعَابِ ِد َكف‬ َ ‫ض َل ْالعَال ِِم‬ ْ َ‫ب َوإِ َّن َج ْوفِ ْال َماءِ َوإِ َّن ف‬
ِ ‫سائ ِِر ْالك ََوا ِك‬
َ ‫ع َلى‬ َ ‫لَ ْيلَةَ ْالبَد ِْر‬
‫َارا َو ََّل د ِْر َه ًما َو َّرثُواَِ ْالعُلَ َما َء َو َرثَةُ ْاْل َ ْنبِ َياءِ َوإِ َّن ْاْل َ ْنبِ َيا َء لَ ْم ي َُو ِرثُوا د‬
ً ‫ين‬
‫ْالع ِْل َم فَ َم ْن أ َ َخذَهُ أ َ َخذَ بِ َح ٍظ َواف ٍِر‬
Hadits Abu Darda RA, ia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, “barangsiapa pergi karena menginginkan ilmu dan
mempelajarinya karena Allah, maka Allah akan membukakan pintu
baginya menuju surga dan malaikat membentangkan sayapnya dan
meliputinya dari segenap penjuru serta malaikat-malaikat langit dan

6
ibid, hlm.37.

6
hewan-hewan laut memohonkan ampunan dan rahmat baginya.
Seorang yang berilmu memiliki keutamaan dari seorang yang
beribadah seperti bulan pada malam bulan purnama dibandingkan
dengan bintang yang terkecil di langit, dan para ulama adalah pewaris
para nabi, sedangkan para nabi tidak mewariskan satu dinar atau
dirham pun kepada mereka, tetapi nabi-nabi telah mewariskan
ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya (ilmu) maka ia telah mengambil
keberuntungannya.” (HR. Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu
Majah dan Ibnu Hibban)
Orang alim dengan ilmunya itu bermanfaat untuk dirinya dan orang
lain. Kemanfaatan untuk orang lain lebih bermanfaat dibanding orang
alim yang beribadah untuk dirinya sendiri. Sedangkan maksud warisan
disini adalah ilmu bukan harta dan benda. Para nabi tidak mewariskan
dinar dan dirham, mereka mewariskan ilmu kepada umatnya. Warisan
ilmu adalah sebaik-baik warisan karena ilmu itu sebagai alat bagaikan
pisau untuk memotong sesuatu. Warisan harta benda akan habis,
sedangkan warisan ilmu akan kekal abadi dan jika dibagikan atau
diajarkan justru akan bertambah.

D. Etika Menuntut Ilmu


Ilmu merupakan suatu yang muia, maka bagi seseorang yang menuntut ilmu
hendaknya memiliki etika dan ketentuan yang harus diindahkannya.
Berikut beberapa point yang harus diperhatikan:
1. Kemurnian yaitu seorang penuntut ilmu hendaknya bertujuan mengetahui
(ma’rifah) Allah Ta’ala, mengetahui jalan dan cara untuk sampai kepada-Nya dan
memelihara ilmunya dengan mengaplikasikannya (mengamalkannya) dalam
setiap perbuatannya bagi setiap umat Islam yang merupakan fondasi kehidupan
mereka, inilah yang dimaksud menghidupkan islam dengan ilmu. 7
Seseorang hendaknya mengajarkan ilmunya kepada orang lain demi mendapatkan
ridha Allah SWT. Sedangkan menuntut ilmu demi untuk mendapatkan popularitas,

7
Ibid,.hlm.41.

7
harta dan jabatan dunia hal itu tidak dianjurkan dan bukan tujuan dari menuntut
ilmu. Dalam hadits Abu Dawud :
‫ع ْرضًا مِنَ الدُّ ْنيَا لَ ْم‬ َ ‫ْب بِ ِه‬
َ ‫ُصي‬ِ ‫ب ع ِْل ًما ِم َّما يُ ْبت َ ُغ بِ ِه َو َجهُ هللاِ ت َ َعالَى لَي‬
َ َ‫طل‬
َ ‫َم ْن‬
‫ت َي ْو ِم ْال ِق َيا َم ِة‬
ِ َّ‫ف ْال َجن‬َ ‫ع ْر‬َ ْ‫َي ِجد‬
“orang yang mencari ilmu yang seharusnya dimaksudkan untuk
mendapatkan ridha Allah Azza wa Jalla tetapi ia tidak memelajari ilmu itu
kecuali untuk mendapatkan kehormatan dunia, maka ia tidak akan
menemukan bau surga pada hari kiamat.”
2. Berakhlak mulia dan memiliki sifat terpuji
Penuntut ilmu harus berakhlak mulia dan menghiasi dirinya dengan
tatakrama yang mulia pula, memiliki sifat yang terpuji dan tabiat yang
diridhai Allah SWT. Maka seorang penuntut ilmu harus memiliki sifat zuhud
(menjauhkan diri dari hal-hal keduniawian) di dunia, qana’ah (kepuasan
batin) yang jauh dari berlebih-lebihan, sabar, jujur, ketenangan dan
ketentraman.
3. Menjauhkan diri dari sifat tercela
Seorang penuntut ilmu harus menjauhkan diri dari sifat riya’, iri hati,
kesombongan dan kebanggaan pada diri sendiri. Tidak boleh menganggap
kecil dan meremehkan orang lain. Jika hal tersebut terdapat pada seorang
penuntut ilmu maka cahaya dan keagungannya akan hilang dan tergolong
orang yang merugi baik dunia maupun akhirat.
4. Mempelajarinya secara perlahan
Seorang penuntut ilmu hendaknya mempelajari ilmu sedikit demi sedikit,
karena jika ia memelajarinya dalam jumlah yang banyak maka akan cepat
hilang.
5. Mencari ilmu dengan baik
Seorang penuntut ilmu hendaknya mencari ilmu yang paling baik dan
lebih diwajibkan, yang paling baik manfaatnya dan yang dapat
mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai keridhaan-Nya.
6. Tidak boleh malu bertanya, apabila ada persoalan yang belum paham
Seorang penuntut ilmu tidak boleh malu bertanya kepada pengajarnya
atau kepada orang lain yang lebih ahli dalam setiap persoalan yang belum
dipahaminya.

8
7. Harus banyak menghafal
Seorang penuntut ilmu harus banyak menghafal dan menjadikannya
pegangan dan juga ditulis. Penyair mengatakan: ilmu itu bagaikan binatang
buruan dan tulisan adalah ikatannya, ikatlah buruanmu dengan
tali yang kencang.

E. Manfaat Menuntut Ilmu


1. Akan mendapat kebaikan berlipat ganda
“Hai, Abu zar, keluarmu dari rumah dipagi hari untuk mempelajari satu
ayat dari kitab Allah itu lebih baik dari pada engkau mengerjakan shalat
seratus rakaat”. (HR Ibnu Majah)
2. Akan dimudahkan jalan menuju surga
“Barang siapa yang menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga.”(HR at Thirmidzi)
3. Menjadikan perilaku lebih baik.

9
10

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pengertian ilmu : Secara istilah ilmu adalah segala pengetahuan atau
kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah yang diturunkan kepada
Rasul-rasul-Nya dan laam ciptaan-Nya termasuk manusia yang memiliki
aspek lahiriyah dan batiniyah.
2. Hukum Menuntut Ilmu dalam Hadits : Rasulullah SAW mewajibkan
umatnya agar menuntut ilmu, baik lakilaki maupun perempuan dan baik
yang membahas masalah duniawi maupun ukhrawi
3. Keutamaan Orang Berilmu dalam Hadits : Memudahkan jalan menuju
Surga, para malaikat ridha apa yang dikerjakannya, akan mendapat pahala
seperti orang yang berjihad di jalan Allah, wajahnya akan cemerlang pada
hari kiamat, selalu berada dijalan Allah SWT, orang berilmu dan tak
berilmu seperti bulan dan bintang serta para ulama adalah pewaris para
Nabi.
4. Etika Menuntut Ilmu : Kemurnian, berakhlak mulia dan memiliki sifat
terpuji, menjauhkan diri dari sifat tercela, mempelajarinya secara perlahan,
mencari ilmu dengan baik, tidak boleh malu bertanya, apabila ada persoalan
yang belum paham, harus banyak menghafal.
5. Manfaat Menuntut Ilmu : Akan mendapat kebaikan berlipat ganda, akan
dimudahkan jalan menuju surga, menjadikan perilaku lebih baik.
B. Saran
Kita sebagai golongan terpelajar hendaknya kita lebih mendalam di dalam
mempelajari keutamaan dan pentingnya ilmu, baik yang bersumber dari Al
Qur’an, hadits, kitab-kitab para ulama islam, maupun cendikiawan yang lain.
Hendaknya kita mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang telah kita
raih, agar keutamaannya tampak menghiasi diri kita dan orang-orang disekitar
kita.
Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya menuntut ilmu, maka
hendaknya kita tidak berhenti begitu saja dalam menuntut ilmu tetap
diharuskan sampai tubuh kita terkubur dalam liang lahat
11

DAFTAR PUSTAKA

Al Jazairy Abu Bakar, 2001.Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia dan
Akhirat .Jakarta: Pustaka Azzam

Library, 2 Oktober 2017 http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14


/jtptiain-gdl-s1-2004-abdulfatah-658-BAB2_319-8.pdf.

Mukarom Faisal Rosidin dan Ngatiman, Menelaah Ilmu Hadits ,Solo: Aqila

Anda mungkin juga menyukai